LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU BEDAH KHUSUS
ORCHIECTOMY PADA KUCING
DISUSUN OLEH:
DINA ANISA ISNU HIDAYATI
115130100111046
KELAS B
KELOMPOK 5
ASISTEN PRAKTIKUM:
CITRA
LABORATORIUM ILMU BEDAH KHUSUS
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir pemeliharaan hewan kesayangan terutama anjing dan kucing meningkat dengan pesat. Hal ini menunjukkan bahwa anjing dan kucing telah memiliki posisi yang unik dalam kehidupan manusia. Anjing dan kucing tidak hanya dijadikan sebagai hewan penjaga rumah, tetapi juga sudah dianggap sebagai bagian dari anggota keluarga. Mereka bisa dilatih, diajak bermain dan merupakan teman yang sangat tepat untuk menghilangkan stres. Memiliki satu atau dua ekor anjing atau kucing tentu sangat menyenangkan, tapi yang terjadi apabila populasi mereka meningkat secara tidak terkontrol akibat perkawinan yang tidak diinginkan tentu akan sangat merepotkan.
Selain itu peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit. Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada anjing maupun kucing baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat atau menghilangkan testis (jantan) atau ovarium (betina). Pada hewan jantan dinamakan kastrasi/orchiectomy, sedangkan pada hewan betina dinamakan ovariohysterectomy (OH).Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau mengangkat ovarium beserta dengan uterusnya (ovariohysterectomy).
Sterilisasi pada hewan jantan atau biasa disebut dengan kastrasi (Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord (cordaspermatica). Tujuan dilakukan pembedahan ini diantaranya untuk sterilisasi seksual, adanya neoplasma, dan kerusakan akibat traumatik (Widyaputri dkk, 2014).
Program pengendalian populasi hewan kecil harus dicanangkan dan didukung terutama oleh dokter hewan. Oleh sebab itu, sebagai calon dokter hewan masa depan hendaknya memiliki kemampuan yang berkaitan tentang
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya bedah kastrasi atau orchidektomi adalah untuk sterilisasi sexual, neoplasma, dan kerusakan-kerusakan akibat traumatik. Dalam hal ini, sebagai praktikan, bedah kastrasi ini bertujuan untuk mengetahui teknik kastrasi yang benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem reproduksi jantan terdiri dari dua testes (testikel) yang terbungkus di dalam skrotum. Testis menghasilkan spermatozoa (sel kelamin jantan) dan testosterin atau hormone kelamin jantan. (Frandson, 1993).
Testis merupakan organ primer dari alat reproduksi jantan yang menghasilkan spermatozoa dan hormon-hormon reproduksi, khususnya testosteron. Saat dewasa kelamin testis turun dari rongga perut ke dalam skrotum melalui kanalis inguinalis (Frandson, 1993). Contoh tindakan bedah yang dilakukan terhadap testis adalah kastrasi. Kastrasi atau orchiectomi adalah tindakan bedah yang dilakukan pada testis, berupa pengambilan atau pemotongan testis dari tubuh (Komang et al, 2011)
Orchidektomi atau kastrasi adalah sebuah prosedur operasi/bedah dengan tujuan membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (anastesi umum). (Fossum, 2002). Kastrasi (Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord (cordaspermatica). Tujuan dilakukan pembedahan ini diantaranya untuk sterilisasi seksual, adanya neoplasma, dan kerusakan akibat traumatik. Terdapat dua jenis kastrasi, yaitu kastrasi tertutup dan kastrasi terbuka. Kastrasi tertutup adalah tindakan bedah dimana testis dan spermatic cord dibuang tanpa membuka tunica vaginalis yang biasanya dilakukan pada anjing ras kecil atau masih muda dan kucing. Keuntungan cara ini adalah dengan tidak dibukanya tunica vaginalis, maka kemungkinan terjadinya hernia scrotalis dapat dihindari. Sedangkan kastrasi terbuka adalah tindakan bedah dimana semua jaringan skrotum dan tunica vaginalis diinsisi dan testis serta spermatic cord dibuang tanpa pembungkusnya (tunica vaginalis). Keuntungan cara ini adalah ikatan pembuluh darah terjamin. Akan tetapi kerugiannya dapat menyebabkan hernia scrotalis karena dengan terbukanya tunica vaginalis menyebabkan adanya hubungan dengan rongga abdomen (Widyaputri dkk, 2014).
Metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu (Komang et al, 2011):
1. Metode terbuka
Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi terbungkus
2. Metode Tertutup
Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga testis masih terbungkus oleh tunika vaginalis communis. Peningkatan dan penyayatan pada funiculus spermaticus (Komang et al, 2011).
Dalam istilah medis, desexing (kastrasi) kucing betina disebut spaying dan pada jantan disebut neutering. Keuntungan dari kastrasi anak kucing sejak usia 10-12 minggu adalah mencegah penyebaran kucing secara berlebihan dan mengurangi kemungkinan terkena penyakit kanker. Usia yang masih sangat muda membutuhkan waktu bedah yang lebih singkat dan pendarahan lebih sedikit sehingga akan sembuh lebih cepat, pada akhirnya kucing dan pemiliknya akan mengalami stress yang lebih sedikit (Chandler, 1985).
Kucing yang akan dikebiri harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar kucing dikebiri ketika berumur 5-8 bulan. Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkebiri kucing sebelum memasuki masa puber, karena dapa mencegah munculnya sifat/perilaku kucing yang tidak diinginkan (Ibrahim, 2000). Sterilisasi dapat dilakukan pada saat anjing/kucing berumur 8 minggu, tetapi lebih baik dilakukan setelah anjing dan kucing divaksinasi lengkap, setelah sistem immunitas tubuh (kekebalan) mereka bekerja dengan baik, tetapi sebelum masuk masa pubertas (umur 4-6 bulan).
Sterilisasi memiliki kelemahan dan manfaat. Anjing yang disteril sebelum masa pubertas cenderung memiliki kaki yang lebih panjang, dada datar dan tengkorak yang sempit, karena hormon yang mengatur aktivitas seksual juga berinteraksi dengan hormon yang memandu pertumbuhan otot, tulang dan tendon. Kelemahan operasi sterilisasi mencakup meningkatnya kejadian incontinance kandung kemih, termasuk keberadaan batu uretra dan obstruksi saluran kemih pada kucing yang sudah di kastrasi. Anjing yang sudah disteril juga memiliki effect hormon–responsive alopecia (hair loss) akibat hypotiroid (Dewi, 2012). Beberapa anjing/kucing bereaksi buruk terhadap anasthesi (obat bius), kadang terjadi komplikasi pembedahan yang meliputi bleeding (perdarahan) dan infeksi, sehingga luka sukar sembuh dengan baik. Resiko ini bisa meningkat pada beberapa hewan yang memiliki masalah kesehatan. Oleh karena itu anjing/kucing yang akan di steril harus di pastikan berada dalam kondisi sehat.Sedangkan keuntungan kastrasi antara lain:
Mencegah kelahiran anak kucing yang tidak diinginkan. Selain menjaga populasi kucing tetap terkendalikan, tindakan ini juga memungkinkan pemilik kucing bisa merawat kucing-kucingnya dengan maksimal.
Tidak Suka Berkeliaran. Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar melalui udara. Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat mengetahui dimana letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini, lalu kemudian mencari dan mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh.
Peningkatan Genetik. Beberapa kucing disterilisasi karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan kucing-kucing cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah kucing-kucing cacat dapat dikurangi.
Teknik Operasi
Pra Operasi
Persiapan ruang operasi
Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari debu), kemudian disterilisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan (alcohol 70%).
Preparasi alat
Sterilisasi alat-alat bedah
Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau pembuluh darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh mikroba pathogen. Peralatan bedah minor yang dipakai dalam operasi antara lain towel clamp, pinset anatomis dan syrurgis, scalpel dan blade untuk menyayat kulit, gunting untuk memotong jaringan atau bagian organ lainnya, arteri clamp untuk menghentikan perdarahan dan needle holder.
