ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SDR. “I” DENGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS F 19 : GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL DAN ZAT PSIKOTROPIKA DIRUANG PEMULIHAN KETERGANTUNGAN NAPZA RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : FERIYANTO ISMANDANI
:713. 6. 3. 0061
HARDIONO
: 713. 6. 3. 0062
HASAN MAUROBI
: 713. 6. 3. 0063
HENDRI
: 713. 6. 3. 0064
JASTIN FRANSISKA
: 713. 6. 3. 0068
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP 2014
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SDR. “I” DENGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS F 19 : GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL DAN ZAT PSIKOTROPIKA DIRUANG PEMULIHAN PEMULIHAN KETERGANTUNGAN NAPZA RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Lapora Laporan n Praktik Stase Keperawatan Jiwa Pelaksana Praktik Tempat Ruang PK. Napza RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Tanggal 2 – 2 – 14 14 Juni 2014
Disusun Oleh: KELOMPOK 4
Mengetahui Pembimbing Institusi
Pembimbing Ruang PK. Napza
SYAIFURRAHMAN HIDAYAT, S.Kep. Ns
KAWIT ANDRARYANIWATI,S.S ANDRARYANIWATI,S.ST T NIP.19661227 NIP.19661227 1986032 002 002
Kepala Ruang PK. Napza RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat Wediodiningrat Lawang
KAWIT ANDRARYANIWATI,S.ST NIP.19661227 NIP.19661227 1986032 1986032 002
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 LAPORAN PENDAHULUAN NAPZA A. Pengertian
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial psikososial yang berhubungan berhubungan dengan ketergantungan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998). Kondisi yang ringan sampai yang berat, indikator ini berdasarkan perilaku yang ditunjukkan oleh pengguna NAPZA. NAPZA.
B. Rentang Respon Penyalahgunaan NAPZA Respon adaptif Respon Maladaptif
Eksperimental Eksperimental
Rekreasional Rekreasional
Situasional
Peyalahgunaan Peyalahgunaan
Ketergantungan (Sumber: Yosep, 2007) Eksperimental: Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa
ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuan pada masa tumbuh kembangnya, klien biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf cobacoba. Rekreasional: Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan
teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama temantemannya. Situasional: Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan
kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu menggunakan menggunakan zat pada saat sedang mempunyai masalah, stres, dan frustasi. Penyalahgunaan: Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah
mulai digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan penyimpangan perilaku mengganggu mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, pendidikan, dan dan pekerjaan.
Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan menggunakan zat adiktif adiktif secara rutin pada pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.
C. Jenis-jenis NAPZA 1. Narkotika
Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun sintetis yang dapat menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi hilang rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungna akan zat tersebut secara terus menerus. Contoh narkotika yang terkenal adalah seperti ganja, heroin, kokain, morfin, amfetamin, dan lain-lain. Narkotika menurut menurut UU No. 22 tahun 1997 adalah zat atau obat berbahaya berbahaya yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan maupun perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Wresniwiro dkk. 1999). Golongan narkotika berdasarkan bahan pembuatannya pembuatannya adalah: adalah: 1) Narkotika alami yaitu zat dan obat yang langsung dapat dipakai sebagai narkotik tanpa perlu adanya proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses sederhana. Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu berisiko. Contoh narkotika alami yaitu seperti ganja dan daun koka. 2) Narkotika sintetis adalah jenis narkotika yang memerlukan proses yang bersifat sintesis untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang sebagai penghilang rasa sakit/analgesik. Contohnya yaitu seperti amfetamin, metadon, dekstropropakasifen, deksamfetamin, dan sebagainya. Narkotika sintetis dapat menimbulkan dampak sebagai berikut: a. Depresan = membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri. b. diri. b. Stimulan = membuat pemakai bersemangat dalam beraktivitas kerja dan merasa badan lebih segar. c.
Halusinogen = dapat membuat si pemakai jadi berhalusinasi yang mengubah perasaan serta pikiran. 3) Narkotika semi sintetis yaitu zat/obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi, dan lain sebagainya seperti heroin, morfin, kodein, dan lain-lain. 2. Psikotropika
Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif
melalui
pengaruh selektif
pada
susunan
saraf pusat
yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika (Hawari, 2006) adalah: stimulansia yang membuat pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis. Termasuk dalam golongan stimulan adalah amphetamine, ektasy (metamfetamin), dan fenfluramin. Amphetamine sering disebut dengan speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph. Golongan stimulan lainnya adalah halusinogen yang dapat mengubah perasaan dan pikiran sehingga perasaan perasaan dapat terganggu. Sedative dan hipnotika seperti barbiturat dan benzodiazepine merupakan golongan stimulan yang dapat mengakibatkan rusaknya daya ingat dan kesadaran, ketergantungan secara fisik dan psikologis bila digunakan dalam waktu lama. 3. Zat Adiktif Lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi. Bahanbahan Bahanbahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan termasuk ke dalam narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik seseorang jika disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999). Adapun yang termasuk zat adiktif ini antara lain: minuman keras (minuman beralkohol) yang meliputi minuman keras golongan A (kadar ethanol 1% sampai 5%) seperti bir, green sand; minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai 20%) seperti anggur malaga; dan minumanbrandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10% (Marviana dkk. 2000). Zat adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia.
D. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Harboenangin (dikutip dari Yatim, 1986) mengemukakan ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba yaitu faktor eksternal dan faktor internal. 1. Faktor Internal
a. Faktor Kepribadian Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi
yang
terhambat,
dengan
ditandai
oleh
ketidakmampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan cara melarikan diri. b. Inteligensia Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang datang untuk melakukan konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok usianya. c. Usia Mayoritas
pecandu
narkoba
adalah
remaja.
Alasan
remaja
menggunakan narkoba karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan emosi; sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang. d. Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama. e. Pemecahan Masalah Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada. 2. Faktor Eksternal
a. Keluarga Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi pengguna narkoba. Berdasarkan hasil penelitian tim
UKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta pada tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan narkoba, yaitu: 1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba. 2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak). 3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara. 4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya. 5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal. 6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu. b. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor
sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis. NAPZA pada remaja adalah teman sebaya (78,1%). Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh teman kelompoknya sehingga remaja menggunakan narkoba. Hasil penelitian ini relevan
dengan
studi
yang
dilakukan
oleh
Hawari
(1990)
yang
memperlihatkan bahwa teman kelompok yang menyebabkan remaja memakai NAPZA mulai dari tahap coba-coba sampai ketagihan.
c. Faktor Kesempatan Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melaporkan bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk di Sekolah Dasar. Pengalaman feel good saat mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus atau secara bersamaan. Karena ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat dari satu faktor tertentu.
