PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KALSIUM DENGAN ASUPAN KALSIUM PADA REMAJA DI SMP NEGERI 10 BENGKULU TAHUN 2010 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah Dasar
Disusun Oleh : BAYU SUHENDA NIM : PO 04 20 107 034
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU JURUSAN GIZI 2010
KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KALSIUM DENGAN ASUPAN KALSIUM PADA REMAJA DI SMP NEGERI 10 BENGKULU TAHUN 2010
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah Dasar
Disusun Oleh :
BAYU SUHENDA NIM : PO 04 20 107 034
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU JURUSAN GIZI 2010
LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul:
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KALSIUM DENGAN ASUPAN KALSIUM PADA REMAJA DI SMP NEGERI 10 BENGKULU TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipresentasikan oleh :
BAYU SUHENDA NIM : PO 0420107034
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Dipresentasikan dihadapan Tim Penguji Poltekkes Bengkulu Jurusan Gizi Tanggal : 4 Maret 2010
Oleh Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Pembimbing I,
Betty Yosephin, SKM,MKM NIP.19730926 199702 2001
Pembimbing II,
Drs. Syamsudin NIP.19490807 197310 1001
LEMBAR PENGESAHAN Proposal Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul:
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KALSIUM DENGAN ASUPAN KALSIUM PADA REMAJA DI SMP NEGERI 10 BENGKULU TAHUN 2010 Yang dipersiapkan dan dipresentasikan oleh :
BAYU SUHENDA NIM : PO 0420107034 Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Dipresentasikan dihadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan Bengkulu Jurusan Gizi Tanggal : 4 Maret 2010 Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Sy arat Untuk Diterima Tim Penguji Ketua Dewan Penguji
Betty Yosephin, SKM,MKM NIP.19730926 199702 2001
Penguji
Betty Yosephin, SKM,MKM NIP.19730926 199702 2001
Penguji
Drs. Syamsudin NIP.19490807 197310 1001
Penguji
Drs. Syamsudin NIP.19490807 197310 1003
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya serta kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Kalsium Dengan Asupan Kalsium Pada Remaja Di SMP N 10 Bengkulu”.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah mendapatkan masukan bantuan dari berbagai pihak . Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Nur Elly SKp.M.Kes. selaku Direktur Poltekes Bengkulu. 2. Bapak Tonny Cortis Maigoda,SKM, MA. Selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Bengkulu. 3. Ibu Betty Yosephin SKM,MKM sebagai dosen pembimbing I dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Drs. Syamsudin sebagai dosen pembimbing II dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini 5. Ayah dan Ibu tercinta serta Adik ku, yang setia menemani dan saudaraku terima
kasih untuk doanya.
6. Seluruh dosen yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 7.
Pengelola perpustakaan Poltekkes Bengkulu
8.
Teman – teman terdekat dan seangkatan dalam memberikan semangat serta dorongan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak terdapat kesalahan sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Bengkulu,
Penulis
Maret 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................... .....................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
ii
KATA PENGANTAR ................................................. .....................................
iii
DAFTAR ISI .............................................. .......................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................... .....................................
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................. .....................................
4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................... .....................................
4
1.3.1 Tujuan Umum ............................................... .....................................
4
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................. .....................................
4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................. .....................................
5
1.5 Keaslian Penelitian ................................................. .....................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kalsium ................................................ .......................................................
7
2.1.1 Asupan Kalsium Usia Remaja ..........................................................
8
2.1.2 Fungsi Kalsium pada Usia Remaja ....................................................
8
2.1.3 Kekurangan Kalsium pada Usia Remaja ............................................
9
2.1.4 Sumber Kalsium .................................................................................
9
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asupan Kalsium ..................................
10
2.3 Pengetahuan..................................................................................................
11
2.3.1 Pengertian ..........................................................................................
11
2.3.2 Tingkat Pengetahuan .........................................................................
11
2.4 Remaja................................................... ....................................................... 2.4.1 Pengertian Remaja................................................... ............................
14 14
2.4.2 Tahap Perkembangan Remaja ................................................... ..........
15
2.4.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Remaja ..................................
