Kuis Besar 1 Akuntansi Sumberdaya Manusia
Jelaskan secara komprehensif bagaimana pandangan Akuntansi mengenai
sumberdaya manusia. Hubungkan dengan pengertian asset, biaya, ataupun modal
dalam akuntansi yang terkait dengan sumberdaya manusia.
Jawaban diketik langsung dibawah pertanyaan ini dengan format font
times new romans 12, spasi 1.5, kemudian dikumpulkan pada hari Rabu, 26
Maret 2014 mulai pukul 08.00-17.00 di secretariat FEB (Devina). Jangan lupa
kutipan, referensi jika Anda mengutip dari sumber buku atau artikel jurnal.
LANDASAN TEORI
Pengertian Akuntansi Sumber Daya Manusia (Akuntansi SDM)
Akuntansi sumber daya manusia adalah pengukuran nilai sumber daya
manusia di dalam perusahaan, termasuk bagian laporan yang menggambarkan isu-
isu seperti biaya-biaya dan keuntungan dari pelatihan, mutasi karyawan,
nilai pengetahuan karyawan, dll (Ikhsan, 2008). Selain itu, menurut Harahap
(2008) akuntansi sumber daya manusia adalah proses pengidentifikasian dan
pengukuran data mengenai sumber daya manusia dan pengkomunikasian sumber
daya ini terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan adanya kedua
pengertian mengenai terkandung tiga pengertian akuntansi sumber daya
manusia, yaitu :
1. Mengidentifikasi nilai sumber daya manusia.
2. Mengukur biaya dan nilai sumber daya manusia yang dikontribusikan kepada
perusahaan.
3. Mengkaji pengaruh pemahaman informasi ini dan dampaknya pada perilaku
manusia.
Dengan adanya pengertian mengenai akuntansi sumber daya manusia, terdapat 4
fungsi yang melekat (Harahap, 2008). Keempat fungsi tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Untuk melengkapi informasi tentang nilai SDM untuk digunakan dalam
proses pengambilan keputusan tentang perolehan, alokasi, pengembangan,
pemeliharaan SDM agar tercapai tujuan organisasi.
2. Memberikan informasi kepada manajer personalia agar manajer personalia
dapat secara efektif memonitor dan menggunakan SDM.
3. Memberikan informasi kuantitatif tentang biaya dan nilai SDM sebagai
unsur organisasi.
4. Membantu pengembangan prinsip manajemen dengan menjelaskan akibat
keuangan dari praktik akuntansi sumber daya manusia.
PEMBAHASAN
Mengenai pandangan akuntansi mengenai sumber daya manusia sebagai
aset, biaya maupun modal terdapat kaitan yang sangat erat antar ketiga
aspek tersebut. Kaitan terhadap ketiga aspek tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Pandangan Akuntansi mengenai Sumber Daya Manusia sebagai Aset
Akuntansi sumber daya manusia mencatat pengeluaran untuk sumber daya
manusia sebagai investasi atau aset bukan sebagai biaya, kecuali untuk
beberapa pengeluaran tertentu yang memang harus dikapitalisasikan setiap
bulannya seperti gaji pegawai. Pengertian dari aset sendiri adalah benda
baik yang memiliki wujud maupun yang semu dan sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan yang diharapkan diperoleh manfaat ekonomisnya (Baridwan,
2004).
Sumber daya manusia haruslah merupakan suatu elemen yang dapat
terdefenisi dalam laporan keuangan. Jika sumber daya manusia akan disajikan
dalam laporan keuangan sebagai aset (asset ) atau beban (expense), maka
item tersebut harus memenuhi definisi dari aset (asset) atau beban
(expense). Terdapat tiga kriteria utama agar suatu item dapat diakui
sebagai aset, yaitu.
1. Memberikan manfaat ekonomi atau jasa-jasa potensial yang cukup pasti di
masa depan
2. Dikuasai oleh entitas
3. Akibat transaksi atau kejadian masa lalu
Pada kriteria yang pertama, Manfaat ekonomi yang dimaksudkan dalam
kriteria aset erat kaitannya dengan konsep probability (kemungkinan).
Kemungkinan tersebut terjadi jika perusahaan mengadakan program orientasi
karyawan baru, program pelatihan dan pengembangan, pendidikan formal untuk
jenjang tertentu, serta membangun fasilitas untuk meningkatkan moral
karyawan dengan harapan akan memperoleh manfaat di masa yang akan datang.