E. Tanda dan Gejala
Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut intoksikasi. Selain intoksikasi, ada juga sindroma putus zat yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat penggunaan zat yang dikurangi atau dihentikan. Tanda dan gejala intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis zat yang berbeda. TANDA DAN GEJALA INTOKSIKASI OPIAT
SEDATIF -
GANJA
-
Eforia
-
Eforia
-
Mengantuk
-
Mata merah
-
Bicara
-
Mulut
cadel
-
Konstipasi
-
-
Mata merah
berkurang
-
Bicara cadel
Jalan
-
Jalan
untuk bergerak.
sempoyongan
sempoyonga
- Berkeringat
-
Mengantuk
n
- Gemetar
-
Memperpanjang
Perubahan
- Cemas
persepsi
- Depresi
Penurunan
- Paranoid
-
-
Penurunan
bicara
kesadaran
tertawa -
-
Banyak dan
Nafsu
AMFETAMINE
Pengendalian diri
kering
-
ALKOHOL
HIPOTIK
-
tidur -
Hilang kesadaran
-
makan
kemampuan
meningkat
menilaian
- Selalu terdorong
Gangguan persepsi
TANDA DAN GEJALA PUTUS ZAT SEDATIF OPIAT
GANJA
HIPOTIK
ALKOHOL
AMFETAMINE
* nyeri
jarang
* cemas
* cemas
* cemas
* mata dan
ditemukan
* tangan gemetar
* depresi
* depresi
hidung berair
* perubahan
* muka
* kelelahan
* perasaan
persepsi
merah
* energi
panas dingin
* gangguan daya
* mudah
berkurang
* diare
ingat
marah
* kebutuhan
* gelisah
* tidak bisa tidur
* tangan
Tidur meningkat
* tidak bisa
gemetar
tidur
* mual muntah * tidak bisa tidur
F.
Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Martono (2006) menjelaskan bahwa penyalahgunaan NAPZA mempunyai dampak yang sangat luas bagi pemakainya (diri sendiri), keluarga, pihak sekolah (pendidikan), serta masyarakat, bangsa, dan negara. Bagi diri sendiri. Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya
fungsi otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis (OD), yang dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan dan perdarahan otak, kekambuhan, gangguan perilaku (mental sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi dan hukum. Sementara itu, dari segi efek dan dampak yang ditimbulkan pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan/jenis: 1) Upper yaitu jenis narkoba yang membuat si pemakai menjadi aktif seperti sabu-sabu, ekstasi dan amfetamin, 2) Downer yang merupakan golongan narkoba yang dapat membuat orang yang memakai jenis narkoba itu jadi tenang dengan sifatnya yang menenangkan/sedatif seperti obat tidur(hipnotik) dan obat anti rasa cemas, dan 3) Halusinogen adalah napza yang beracun karena lebih menonjol sifat racunnya dibandingkan dengan kegunaan medis. Bagi keluarga. Penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga dapat mengakibatkan
suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu. Dimana orang tua akan merasa malu karena memilki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusaha menutupi perbuatan anak mereka. Stres keluarga meningkat, merasa putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian narkoba ataupun melihat anak yang harus berulangkali dirawat atau bahkan menjadi penghuni di rumah tahanan maupun lembaga pemasyarakatan. Bagi pendidikan atau sekolah. NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi yang
sangat tinggi untuk proses belajar. Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan
kejahatan dan perilaku asosial lain yang menganggu suasana tertib dan aman, rusaknya barang-barang sekolah dan meningkatnya perkelahian. Bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan
terciptanya hubungan pengedar narkoba dengan korbannya sehingga terbentuk pasar gelap perdagangan NAPZA yang sangat sulit diputuskan mata rantainya. Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan dan kesinambungan pembangunan
terancam.
Akibatnya
negara
mengalami
kerugian
karena
masyarakatnya tidak produktif, kejahatan meningkat serta sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk mengatasi masalah tersebut.
G. Penanggulangan NAPZA
Penanggulangan
masalah
NAPZA
dilakukan
mulai
dari
pencegahan,
pengobatan sampai pemulihan (rehabilitasi). 1) Pencegahan dapat dilakukan, misalnya dengan: a) Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA b) Deteksi dini perubahan perilaku c) Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan tidak pada narkoba” 2) Pengobatan Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat, dengan dua cara yaitu: a) Detoksifikasi tanpa subsitusi Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri. b) Detoksifikasi dengan substitusi Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon. Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut.
3) Rehabilitasi Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pe ngembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Depkes, 2001). Sesudah klien penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi (Hawari, 2003). Jenis program rehabilitasi:
a) Rehabilitasi psikososial Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali ke masyarakat (reentry program). Oleh karena itu, klien perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan misalnya dengan berbagai kursus atau balai latihan kerja di pusat-pusat rehabilitasi. Dengan demikian diharapkan bila klien selesai menjalani program rehabilitasi dapat melanjutkan kembali sekolah/kuliah atau bekerja. b) Rehabilitasi kejiwaan Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien rehabilitasi yang semua berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan sesama rekannya maupun personil yang membimbing dan mengasuhnya. Meskipun klien telah menjalani terapi detoksifikasi, seringkali perilaku maladaptif tadi belum hilang, keinginan untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih sering muncul, juga keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta tidak dapat tidur (insomnia) merupakan keluhan yang sering disampaikan ketikamelakukan konsultasi dengan psikiater. Oleh karena itu, terapi psikofarmaka masih dapat dilanjutkan, dengan catatan jenis obat psikofarmaka yang diberikan tidak bersifat
adiktif
(menimbulkan
ketagihan)
dan
tidak
menimbulkan
ketergantungan. Dalam rehabilitasi kejiwaan ini yang penting adalah psikoterapi baik secara individual maupun secara kelompok. Untuk mencapai tujuan psikoterapi, waktu 2 minggu (program pascadetoksifikasi) memang tidak cukup; oleh karena itu, perlu dilanjutkan dalam rentang waktu
3 – 6 bulan (program rehabilitasi). Dengan demikian dapat dilaksanakan bentuk psikoterapi yang tepat bagi masing-masing klien rehabilitasi. Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga terutama keluarga broken home. Gerber (1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan bahwa
konsultasi keluarga perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami aspekaspek kepribadian anaknya yang mengalami penyalahgunaan NAPZA. c) Rehabilitasi komunitas Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu tempat. Dipimpin oleh mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai koselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional hanya sebagai konsultan saja. Di sini klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving ) dan mencegah relaps. Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam proses terapi. Mereka bebas menyatakan perasaan dan perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain. Tiap anggota bertanggung jawab
terhadap perbuatannya,
penghargaan
bagi
yang
berperilaku positif dan hukuman bagi yang berperilaku negatif diatur oleh mereka sendiri. d) Rehabilitasi keagamaan Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu detoksifikasi
tidaklah
cukup
untuk
memulihkan
klien
rehabilitasi
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Pendalaman, penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini dapat
menumbuhkan
kerohanian
( spiritual
power )
pada
diri
seseorangsehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA apabila taat dan rajin menjalankan ibadah, risiko kekambuhan hanya 6,83%; bila kadang-kadang beribadah risiko kekambuhan 21,50%, dan apabila tidak sama sekali menjalankan ibadah agama risiko kekambuhan mencapai 71,6%.