15
2.4.4 Kebutuhan Gizi Remaja ................................................... ...................
16
2.4.5 Masalah Gizi pada Remaja............................................... ...................
17
2.5 Hubungan Pengetahuan Dengan Asupan Kalsium ......................................
18
2.6 Hipotesis................................................ .......................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ..........................................................................................
20
3.2 Kerangka Konsep .........................................................................................
21
3.3 Definisi Operasional ................................................ .....................................
22
3.4 Populasi Penelitian .................................................. .....................................
22
3.5 Sampel Penelitian ................................................... .....................................
23
3.6 Cara Pengambilan Sampel ............................................... ............................
24
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... ...................
24
3.8 Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data .............................................
24
3.8.1 Pengumpulan Data ................................................ ............................
24
3.8.2 Pengolahan Data ................................................................................
24
3.9 Analisis Data ................................................... .............................................
25
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL TABEL
JENIS TABEL
Tabel 1
Tabel kebutuhan kalsium menurut AKG
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Lampiran
Jenis Lampiran
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Lampiran 2
Lembar Kuesioner
Lampiran 3
Food Recall
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan terjadi dikota-kota besar (Supariasa, 2002). Status gizi secara tidak langsung, dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, pola asuh serta pelayanan kesehatan (UNICEF 1998 dalam Soekirman , 1999). Berbagai upaya kesehatan dilaksanakan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan secara komprehensif dengan meningkatkan kesehatan ( promotif ) melalui upaya-upaya, pencegahan ( preventif ) dan pemulihan ( rehabilitatif ). Derajat kesehatan individu yang optimal dapat mendorong terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Hal tersebut sudah semestinya tercermin pada generasi muda atau pada remaja sebagai ujung tombak pembangunan bangsa (Depkes, 2003). Remaja sebagai penerus bangsa diharapkan berada dalam kondisi yang sehat dengan status gizi yang baik, dapat mengemban tugas dengan baik dan menciptakan generasi yang sehat, kuat, cerdas. Kenyataannya masih banyak ditemukan masalah gizi pada remaja, seperti anemia gizi besi, obesitas, dan
IMT kurang dari batas normal dan kurus. Hal ini disebabkan karena ketidakseimbangan komsumsi makanan dan tidak tepat dalam memilih makanan sehari-hari (Depkes, 1997). Remaja yang tingkat pengetahuannya baik akan dapat memilih bahan makanan yang baik untuk kesehatannya, sehingga remaja dapat mencapai status gizi yang optimal. Kekurangan antara asupan makanan membuat daya tahan tubuh yang sangat lemah, dan memudahkan terkena penyakit infeksi karena iklim tropis, sanitasi lingkungan yang buruk, sehingga dapat terjadi kekurangan gizi (Herry, 2008). Pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang ( peak bone mass/ PBM ) yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi
daripada fase kehidupan lainnya (Almatsier S, 2002). Kebutuhan kalsium paling tinggi terjadi pada masa remaja dibanding tahapan usia yang lain karena terjadinya pertumbuhan skeletal yang cepat. Pertumbuhan tulang terjadi secara cepat pada saat remaja karena 40-50% dari total skeleton dibentuk (Kretchmer, 1997). Apabila pada masa ini kalsium yang dikonsumsi kurang dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, PBM tidak akan terbentuk secara optimal (Kalkwarf, 2003). Asupan kalsium yang rendah pada masa remaja berhubungan dengan berkurangnya kepadatan tulang panggul sebesar 3% (Kalkwarf et.al, 2003).