Dengan adanya hal ini, sumber daya manusia perusahaan telah mencakup
pengertian dari aset itu sendiri mengenai adanya manfaat yang didapat pada
perioda yang akan datang.
Pengertian dari kriteria yang kedua memiliki pengertian aset
merupakan sumber daya yang dikendalikan dan dimiliki oleh perusahaan.
Sumber daya manusia tidak dimiliki seperti halnya aset tetap berwujud,
tetapi perusahaan memiliki hak kepemilikan berupa hak operasional, yaitu
hak untuk mengambil manfaat atas potensi sumber daya manusia hanya untuk
kepentingan perusahaan, dan bukan hak milik atas fisik manusia. Hal ini
dapat dilakukan dengan jalan diadakan semacam kontrak kerja yang saling
mengikat, sehingga dengan adanya perangkat tersebut karyawan tidak dapat
memutuskan hubungan kerja secara sepihak saja. Hak untuk mengambil manfaat
atas potensi seluruh sumber daya manusia hanya untuk kepentingan perusahaan
dapat dicapai dengan jalan memberlakukan peraturan yang melarang karyawan
untuk merangkap bekerja di perusahaan lain. Jadi dapat disimpulkan pada
kriteria ini, sumber daya manusia dikuasai oleh perusahaan bila entitas
dapat menggunakan sumber daya manusia tersebut untuk kegiatan ekonomi dan
bebas dari akses pihak lain.
Kriteria yang ketiga adalah bahwa penguasaan atau pengendalian atas
manfaat ekonomi atau jasa-jasa potensial tersebut adalah sebagai akibat
dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Transaksi atau peristiwa dimasa
lalu yang dimaksud adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk memperoleh dan mengembangkan sumber daya manusia tersebut (biaya
untuk rekrutmen, pelatihan, pengembangan sumber daya manusia, dan lain-
lain).
Dengan demikian, pandangan akuntansi mengenai sumber daya manusia
sebagai aset adalah benar adanya sebagaimana disyaratkan dalam Statement of
Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 6.
Pandangan Akuntansi mengenai Sumber Daya Manusia sebagai Biaya
Definisi mengenai biaya dalam arti luas adalah "pengorbanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan yang telah terjadi ataupun yang
kemungkinan akan terjadi dimasa yang akan datang" (Mulyadi, 2000). Selain
itu menurut Carter &Usry (2002) biaya didefinisikan sebagai nilai tukar,
pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi
keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh
penyusutan saat ini atau di masa yang akan dating dalam bentuk kas atau
aktiva lain.
Akuntansi konvensional memperlakukan pengeluaran-pengeluaran untuk sumber
daya manusia hanya sebagai beban (expense), tanpa memisahkannya menjadi
komponen aktiva atau biaya. Perlakuan ini tidak terlepas dari konsep
konvensional dari suatu aktiva. Kriteria penting untuk menentukan apakah
suatu biaya itu merupakan aktiva atau beban sangat berhubungan dengan
potensi atau nilai manfaat yang diberikan pada masa yang akan datang.
Sebenarnya biaya yang dikorbankan oleh perusahaan terhadap sumber daya
manusia (untuk memperoleh manfaat) dapat dikualifikasikan sebagai aktiva
dan beban. Biaya-biaya tersebut harus diperlakukan sebagai beban dalam
perioda dihasilkannya manfaat tersebut.
Mengenai akuntansi sumber daya manusia sebagai biaya, terdapat metode
pengukuran akuntansi sumber daya manusia (Harahap, 2008) adalah sebagai
berikut.
1. Human Resource Cost Accounting
Akuntansi sumber daya manusia merupakan pengukuran dan pelaporan biaya
yang timbul untuk pencarian, pengembangan, dan penggantian tenaga kerja
sebagai sumber daya organisasi. Biaya ini terbagi atas 2 jenis yaitu.
a. Historical cost of human recources
Meliputi sumber-sumber yang telah dikeluarkan dalam rangka memperoleh
dan mengembangkan tenaga kerja . Contoh : biaya rekrutmen, seleksi,
pelatihan dan penempatan kerja.
b. Replacement cost of human resources
Meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menggantikan
sumber daya manusia yang sudah ada. Contoh : biaya pensiun, biaya
menunggu pegawai baru.