1.2 Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah A. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan manganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia (Budi Ana Keliat, 2002)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2001)
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 2002)
Dapat disimpulkan harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadapa diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun. 2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi a. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yan gtidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis. b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. (Yosep, 2009) 3. Rentang Respon Marah Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpesonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan dan sosial yang maladaptif.
Rentang respon individu terhadap konsep dirinya dapat dilihat pada gambar berikut : Respon Maldaptif
Respon Adaptif Aktualisasi Diri
Konsep diri positif
Harga Diri Rendah
Keracunan Identitas
Depersonalisasi
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangna percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/ atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahakan kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri seccara sosial, khawatir serta menarik diri dari realitas.
Kerancuan
identitas
merupakan
suatu
kegagalan
individu
untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan keracuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yan bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan menagmbang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart & Sudden, 1998). Individu mengalami kesulitas untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.
4. Patofisiologi Diawali dengan individu merasa malu terhadap diri sendiri karena kegagalan yang dialaminya. Kemudian akan merasa bersalah akan dirinya sendiri, menyalahkan atau mengejek diri sendiri karena menganggap bahwa dirinya tidak berarti. Setelah individu merasa dirinya tidak berguna maka akan mengasingkan diri kemudian individu mengalami rasa kurang percaya diri,
mengalami halusinasinya mencederai diri sendiri atau orang lain. Tanda-tanda tersebut merupakan akibat dari harga diri rendah. Effect
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Core
Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
Cause
Gangguan Citra Tubuh
5. Penentuan Diagnosa a. Harga diri rendah kronik Definisi : evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama Batasan karakteristik : -
Bergantung pada pendapat orang lain
-
Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapai persitiwa
-
Melebih-lebihkan umpan balik negatif terhadap diri sendiri
-
Secara berlebihan mencari penguatan
-
Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
-
Enggan mencoba situasi baru
-
Enggan mencoba hal baru
-
Perilaku bimbang
-
Kontak mata kurang
-
Pasif
-
Sring kali mencari penegasan
-
Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
-
Ekspresi rasa bersalah
-
Ekspresi ra malu
b. Harga diri rendah situasional Definisi : perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons terhadap situasi saat ini Batasan karakteristik : -
Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu meghadapi situasi
-
Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
-
Perilaku bimbang
-
Perilaku tidak asertif
-
Secara verbal melaporkan tantang situasional sat ini terhadap harga diri
-
Ekspresi ketidakberdayaan
-
Ekspresi ketidakbergunaan
-
Verbalisasi meniadakan diri
C. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah Gangguan
: Aksis 3 (Deskriptor)
Konsep diri
: Aksis 1 (Status Diagnosa)
Harga diri rendah
: Aksis 4 (Topologi)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH Nama Klien : Jenis Kelamin : Ruang :
................. .................... ........ ................. .................... ........ ................. .................... ........
No. CM Dx. Medis Unit Keswa Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
: ................... ................... ............ : ................... ................... ............ : ................... ................... ............
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
TUM Klien memiliki konsep diri yang positif
TUK: 1.
Klien dapat membina
- Klien dapat menungkapkan perasaannya
hubungan saling
- Ekspresi wajah bersahabat
Beri salam setiap berinteraksi.
percaya
- Ada kontak mata
Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
- Menunjukkan rasa senang
Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
- Mau berjabat tangan
Jelaskan tujuan pertemuan
- Mau menjawab salam
Jujur dan menepati janji
- Klien mau duduk berdampingan
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. klien dapat
- Klien mampu mempertahankan aspek yang postif.
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:
2.1 Diskusikan dengan klien tentang :
mengidentifikasi aspek
a. aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan
positif dan kemampuan
b. kemampuan yang dimiliki klien
yang dimiliki
2.2 Bersama klien buat daftar tentang
a. aspek positif klien, keluarga, lingkungan b. kemampuan yang dimiliki klien 2.3 Beri pujian yang realistis, dan hidarkan memberi penilain negatif 3. Klien dapat menilai kemampuan yang
- Kebutuhan klien terpenuhi - Klien dapat melakukan aktivitas terarah
dimiliki untuk
kegiatan sesuai dengan
selalma sakit 3.2 Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilajutkan pelaksanaanya setelah klien
dilaksanakan 4. Klien dapat merencakan
3.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan dan digunakan
pulang dengan kondisinya saat ini. - Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan - Klien mengikuti terapi aktivitas kelompok
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien
kemampuan yang
a. kegiatan mandiri
dimiliki
b. kegiatan dengan bantuan 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien 4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan
5. Klien dapat melakukan
Klien mampu beraktivitas sesuai dengan kemampuan
5.1 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
kegiatan sesuai rencana
5.2 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
yang dibuat
5.3 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien 5.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
- Klien mampu melakukan apa yang diajarkan - Klien mau memberikan dukungan
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, BA. Dan Akemat. 2011. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok . Jakarta : EGC. Keliat BA, Panjaitan RA, Helena N. 2002. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC. Herdman, T. Hether. 2012. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC.
Stuart, Sundeen, S.J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC. Townsend, MC. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan Rencanan Keperawatan. Jakarta : EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama
: Sdr.I
Hari tanggal
: 03-06-2014
Pertemuan
: Pertama
Ruang
: PK NAPZA
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien Data Subyektif -
Pasien tersenyum pada perawat
Data Obyektif -
Pasien menerima kedatangan perawat
-
Pasien tampak tenang dan rileks
-
Kontak mata kurang
-
Selalu menunduk
2. Diagnosa keperawatan Gangguan konsep diri : harga diri rendah 3. Tujuan
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
Klien dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
Klien dapat melatih kemampuan yang dipilih.
Klien dapat memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan kedalam jadwal kegiatan harian.
4.
Tindakan Keperawatan Sp 1:
Mendiskusikan dengan klien tentang kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan dan digunakan selama di RSJ.
Mendiskusikan dengan klien memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
Menganjurkan pada klien untuk memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan kedalam jadwal kegiatan harian.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
Salam terapeutik Selamat pagi mas !! apa kabar hari ini ?? oh ya, perkenalkan nama saya J..., saya mahasiswa yang praktek disini selama 2 minggu. Saya perawat yang akan merawat mas disini. Kalau boleh tau nama mas siapa ?? dan suka dipanggil sapa ??