Konsumsi kalsium di Indonesia rata-rata hanya 254 mg/hari, masih tergolong rendah bila dilihat dari kecukupan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk remaja 700 mg/hari. Diperkirakan 80% remaja putri dan 70% remaja pria tidak mendapatkan asupan mineral penting ini secara cukup, bahkan asupan kalsium remaja di Indonesia paling rendah dibanding Negara tetangga lainya. Asupan kalsium di Indonesia rata-rata hanya 254 mg/hari. Dibandingkan
dengan Hongkong yang asupan kalsiumnya paling tinggi,
mencapai 570 mg/hari, diikuti dengan Singapura yang mencapai 534 mg/hari, Thailand 344 mg/hari, Filipina 340 mg/hari dan Malaysia 303 mg/hari. Di Indonesia sendiri keadaanya tidak lebih baik. Bahkan bisa dibilang asupan kalsium orang Indonesia rendah sekali yakni sekitar 260-300 miligram/hari (Khomsan, 2004). Saat ini kekurangan kalsium makin menjadi di kalangan remaja, diperkirakan 90% remaja putri dan 70% remaja pria tidak mendapatkan asupan mineral penting ini secara cukup, dan seringkali mereka juga tidak begitu peduli terhadap pentingnya kalsium bagi tubuh (Wardjat, 2009). SMP Negeri 10 kota Bengkulu menurut survey awal belum pernah dilakukan penelitian tentang kalsium sebelumnya. Remaja SMP dipilih dengan alasan karena kebutuhan kalsium paling penting yaitu pada masa remaja karena untuk mencegah terjadinya osteoporosis di usia lanjut (Devi, 2008). Atas dasar permasalahan
diatas,
maka
peneliti
ingin
untuk meneliti
“Hubungan
Pengetahuan Remaja Tentang Kalsium Dengan Asupan Kalsium Pada Remaja di SMP Negeri 10 Bengkulu. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan masalah masih rendahnya komsumsi kalsium di kalangan remaja oleh sebab itu peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan pengetahuan remaja tentang kalsium dengan asupan kalsium pada remaja di SMP Negeri 10 Bengkulu Tahun 2010. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang kalsium dengan asupan kalsium pada remaja di SMP N 10 Bengkulu Tahun 2010. 1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kalsium pada remaja di SMP N 10 Bengkulu Tahun 2010. 2. Mengetahui gambaran asupan kalsium pada remaja di SMP N 10 Bengkulu Tahun 2010. 3. Mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang kalsium dengan asupan kalsium pada remaja di SMP N 10 Bengkulu Tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademik
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan imformasi ilmiah tentang pengetahuan remaja tentang kalsium dengan asupan kalsium. 2. Bagi Peneliti
Mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang kalsium dengan asupan kalsium. 3. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi pengetahuan yang bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai data awal bagi peneliti selanjutnya. 1.5 Keaslian penelitian 1. Devi Lusiani Anastasia, 2008 dengan judul “Frekuensi Komsumsi Bahan
Makanan Sumber Kalsium pada Remaja di Tiga Sekolah Menengah Pertama Depok Tahun 2008”. Beda penelitian ini dengan penelitian diatas adalah waktu, tempat, variabel independen dan variabel dependen. Pada penelitian diatas tidak meneliti tentang pengetahuan ibu, ketersediaan bahan makanan sumber kalsium, serta frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium. 2. Wulandari meikawati, S. Fatimah Muis, SA. Nugraheni dengan judul “Factors
Associated To Adolescents’ Bone Density A study at SMAN 3 Semarang Jawa
Tengah” Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah waktu, tempat, dan sampel. Penelitian ini menggunakan sampel siswa di SMAN 3 Semarang Jawa Tengah sedangkan penelitian diatas menggunakan sampel pada siswa SMP N 10 Bengkulu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kalsium
Tubuh kita mengandung lebih banyak kalsium daripada mineral lain. Diperkirakan 2% berat badan orang dewasa atau sekitar 1,0-1,4 kg terdiri dari kalsium. Meskipun pada bayi hanya sedikit (20 – 30g), setelah usia 20 tahun secara normal akan terjadi penempatan sekitar 1.200 g kalsium dalam tubuhnya. Sehingga besar kalsium terkonsentrasi dalam tulang rawan dan gigi, sisanya terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak (Winarno, 2004). Peranan kalsium dalam tubuh pada umumnya dapat dibagi dua, yaitu membantu membentuk tulang dan gigi dan mengukur proses biologis dalam tubuh. Keperluan kalsium terbesar pada waktu pertumbuhan, tetapi juga keperluan – keperluan kalsium masih diteruskan meskipun sudah mencapai usia dewasa. Pada pembentukan tulang, bila tulang baru terbentuk, maka tulang yang tua dihancurkan secara simultan(Winarno, 2004). Di samping berperan dalam pembentukan thrombin dan proses penggumpalan darah, kalsium diperlukan juga dalam proses penyerapan vitamin B12 serta bermamfaat dalam struktur dan fungsi dari sel membrane(Winarno, 2004).