2. Human Resource Value Accounting
Human Resource Value Accounting merupakan nilai masa depan yang
diharapkan atas jasa seseorang pada masa sekarang. Terdapat 2 jenis
metode mengenai Human Resource Value Accounting adalah sebagai berikut.
a. Metode Monetary
Metode ini bertujuan untuk menilai nilai real yang mungkin dapat
diperoleh atas biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh,
merekrut, melatih dan mengembangkan sumber daya manusia, terbagi atas:
Discounted wage flows method, Adjusted discounted future wages method,
Present monetary value method, Discounted future value, Goodwill
methods, Economic value approach
b. Metode nonmoneter
Metode nonmoneter digunakan untuk menghitung nilai sumber daya manusia
dengan cara memberi ranking, skala, skor. Pemberian ranking, skala,
skor dilakukan dengan mendefinisikan perilaku ke dalam indikator
keuangan seperti laba perusahaan, titik pengembalian modal (break
event point), maupun defisit perusahaan. Beberapa metode menilai SDM
dengan teknik moneter yaitu: metode likert bowert, penukuran sikap,
dollarize attitude, dll.
Selain itu, menurut Ikhsan (2008) terdapat tiga konsep berbeda yang
telah diusulkan untuk mengukur biaya sumber daya manusia yaitu.
1. Biaya Dasar adalah mengacu pada pengorbanan yang sesungguhnya terjadi
untuk memperoleh dan mengembangkan sumber daya manusia. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan sejumlah sumber daya manusia yang dimiliki.
2. Biaya Pengganti merujuk kepada pengorbanan yang akan atau harus terjadi
sekarang ini untuk menggantikan sumber daya manusia yang sedang
diperkerjakan. Biaya ini termasuk biaya-biaya keluar dari sisa karyawan
dan biaya perekrutan serta pelatihan pengganti
3. Biaya Opportunity adalah merujuk kepada sumber daya manusia dengan
menggunakan alternatifnya yang paling mendukung.
Pandangan Akuntansi mengenai Sumber Daya Manusia sebagai Modal
Menurut Suwarto (2006), laporan keuangan merupakan salah satu bentuk
informasi keuangan yang disajikan perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Akuntansi
sumber daya manusia dalam laporan keuangan disajikan dalam sisi aktiva pada
pos investasi sumber daya manusia dan pada sisi kewajiban dan modal pada
pos modal sumber daya manusia sebesar nilai total investasi sumber daya
manusia. Sedangkan nilai amortisasi sumber daya manusia masuk ke dalam
Laporan Laba Rugi perusahaan sebagai pengurang biaya operasional
perusahaan yang diakui sebesar jumlah biaya untuk pengembangan sumber daya
manusia dibagi taksiran umur ekonomis sumber daya manusia pada perioda
bersangkutan.
Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan, modal yang
konvensional seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan aktiva
fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang
berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi, akan diperoleh cara dalam menggunakan sumber
daya lainnya secara efisien dan ekonomis yang nantinya akan memberikan
keunggulan bersaing (Istanti, 2009). Salah satu yang menarik adalah
pengungkapan modal intelektual sebagai salah satu instrumen penilaian
perusahaan (Purnomosidhi, 2006). White et al. (2007) dalam Istanti (2009)
mengemukakan bahwa suatu kunci riset pada pengungkapan modal intelektual
adalah pendapat yang menguasai pengungkapan pada nilai tak berwujud yang
lunak seperti pengetahuan karyawan, hubungan pelanggan, visi strategis, dan
manajemen kepemilikan intelektual. Pengungkapan modal intelektual merupakan
suatu cara yang penting untuk melaporkan sifat alami dari nilai tak
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan. Selain itu modal intelektual juga
berguna untuk menjembatani adanya ketidaksesuaian informasi (information
gap) yang timbul antara pihak manajer dan pemilik perusahaan.
Menurut Dominguez (2011), modal manusia diartikan sebagai sumber
pendapatan yang nilainya dihitung berdasarkan nilai sekarang dari
pendapatan yang akan datang, yang didiskontokan dengan tingkat bunga
tertentu terhadap pemilik sumber atau pembeli potensial. Sumber daya
manusia memerankan peran penting dalam sebuah kesuksesan perusahaan karena
pada ekonomi global dibutuhkan inovasi dan fleksibilitas untuk menunjang
performa dari sebuah perusahaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai Akuntansi sumber daya manusia
sebagai aset, biaya dan modal terdapat kesimpulan didalamnya. Terdapat
perbedaan pandangan mengenai sumber daya manusia sebagai aset dan biaya.