Pembungkusan Alat-alat Bedah
Kain pembungkus dibuka di atas meja, kemudian wadah peralatan diposisikan di bagian tengah
Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi peralatan dan ujung lainnya dilipat mendekati tubuh
Sisi bagian kanan dilipat, kemudian bagian kiri
Disiapkan kain wadah yang telah dibungkus dengan kain pembungkus pertama diposisikan kembali di bagian tengah pada sisi diagonal
Sisi bagian kanan dilipatm kemudian bagian kiri
Ujung lainnya dilipat mendekati tubuh dan diselipkan untuk memudahkan pada saat membuka
Sterilisasi dengan oven dengan suhu 100oC selama 60 menit.
Pembukaan Alat Bedah yang Sudah Steril
Kain dibuka dari bagian yang diselipkan
Peralatan diletakkan di atas meja
Premedikasi dan anastesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi, bradikardia dan muntah.
Premidikasi yang digunakan adalah Atropin. Atropin sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg BB secara subkutan selama 15 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 2 mg/kgBB, xylazine dengan dosis 2 mg/kgBB secara intramuskular.
Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis yang berarti rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini (Gan, 1987).
Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat, yaitu:
Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup,
Cara pemberian mudah,
Mulai kerja obat yang cepat dan
Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.
Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan. Obat anastesi yang sering digunakan pada hewan antara lain Ketamin dan Xylasin. Ketamin merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Secara kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan berbentuk bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261ºC. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5
Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi berperan sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada dan mata masih terbuka.
Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik yang bagus. Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit, lama kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit. Menurut Kumar (1997) dosis ketamin pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intra muskuler.
Perawatan Post Operasi
Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk membantu proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi sekunder seperti antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga, menginngat luka operasi sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post operasi dilakukan selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses penutupan luka secara sempurna.
BAB III
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
3.1 Hasil Pemeriksaan Hewan
Signalement
Nama : Entong
Jenis hewan : Kucing kampung
Kelamin : Jantan
Ras/Breed : Domestic cat
Warna bulu/kulit : Putih abu-abu
Umur : 2 tahun
Berat badan : 3,5 kg
Tanda khusus : Mata kanan sering mengeluarkan discharge
Temp : 39,0oC
Pulse : 104 kali/menit
Membrane mukosa : < 2 detik
3.2 Perhitungan Dosis Obat
Nama Obat
Perhitungan Dosis
Dosis
Total
Waktu
Betamox
15 mg/kg x 3,5
150
0,35 mg/kg
13.10 WIB
Amoxycillin syrup
20 mg/kg x 3,5
125/5
2,8 mg/ml
Post-operatif
Atropin
0,04 mg/ml x 3,5
1
0,14 mg/kg
13.35 WIB
Ketamine
10 mg/ml x 3,5
100
0,35 mg/ml
13.50 WIB
Xylazine
2 mg/ml x 3,5
20
0,35 mg/ml
13.50 WIB
Castran
0,02 ml/kg x 3,5
1
0,07 ml/kg
13.20 WIB
Ketoproven
1 mg/ml x 3,5
50
0,07 mg/ml
Vicilin
-
1 ml
3.3 Monitoring Kondisi Fisiologis
Kontrol Pemeriksaan