Penyerapan kalsium sangat bervariasi tergantung umur dan kondisi badan. Pada waktu kanak – kanak atau pertumbuhan, sekitar 50 – 70 % kalsium yang diserap. Karena garam kalsium lebih larut dalam asam, maka penyerapan kalsium terjadi pada bagian atas usus kecil, tepat setelah lambung(Winarno, 2004). 2.1.1 Asupan Kalsium Usia Remaja
Kalsium adalah mineral yang sangat penting bagi manusia, antara lain bagi:
metabolisme
tubuh,
penghubung
antar
syaraf,
kerja
jantung,
pergerakan otot, daya tahan tubuh dan mempertahankan struktur normal sel. 99% kalsium berada di tulang dan gigi, sedangkan 1% sisanya bersirkulasi dalam darah dan sangat penting untuk kehidupan dan kesehatan. Asupan kalsium yang dibutuhkan pada usia remaja adalah sebesar 500-800 mg/hari. Tabel 1. Kebutuhan kalsium Umur
Kalsium (mg/hari)
10-18 thn
1000 mg
Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi Indonesia Tahun 2004
2.1.2 Fungsi Kalsium pada Usia Remaja
Kalsium atau zat kapur mempunyai peranan penting dalam berbagai fungsi tubuh yaitu sebagai pembentukan dan mempertahankan tulang dan gigi yang sehat, membantu proses pembekuan darah dan penyembuhan luka,
mengatur kontraksi otot, membantu transport ion melalui membrane, mempengaruhi penerimaan rangsang pada otot saraf, proses pembuahan, daya tahan tubuh dan sebagai komponen penting dalam produksi hormone dan enzim yang mengatur proses pencernaan, energi dan metabolisme lemak (Anonim, 2006). 2.1.3 Kekurangan Kalsium pada Usia Remaja
Kekurangan kalsium pada usia remaja dapat menimbulkan berbagai macam penyakit diantaranya adalah nyeri otot tulang. Kekurangan mineral kalsium ini dapat mengakibatkan pergerakan yang tidak normal pada seluruh otot licin dan otot jantung, sehingga tubuh kehilangan kelincahan, pengendalian keseimbangan, gerakan dan kemampuan koordinasi. Gerakan tubuh ditentukan oleh stimulasi otot tulang, sementara rangsangan otot tulang timbul karena peran kalsium yang sangat penting. Jika asupan kalsium dalam tubuh tidak memadai, maka akan terjadi nyeri otot pada tulang. Kalsium sebagai elamen tulang memberi kekerasan pada tulang, sehingga ia menjadi kerangka yang mampu menanggung berat badan (Fandi, 2009). 2.1.4 Sumber
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahan susu seperti keju, ikan yang dimakan beserta tulang termasuk ikan kering merupakan sumber
kalsium yang baik. Serealia, kacang-kacangan dan hasil olahan kacang seperti : tempe dan tahu serta sayuran hijau ( bayam, brokoli dan sawi ), rumput laut, udang kering dan wortel merupakan sumber kalsium yang baik (Irianto, 2004). 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asupan Kalsium
Berbagai faktor, seperti genetik dan lingkungan (gizi dan aktivitas fisik) mempengaruhi
kesehatan
tulang,
asupan
kalsium
dan
risiko
terhadap
osteoporosis. Di antara faktor gizi, kecukupan konsumsi kalsium adalah faktor yang penting pada seluruh tahap kehidupan. Usia muda adalah saat untuk memaksimalkan
kemampuan
genetis
dalam
pencapaian
massa
puncak
pertumbuhan tulang, dan usia lanjut adalah saat untuk memelihara massa tulang dan meminimalkan kehilangan massa tulang seiring dengan bertambahnya usia (Whiting 2004). Menurut Rindu (2009), faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan makanan sumber kalsium antara lain adalah karakteristik remaja yaitu jenis kelamin, besar uang saku per bulan, pengetahuan umum gizi dan pengetahuan kalsium. Karakteristik orang tua yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, frekuensi komsumsi bahan makanan sumber kalsium.