Evaluasi Validasi Bagaimana keadaan mas I saat ini ? kayaknya lebih fress.
Kontrak -
Topik : bagaimana kalau kita ngobrol tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah mas lakukan. Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat mas I lakukan di RSJ lalu kita pilih salah satu dari kemampuan yang mas bisa untuk kita latih.
-
Waktu : berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol ? bagaimana kalau 10 menit saja.
-
Tempat : dimana kita bisa ngobrol ? bagaimana kalau diluar saja dibawah pohon. Setujukan !
2. Fase kerja “Mas I,,,, Apa saja kemampuan yang mas I miliki ? oh ya! Apa lagi ? ok kalau begitu saya buat daftarnya ya. Kalau kegiatan rumah tangga yang bisa mas I lakukan apa saja? Bagaimana dengan merapikan tempat tidur? Menyapu? Atau mas I pernah bantu ngepel ? wah ternyata mas punya 5 kegiatan dan kemampuan yang mas I miliki. “ dari 5 kegiatan ini, yang masih bisa dilakukan di RSJ apa saja? Bagus sekali, jadi mas I ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di RSJ saat ini. “sekarang, coba mas I pilih salah satu kegiatan yang masih bisa dikerjak an di RSJ ini. Baik, yan no.1 adalag merapikan tempat tidur. “kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur mas I. Mari kita lihat apakah sudah rapi tempat tidurnya. “nah!! Kalau kita mau merapikan tempat tidur, sebelumnya kita perlu memindahkan bantal,dan selimutnya.
“ sekarang kita angkat spreynya jika perlu kasurnya dibalik. Kemudian kita mulai pasang lagi spreynya. Ya, bagus !! sekarang ujungnya ditarik dan dimasukkan begitu juga sebelahnya. “kemudian ambil bantal dan selimutnya. “mas I sudah merapikan tempat tidur denga baik sekali. Dan coba perhatikan bandingkan dengan sebelumnya. “besok atau setiap kali bangun tidur, jangan lupa untuk melakukannya. 3. Fase terminasi
Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan mas I setelah kita bercakap-cakap? Dan latihan merapikan tmpat tidur?
Evaluasi obyektif Ternyata mas I banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di RSJ ini, ya salah satunya seperti merapikan tempat tidur.
Rencana tindak lanjut Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian mas. Mas I mau merapikan tempattidur berapa kali ? Bagus, dua kali. Saat bangun tidur pagi dan siang.
Kontrak -
Topik Bagaimana kalu besok pagi kita latihan kemampuan mas I yang ke2. Mas I masih ingat dengan kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di RSJ selain merapikan tempat tidur? Ya bagus! Menyapu. Kalu begitu besok kita latihan menyapu.
-
Waktu Besok mau jam berapa kita latihan ? bagaimana kalau jam 11.00 WIB lama waktu 10 menit.
-
Tempat “Bagaimana kalau kita latihan di teras saja. Setujukan ? sampai jumpa besok!
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama
: Sdr.”I”
Hari tanggal
: 05-06-2014
Pertemuan
: kedua
Ruang
: PK NAPZA
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien Data Subyektif -
Klien menyapa perawat dan tersenyum pada perawat
Data Obyektif -
Klien menerima kedatangan perawat
-
Klien tampak tenang dan rileks
-
Kontak mata kurang
-
Klien kooperatif
2. Diagnosa keperawatan Gangguan konsep diri : harga diri rendah 3. Tujuan
Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
Klien dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
Klien dapat melatih kemampuan yang dipilih.
Klien dapat memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan kedalam jadwal kegiatan harian.
4.
Tindakan Keperawatan Sp 1:
Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan dan digunakan selama di RSJ.
Mendiskusikan dengan klien memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
Menganjurkan pada klien untuk memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan kedalam jadwal kegiatan harian.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi a. Salam terapeutik Selamat pagi mas !! b. Evaluasi Validasi Apa kabar hari ini ? sudah melakukan kegiatan apa saja selama tidak bersama saya ? masih ingatkah dengan jadwal kita hari ini ? iya bagus !! c. Kontrak -
Topik : sesuai dengan janji kita kemarin, kita akan latihan kemampuan mas I yang ke 2, yaitu menyapu.
-
Waktu : berapa lama kira-kira bisa latihan ini ? bagaimana kalau 10 menit saja. Setujukan !
-
Tempat : mau dimana kita latihan kemampuan mas I yang ke 2, bagaimana kalau di teras samping saja. Ok !
2. Fase kerja “Mas I, kemarin kan kita sudah membahas tentang kemampuan mas I yang ada 5. Sekarang ayo kita latihan kemampuan mas I yang ke 2, t entunya mas I masih ingatkan ? iya, tepat sekali. “ Nah, mas I ternyata bisa melakukan hal itu. Sebaiknya kalau ada kursi dibawah kursi disapu juga. “Mas I sudah menyapu dengan cara mas I sendiri, itu tepat sekali. Jadi lantai terlihat bersih. Dan coba bandingkan dengan yang tadi sebelum di sapu. Bagus!! “Besok atau setiap kali melihat lantai kotor, jangan lupa untuk disapu. Apalagi selesai makan mungkin bisa ada sisa nasi yang terjatuh di lantai. 3. Fase terminasi
Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan mas I setelah kita latihan tadi ?
Evaluasi obyektif Ternyata mas I punya cara sendiri untuk menyapu.
Rencana tindak lanjut Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian mas. Jika mas I melihat lantai kotor mau diapakan ? bagus !
Kontrak
-
Topik Bagaimana kalau besok kita latihan kemampuan mas I yang ke-3. Mas I masih ingat dengan kegiatan yan sudah kita rencanakan ? iya, tepat sekali. Mencuci piring, kalau begitu besok kita latihan cuci piring ya.
-
Waktu Besok enaknya kita latihan jam berapa ? bagaimana kalau selesai makan saja ?
-
Tempat Kita latihan di tempat pencucian piring ya. Bagaimana menurut mas I ? Ok ! sampai jumpa mas I.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama
: Sdr.”I”
Hari tanggal
: 07-06-2014
Pertemuan
: ketiga
Ruang
: PK NAPZA
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien Data Subyektif Pasien tersenyum pada perawat
-
Data Obyektif -
Pasien menerima kedatangan perawat
-
Pasien tampak tenang dan rileks
-
Kontak mata kurang
-
Selalu menunduk
2. Diagnosa keperawatan Gangguan konsep diri : harga diri rendah 3. Tujuan
Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
Klien dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan.
Klien dapat melatih kemampuan yang dipilih.
Klien dapat memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan kedalam jadwal kegiatan harian.