Hal ini terlihat pada satu sisi bahwa sumber daya organisasi tidak akan
mendatangkan laba seperti yang diinginkan oleh perusahaan apabila
perusahaan tidak memiliki sumber daya manusia yang berkompeten untuk
mengelolanya. Disisi lain timbul permasalahan mengenai penyusunan definisi,
pengukuran maupun pengalokasian sumber daya manusia tersebut. Perusahaan
menginginkan laba yang maksimal dengan menggunakan segala sumber daya yang
dimilikinya termasuk didalamnya yaitu sumber daya manusia. Hal ini
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah memilih karyawan yang
memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sesuai tanggung jawabnya
terhadap perusahaan. Selain itu adanya proses manajemen sumber daya manusia
seperti pengembangan, alokasi, konservasi, evaluasi, dan penghargaan akan
menimbulkan tambahan biaya bagi perusahaan, sehingga akan berdampak pada
modal yang dimiliki oleh perusahaan. Namun pada kenyataannya, hal tersebut
tetap saja dilakukan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dan mengembangkan sumber daya
manusia tidak hanya memberikan manfaat pada perioda terjadinya saja, tetapi
juga memberikan manfaat untuk beberapa perioda yang akan datang. Hal ini
menjelaskan adanya pandangan sumber daya manusia sebagai aset perusahaan.
Seringkali perusahaan lebih terpusat pada sumber organisasi yang lain
seperti mesin, tanah, bangunan, bahan baku, dan lain-lain. Hal ini
disebabkan oleh tidak terdefinisinya sumber daya manusia sebagai sumber
organisasi, sulitnya pengukuran, pengalokasian maupun pengkapitalisasian
nilai sumber daya manusia tersebut. Nilai sumber daya manusia yang dimaksud
adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menrekrut,
mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia.
Pengeluaran yang dicatat sebagai investasi adalah pengeluaran untuk
rekruitmen, training, orientasi, pelatihan maupun pengembangan sumber daya
manusia. Jumlah investasi ini dikapitalisasikan dan diamortisasi secara
periodik menurut taksiran umur yang bersangkutan. Nilai investasi ini akan
tercatat sebagai aktiva sumber daya manusia di bagian aktiva perusahaan.
Aktiva sumber daya manusia ini akan mengalami penyusutan setiap periodanya
dan tercatat sebagai amortisasi sumber daya manusia. Adapun keluarnya
karyawan dari sebuah perusahaan atau tidak masuknya karyawan karena
sakit/cuti, tercatat sebagai kerugian perusahaan. Biaya yang dianggap
sebagai murni biaya contohnya biaya gaji, menjadi salah satu contoh
komponen biaya yang melekat pada sumber daya manusia perusahaan.
Untuk sisi modal, perusahaan memiliki modal khusus dalam hal ini
sumber daya manusia, yang memegang peran penting dalam sebuah kemajuan
perusahaan, karena pada ekonomi global dibutuhkan inovasi dan fleksibilitas
untuk menunjang performa dari sebuah perusahaan. Modal perusahaan berupa
SDM ini bukan merupakan modal yang konvensional, seperti sumber daya alam,
sumber daya keuangan dan aktiva fisik lainnya. Keberadaan SDM yang baik
menjadi penting dengan adanya basis pengetahuan dan teknologi. Dengan
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan diperoleh cara dalam
menggunakan sumber daya konvensional lainnya secara efisien dan ekonomis
yang nantinya akan memberikan keunggulan bersaing, sebagai salah satu
instrumen penilaian keberhasilan suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Carter dan Usry. (2002). Cost Accounting. Buku 1. Edisi 13. Alih Bahasa:
Krista. Jakarta: Salemba Empat.
Baridwan. (2004). Sistem Akuntansi, Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi
ke 5. Yogyakarta: BPFE – UGM.
Dominguez. (2011). The Impact Of Human Resource Accounting On Corporate
Image. Jurnal of Human Resource Costing and Accounting. Vol. 15 Iss: 4
pp. 279 – 298.
Harahap. (2008). Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah. Jakarta:Pustaka
Quantum.
Ikhsan. (2008). Akuntansi Sumber Daya Manusia:Suatu Tinjauan Penilaian
Modal Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Istanti. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela
Modal Intelektual (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang
Listing di BEI). Tesis, Program Studi Magister Sains Akuntansi Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Purnomosidhi, Bambang. 2006. "Pengungkapan Suka Rela Modal Intelektual Pada
Perusahaan Publik Di BEJ". Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 9 No.
1. Hal 1.
Rahajeng, Rahmi Galuh. 2010. "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)". Skripsi
Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Suwarto. (2006). "Akuntansi Sumber Daya Manusia Sebagai Alternatif Dalam
Penyusunan Laporan Keuangan". Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Slamet Riyadi Surakarta.