Laporan Praktek Klinik RSUD KOTA MAKASSAR
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN ADL AKIBAT ISCHIALGIA DI RSUD KOTA MAKASSAR
OLEH :
YUNITA RAHMADHANI SYURYA PO.71.3.241.15.1.049
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR JURUSAN FISIOTERAPI 2017
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Klinik ini, atas nama Yunita Rahmadhani Syurya ,NIM : PO.71.3.241.15.1.049 dengan judul “ Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan ADL Akibat Ischialgia Di RSUD Kota Makassar ” telah disetujui untuk dipergunakan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan praktek klinik di RSUD. KOTA MAKASSAR mulai tanggal 20 November 201115 Desember 2017.
Makassar, Mengetahui
Pembimbing Akademik
Hasnia Ahmad S.pd,SST.FT,M.KES
Pembimbing Klinik
Muhammad Mahfud, SST.FT
2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus praktek klinik ini dengan tepat waktu meskipun masih jauh dari tahap kesempurnaan. Praktek klinik ini merupakan salah satu mata kuliah yakni KDPK II yang merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Kampus Jurusan Fisioterapi. Adapun sub bagian dari laporan ini adalah beberapa pengetahuan umum terkhusus mengenai Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan ADL Akibat Ischialgia di RSUD Kota Makassar. Dengan terselesaikannya laporan praktek klinik ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Pembimbing Klinik RSUD Kota Makassar 2. Pembimbing Akademik Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Terimakasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar,
2017
Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Seiring dengan era yang semakin maju seperti saat ini, upaya pembelajaran kesehatan awalnya hanya difokuskan
pada penyembuhan saja. Kemudian berangsur
angsur
–
berkembang sehingga mengcakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, salah satu diantara upaya pelayanan kesehatan tersebut adalah fisioterapi. Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mngembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan fisik elektris dan mekanis, pelatihan fungsi dan komunikasi. Gangguan akibat keterbatasan fungsi dan gerak merupakan masalah utama bagi fisioterapi. Gangguan tersebut dapat terjadi oleh karena kelainan neuro musculoskeletal termasuk ischialgia. Ischialgia merupakan penyebab terjadinya keterbatasan gerak dan gangguan berjalan. Seiring perkembangan zaman, banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, dalam hal ini maka manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pekerjaan. Dalam aktifitas pekerjaannya manusia kurang memperhatikan keamanan anggota tubuhnya terhadap pola gerak yang dilakukan. Hal ini dapat menimbulkan beberapa keluhan nyeri, salah satu diantaranya nyeri pada daerah punggung bawah. (Pinzon, 2012). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien. Nyeri yang terasa sepanjang tungkai dinamakan ischialgia atau sciatica. Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari radiks posterior L4
–
S3 dan dapat terjadi pada setiap bagian n.ischiadicus sebelum muncul pada permukaan belakang tungkai (Borenstein,1989).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah bagaimana penatalaksaan fisioterapi pada gangguan aktivitas gerak pada tungkai akibat ischialgia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui penatalaksaan fisioterapi pada gangguan aktivitas gerak pada tungkai akibat ischialgia.