Menit
0
15
30
45
60
75
90
105
120
Pulsus (/menit)
108
96
80
104
88
100
112
84
100
Temp (oC)
39,2
39,1
39,3
39,2
39,0
39,1
39,2
38,9
38,8
Menit
135
150
165
180
195
210
225
240
255
Pulsus (/menit)
116
108
104
120
124
108
104
116
100
Temp (oC)
38,9
38,7
38,6
38,6
38,7
38,5
38,5
38,4
38,3
Menit
270
285
300
315
330
345
Pulsus (/menit)
96
112
104
108
104
108
Temp (oC)
38,4
38,3
38,4
36,8
38,3
38,2
Mulai operasi : 14.15
Selesai operasi : 15.30
Mulai Anestesi : 13.50
3.4 Form Rawat Inap Pasca Operasi
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
30-9-2014
38,8
-
-
-
Pink
Amoxycillin syrup 2,8 mg/ml
2 kali sehari pagi dan sore
Belum melakukan defekasi dan urinasi
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
1-10-2014
38,9
Baik
Baik
Baik
Pink
Amoxycillin syrup 2,8 mg/ml
2 kali sehari pagi dan sore
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
2-10-2014
38,7
Baik
Baik
Baik
Pink
Amoxycillin syrup 2,8 mg/ml
2 kali sehari pagi dan sore
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
3-10-2014
38,6
Baik
Baik
Baik
Pink
Amoxycillin syrup 2,8 mg/ml
2 kali sehari
Pagi dan sore
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
4-10-2014
38,7
Baik
Baik
Baik
Pink
Lain-lain:
Pemberian amoxicillin syrup tidak sampai 5 hari dikarenakan ada sirup yang tumpah saat diberikan terapi karena kucing sedikit memberontak
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
5-10-2014
38,5
Baik
Baik
Baik
Pink
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
6-10-2014
38,8
Baik
Baik
Baik
Pink
Catatan:
Kucing agresif
Lain-lain:
Periksa kucing bersama drh. Dodik.
BB kucing turun 3 ons dari awalnya 3,5 kg menjadi 3,2 kg setelah beberapa hari pasca operasi.
Jahitan belum bisa dibuka, ditunggu beberapa hari lagi karena masih basah.
Tidak ada radang.
Drh. Dodik memprediksi adanya timbulnya hernia pada bagian testis yang dikastrasi terbuka.
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
7-10-2014
38,7
Baik
Baik
Baik
Pink
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
8-10-2014
38,6
Baik
Baik
Baik
Pink
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
9-10-2014
38,7
Baik
Baik
Baik
Pink
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
10 Oktober 2014
38,8
Baik
Baik
Baik
Pink
Lain-lain:
Periksa kucing bersama drh.fauzi
Kucing masih infeksi dan terdapat puss (nanah), diberi antibiotik kembali selama 5 hari kedepan, diberi betadine, diberi kolar dan obat mata
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
11 Oktober 2014
38,6
Baik
Baik
Baik
Pink
Amoxycillin syrup 2,56 ml, 2 kali sehari
Betadine 2 kali sehari
Salep mata, Teramycin 4 kali sehari
Lain-lain:
Daerah jahitan masih infeksi dan bengkak
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
12 Oktober 2014
38,7
Baik
Baik
Baik
Pink
Amoxycillin syrup 2,56ml
Betadine 2 kali sehari
Salep mata, Terramycin 4 kali sehari
Lain-lain:
Sering tidur dalam sehari
Dosis dari 2,8 ml berubah menjadi 2,56 ml karena turun berat badan 3 ons
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
13 Oktober 2014
38,8
Baik
Baik
Baik
Pink
Amoxycillin syrup 2,56ml
Betadine 2 kali sehari
Salep mata, Terramycin 4 kali sehari
Lain-lain:
Sering tidur
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
14 Oktober 2014
38,7
Baik
Baik
Baik
Pink
Amoxycillin syrup 2,56ml
Betadine 2 kali sehari
Salep mata, Terramycin 4 kali sehari
Lain-lain:
Sering tidur
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
15 Oktober 2014
38,8
Baik
Baik
Baik
Pink
Amoxycillin syrup 2,56ml
Betadine 2 kali sehari
Salep mata, Terramycin 4 kali sehari
