LAPORAN KASUS KISTA BARTHOLINI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepanitraan Klinik Stase Obstetri dan Ginekologi di RSUD Adhyatma Semarang
Pembimbing : dr. Irsam, Sp.OG
Disusun Oleh : Dhamaningrum Puspita Sari H2A009014
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013
BAB I PENDAHULUAN
Kelenjar Bartholini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar bartolini atau glandula vestibularis vesti bularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar, dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi hymen. Kelenjar ini tertekan pada waktu koitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina di bagian kaudal. (1) Kelenjar Bartholini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.(2) Kista bartholini adalah salah satu bentuk tumor kistik (berisi cairan) pada vulva. Kista barhtolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses. Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartholini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. (2,3)
BAB II LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Nurkhayati
Umur
: 37 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Wates RT 4- RW II
Suku/bangsa
: Jawa / Indonesia
Pekerjaan
: pedagang buah
Status pernikahan
: kawin cerai
Status Berobat
: Rawat Inap
Bangsal
: Bugenvil
Tanggal Masuk
: 22 Oktober 2013
No. RM
: 17 27 32
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan 22 Oktober 2013 Pk. 11.45 WIB di Bangsal Bugenvil RSUD dr. Adhyatma secara autoanamesis. a. Keluhan Utama : benjolan pada bibir kemaluan sebelah kiri. b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RSUD dr. Adhyatma Semarang dengan keluhan benjolan di bibir kemaluan sebelah kiri. Benjolan diketahui pertama kali
sejak 7 hari yang lalu. Awalnya benjolan tersebut sebesar kelereng dan terasa nyeri. Semakin hari benjolan bertambah besar. Nyeri yang dirasakan juga semakin bertambah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya
dan
mengganggu
kualitas
tidurnya.
Pasien
juga
mengeluhkan keluar keputihan berwarna kuning, kental, banyak dan berbau amis. Untuk BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien tidak merasakan demam. c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya tetapi kempes setelah diobati (kira-kira 1 tahun yang lalu)
Riwayat alergi obat dan makanan
: disangkal.
Riwayat asma
: disangkal.
Riwayat tekanan darah tinggi
: disangkal.
Riwayat kencing manis
: disangkal.
Riwayat konsumsi alkohol dan rokok
: disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat asma
: disangkal.
Riwayat tekanan darah tinggi
: disangkal.
Riwayat kencing manis
: disangkal.
e. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien sudah menikah selama ± 18 tahun tetapi sudah bercerai sejak 2 tahun yang lalu dan memiliki 1 anak, bekerja sebagai pedagang buah di pasar dan tinggal bersama orang tuanya. Biaya pengobatan ditanggung pribadi.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal tanggal 22 Oktober 2013 Pk. 12.15 WIB
Keadaan umum
: baik.
Kesadaran
: compos mentis
Vital sign Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit isi dan tegangan cukup
Respiratory rate : 20 x/menit Suhu
: 37˚C
Status gizi
: Kesan gizi cukup
a. Status Internus Kepala
: Mesocephal.
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-)
Hidung
: Deviasi (-), secret (-)
Telinga
: Nyeri tarik (-), nyeri tekan (-)
Mulut
: Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
Leher
: deviasi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Torak
:
- Cor : Inspeksi
: ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
: ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
sinistra, nyeri tekan (-). Perkusi
: konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan. - Pulmo : Inspeksi
: statis, dinamis, retraksi (-).
Palpasi
: stem fremitus kanan = kiri.
Perkusi
: sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi
: suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-.
Abdomen
: Tampak datar, simetris.
Ekstremitas Superior : akral dingin (-/-), udem kedua tangan (-/-) Inferior
: akral dingin (-/-), udem kedua kaki (-/-)
b. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan genitalia eksterna : Inspeksi
: massa (+) di labia mayor sinistra, diameter 4 cm, batas
tegas, hiperemis (+), fluor albus (+) warna putih kekuningan, darah (-). Palpasi
IV.
: nyeri tekan (+), konsistensi kenyal kesan berisi cairan.
Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.
RESUME
Pasien, wanita 37 tahun datang ke RSUD dr. Adhyatma Semarang dengan keluhan benjolan di labia mayor sinistra. Dari anamnesis didapatkan, keluhan sudah dirasakan sekitar 7 hari yang lalu disertai nyeri. Benjolan awalnya sebesar kelereng semakin hari semakin membesar dan keluhan nyeri semakin bertambah berat sehingga mengganggu aktivitas sehari-harinya. Pasien juga mengeluhkan keluar cairan putih kekuningan, kental, banyak, berbau amis dari jalan lahirnya. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sekitar 1 tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup. Frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 37°C. Pada pemeriksaan genetalia eksterna didapatkan : Inspeksi : massa (+) di labia mayor sinistra, diameter 4 cm, batas tegas, hiperemis (+), fluor albus (+) warna putih kekuningan, darah (-). Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi kenyal kesan berisi cairan. Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan.