BAB II ANATOMI FISIOLOGI
Mengenai ischialgia itu banyak kekacauan yang dijumpai didalam klinik, sembarang nyeri atau tidak enak ditungkai baik yang terasa setempat maupun menjalar sampai kelutut atau lipatan paha atau yang menjalar keselangkangan dianggap ischialgia. Bahkan ischialgia dianggap sinonim HNP. Ischialgia timbul akibat perangsangan saraf saraf sensorik yang berasal dari –
radiks posterior L4 S3 dan ini dapat terjadi pada setiap bagiannervus ischiadicus sebelum ia –
muncul pada permukaan belakang tungkai, ischilagia yang timbul akibat lesi iritatif itu berhak bertolak dari belakang L3, S1, S2. Otot otot yang dipersarafi oleh N. Ischiadicus ad alah: –
1. M. Quadriceps
2. M. Hamstring terbagi atas 3 bagian: a. M. semimembranosus Origo: Tuberositas Ischiadicus Insersio: bagian medial condylus Fungsi: Ekstensi hip, fleksi dan rotasi medial knee joint Nervus: Tibia L5,S1,S2 b. M. semitendinosus Origo: Tuberositas Ischiadicus Insersio: bagian proksimal medial corpus tibia Fungsi: Ekstensi hip, fleksi dan rotasi medial knee joint
Nervus: Tibia L5,S1,S2 c. M. Biceps Femoris Origo : Caput longum : bagian posterior teberositas ischiadicus Caput Brevis : 2/3 garis proksimal supracondyler Insersio : Bagian lateral caput femur Fungsi : Ekstensi hip, fleksi dan rotasi medial knee joint Nervus: Tibia L5,S1,S2 3. M. Gluteus Maximus Origo : Bagian depan os illium Insersio : Traktus iliotibial Fungsi : Ekstensi dan lateral hip Nervus : Gluteus SuperiorL4, L5, S1
4. M. Gluteus Medius Origo : Permukaan luar dari ilium, antara anterior dan superior garis gluteal Insersio : Trochanter Mayor femur Fungsi : Abduksi dan medial rotasi hip Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1
5. M. gleteus Minimus Origo : Permukaan luar dari ilium, antara anterior dan superior garis gluteal Insersio : Trochanter Mayor Fungsi : Abduksi dan medial rotasi hip Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1 6. M. Piriformis Origo : Permukaan pelvic sacrum Insersio: Permukaan intermedial dan trocanter mayor
Fungsi : Abduksi dan Ekstensi hip 7. M. Tensor Fasia Latae Origo : Spina iliaca anterior
superior
Insersio : Tractus Iliotibial Fungsi :
Ekstensi, abduksi
fleksi dan
medial rotasi hip Nervus : Gluteus Superior L4,
L5, S1
8. M. Gracilis Origo : Corpus dan ramus dari pubis Insersio : Garis dari trocantor minor ke aspera Fungsi : Abduksi fleksi dan medial rotasi Nervus : Obturatorium L4, L5 9. M. Gastrocnemius Origo : Caput Medial : Epicondylus medial dan permukaan poplitea dari femur Caput Lateral : Epicondylus lateral Insersio : Tendon calcaneus kedalam permukaan posterior dari calcaneus Fungsi : Plantar flekski ankle, fleksi knee Nervus : Tibialis S1, S2
10. M. Soleus Origo : Permukaan posterior dari caput dan 1/3 proksimal corpus tibia Insersio : Tendon calcaneus bagian posterior dari calcaneus Fungsi : Plantar fleksi ankle
11. M. Tibialis Anterior Origo : Condylus lateralis dan 2/3
bagian
atas dari permukaan lateral tibia ankle Insersio
:
Metatarsal
I,
permukaan
plantar
dari medial cunaiforn Fungsi : Dorso fleksi ankle dan Inversi
ankle
Nervus : Poreneus L4, L5, S1
12. M. tibialis Posterior Origo : Bagian posterior dari membrana interossea, permukaan poterior tibia 2/3 permukaan medial fibula Insersio : Tendon calcaneus Fungsi : plantar fleksi ankle Nervus : peroneus L4, L5, S1
BAB III PATOLOGI TERAPAN
A. Pengertian
Ischialgia yaitu suatu kondisi dimana syaraf ischiadicus yang mempersarafi daerah bokong sampai kekaki terjapit adalah saraf ischiadicus. Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit seperti ini trauma fisik, yang disebabkan oleh kompresi atau kecelakaan. Ischialgia memiliki banyak istilah seperti Lumbosacral Radikular Syndrome, nyeri pada akar syaraf dan penjepitan syaraf. Ischialgia biasanya terkait dengan faktor usia dan riwayat trauma. Pada kondisi ini adanya keluhan nyeri, keterbatsan LGS, dan penurunan kekuatan otot, jadi ischialgia didefinisikan sebagai nyeri yang terasa sepanjang nervus ischiadicus dan sepanjang tungkai.