2.3 Pengetahuan 2.3.1 Pengertian
Menurut Notoadmojo (1997), pengetahuan merupakan apa yang diketahui seseorang tentang suatu hal yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu melalui pancaindra.
Perilaku
yang
didasari
pengetahuan
akan
lebih
baik
dibandingkan perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena dari pengalaman
dan
penelitian
ternyata
perilaku
yang
didasari
oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). 2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2007), Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :
1.
Tahu (Know) Tahu diartkan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2.
Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3.
Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam peemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan. 4.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunakan kata-kata kerja: dapat mengganbarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. 5.
Sintesis (Sinthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rum usan-rumusan yang telah ada. 6.
Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria
yang
telah
ada.
Misalnya:
Dapat
membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin dukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( over behavior ). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2.4 Remaja 2.4.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa yang ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada remaja, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja (Wahyuni, 2007). Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya (Permaisih, 2003). Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali
terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makanan di luar. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh teman, dan media terutama iklan di televise (Arisman, 2004). 2.4.2 Tahap Perkembangan Remaja
a. Masa pra-pubertas (12-13 tahun) Masa remaja yang ditandai dengan tumbuhnya organ seksual dan terjadi peningkatan hormon dalam tubuh remaja. b. Masa pubertas (14-16 tahun) Masa remaja yang biasanya ditandai dengan terjadinya menstruasi pada remaja wanita dan biasanya emosi remaja masih stabil. c. Masa akhir pubertas (17-18 tahun) Masa yang ditandai dengan kematangan fisik yang sempurna, kematangan seksual yang sempurna tetapi psikologis remaja belum matang. d.Periode remaja Adolesen (19-20 tahun) Masa ramaja yang ditandai sudah ada kematangan emosi, psikis, psikologis, dan seksual pada remaja. 2.4.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Remaja
Pertumbuhan remaja dengan cepat terjadi pada remaja usia 13 tahun sampai 17 tahun. Namun, pertumbuhan tidak serentak dan kecepatan
pertumbuhan antara remaja satu dengan yang lainnya juga tidak sama. Ada yang cepat pada usia 13 tahun sampai 4 tahun dan ada pula pertumbuhan fisiknya terjadi pada akhir remaja yaitu pada usia 17 tahun. Pertumbuhan fisik yang tidak serentak itu menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan bagi remaja, pertumbuhan fisik yang cepat itu juga dapat mengakibatkan perubahan lain pada segi sosial dan kejiwaan remaja (Wahyuni, 2007). Remaja sangat membutuhkan bimbingan dan tauladan agar dapat melalui masa-masa goncang akibat pertumbuhan fisik dan seksual yang cepat. Agar remaja dapat melalui masa-masa sulit itu maka diperlukan interaksi yang baik antara remaja denagan orang tua, remaja dengan guru disekolah, dengan teman sebaya dan dengan orang dewasa lainnya (Wahyuni, 2007). 2.4.4 Kebutuhan Zat Gizi Remaja
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA). Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinik, biokimia, antropometri, diet serta psikososial. Remaja putra memerlukan lebih banyak energi dari pada remaja putri. Pada usia 13 -15 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 2400 kkal per hari, dan pada usia 13-15 tahun remaja putri membutuhkan sekitar 2350 kkal per hari.
2.4.5 Masalah Gizi pada Remaja
1. Kekurangan Zat Besi Cukup banyak masalah yang berdampak negatif
terhadap kesehatan
dan gizi remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekurangan berat badan. Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan makanan remaja. Meskipun asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti besi, kalsium, dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, kondisi yang menyebabkan mereka kehilangan kesempatan bekerja (Arisman, 2004). 2. Ketidakseimbangan Asupan Ketidak seimbangan asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa dan lansia. Obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang banyak mengandung kalori tinggi dan lemak sementara aktivitas rendah (Arisman, 2004).
Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degenerative seperti penyakit diabetes mellitus, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan. Obesitas dapat dinyatakan kelebihan berat badan terhadap tinggi badan yang dinyatakan dengan Indeks Masa Tubuh (Arisman, 2004). 2.5 Hubungan Pengetahuan dengan Asupan Kalsium
Pengetahuan merupakan apa yang diketahui seseorang tentang suatu hal yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan yang dimilki sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang untuk memilih berbagai macam sumber bahan makanan terutama sumber bahan makanan yang mengandung kalsium. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan membuat seseorang mengerti pentingnya asupan kalsium dan zat gizi lainnya bagi tubuh sehingga kekurangan gizi dapat dicegah, sedangkan bagi perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan akan tidak begitu peduli terhadap pentingnya kalsium dan zat-zat gizi lainnya bagi tubuh. Seseorang yang tingkat pengetahuannya baik akan dapat memilih bahan makanan yang baik untuk kesehatannya, sehingga dapat mencapai status gizi yang optimal.
2.6 Hipotesis Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan remaja tentang kalsium dengan asupan
kalsium pada remaja di SMP 10 Bengkulu. Ha : Ada hubungan pengetahuan remaja tentang kalsium dengan asupan kalsium
pada remaja di SMP 10 Bengkulu
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah analitik dengan metode cross secsional. Dimana observasi atau pengukuran terhadap variable
independent yakni
pengetahuan remaja tentang kalsium dan variabel dependent yakni asupan kalsium pada remaja yang terjadi pada obyek diukur atau dikumpulkan secara bersamaan (simultan).
Asupan kalsium baik
Pengetahuan tentang kalsium Baik Asupan kalsium tidak baik
Asupan kalsium baik Pengetahuan tentang kasium kurang
Asupan kalsium tidak baik
Gambar 3.1. Desain Penelitian
3.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitianpenelitian yang akan dilakukan (Notoadmojo, 2005). Asupan kalsium pada remaja dipengaruhi oleh pengetahuan remaja, pengetahuan remaja yang kurang mempengaruhi asupan kalsium pada remaja.
Gizi
Pengetahuan remaja tentang kalsium
Aktifitas Fisik
Keterangan : Variable yang diteliti Variable yang tidak diteliti
Gambar 3.2. Konsep Penelitian
Asupan Kalsium ada rema a
3.3 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
1.
Asupan kalsium
2.
Pengetah uan tentang kalsium
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Jumlah rata- Recall 3X24 rata kalsium jam yang dikonsumsi oleh remaja per hari
Form Food Recall, DKBM, Daftar Konversi URT kedalam gr
0. Baik jika asupan kalsium ≥ 70% AKG 1.Tidak baik jika asupan kalsium < 70% AKG
Segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang kalsium meliputi kebutuhan kalsium perhari, mamfaat kalsium, makanan sumber kalsium, akibat bila kekurangan kalsium.
Kuesioner
0.Baik bila responden menjawab pertanyaan dengan benar lebih dari 5 soal. 1.Kurang, bila responden menjawab pertanyaan benar kurang dari 5 soal.
Menyebarkan Kuesioner
Skala Ukur Ordinal
Ordinal
3.4 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 10 Kota Bengkulu Tahun 2010 dengan jumlah 536 orang siswa. 3.5 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian adalah remaja di SMP Negeri 10 Kota Bengkulu . Rumus Perhitungan Besar Sampel (Bungin, 2008)
N=
N 2
N (d) + 1
=
536 2
536(0,1) +1 = 84 Sampel
Keterangan : N = Besar populasi N = Besar sampel D = Tingkat kepercayaan (ditentukan dalam contoh sebesar 90% atau 0,1) Setelah dilakukan perhitungan didapatkan sampel sebanyak orang dari siswa. Sampel yang diambil sesuai dengan kriteria sebagai berikut : 1. Bersedia sebagai sampel 2. Berstatus sebagai siswa di SMP N 10 Bengkulu dan dalam keadaan sehat.