V.
DIAGNOSIS
Kista bartholini.
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 Oktober 2013.
Darah rutin Pemeriksaan Hemoglobin Lekosit Eritrosit Hematokrit Trombosit MCV MCH MCHC RDW MPV Limfosit Monosit Granulosit Limfosit % Monosit % Granulosit %
Nilai Normal 11,7-15,5 3,6 -11 3,8 – 5,2 35 – 42 150-440 80-100 26-34 32-36 11,5-14,5 7-11 17- 35 0,16-1 2,5- 7 25-340 4-6 50-80
Kimia klinik Glukosa sewaktu
Hasil 14,00 H 15,26 4,52 40,7 359 90,00 31,00 34,40 11,70 9,1 L18,30 8,30 6,8 L18,30 4,1 67,95
93
< 125.
Sero-imun (serum/B) HBsAg
Non reaktif (-)
Non reaktif (-)
VII. PENATALAKSANAAN
a. Non Medikamentosa
Menjaga kebersihan area kewanitaan.
Tirah baring
b. Medikamentosa
Infus RL 20 tpm.
ketorolac 3x30 mg IV
Ceftriaxon 3x1 gr IV
Vit BC/C/SF.
c. Program Operasi Marsupialisasi
VIII. MONITORING
a. Perbaikan kondisi umum pasien. b. Monitoring tanda-tanda infeksi pada lesi. c. Tanda vital pasien.
IX.
EDUKASI
a. Pasien diberitahu mengenai penyakitnya dan penyebab dari penyakitnya tersebut. b. Pasien diedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan di daerah kewanitaannya. c. Pasien diberitahu tentang tindakan operasi yang akan dilakukan dan persiapan-persiapan sebelum operasi.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
I. A.
KELENJAR BARTHOLINI Anatomi Kelenjar Bartholini
Kelenjar Bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar, dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal inferior. (1,2) Kelenjar Bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira- kira 2 cm yang terbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palpasi. (1,2,3) seperti pada gambar dibawah ini :
B.
Histologi
Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel kolumnair atau kuboid. Duktus dari kelenjar bartolini merupakan epitel transsisional yang secara embriologi merupakan daerah transisi antara traktus urinarius dengan traktus genital. (1,2)
C.
Fisiologi
Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina. Kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan cairan pernah dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina, tetapi penelitian dari Masters dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari bagian vagina lebih dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita. (1,4)
II. A.
KISTA BARTHOLINI Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartholini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.(2,5,6)
Gambaran kista bartolini B.
Etiologi
Infeksi kelenjar bartholini terjadi oleh infeksi gonokokus, pada bartholinitis kelenjar ini akan membesar, merah, dam nyeri kemudian isinya akan menjadi nanah dam keluar pada duktusnya, karena adanya cairan tersebut maka dapat terjadi sumbatan pada salah satu duktus yang dihasilkan oleh kelenjar dan terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan menbentuk suatu kista.(3,5)
C.
Patofisiologi
Kista Bartholin terbentuk ketika ostium dari duktus tersumbat, sehingga menyebabkan distensi dari kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan ini biasanya merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau trauma. Kista bartholin dengan diameter 1-3 cms seringkali asimptomatik. Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang menyebabkan nyeri dan dispareunia. Abses Bartholin merupakan akibat dari infeksi primer dari kelenjar, atau kista yang terinfeksi.(2,3,5)
D.
Gejala klinis
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi kadang dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Bila kista bartholini berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk. (5) Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva. Jika kista terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual. Umumnya tidak disertai demam kecuali jika terifeksi dengan organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual.
E.
Dispareunia.
Biasanya ada secret di vagina.
Dapat terjadi ruptur spontan.
Diagnosis
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu diagnosis. Pada anamnesis dinyatakan tentang gejala seperti panas, gatal, Sudah berapa lama gejala berlangsung, kapan mulai muncul, Apakah pernah berganti pasangan seks, keluhan saat berhubungan, riwayat penyakit menulat seksual sebelumnya, riwayat penyakit kelamin pada keluarga. (6)
Kista
bartholini
di
diagnosis
melalui
pemeriksaan
fisik.
Pada
pemeriksaan dengan posisi litotomi, terdapat pembengkakan pada kista pada posisi jam 5 atau jam 7 pada labium minus posterior. Jika kista terinfeksi, maka pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidantifikasi jenis bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tahu tidaknya infeksi menular.(5,6)
F.
Pemeriksaan Penunjang
Apabila pasien dalam kondisi sehat, afebri, tes laboratorium darah tidak diperlukan untuk mengevaluasi abses tanpa komplikasi atau kista. Kultur bakteri dapat bermanfaat dalam menentukan kuman dan pengobatan yang tepat bagi abses Bartholini.(2,6)
G.