B. Tanda dab Gejala
Pada kasus ischialgia spasme pada otot vertebra, M. Piriformis, M. Hamstring, M. Gastrocnemius, nyeri berasal dari daerah pantat dan menjalar menurut perjalanan n. ischiadicus dan selanjutnya pada n.tibialis dan peroneus communis. Adanya nyeri tersebut membuat pasien enggan menggerakkan badannya sehingga lama kelamaan akan menimbulka keterbatasan gerak dan kelemahan otot. Spasme pada otot sudah sering terjadi pada daerah m.piriformis karena pada kasus ini penyebabnya adalah spasme pada oto m.piriformis. Namun akibatnya juga menimbulkan spasme pada otot lain pada m.hasmtring dan m.gastrocnemius juga kadang lebih tegang dari yang lain. Pada kasus ischialgia ini gangguan aktivitas ini terjadi karena pada tungkai yang sakit mengalami penurunan kekuatan otot akibat nyeri sehingga kaki yang sehat menjadi tumpuann ya.
Adapun gejala dari ischilagia yaitu: 1. Adanya nyeri pada bagian punggung bawah (lumbago) yang dapat berkembang secara tiba
tiba
–
seperti terbakar dan tajam, serta dalam beberapa hari akan
menyebar sepanjang sepanjang syaraf ischiadicus
2. Rasa sakit pada saat terulur atau terteka, misalnya pada saat duduk, berdiri tegak, dan gerakan sholat 3. Pada saat bejalan hanya bisa menumpu dengan ujung jari, saat ankle plantar fleksi hip den knee (pincang) dan timbul rasa sakit pada saat berjalan
C. Etiologi
Penyeba ischialgia dapat dibagi dalam: 1. Ischialgia diskogenik, biasanya terjadi pada penderita HNP 2. Ischialgia mekanik, terbagi atas a. Spondiloarthritis defermans b. Spondilolistenik c. Tumor coud d. Fraktur corpus lumbosakral e. Fraktur pelvis, radang atau neoplasma 3. Ischialgia non mekanik, terbagi aatas: a. Penyuntikan obat pada n.ischiadicus b. Neuropatik rematik dan diabetik c. Radikulitis tuberkulosa
D. Gambaran Klinis
Yaitu harus diperhatikan dalam anamnesa, antara lain: 1. Lokasi nyeri, berapa lama,jenis nyeri, perjalanan nyeri, intensitas nyeri, pinggang terfiksir, faktor pencetus dan faktor yang memperberat. 2. Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan seperti batuk, bersin mengedan. 3. Faktor trauma hampir selalu ditemukan kecuali pada proses neoplasma dan infeksi.
BAB IV STATUS KLINIK
A. Pemeriksaan Fisioterapi 1. Anamnesis a) Umum Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Agama
:
b) Khusus Keluhan utama
:
Lokasi KU
:
Kapan terjadi
:
RPP
:
2. Pemeriksaan fisik a)
Vital sign Tekanan darah :
b)
Denyut nadi
:
Pernapasan
:
Suhu
:
Inspeksi Statis –
–
:
Anterior •
Posisi kepala :
•
Bahu :
•
Clavicula :
•
SIAS :
Posterior
–
•
Skapula :
•
Celah axilla :
•
SIPS :
Lateral •
Kurvatura vertebra :
Dinamis
:
–
Gangguan pola jalan
–
Gait analisis :
–
Pasien pincang ketika berjalan
Tes orientasi –
Tes jinjit :
–
Tes squat and bounching :
–
Irama gerak :
–
Kecepatan gerak :
3. Pemeriksaan Fungsi a) Pemeriksaan fungsi dasar 1. Aktif Fleksi lumbal
:
Ekstensi lumbal
:
Lateral fleksi lumbal ka/ki
:
Rotasi lumbal ka/ki
:
Fleksi hip
:
Ekstensi hip
:
Abduksi, adduksi hip
:
2. Pasif Fleksi lumbal
:
Ekstensi lumbal
:
Lateral fleksi lumbal ka/ki
:
Rotasi lumbal ka/ki
:
Fleksi hip
:
Ekstensi hip
:
Abduksi, adduksi hip
:
3. TIMT Fleksi lumbal
:
Ekstensi lumbal
:
Lateral fleksi lumbal ka/ki
:
Rotasi lumbal ka/ki
:
Fleksi hip
:
Ekstensi hip
:
Abduksi, adduksi hip
:
