Resisted Active Exercise
1. Pengertian “resistance exercise is form of active exercise of active exercise in wich a dynamic or static muscular is resisted by an outside force”. (David L. Cstill, 1998; 64) Secara bebas penulis mengartikan resisted active exercise adalah suatu bentuk latihan aktif yang dapat dilakukan dengan gerakan static maupun dinamik dengan adanya tahanan dari luar. Tahanan yang diberikan dapat dilakukan secara manual atau secaara mekanik. a. Tahanan manual Tahanan manual merupakan tahanan yang dilakukan oleh terapis atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun jumlah tahanan ini tidak dapat diukur secara kuantitas tapi teknik ini digunakan untuk tahap awal ketika kekuatan otot menjadi lemah. Tahanan yang diberikan dimulai dari tahanan minimal hingga tahanan sedang. Besarnya tahanan juga terbatas pada tenaga terapis. b. Tahanan Mekanik Tahanan mekanik merupakan tahanan yang dilakukan dengan menggunakan alat atau perlengkapan mekanik. Tahanan ini dapat diukur secara kuantitas dan tanpa batas waktu. 2. Tujuan a. Meningkatkan kekuatan otot b. Meningkatkan daya tahan otot (Muscle endurance) c. Meningkatkan power otot d. Mengulur otot dan tendon e. Melepaskan perlengketan jaringan otot dan tendon f. Mobilisasi sendi 3. Jenis Jenis-jenis latihan Resisted Active Execise adalah : a. Isotonic Resisted Exercise Isotonik Resisted Exercise merupakan salah satu bentuk latihan dinamik yang bertujuan mengatasi masalah pemendekan otot atau pemanjangan otot. b. Isokinetic Resisted Exercise Isokinetic Resisted Exercise merupakan salah satu bentuk latihan dinamik dimana kemampuan otot untuk memanjang dan memendek dikontrol oleh alat pembatas (ratelimiting device) yang mengontrol (mengatur) kecepatan anggota gerak tubuh. c. Isometric Resisted Exercise Merupakan salah satu bentuk latihan static yang terjadi ketika sebuah otot berkontraksi tanpa menimbulkan gerakan sendi. Walaupun tidak terjadi gerak fisik namun otot mampu menghasilkan tegangan dan kekuatan otot dalam jumlah yang besar. 4. Indikasi
a. Kondisi kelemahan otot b. Kondisi pasca operasi dengan fiksasi internal c. Kondisi menyusutnya volume otot (atrophy) d. Kondisi otot yang mengalami fatigue. 5. Kontra indikasi a. Kondisi fraktur pasca operasi tanpa fiksasi internal b. Kondisi masih adanya inflamasi c. Kondisi penyakit jantung 6. Teknik-teknik Resisted Active Exercise a. Dosis latihan, yang terdiri dari : Frekuensi : 4x/ minggu Intensitas : 8-10x hitungan setiap jenis latihan Time :15 menit Repetisi :5-10 pengulangan setiap jenis gerakan b. Teknik-teknik gerakan yang ada pada latihan ini adalah sebagai berikut : 1) Posisi awal : Teknik : Tujuan : 2) Posisi awal : Teknik : Tujuan : 7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam latihan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari terapi latihan ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : a. Penyusunan latihan ini dimulai dari gerakan-gerakan yang termudah