Penatalaksanaan
1. Tindakan Operatif, beberapa prosedur yang dapat digunakan
(2,3,5,6)
a. Marsupialisasi Prosedur ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda- tanda abses akut.
Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat insisi vertikal pada vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian luar dari hymenal ring. Insisi dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3 cm, bergantung pada besarnya kista. Setelah kista diinsisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan
hemostat. Dinding kista ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan jahitan interrupted menggunakan benang absorbable 2 -0.18. Kekambuhan kista Bartholin setelah prosedur marsupialisasi adalah sekitar 5-10 %. b. Eksisi (Bartholinectomy) Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada infeksi aktif. Eksisi kista bartholin karena memiliki risiko perdarahan, maka sebaiknya dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi umum. Pasien ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi kulit berbentuk linear yang memanjang sesuai ukuran kista pada vestibulum dekat ujung medial labia minora dan sekitar 1 cm lateral dan parallel dari hymenal ring. Hati – hati saat melakukan insisi kulit agar tidak mengenai dinding kista. Struktur vaskuler terbesar yang memberi supply pada kista terletak pada bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian bawah kista dan mengarah ke superior. Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari jaringan sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat dengandinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena dan vestibular bulb danuntuk menghindari trauma pada rectum.
Diseksi Kista
Setelah diseksi pada bagian superior selesai dilakukan, vaskulariasi utama dari kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat. Lalu dipotong dan diligasi dengan benang chromic atau benang delayed absorbable 3-0.
Ligasi Pembuluh Darah 2. Pengobatan Medikamentosa. Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular seksual biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan chlamydia. Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase. Beberapa antibiotik yang digunakan dalam pengobatan(2,3) a. Ceftriaxone. Ceftriaxone adalah sefalosporin generasi ketiga dengan efisiensi broad spectrum terhadap bakteri gram-negatif, efficacy yang lebih rendah terhadap bakteri gram-positif, dan efficacy yang lebih tinggi terhadap bakteri resisten. Dengan mengikat pada satu atau lebih penicillin binding protein, akan menghambat sintesis dari dinding sel bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri. Dosis yang dianjurkan: 125 mg IM sebagai single dose .4,5 b. Ciprofloxacin. Sebuah monoterapi alternatif untuk ceftriaxone. Merupakan antibiotik tipe bakterisida yang menghambat sintesis DNA bakteri dan, oleh sebab itu akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginhibisi DNA-gyrase pada bakteri. Dosis yang dianjurkan: 250 mg PO 1 kali
sehari.
c. Doxycycline Menghambat sintesis protein dan replikasi bakteri dengan cara berikatan
dengan 30S dan 50S subunit ribosom dari bakteri.
Diindikasikan untuk Ctra chomatis. Dosis yang dianjurkan: 100 mg PO 2 kali sehari selama 7 hari.
BAB IV PEMBAHASAN Dari anamnesis didapatkan data Ny. M, usia 28 tahun datang ke RSUD dr. Adhyatma Semarang dengan keluhan masa pada labia mayor sinistra sejak 7 hari yang lalu, awal mula massa sebesar kelereng semakin membesar disertai nyeri, rasa nyeri dirasakan semakin bertambah sehingga mengganggu aktivitas sehariharinya. Pasien mengeluh adanya flour albus berwarna kekuningan, keluar banyak, terasa gatal dan berbau amis. Keluhan tidak disertai dengan demam. Untuk BAB dan BAK masih dalam batas normal. Pasien memiliki riwayat keluhan yang sama. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup. Frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 37°C. Pada pemeriksaan genetalia eksterna didapatkan : inspeksi : massa (+) di labia mayor sinistra, diameter 4 cm, batas tegas, hiperemis (+), fluor albus (+) warna putih kekuningan, darah (-). Palpasi
: nyeri tekan (+), konsistensi kenyal
kesan berisi pus. Pemeriksaan genitalia interna : tidak dilakukan pemeriksaan. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan teori pada tinjauan pustaka yang disebutkan mengenai tanda dan gejala kista bartholini yang telah terinfeksi. Pasien memiliki riwayat keluhan yang sama, hal ini bisa menjadi faktor resiko dari kista bartholini yang dideritanya saat ini. Penanganan pada pasien ini diberikan terapi anti inflamasi nonsteroid berupa injeksi ketorolak 3x30 mg IV. Untuk mengurangi peradangan pada reaksi bakteri diberikan antibiotik spektum luas berupa Ceftriaxon 3x1 gr secara intravena untuk menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel bakteri. Pasien di berikan sulfas ferosus 300 mg 2x 1 tab untuk membantu pembentukan sel darah merah. Setelah nyeri yang dirasakan menghilang akan dilakukan penanganan pendukung yaitu operasi marsupialisasi kisata dan mengeluarkan isi rongga.
dengan cara menginsisi
BAB V KESIMPULAN
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada daerah vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva. Jika kista terinfeksi, gajala klinik berupa(2,3)
Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual. Umunnya tidak diserati demam kecuali jika terifeksi dengan organisem yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Biasanya ada secret di vagina.