b) Pemeriksaan spesifik a. SLR Tes Tes ini dilakukan dengan dalam posisi berbaring medial rotasi hip dan ekstensi knee, lalu fisiotarapi memfleksikan hip joint sampai timbul rasa nyeri atau ketegangan. Kemudian fisioterapi secara perlahan dan hati-hati menurunkan tungkai pasien sampai nyeri dan ketegangan hilang. Tujuannya : untuk mengetahui apakah ada nyeri pada lumbal dan hip Hasil : Ip:
b. Tes kompresi L4 L5 –
Tes ini dilakukan dengan cara pesien tidur tengkurap diatas bad, sebelum mempalpasi L4 L5 yaitu sejajar dengan krista iliaca, kemudian memberikan kompresi pada daerah tersebut. Tujuannya : untuk mengetahuai apakah ada nyeri atau tidak pada L4 L5 Hasil :
c. Tes connective tissue m. erector spine Tes ini dilakukan dengan cara pasien tidur tengkurap diatas bad, ft dengan menggunakan jari jari mengangkat jaringan lunak pada daerah pinggang sambil –
digerakkan pada daerah punggung. Tujuannya : untuk mengetahui apakah ada spasme pada punggung atau pinggang Hasil : IP : d. Palpasi otot piriformis dan otot gastrocnemius
Otot Piriformis Posisi pasien prone lying, fisioterapi melokalisir tepi lateral sacrum pasien dengan thumb. Fisioterapi menggeser thumb secara lateral dan distal kearah trochanter major. Ft mempalpasi dan telusuri serabut otot sebagaimana keseluruhannya menyatu dan berinsersio pada permukaan superior dari trochanter major. Untuk merasakan kontraksi piriformis, minta pasien secara perlahan melakukan eksorotasi hip secara aktif.
Otot Gastrocnemius Posisi pasien prone lying . Fisiterapi melokalisir sebagian besar otot tepat di distal fossa poplitea dengan palmar. Ft menggeser tangan ke medial dan lateral untuk membedakan kedua caput gastrocnemius. Selanjutnya palpasi secara distal sebagaimna gastrocnemius menyatu dengan tendon achilles. Untuk merasakan kontraksi gastrocnemius, minta pasien melakukan plantarfleksi ankle secara aktif
e. Tes panjang Piriformis Posisi pasien tengkurap cari garis gluteus, trochanter dan SIPS lalu fisioterapi mempalpasi ditengah-tengah dari ketiga bagian tersebut (garis gluteus). Kriteria jika memendek akan terasa keras/tegang. Hasil : IP : f.
Tes Patrick Tes ini dilakukann dengan cara pasien tidur terlentang. Fisioterapi secara pasif menggerakkan tungkai pasienyang dites kearah fleksi knee dengan menempatkan
ankle diatas knee pada tungkai yang satunya. Fisioterapi kemudian menfiksasi SIAS pasien pada tungkai yang tidak dites dengan menggunakan satu tangan dan tangan satunya pada sisi medial knee pasien yang dites, lalu menekan tungkai psien ke arah abduksi. Hasil : IP : g. Tes Antipatrick Pasien tidur terlentang dan kaki internal rotasi. Tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian lateral dari knee. Setelah itu lakukan penekanan. Hasil : IP : h. Tes Intensitas Nyeri Vas Tes 0
1
2
Tidak Hasil :
3
4
nyeri ringan
5
6
7
nyeri sedang
8
9
nyeri berat
4. Diagnosa 5. Problematika Fisioterapi a)
Anatomycal impairment
b)
c)
Nyeri akut Spasme otot
Fungsional limitation
Gangguan berjalan
Tidak dapat jalan lama, duduk lama dan berdiri lama
Participant of restrictive
Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari
6. Tujuan fisioterapi
10
sgt nyeri
a)
Tujuan jangka pendek
b)
Menghilangkan nyeri
Menghilangkan spasme
Untuk meningkatkan kemampuan ADL seperti berjalan, beraktivitas
Tujuan jangka panjang •
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien
7. Intervensi a) IR Tujuan