4.
Tindakan Keperawatan Sp 1:
Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan dan digunakan selama di RSJ.
Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Menganjurkan pada klien untuk memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan kedalam jadwal kegiatan harian.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
Salam terapeutik Selamat pagi mas !!
Evaluasi Validasi Bagaimana perasaan mas pagi ini ?
Kontrak -
Topik : sesuai janji kita kemarin, siang ini kita akan latihan kemampuan ma s I yang ke3 yaitu mencuci piring.
-
Waktu : berapa lama kira-kira kita bisa latihan mencuci piring ? bagaimana kalau 10 menit saja.
-
Tempat : kemarin kita janjian di tempat pencucian piringkan. Nanti setelah makan siang kita mulai latihannya. Ok !
2. Fase kerja “Mas I,,,, sesuai janji saya kemarin, siang ini kita akan latihan mencuci piring. “ Sebelum kita mencuci piring, langkah awal kita harus gimana? Iya tepat sekali. “Sebelum kita mencuci piring, kita harus buang dulu sisa makanannya di sampah. Kemudian kita lakukan cuci piring menggunakan sabun. “Setelah itu kita harus gimana? Iya, mas I benar sekali. “Ternyata mas I cukup fasih dalam hal kegiatan rumah tangga. Itu patut dikembangkan ketika mas I pulang kerumah. “Mas I sudah melakukan 3 kemampuan kegiatan rumah tangga yang bisa dilakukan di RSJ. “Besok kita rencanakan lagi kemampuan apa saja yang ada dalam diri mas I yang belum tersalurkan. “Ok ! mas I tadi cara mencuci piring mas I tepat sekali, nanti setiap selesai makan sebaiknya piring, sendok dan alat makan lainnya langsung dicuci. 3. Fase terminasi a. Evaluasi subyektif Bagaimana perasaan mas I setelah kita latihan tadi ? b. Evaluasi obyektif Mas I sudah melakukan kegiatan rumah tangga yang dapat dilakukan disini, seperti merapikan tempat tidur, menyapu dan mencuci piring. c. Rencana tindak lanjut Sekarang kita rencanakan kemampuan apa saja yang mas I miliki, mas I kan menyukai musik, bagaimana kalau besok kita latihan main gitar. Dan yang perlu ditekankan dari 3 kegiatan itu mas I harus terapkan setiap hari.
d. Kontrak -
Topik Bagaimana kalu besok pagi kita latihan bermain gitar.
-
Waktu Besok mau jam berapa kita latihan ? bagaimana kalau sepulang dari mas I rehab saja ya, bagaimana mas I setujukan!
-
Tempat “Bagaimana kalau kita latihan di halaman samping dibawah pohon. Ok! Sampai jumpa besok!
ANALISA PROSES INTERAKSI
Insial Pasien
: Sdr. “I”
Nama Mahasiswa
: “J”
Status Interaksi
: Fase Perkenalan
Tanggal
: 08 Januari 2014
Lingkungan
: Teras Samping
Jam
:
Deskrispi Pasien
: px kooperatif
Ruang
: PK. NAPZA
Tujuan
: px dapat mengenal perawat dan menceritakan masalahnya secara terbuka
Komunikasi Verbal
P : Selamat Pagi mas ! Boleh saya duduk disebelah mas ?
K : memandang p dan tersenyum
Analisa Perpusat pada Perawat P : ingin membuka percakapan dengan K dengan harapan membalas sapaan P : bias diterima oleh K
P : menatap K dan menjulurkan tangan
P : merasa senang karena K tersenyum pada P yang
Komunikasi Non Verbal
P : Memandang K dan tersenyum
Analisa Perawat pada Klien
K : member respon positif dipertmuan pertama
K: pagi, oh ya ! silahkan P : oh ya ! perkenalkan nama saya Jastin
K : memberikan respon sepintas
Rasional
Salam merupakan kalimat pembuka untuk memulai suatu percakapan sehingga dapat terjalin rasa percaya Memperkenalkan diri dapat menciptakan rasa
Fransiska lebih sering disapa jastin K : (diam) P : nama mas siapa ? K : Namaku !!! ?
artinya bahwa K merespon adanya perkenalan K : tersenyum pada P P : masih berjabat tangan dan mendekati K
K : menyebutkan nama dengan jelas sambil tersenyum P : mas senang dipanggil P : memandang K siapa ?
K:I P : mas asalnya dari mana ?
K : Banyuwangi P : sekarang umur mas berapa ?
K : sekarang aku umur 19 tahun dan nanti bulan November aku sudah 20 tahun P : selama disini
K: menunduk dan menjawab singkat P : memandan K
K : menoleh pada P dan tersenyum P : mendekati K
percaya dan agar memudahkan interaksi
P : ingin tau nama K P : merasa kooperatif
K : mulai dekat dengan
Mengenal nama K akan memudahkan interaksi
P : ingin menjalin kedekatan dengan K
K : senang berkenalan dengan P
P : masih berusaha membangun kearaban
K : menjawab dengan singkat
Nama panggilan merupakan nama akrab klien sehingga menciptakan rasa senang akan adanya pengakuan atas namannya Topik sederhana membantu menjalin kedekatan dengan klien
P : senang karena K ada respon P : merasa pertanyaannya dapat dijawab dengan jelas
K : menjawab sesuai dengan ingatannya
Umur bias mempengaruhi daya ingat klien
P : merasa K mulai mengikuti
K : senang dengan aktivitasnya
Menanyakan kegiatan
K : menoleh pada P
P : menepuk pundak K
kegiatan apa saja yang K lakukan
K : ya, disini kalau pagi aku ke rehab “ musik “ nanti jam 12 makan sebelumnya sholat berjama’ah dan kalau jam 13.30 wib waktunya tidur P : keahlian apa yang mas I punya selama di RS
K : menoleh pada P dan menjelaskan kegiatan harian
K : aku suka main drum, dengerin musk tapi karena disini ada gitar ya aku belajar gitar aja P : sebelumnya kalau di rumah kegiatan apa saja yang dilakukan secara mandiri ?
K : memandang P dan memandang objek lain.