Dapat terjadi ruptur spontan (nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Snell, RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006.
2.
http://www.scribd.com/doc/43731478/LapKas-Kista-Bartholin-CtinedrNandono.
3.
Sarwono Prawiro hardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2006.
4.
Guyton, AC & Hall, CE. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Philadelphia : Elsevier Saunders. 2006. 5.
Manuaba, Chandranita, dkk. Gawat Darurat Obstetri-Giekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: ECG. 2008.
6.
Badziat, Ali. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta : Media Aesculapius. 2003.
LAPORAN OPERASI
Nama pasien
: Ny. Nurkhayati
Usia
: 37 tahun.
No. RM
: 17 27 32.
PAV
: Bugenvil
Kelas
: III (UMUM)
Nama Operator
: dr. M. Taufiqy, Sp. O.G
Nama Asisten
: dr. Hotland.
Diagnosis pra operatif : Kista bartholini Diagnosis post operatif : Kista bartholini Nama macam operasi : Marsupialisasi Tanggal operasi
: 24 Oktober 2013.
Operasi dimulai
: Pk. 11.15 WIB.
Operasi selesai
: Pk. 11.45 WIB.
Lama operasi
: 30 menit.
1. Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi litotomi. 2. Asepsis antiseptik daerah tindakan. 3. Pasang duk steril. 4. Dilakukan insisi pada kista bartholini, dilakukan pembebasan kapsul dengan dinding kista lapis demi lapis. 5. Eksplorasi perdarahan (-). 6. Rawat perdarahan. 7. Tutup lapisan kulit, rawat luka dengan betadine. 8. Tindakan selesai.
Catatan Kemajuan Pasien Tanggal/Jam 22-10-2013
Keadaan Umum S : nyeri pada benjolan. O : - KU : baik. - Kesadaran : kompos mentis - TV TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x RR : 20x Suhu : 37°C
-
Tindakan RL 20 tetes per menit. Inj ketorolak 3x30 mg IV. Inj ceftriaxon 3x1 gram IV. Vit Bc/C/SF 2x1 tab.
- Mempersiapkan untuk program marsupialisasi - Pengawasan KU, TV.
Pemeriksaan : - Mata : Konjungtiva anemis (-/-) - Thorax : cor dan pulmo dbn. - Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba. - Ekstremitas : akral dingin (-/-) - BAK dbn - BAB dbn
23-10-2013
D/ kista bartholini S : nyeri pada benjolan. O : - KU : baik. - Kesadaran : kompos mentis - TV TD : 120/80 mmHg Nadi : 84x RR : 20x Suhu : 37°C
Pemeriksaan : - Mata : Konjungtiva anemis (-/-) - Thorax : cor dan pulmo dbn. - Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba. - Ekstremitas : akral dingin (-/-) - BAK dbn - BAB dbn D/ kista bartholini
- RL 20 tetes per menit. - Inj ketorolak 3x30 mg IV. - Inj ceftriaxon 3x1 gram IV. - Vit Bc/C/SF 2x1 tab. - Mempersiapkan untuk program marsupialisasi OK (+), Anst (+) - Pengawasan KU, TV.
24-10-2013
S : nyeri pada benjolan. O : - KU : baik. - Kesadaran : kompos mentis - TV TD : 120/80 mmHg Nadi : 82x RR : 20x Suhu : 37°C
- RL 20 tetes per menit. - Inj ketorolak 3x30 mg IV. - Inj ceftriaxon 3x1 gram IV. - Vit Bc/C/SF 2x1 tab. - Program marsupialisasi
Pemeriksaan : - Mata : Konjungtiva anemis (-/-) - Thorax : cor dan pulmo dbn. - Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba. - Ekstremitas : akral dingin (-/-) - BAK dbn - BAB dbn
25-9-2013
D/ kista bartholini S : nyeri pada lokasi operasi O : - KU : baik. - Kesadaran : kompos mentis - TV TD : 110/70 mmHg Nadi : 82x RR : 20x Suhu : 37°C
Pemeriksaan : - Mata : Konjungtiva anemis (-/-) - Thorax : cor dan pulmo dbn. - Abdomen : supel, hepar dan lien tidak teraba. - Ekstremitas : akral dingin (-/-) - BAK dbn - BAB dbn D/ kista bartholini post marsupialisasi
- Ceftriaxon 3x1 tab - Asam mefenamat 3x500 mg tab. - Vit Bc/C/SF 2x1 tab. - Pasien acc pulang