: Memperlancar peredaran darah
Tekhnik
: Bersihkan dari benda-benda yang menghalangi area terapi,
jauhkan hp agar tidak terkena radiasi. Pasien tidur miring, terapis berdiri disamping pasien. Fisioterapi memberikan penyinarkan langsung pada area yang nyeri dan spame yaitu pada area gluteus dan sepanjang tungkai kanan(dextra) dengan jarak ±200cm dengan lama waktu terapi 10 menit. b) Streching Tujuan
:
Untuk mengulur atau meregangkan otot yang mengalami spasme
Untuk mengurangi kontraktur
Untuk menambah ROM
M. piriformis
Teknik : Posisi pasien tidur terlentang dan fisioterapi berdiri pada sisi yang berlawanan daritungkai yang akan diperiksa. Selanjutnya knee difleksikan dalam rangkulan, lalu digerakkan kearah fleksi knee, fleksi hip, endorotasi hip dan adduksi hip (lutut yang diperiksa digerakkan kea rah shoulder yang berlawanan). Kriteria fleksi hip minimal 60 derajat. M. gastrocnemius
Teknik : Posisi pasien tidur terlentang, posisi terapis berdiri disamping pasien. Digerakan dorsi fleksi pada ankle kemudian ditahan 8x hitunggan, kemudian rileks kemudian diulangi 4x pengulangan.
c) Tens Tujuan : mengurangi rasa nyeri Teknik : posisi pasien tengkurap lalu pad I diletakkan pada daerah piriformis, pad II dan III diletakkan pada daerah paha dan pad IV diletakkan didaerah betis. Durasi 10 menit, Intensitas sesuai dengan aktualitas patologi. Intensitas dipertahankan sesuai dgn toleransi pasien. d) Elbow Friction pada m. piriformis Tujuan : Mengurangi nyeri dan mengurangi spasme Tekhnik : Posisikan pasien senyaman mungkin. Pasien dalam keadaan miring dengan sedikit fleksi knee dan hip. Fisioterapis menetakkan elbow dalam keadaan fleksi didaerah m.piriformis. Kemudian diberikan friction. e) Bridging Exercise Tujuannya : untuk meningkatkan kekuatan otot Teknik : Pasien dalam posisi tidur terlentang di atas bad. Instruksikan pasien untuk menekuk lutut dengan kedua tangan berada di samping tubuh. Minta pasien untuk merilekskan tubuh bagian atas dan punggung. Minta pasien mengeluarkan napas saat menekan tangan dan lengan bawah ke bad dan perlahan-lahan mendorong panggul ke arah atas. Tahan dalam posisi tersebut. Minta pasien menarik napas saat perlahan-lahan menurunkan tubuh kembali ke posisi awal. Jaga kontraksi perut untuk menghindari kendur di punggung bawah atau glutes. Dilakukan dengan 8 kali petisi.
f) Vibrator Tujuan : Untuk merelaksasikan otot dan mengurangi spasme Teknik : Pasien dalam posisi side lying dengan kaki ditumpu bantal kemudian di vibrator dari pinggang sampai telapak kaki dengan durasi waktu 8 menit.
8. Evaluasi a) Sesaat Pasien merasakan capek setalah latihan b) Berkala
-
Setelah beberapa kali melakukan latihan pasien pasien tidak merasakan nyeri lagi.
-
Dan kekuatan otot meningkat
9. Home Program a) Pasien diasarankan ketika mengangkat beban dalam keadaan dari jongkok ke berdiri b) Saat ingin bangun dari tempat tidur, pasien diharuskan memosisikan tubuh miring terlebih dahulu
FOLLOW UP
No. 1.
Hari/Tanggal
Problematika
Intervensi
Rabu/ 25
- Nyeri
Oktober 2017
-
-
Spasme otot
IR TENS Streaching
Evaluasi
- Nyeri berkurang dengan nilai vas 6,0
2.
3.
Sabtu/ 28
- Nyeri
Oktober 2017
-
Selasa/ 07
- Nyeri
November
-
2017
Spasme otot
Spasme otot
-
IR TENS Streaching
- Nyeri
-
IR TENS Streaching
- Nyeri
berkurang dengan nilai vas 5,0
berkurang dengan nilai vas 3,0