P : memandang K
P : tersenyum pada K
K : menunduk K : kadang ya membereskan tempat tidur
jadwal kegiatan yang sesuai dengan yang sudah direncanakan
di RS walaupun terkadang menjenuhkan
harian untuk mengetahui keahlian apa saja yang dimiliki klien
P : merasa kalau K pun ya sisi positif (kemampuan bermain music )
K : senang dengan keahliannya main gitar walaupun baru belajar
Menggali kemampuan / keahlian klien dapat mencegah
P : merasa kalau K jaran melakukan aktivitas dirumah seperti membantu orang tuannya
K : berpikir dan mengingat ingat hal apa saja yang dilakukan secara mandiri
Untuk mengetahui kegiantan apa saja dirumah sebelum di bawa ke RS untuk melatih kemandirian klien
P : oke mas I, besok kita ngobrol lagi ya. Kita bahas keahlian apa saja yang dimiliki mas I, kita ketemu jam 11 ya, saya senang sudah bias ngobrol dengan mas K : oh ya ! besok kita ketemu lagi
P : menepuk pundak K
K : menoleh dan tersenyum
P : memberikan reinfokement pada K
K : memikirkan tentang kegiatan yang ditawarkan
Kontrak berikutnya harus ditentukan dan harus mendapatkan persetujuan klien dapat ingat terhadap kontrak.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN NAPZA
Ruangan : PK. Napza I.
Tanggal Dirawat : 16 Mei 2014
IDENTITAS KLIEN
Nama Klien
: Sdr. “I”
Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2014
Umur
: 19 tahun
Nomor RM
: 1012xx
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:-
Alamat
: Banyuwangi
Sumber Informasi : Klien dan Status
II.
ALASAN MASUK/ KEDATANGAN
A. Alasan Masuk Klien Mengatakan saat MRS dipaksa oleh keluarganya dalam keadaan tangan diborgol dan kaki diikat karena ketahuan mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan emosi. B. Keadaan Saat Masuk Klien mengatakan saat MRS dalam keadaan sadar dan paska penyalagunaan obat dextro sebanyak 10 butir, miras dan ganjaa 1 batang 2 hari sebelum MRS. C. Pemakaian Terakhir Klien mengatakan sebelum di bawa kesini, klien mengkonsumsi ganja 1 batang dengan cara di hisap, terakhir tanggal 14 Mei 2014.
III.
FAKTOR PREDISPOSISI
Klien mengatakan di bawa ke RSJ lawang klien pernah di rawat selama 1 bulan di RKJM Banyuwangi. Saat Pulang kembali bergabung dengan teman-teman yang dulu. Dan mengulangi perbuatan hal yang sama (miras dan penyalagunaan obat dextro). Pada tahun 2010 klien mengaku pernah di tahan di BNN Selama 10 hari. Menurut status klien dirumah sering ngamuk-ngamuk sejak 2 bulan yang lalu. Paling parah 1 minggu. Klien sulit tidur. Minta apapun harus diturutin jika tidak orang tua di ancam. Klien mengatakan depresi karena hubungan dengan pacarnya tidak disetujui keluarganya.
Diagnosa Keperawatan : - RPK - Mekanisme Koping Individu tidak efektif.
A. Riwayat Masalah Penggunaan Zat 1. Intoksikasi Klien mengatakan mengkonsumsi tablet dextro yang awalnya Cuma 3 dan sampai 10 biji tablet langsung di minum. 2. Keadaan/ Gejala Lepas zat Klien mengatakan tidak pernah mengalami gejala lepas zat. 3. Komplikasi medik/ jiwa Klien marah-marah dan mengancam orang tuanya 4. Perilaku Kriminal dalam Rumah Klien mengatakan selalu mengancam ibunya jika tidak diberi uang dengan kata-kata “Kalau saya tidak diberi uang, saya tidak mau pulang. Dan menurut status, pasien sering menjual gabah (padi) yang tersedia di rumahnya. Dan yang paling parah pasien mengancam ibunya dengan membawa parang, dengan nada bicara marah-marah serta sering melontarkan kata-kata ingin membunuh ibunya jika tidak diberi uang. 5. Perilaku Kriminal di luar Rumah Klien mengatakan tidak pernah punya masalah/ berbuat kriminal di luar rumah seperti mencuri, mengancam dan mengambil barang dengan paksa. Tetapi kalau butuh uang dia menjual barang berupa gabah (padi) di rumahnya sendiri. 6. Catatan Polisi Klien mengatakan pada tahun 2010, klien di tahan di BNN selama 10 hari karena obat-obatan terlarang. 7. Problema dalam Sekolah Klien mengatakan masa SMP adalah masa terburuk, karena sudah 2 kali pindah sekolah yang disebabkan selalu bertengkar dengan temannya. Klien mengatakan juga sering ikut tawuran. Menurut status klien dikeluarkan dari sekolah. 8. Problema dalam keluarga Klien mengatakan tidak ada permasalah dalam keluarga, klien mengatakan apa yang diminta klien pasti diturutin dan diberikan. 9. Problem dalam Pekerjaan Klien mengatakan pernah bekerja di tempat cuci motor tapi berhenti karena gajinya kecil. Kemudian bekerja di pabrik ikan sarden, tapi juga berhenti atas kemauan sendiri.
10. Problema dalam Masyarakat Klien mengatakan tidak pernah ada masalah dengan orang lain. Klien mengatakan mudah berbaur dengan orang lain. 11. Perawatan RS Jiwa Diagnosa Medeik F.19 (Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan zat psikoa)
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
B. Etiologi Penggunaan Zat Adiktif Pertama Kali Pasien mengatakan awalnya dia dapat tawaran pil dextro dari temannya yang mengatakan pil dextro dapat membuat pikiran happy. Kemudian klien mencoba pil tersebut saat punya masalah.
Diagnosa Keperawatan : Koping Individu tidak efektif
IV.
FAKTOR PENYEBAB KAMBUH/ RELAPS
Klien mengatakan setelah di rawat di RKJM. Klien kembali bergabung dengan teman-temannya lagi yang juga pengguna. Dan mulai menyalagunakan obat dextro, miras dan ganja lagi.
Diagnosaa Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
V.
RIWAYAT UPAYA PENANGGULANGAN
1. Lembaga/ Kota
: PKJM
2. Lamanya
: 1 Bulan
3. Jenis Penanggulangan
: Rehabilitasi Rohani dan Medik
4. Alasan meninggalkan metode tersebut : Programnya Selesai
Diagnosa Keperawatan : -
VI.
PEMERIKSAAN FISIK o
1. Tanda Vital
: TD : 110/ 70 mmHg, N : 99/mnt. S : 36,3 C. Rr : 20x/mnt
2. Ukur
: TB : 161 cm
3. Keluhan Fisik
: Klien mengatakan tidak ada keluhan
Diagnosa Keperawatan : -
BB : 78 kg
VII. DATA PSIKOSOSIAL
1. Genogram
19
Keterangan Gambar : : Laki-Laki : Perempuan : Hubungan Pernikahan : Garis Keturunan : Meninggal : Tinggal Serumah : Klien : Orang terdekat - Pola Asuh
: klien mengatakan saat kecil sampai sekarang diasuh oleh ibunya
- Pola Komunikasi
: Klien mengatakan selalu curhat dengan kakaknya
- Pengambilan Keputusan : Klien
mengatakan ketika
ada masalah dalam
keluarga/ hal apa saja yang mengambil keputusan pasti bapak 2. Data Saudara Kandung/ Saudara Tiri No 1
Nama (Inisial) Tn. “W”
L/P Umur Pendidikan L 24 SMK
Pekerjaan TKI
Ket.