bagi pasien, kemudian ditingkatkan sesuai dengan kemampuan pasien. b. Saat melakukan latihan, sedapat mungkin yang dilakukan pasien dilakukan secara pelan, berirama dan terkontrol. c. Setiap jenis gerakan dikerjakan paling sedikit 5 (lima) kali dan yang terbaik dilakukan sebanyak 15 ( lima belas) kali. d. Latihan dilakukan semampu pasien, tidak boleh terlalu lelah. e. Harus memberitahukan pada fisioterapis yang bersangkutan apabila lathan yang dilakukan menambah rasa sakit/nyeri, bahkan jika perlu latihan jangan dilakukan atau dihentikan. Proses Fisioterapi Proses fisioterapi merupakan suatu sistem dalam perencanaan fisioterapi untuk mengetahui daftar masalah, tujuan, tindakan terapi dan mengetahui berhasil tidaknya terapi pada suatu sistem. Tujuan proses fisioterapi antara lain :
1. Membentuk suatu hubungan professional dengan pasien agar saling mempercaya. 2. Mendapakan beberapa keterangan yang sesuai dalam melakukan pemeriksaan, penilaian penyakit dan dapat menegakkan diagnose fisioterapi. 3. Mendapatkan beberapa keterangan tentang penyakit secara umum, meliputi latar belakang penyakit, masalah yang dihadapi pasien baikdulu maupun sekarang, keadaan social pasien, pekerjaan dan lingkungan yang mempengaruhi kondisi pasien. Untuk mencapai tujuan diatas perlu dilakukan : 1. Pengkajian/assessment Pengkajian merupakan satu tahap awal dan dasar dari fisioterapi untuk mengenal masalah pasien agar memberikan arah pada pelayanan fisioterapi yang optimal terhadap masalah aktifitas fungsional yang dihadapi. Dalam pengkajian ini dilakukan pengumpulan data baik secara subjek maupun secara objektif untuk menegakkan diagnosa fisioterapi dengan cara anamnesa, observasi dan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang dibutuhkan. 2. Diagnosa fisioterapi Merupakan petunjuk atau ekspresi dari adanya disfungsi gerak dan dapat mencakup gangguan/ kelemahan (impairment), limitasi fungsi ( fungsional limitation), serta ketidakmampuan (disability). Dalam kasus ini diagnose fisioterapi dapat dinyatakan dengan : adanya gangguan fungsional gerak pada ekstremitas superior sehubungan dengan kelemahan otot karena disuse yang disebabkan oleh spondilitis tuberkulosa. 3. Perencanaan fisioterapi Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan biasanya menuntut kepada pengembangan rencana intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang terukur yang disetujui oleh pasien, keluarga pasien, atau pelayanan kesehatan lainnya. Perencanaan dapat diberikan mulai jangka pendek hingga jangka panjang. 4. Pelaksanaan fisioterapi Merupakan inplementasi dan modifikasi untuk mencapai tujuan yang disepakati dan dapat termasuk penanganan secara manual; peningkatan gerakan; peralatan fisik; peralatan elektropedis; peralatan mekanis; pelatihan fungsional; penentuan bantuan dan peralatan bantu; instruksi dan konseling; dokumentasi; koordinasi dan komunikasi. 5. Rencana evaluasi dan evaluasi Berisi tentang waktu dan objek evaluasi.