Lain-lain: sering tidur
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
16 Oktober 2014
38,8
Baik
Baik
Baik
Pink
Betadine 1 kali sehari
Salep mata Terramycin 4 kali sehari
Lain-lain:
Sering tidur
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
17 Oktober
2014
38,9
Baik
Baik
Baik
Pink
Salep mata Terramycin 4 kali sehari
Lain-lain:
Skrotumnya dan lukanya masih memberkak
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
18
Oktober
2014
38,9
Baik
Baik
Baik
Pink
Salep mata Terramycin 4 kali sehari
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
19 Oktober 2014
38,9
Baik
Baik
Baik
Pink
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
20 Oktober 2014
38,9
Baik
Baik
Baik
Pink
Lain-lain:
Masih ada nanah/pus disekitar jahitan
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
21 Oktober 2014
38,8
Baik
Baik
Baik
Pink
Lain-lain:
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
22 Oktober 2014
38,8
Baik
Baik
Baik
Pink
Lain-lain
Masih ada sedikit pus di daerah jahitan
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
23 Oktober
2014
38,7
Baik
Baik
Baik
Pink
Lain-lain:
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
24 Oktober
2014
38,6
Baik
Baik
Baik
Pink
Lain-lain:
Luka mulai mengering
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
25 Oktober
2014
38,9
Baik
Baik
Baik
Pink
Lain-lain:
Luka mulai mengempes
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
26 Oktober
2014
38,9
Baik
Baik
Baik
Pink
Lain-lain:
Luka mengempes, tidak ada nanah/pus lagi
Tanggal
Suhu
Appetite
Defekasi
Urinasi
SL
Terapi
27
Oktober 2014
38,8
Baik
Baik
Baik
Pink
Betadine pada daerah skrotum yang dibuka jahitannya
Lain-lain:
Buka jahitan pada kucing, karena sudah mongering dan jahitan sudah dibuka sebagian oleh kucing
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Kucing Entong dalam kandang dan tenang
2. Injeksi Atropine
3. Injeksi Ketamine Xylazine
4. Pencukuran bulu pada daerah scrotum
5. Fiksasi kaki depan dan belakang dengan tali
6. Proses incisi kulit scrotum dan pemotongan testis kanan dan kiri
7. Sepasang testis yang telah dipotong
8. Pasca jahitan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Persiapan Alat Dan Bahan
Sebelum melakukan operasi, alat-alat yang digunakan seperti blade dan scalpel, arteri clamp, gunting tajam-tajam, jarum ujung segitga, pinset chirurgis dan anatomis harus berada dalam keadaan steril agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat menghambat proses penyembuhan luka(Komang et al, 2011).
Bahan-bahan yang digunakan dalam hal ini antara lain tampon, catgut chromic 3-0 untuk meligasi spermatic cord, silk 3-0 untuk menutup kulit bagian luar, alkohol 70%, povidone iodine, castran 0,07 ml, premedikasi atropine 0,14 ml, anastesi ketamin 0,35 ml dan xylazine 0,35 ml, antibiotik betamox 0,35 ml, vicilin 1ml dan amoxicillin 2,8 ml serta analgesik ketoprofen 0,07 ml.
4.2.2 Persiapan Operator dan Co Operator
Operator maupun Co operator harus dalam keadaan yang steril dengan memakai jas lab, glove steril dengan disemprot alkohol 70% terlebih dahulu dan masker. Kondisi operator dan co operator harus dalam keadaan yang sehat fisik agar pelaksanaan operasi berjalan lancar.
4.2.3 Persiapan Hewan
Kucing sebagai pasien operasi harus dalam kondisi yang sehat dan umur yang cukup. Hal tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik berupa inspeksi ada atau tidaknya keabnormalan bagian tubuh, pengukuran berat badan, pulsus, temperature, membrane mukosa, penentuan umur dengan melihat gigi yang telah tanggal(Komang et al, 2011).