Diagnosa Keperawatan : Koping Kelurga Tidak Efektif : Ketidakmampuan
3. Riwayat Pendidikan Terakhir Klien Tamat SMU 4. Riwayat Perilaku Seksual Klien Klien mengatakan belum pernah menikah. Menurut status klien pernah berperilaku seksual pra nikah dengan pacaranya. 5. Riwayat Pekerjaan Klien Klien mengatakan sering pindah-pindah pekerjaan. Awalnya bekerja di tempat pencucian sepeda motor, tapi berhenti karna gajinya terlalu kecil. Kemudian bekerja di tempat pabrik ikan sarden. Dan juga berhenti. 6. Hubungan Sosial a. Orang yang dekat/ dipercaya saat ini : Klien mengatakan dekat dengan kakak. Alasan dekat dengan kakak karena selalu diberi uang saku. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat Klien mengatakan kadang-kadang saja ikut kumpul dengan tetangga tetapi lebih banyak kumpul dengan teman main. Di RS klien selalu mengikuti program-program yan sudah direncanakan seperti keruang rehab untuk bermusik dan melakukan sholat berjama’ah. c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain Klien tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain terbukti saat perkenalan klien mampu memulai percakapan walaupun hanya bertanya sedikit tentang tempat asal.
Diagnosa Keperawatan : 7. Konsep Diri a. Gambaran Diri Klien mengatakan tidak ada masalah dengan tubuhnya walaupun sekarang berat badannya bertambah b. Peran Klien mengatakan saya seorang anak dengan usia 19 tahun yang biasanya kulia dan bermain dengan teman-teman. c. Identitas Klien memperkenalkan dirinya dan identitas keluarganya dan klien bangga dengan identitasnya menjadi laki-laki.
d. Ideal Diri Klien mengatakan ingin segera berkumpul bersama keluarga dan berhenti mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Ingin segera bekerja karena kalau kulia rasanya tidak mampu karena dengan ijazah SMA persamaan. e. Harga Diri Klien mengatakan saya merasa malu saat pulang nanti, karena saat dibawa kesini dengan kondisi tangan di borgol dan kaki di ikat. Saya merasa tetangga selalu berpikir negatif.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah 8. Spiritual a. Nilai dan Keyakinan Klien mengatakan agamanya islam dan meyakini adanya Tuhan-Nya b. Kegiatan Ibadah Klien melakukan ibadah secara rutin dan berjama’ah selama di RSJ. Saat dirumah klien mengatakan sholatnya bolong-bolong. Diagnosa Keperawatan : -
VIII. STATUS MENTAL
1. Penampilan Klien berpakaian sesuai dengan fungsinya, baju tidak kusut, rambut disisir rapi. Diagnosa Keperawatan : 2. Pembicaraan Saat wawancara cara berbicara klien lambat dan dapat dimengerti dengan volume suara lembut. Diagnosa Keperawatan : 3. Aktivitas motorik / psikomotor
Kelambatan Klien tidak mengalami keterlambatan aktivitas motorik/ psikomotor, terbukti ketika klien melakukan aktivitas rutin seperti tepat jam rehab, sholat dan makan, klien mampu melakukan tanpa disuruh.
Peningkatan Klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam, sebentar noton TV, sebentar maen gitar dan mengerjakan sesuatu hal seperti membersihkan kukunyya dan maen tenis meja.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan 4. Afek dan Emosi a. Afek Afek klien dangkal/ datar, terbukti saat klien ditanya kenapa samapai menggunakan obat terlarang, klien hanya menampakkan ekspresi datar dan menjawab pertanyaan secara singkat dan menunduk.
Diagnosa Keperawatan : b. Emosi Klien cemas, terbukti saat ditanya tentang perasaan klien setelah membuat keluarga kecewa saat ini, klien mengatakan kasian dan cemas dengan keadaan keluarganya. Terbukti ekspresi wajah klien menunduk, cemas, bicara klien lebih pelan dan pada saat pemeriksaan fisik nadi teraba cepat ( N: 99x/mnt). Diagnosa Keperawatan : Ansietas. 5. Interaksi Selama Wawancara Kontak mata kurang, terbukti saat wawancara klien selalu memandang ke objek lain, tidak mampu menatap lawan biara dan klien selalu menunduk. Akan tetapi seketika klien mampu memulai pembicaraan seperti menanyakan “Sedang apa? “Apa kabar?”
Diagnosa Keperawatan : 6. Persepsi Sensorik
Halusinasi Klien mengatakan tidak mengalami gangguan pada panca inderanya. Klien mengatakan tidak mendengar bisikan aneh ataupun hal-hal aneh pada penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan.
Ilusi Klien mampu melihat hal yang dilihat sesuai dengan kenyataan, terbukti klien mengatakan hal yang dilihat adalah pohon belimbing dan kenyataannya adalah pohon belimbing.
Depersonalisasi Klien awalnya merasa asing pada lingkungan di RSJ ini tapi tidak pada diri sendiri maupun orang lain.
Derealisasi Klien menilai lingkungannya adalah nyata.
Diagnosa Keperawatan :-
7. Proses Pikir a. Arus Pikir Arus pikir klien koheren, terbukti saat ditanya, “Kenapa sampai mau diajak teman untuk mengkonsumsi obat terlarang dan miras?” klien menjawab singkat dan jelas “Karena saya ingin mencoba/ ingin tau, dirasakan enak ya saya lanjutkan” Diagnosa Keperawatan : b. Isi Pikir Isi pikiran klien obsesif, terbukti klien sering mengeluhkan klien ingin cepat pulang, karena ingin berkumpul dengan keluarganya. c. Bentuk Pikir Bentuk pikiran klien realistik terbukti saat ditanya tentang anggota keluarganya, klien mengatakan anak ke 4 dari 4 bersaudara. Tetapi anak pertama dan ke 2 meninggal sejak kecil. Diagnosa Keperawatan : 8. Kesadaran -
Secara Kuantitatif
: Kesadaran klien compos mentis (GCS : 4 5 6)
-
Secara Kualitatif
: Klien mampu berorientasi baik dengan waktu, seperti waktu makan, sholat dan mandi. Klien juga mampu
berorientasi
dengan
tempat
dan
lingkungannya seperti tenmpat tidur dan tempat rehapnya. Klien mau merubah posisi duduknya yang semula kakinya di atas kursi menjadi diturunin ketika ditegur. Diagnosa Keperawatan : 9. Orientasi -
Waktu
: Klien tidak mengalami gangguan orientasi waktu terbukti klien mampu
menyebutkan
waktu
sholat
duhur,
dan
pada
kenyataannya memang waktu sholat duhur dan saat ditanya
sekrang tanggal berapa ? klien menjawab “tanggal 2 Juni 2014” sesuai dengan kenyataan. -
Tempat
: Klien tidak mengalami gangguan orientasi tempat terbukti klien mampu menjawab ini adalah RSJ. dan saat disuruh ke rehab, klien bisa ke tempat rehab sesuai dengan tempat rehabnya yaitu di rehab percobaan tenaga kerja laki-laki.