Secara lengkap akan dibahas satu persatu. 1. Identitas pasien, data ini didapat melalui proses anamnesa meliputi : a. Nama b. Tempat tanggal lahir c. Jenis kelamin
d. Agama e. Pekrjaan f. Alamat g. Status keluarga 2. Riwayat penyakit a. Keluhan Utama : merupakan satu atau dua lebih gejala dominan yang mendorongpasien untuk terapi b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : berisi keluhan dan menggambarkan riwayat penyakit sekarang secara lengkap, yang meliputi; apa yang dikeluhkan, dimana letak keluhan, sejak kapan terjad keluhan, mengapa keluahn terjadi, sifat keluhan, bagaimana sifat keluhan (4W 1H) dan apa saja pemeriksaan yang dilakukan sebelumnya. c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : pertanyaan diarahkan pada penyakit-penyakit yang pernah dialami yang tidak berkesinambungan langsung dengan munculnya keluhan sekarang. d. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) : tujuannya untuk mengetahui penyakit-penyakit yang bersifat menurun dari orangtua atau keluarga terdahulu lainnya. 3. Pemeriksaan a. Pemeriksaan Fisik 1) Vital Sign, meliputi : a) Tekanan Darah/Blood Presure (BP) Diukur dengan menggunakan spigmanometer dan stetoskop. Pada orang dewasa normal atau sehat tekanan systole antara 120-140, dan tekanan diastole antara 70-90, dengan satuan mmHg. b) Denyut nadi/Heart Rate (HR) Diukur dengan cara meraba arteri (biasa dilakukan pada arteri radialis), pada orang dewasa normal nadinya 80-100x/menit c) Irama napas/Respiratory Rate (RR) Diukur dengan cara melihat irama nafas selama satu menit, normalnya pada orang dewasa 16-24x/menit. d) Suhu badan Diukur dengan termometer dalam derajat celcius (°C) 2) Posture Pemeriksaan dengan cara melihat, mengamati hal-hal yang bisa dilihat atau diamati seperti: keadaan umum, sikap tubuh, ekspresi warna kulit dan lain-lain. b. Pemeriksaan Motorik 1) Lingkup Gerak Sendi (LGS) diperiksa seberapa jauh keterbatasan gerak pada sendi shoulder, elbow dan wrist. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan goniometer.
Adapun pelaksanaan pengukuran untuk gerakan …… 2) Kekuatan otot kemampuan otot untuk berkontraksi dan menggerakkan sendi. Diukur dengan menggunakan manual muscle testing (MMT). .................. c. Pemeriksaan Sensorik 1) Pemeriksaan nyeri diam Untuk menentukan derajat nyeri pada pasien yang digambarkan dalam ….. 2) Pemeriksaan nyeri tekan d. Pemeriksaan fungsional sehari-hari ( dengan menggunakan Bhartel Index) e. Pemeriksaan intrapersonal dan interpersonal a. Interpersonal : kemampuan seseorang dalam berhubungan atau berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. b. Intrapersonal : kemampuan seseorang dalam proses penyembuhan penyakit, dalam hal ini berhubungan dengan adanya kemauan penderita untuk sembuh. f. Pemeriksaan Kognitif Pemeriksaan kognitif adalah pikiran atau persepsi seseorang yang berfungsi sebagai penuntut dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya, yang terdiri dari aspek konsentrasi, memori, pemecahan masalah dan pengambilan sikap. g. Pemeriksaan penunjang a) Foto Rontgen b) Laboratorium 4. Problematic Fisioterapi Merupakan kumpulan dari seluruh permasalahan yang dihasilkan dari pemeriksaan yang telah dilakukan diatas. Pada pasien Spondilitis TB pada kondisi paraplegi, akan timbul problematic sebagai berikut : 1) Adanya kelumpuhan pada kedua tungkai 2) Adanya kelemahan otot pada ekstremitas superior 3) Adanya nyeri pada luka incisi 4) Gangguan aktifitas fungsional 5. Diagnosa Fisioterapi Adanya gangguan fungsional gerak pada send ekstremias superior dengan adanya kelemahan otot yang disebabkan oleh Spondilitis TB pada kondisi Paraplegi. 6. Perencanaan Fisioterapi a. Tujuan : 1) Meningkatkan kekuatan otot ekstremitas superior 2) Meningkatkan kekuatan otot ekstremitas inferior Meningkatkan aktifitas fungsional b. Modalitas terpilih : Resisted active exercise 1) Isometric Resisted Exercise 2) Isotonic Resisted Exercise
7. Pelaksanaan Fisioterapi a. Resisted Active Exercise 1) Persiapan alat : bed, sprei, bantal. 2) Persiapan pasien : posisi pasien senyaman mungkin 3) Pelaksanaan terapi : pasien melakukan kedua gerakan Resisted Active Movement dengan dosis yang telah dibahas di halaman sebelumnya. 8. Rencana Evaluasi a. Latihan dilakukan sebanyak 8x, dengan evaluasi dilakukan setiap 4x latihan b. Objek Evaluasi Penulis membatasi objek evaluasi yang akan dibahas pada kasus ini hanya kekuatan otot Ekstremitas Superior, sesuai dengan judul Karya Tulis Ilmiah yang penulis ajukan. 9. Evaluasi a. Dilakukan setiap 4x latihan b. Objek yang dievaluasi adalah kekuatan otot Ekstremitas Superior. c. Kriteria keberhasilan Diharapkan setelah 6x terapi, kekuatan otot ekstremitas superior meningkat.