Kucing dipuasakan makan 8-12 jam sebalum pembedahan. Kemudian kucing diinjeksikan betamox 0,35 ml secara intramuscular. Betamox merupakan antibiotik. Lalu castran 0,07 ml secara intramuscular. Castran merupakan premedikasi golongan acepromazin. Lalu diberikan atropine 0,14 ml secara intramuscular. Atropin merupakan premedikasi golongan antikolinergik atau parasimpatik. Obat premedikasi bertujuan untuk mencegah terjadinya muntah, dan mempercepat proses anastesi. Selanjutnya ditunggu 15 menit yang kemudian diberikan anastesi dari campuran ketamin 0,35 ml dan xylazine 0,35 ml secara intramuscular. Kombinasi ketamin-xylazin merupakan kombinasi obat anestesi yang ideal karena menghasilkan efek yang sinergis yaitu efek analgesik yang kuat dan relaksasi otot yang bagus (Komang, et al, 2011).
Setelah pasien teranastesi, hewan diterlentangkan di meja operasi dan difiksasi pada ke empat kaki lalu dilakukan pencukuran rambut pada bagian yang akan dilakukan pembedahan selanjutnya didisenfeksi dengan povidone iodine agar tidak terjadi kontaminasi (Komang et al, 2011).
4.2.4 Pelaksanaan Operasi
Setelah semuanya telah siap, kucing diberikan duk disekitar bagian scrotum dengan scrotum tidak tertutup duk. Metode kastrasi yang digunakan adalah tipe kastrasi terbuka yakni Tunica vaginalis communis ikut disayat, testis diikat kemudian dipotong dan dilepaskan dari ligament penggantungnya(Komang et al, 2011). Pelaksanaan Operasi dimulai pada pukul 14.15 WIB. Berikut operasi yang dilakukan:
Bagian scrotum di tekan dengan tangan sampai terlihat batas tengah antara kedua testis. Batas tersebut diinsisi dengan menggunakan blade. Panjang sayatan disesuaikan dengan ukuran testis.
Selanjutnya bagian tunica vaginalis comunis dari salah satu testis ikut disayat sampai testis menyembul keluar dengan menekan bagian testis. Pada saat menyayat tunica vaginalis comunis, terjadi pendarahan akibat pembuluh darah kecil tidak sengaja ikut terinsisi. Sehingga saat proses penyayatan, praktikan sedikit terganggu karena pembuluh darah yang tersayat mengeluarkan darah terus menerus.
Setelah testis menyembul keluar, testis ditarik sampai terlihat spermatic cord (duktus deferens dan pembuluh darah). Kemudian dilakukan ligasi menggunakan arteri clamp pada masing-masing duktus deferens dan pembuluh darah. Lalu diligasi dengan arteri clamp, masing-masing duktus deferens dan pembuluh darah diligasi menggunakan catgut chromic 3-0 diantara arteri clamp dan testis sampai benar-benar terligasi secara kuat, hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi perdarahan saat pemotongan testis. Setelah masing-masing diligasi., pembuluh darah dan duktus deferens diligasi menjadi satu menggunakan catgut chromic 3-0 agar benar-benar terikat kuat.
Sesudah dilakukannya ligasi, testis dipotong menggunakan gunting tajam-tajam, pemotongan dilakukan di antara testis dan ligasi.
Untuk testis berikutnya juga dilakukan dengan metode yang sama dengan testis sebelumnya. Untuk testis berikutnya, pada saat penyayatan tunica vaginalis comunis terjadi pendarahan kembali. Setelah kedua testis terambil, disemprotkan dengan menggunakan spuit yang berisi vicillin sebanyak 1 ml di sekitar ligasi. Vicillin merupakan antibiotik, berfungsi untuk mencegah adanyak kontaminasi bakteri yang dapat menghambat proses penyembuhan.
Kedua testis telah dipotong, selanjutnya dilakukan penjahitan pada kulit bagian luar yang diinsisi (scrotum) menggunakan silk 3-0 dengan jahitan terputus sederhana sebanyak 5 jahitan. Pada saat proses penjahitan, pasien mulai sedikit sadar, sehingga operator mengalami kesulitan. Ditambah dengan kulit scrotum yang tebal sehingga sangat susah untuk menjahitnya.