3.6 Cara Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan teknik Cluster sampling, teknik sampel ini digunakan tidak untuk sampel individu, tetapi sampel untuk populasi yang berkelompok-kelompok. Dalam penggunaan sampel cluster yaitu sampel diambil 8-9 orang dari tiap-tiap kelas VII dan VIII yang jumlah total kelas ada 10 kelas (Mardalis, 2008). 3.7 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMP N 10 Kota Bengkulu Tahun 2010. 3.8 Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data 3.8.1 Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner dan formulir recall yang telah ditetapkan. Data sekunder didapat dari Dinas Pendidikan Kota Bengkulu. 3.8.2 Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah dengan menggunakan program komputer dengan tahap-tahap sebagai berikut
1. Editing (Pemeriksaan Data) Kegiatan
ini
meliputi
pemeriksaan
dan
melengkapi
serta
memperbaiki data yang telah ada secara keseluruhan. 2. Coding (Pengkodean Data) Hasil yang ada kemudian diklasifikasikan dengan menggunakan kode. 3. Tabulating (Tabulasi Data) Setelah dilakukan coding maka dilakukan tabulasi data dengan memberikan skor masing-masing jawaban responden. 4. Entry (Memasukan Data) Memasukkan data yang telah dilakukan editing dan coding tersebut ke dalam computer. 5. Cleaning (Pembersihan Data) Sebelum melakukan analisis, data yang sudah dimasukkan dilakukan pengecekan, pembersihan, jika ditemukan kesalahan pada entry data.
3.9 Analisis Data
1. Analisis Univariat Adalah metode statistik yang digunakan oleh peneliti yang menghasilkan distribusi dan persentase dari variable dengan rumus :
F P=
x100 %
n Keterangan : P : Jumlah persentase yang dicari f : Jumlah frekuensi untuk setiap kategori jawaban n : jumlah subjek penelitian kemudian data dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan dipersentasekan dan dimasukkan kedalam standar kriteria sesuai dengan definisi operasional. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variable bebas (independen) dengan variable terikat (dependen) menggunakan tabel 2X2 uji statistik chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.
(0 – E) 2
Rumus =X = ∑ E Keterangan : 0 : Frekuensi Observasi
2
E : Frekuensi Harapan 2
X : Nilai yang ada pada distribusi chi square Dengan keputusan statistik sebagai berikut : Df : (k-1) (b-1) Df : Tingkat kebebasan K : Jumlah kolom B : Jumlah baris (Hastono, 2007) Jadi untuk melihat hubungan tersebut maka diperoleh : 1. Ho
: diterima bila P value ≤ 0,05 artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang kalsium dengan asupan kalsium pada remaja SMP N 10 Bengkulu.
2. Ha
: diterima bila P value > 0,05 artinya ada hubungan antara pengetahuan tentang kalsium dengan asupan kalsium pada remaja SMP N 10 Bengkulu.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. S,2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Depkes RI, 2004. Masalah Gizi di Indonesia Kondisi Masyarakat Memprihatinkan. http://www.gizi.net.tanggal akses 26-02-2009 Meikawati. Wulandari, Jurnal Factors Assosiated To Adolescents’ Bone Density A study at SMAN 3 Semarang Jawa Tengah http://www.google.com.kumpulanjurnal ,
tanggal akses 19-02-2010
Mardalis, 2008. Metode penelitian Pendidikan: Gramedia, Jakarta
Notoatmodjo,2005. Metode Penelitian Kesehatan: Rineka Cipta, Jakarta
Permaisih, 2003. Gizi dan Remaja. http://digilib.itb.ac tanggal akses 2-3-2009
Supariasa, dkk, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Suryono, Komsumsi Pangan dan Kecukupan Gizipdf . http//www.google.com.komsumsipangan, tanggal akses 22-02-2010 Winarno. FG, 1992. Kimia Pangan Dan Gizi: Gramedia Pustka Utama, Jakarta Warjdat. Adit, Susu.dan Kalsium. http//www.google.com.Kalsium, tanggal akses 22-
02-2010
FOOD RECALL A. Data Responden
1. 2. 3. 4. 5.
Nama Umur Kelas Jenis Kelamin No responden
: : : : :
B. Data Food Recall
Hari Tanggal Recall Waktu Makan Kode Sampel : Pagi
Snack
Siang
Nama Masakan
: : Bahan Makanan
URT
Berat (gram)
Keterangan
Snack
Malam
Form Recall Komsumsi Bahan Makanan Remaja rata-rata Sehari Tanggal analisa: BM I (gr)
Jumlah
Hari II (gr)
III (gr)
Tota l (gr)
Ratarata(gr)
E(kal)
P (gr)
Zat Gizi Kh Lemak(gr) (gr)
Ca(gr)