LAPORAN KASUS A. Kasus I 1. Identitas Pasien a. Nama b. Umur c. Jenis kelamin d. Agama e. Pekerjaan f. Alamat g. Status keluarga h. Diagnose medis 2. Riwayat Penyakit (autoanamnesa tanggal ) a. Keluhan Utama : b. Riwayat Penyakit Sekarang c. Riwayat Penyakit Dahulu d. Riwayat Penyakit Keluarga 3. Pemeriksaan a. Pemeriksaan Fisik 1) Vital Sign a) Tekanan darah : b) Denyut nadi :
c) Irama nafas d) Suhu badan
4.
5. 6.
7.
: :
2) Posture a) C b. Pemeriksaan Motorik 1) Lingkup Gerak Sendi (LGS) 2) Kekuatan otot 3) Antropometri c. Pemeriksaan Sensorik d. Pemeriksaan Fungsional e. Pemeriksaan Interpersonal dan Intrapersonal 1) Interpersonal : bagus, os mempunyai motivasi yang sangat besar untuk sembuh, dan rajin latihan di ruangan. 2) Intrapersonal : bagus, os mampu berkomunikasi dengan terapis dalam melakukan latihan. f. Pemeriksaan Kognitif : g. Pemeriksaan Penunjang Daftar Masalah Fisioterapi a. Adanya nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri tekan. b. Kelemahan otot-otot ekstremitas atas c. Keterbatasan gerak pada ekstremitas atas d. Gangguan aktifitas Diagnosa Fisioterapi Adanya gangguan fungsional ….. Perencanaan Fisioterapi a. Tujuan jangka pendek b. Tujuan jangka panjang c. Modalitas terpilih : Resisted Active Exercise 1) Isometric Resisted Exercise 2) Isotonic Resisted Exercise Pelaksanaan Fisioterapi a. Persiapan Latihan 1) Persiapan alat 2) Persiapan pasien a) Pastikan pasien makan 2 jam sebelum latihan. b) Pasien mengenakan pakaian yang nyaman untuk latihan. c) Posisi pasien terlentang. 3) Persiapan Terapis
a) Pakaian terapis harus rapi, bersih, dan longgar agar tidak menghambat gerakan pada waktu latihan. b) Kuku terapis harus pendek c) Posisi terapis berada disamping tubuh pasien yang ak an di latih. b. Dosis F I T T R c. Tindakan Isometrik Resisted dan Isotonic Resisted Exercise 1. Tanggal … Dilakukan assessment, dan latihan Isometrik Resisted dengan prosedur pelaksanaan yang telah dibahas sebelumnya. Sebelum dan setelah latihan os mengeluh sakit saat menggerakkan tangannya. 2. Tanggal Diberikan latihan-latihan Isometrik dan Isotonik Resisted dengan prosedur pelaksanaan telah dibahas sebelumnya. Sebelum latihan os mengeluh sakit saat menggerakkan tangannya, tapi skitnya sudah berkurang dibandingkan hari kemarin. Sesudah melakukan latihan os masih mengeluh nyeri. 3. Tanggal Diberikan latihan Isometrik dan Isotonik Ressisted dengan prosedur pelaksanaan telah dibahas sbelumnya. Sebelum dan sesudah melakukan terapi os tidak mengalami keluhan. 4. Tanggal Diberikan latihan Isometrik dan Isotonik Resisted dengan prosedur pelaksanaan