Setelah selesai menjahit, luka diolesi dengan betadine agar luka cepat menutup dan cepat kering. Dan diinjeksi ketoprofen 0,07 ml secara intramuscular untuk mengurangi rasa sakit (analgesik). Operasi selesai dilakukan pada pukul 15.30 WIB.
Teknik kastrasi terbuka dilakukan pada testis sebelah kiri, sedangkan teknik kastrasi tertutup pada testis sebelah kanan. Hal ini dilakukan karena pengeluaran testis dari scrotum sebelah kanan susah dilakukan.
4.2.5 Perawatan Pasca Operasi
Pada saat perawatan di rumah, setelah operasi pasien ditempatkan pada kandang yang bersih dan kering dengan lampu penghangat di dalamnya. Luka operasi secara rutin dikontrol kebersihannya dan kesembuhannya. Terapi yang diberikan selama 7 hari berturut-turut adalah pada pagi hari diberikan amoxicillin syrup secara oral sebanyak 2,8 ml dan betadine topikal pada bagian luka, pada sore hari diberikan amoxicillin secara oral sebanyak 2,8 ml. Tetapi pada hari ke-5, terapi amoxicillin tidak diberikan dikarenakan habis.
Pada awal setelah operasi, malamnya pasien tidak ,mau makan, tetapi besok paginya pasien mau makan tetapi mengalami muntah. Pada hari selanjutnya, pasien sudah mulai menunjukkan keadaan yang normal. Kondisi luka belum menunjukkan adanya kesembuhan ditambah dengan adanya puss (nanah) dan mengalami bengkak pada luka tersebut. Proses pelepasan jahitan selama 1 bulan (operasi tanggal 29 September 2014 dan dibuka jahitan 27 Oktober 2014).
BAB V
KESIMPULAN
Orchidektomi atau kastrasi merupakan sebuah prosedur operasi/bedah dengan tujuan membuang testis hewan. Terdapat dua tipe kastrasi yakni kastrasi terbuka dan kastrasi tertutup. Pada praktikum ilmu bedah khusus kali ini, kami menggunakan tipe kastrasi terbuka yakni dengan Tunica vaginalis communis ikut disayat, testis diikat kemudian dipotong dan dilepaskan dari ligament penggantungnya. Pada pelaksanaan operasi yang kami lakukan, sempat terjadi pendarahan pada saat penyayatan tunica vaginalis communis, namun secara keseluruhan operasi berjalan dengan lancar. Pada saat perawatan pasca operasi,pasien mengalami sedikit masalah dimana kucing pada minggu pemeriksaan terprediksi adanya hernia dan kemudian keluar puss (nanah). Proses pelepasan jahitan selama 1 bulan (operasi tanggal 29 September 2014 dan dibuka jahitan 27 Oktober 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Chandler EA. 1985. Feline Medicine and Therapeutics. London. Hickman, Jhon, dkk. 1995. An Atlas of Veterinary Surgery. University Press, Cambridge: Great Britain.
Fossum, T. W . 2002. Small Animal Surgery. Ed 2. Mosby.
Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ganiswara. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Gaya Baru: Jakarta.
Hosgood, G dan Johnny D.H. 1998. Small Animal Paediatric Medicine and Surgery. London: Reed Educational and Professional Publishing Ltd.
I Komang Wiarsa Sardjana dan Diah Kusumawati. 2011. Bedah Veteriner, Cetakan Pertama. Airlangga University Press, Surabaya.
Ibrahim R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Veteriner, Edisi Pertama. Syiah KualaUniversity Press, Darussalam Banda Aceh.
Lowecamp. 1999. Feline Seizure and Ephilepsy. http://www.cs.cmu.edu/People/lowekamp/feline_epilepsy.html. [28 Oktober 2014].
Meyer K. 1957. Canine Surgery. American Veterinary Publication, Inc. Santa Barbara California.
Nash H DVM. 2008. Spaying - Why it's a Good Idea. www.peteducation.com.[25 Juli 2008].
Nelson RW, Couto CG. 2003. Small Animal Internal Medicine. Ed-3. Missouri: Mosby.