-
Orang
: Klien tidak mengalami gangguan orientasi orang terbukti, klien mampu mengenali perawat yang bertugas di napza dan saat di tanya “itu namanya siapa?” klien menjawab perawat “A” kenyataannya memang perawat “A”.
Diagnosa Keperawatan : 10. Memori Klien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang maupun jangka pendek. Terbukti klien mampu menceritakan sebelum klien dibawa ke RSJ dan aktivitas yang dilakukan dari saat bangun tidur sampai tidur siang.
Diagnosa Keperawatan : 11. Tingkat Konsentrasi dan berhitung Saat klien diajak berbiara dengan topik “Apa kesan dan pesan saat di sini? Klien tampak berfikir lama dan saat mencoba perkalian dan penjumlahan (70 x 10 + 1 x 0 = .....) klien tidak mampu konsentrasi dengan pertanyaan itu.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir. 12. Kemampuan Penilaian Klien mengatakan bila sampai dirumah, saya akan bergaul dengan teman baru yang lebih baik dan akan menjauhin teman-teman yang memakai obat-obat terlarang.
Diagnosa Keperawatan : 13. Daya Tilik Diri Klien menyadari dengan kesalahan yang telah dia perbuat di masa lalu dan menyadari dengan keadaannya saat ini.
Diagnoa Keperawatan : -
IX.
MEKANISME KOPING
Klien mengatakan saat perasaan tidak enak saat ini lebih baik bermain gitar. Tetapi kalau dibangdingkan dengan sebelum MRS ketika ada masalah langsung membeli miras dan tidak pulang ke rumah (menghindari masalah)
Diagnosa Keperawatan : Koping Individu tidak Efektif. X.
PENGETAHUAN KURANG MENGENAI
Saat ditanya, “Apa akibat dari pemakaian zat psikoaktif, apakah klien tau apa komplikasi yang akan terjadi dan bagaimana cara mengatasi suggest ? klien mengatakan tidak tau. Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan tentang akibat, komplikasi dan cara mengatasinya. XI.
ASPEK MDEIK
1. Diagnosa Medis AXIS I : F19 (Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple dan zat psikoa) AXIS II : C.K. terbuka (ciri kepribadian terbuka) AXIS III : Laserasi di lutut kiri AXIS IV : Masalah yang berkaitan dengan lingkungan sosial AXIS V : GAF Scala saat ini 20 – 11 2. Terapi Medis Tablet Clozapin 25 mg 1 – 0 – 1
XII.
ANALISA DATA
Tanggal Data
& Jam
Diagnosa Keperawatan
Ds : - Klien mengatakan selalu mengancam 2/6/’14
ibunya jika tidak diberi uang dengan
11.00
ancaman tidak mau pulang. - Menurut status, klien mengancam sambil membawa parang dan marah-marah Do: klien banyak beraktivitas, sulit untuk diam,
Resiko Perilaku Kekerasan
sebentar noton tv, sebentar maen gitar dan mengerjakan
sesuatu
hal
seperti
membersihkan kukunya, main tenis meja. Ds : - Klien mengatakan pada tahun 2010 pernah ditahan di BNN selam 10 hari karena obat terlarang dan kakanya selalu mengkonsumsi miras. - Menurut 2/6/’14
status,
kakak
klien Koping keluarga tidak
mengkonsumsi miras.
11.00
- Pengambil keputusan dalam keluarga
efektif
lebih dominan bapak klien.
Do: Ds : Klien
mengatakan tidak
mampu
kulia
karena dengan ijazah persamaan dan malu 2/6/’14 11.00
saat pulang nanti Do: - klien tampak malu dengan keadaannya
Harga diri rendah situasional
- Kontak mata kurang - menunduk 2/6/’14 11.00
Ds : Klien mengatakan sudah malas untuk mikir Do: Klien kurang konsentrasi saat berhitung Ds : Klien mengatakan saat kumpul dengan teman lama kembali mengkonsumsi obat
2/6/’14 11.00
Gangguan Proses Pikir
terlarang. Dan jika ada malah menghindar Do: saat ditanya bagaimana cara klien jika ada masalah, klien menjawab menghindar/ tidak pulang
Koping individu tidak efektif
XIII. POHON MASALAH Resiko Perilaku Kekerasan
Efek
Gangguan Proses Pikir
Gangguan Konsep Diri : HDR
Core Problem
Cause
XIV.
Koping Individu tidak Efektif
Koping Kelurga tidak Efektif
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Perilaku Kekerasan 2. Koping Individu tidak efektif 3. Harga diri rendah situasional 4. Gangguan proses pikir 5. Koping individu tidak efektif.
Lawang, 2 Juni 2014 Perawat yang Mengkaji
Ttd
Kelompok IV
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI UNIT RAWAT INAP PK. NAPZA DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Nama Klien : Sdr. “I” Jenis Kelamin : Laki-Laki Ruang : Napza Diagnosa Tgl Keperawatan 2/6/’14 Harga Diri Rendah
No. CM Dx. Medis Unit Keswa
: : :
1012xx F19
Perencanaan Tujuan
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
TUM Klien memiliki konsep diri yang positif
TUK: 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Setelah 1x interaksi, klien
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
menunjukkan ekspresi
prinsip komunikasi terapeutik:
wajah bersahabat,
Beri salam setiap berinteraksi.
menunjukkan rasa senang,
Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
ada kontak mata, mau
perawat berkenalan
Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
menyebutkan nama, mau
Jelaskan tujuan pertemuan
menjawab salam, klien
Jujur dan menepati janji
berjabat tangan, mau
Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya.
mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
yang dihadapi 3/6/’14
2. klien dapat
Setelah 1x interaksi klien
2.1 Diskusikan dengan klien tentang :
mengidentifikasi
menyebutkan :
a. aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan
aspek positif dan
a. Aspek positif dan
b. kemampuan yang dimiliki klien
kemampuan yang
kemampuan yang
dimiliki
dimiliki b. Aspek positif
Pujian akan meningkatkan harga diri klien.
2.2 Bersama klien buat daftar tentang a. aspek positif klien, keluarga, lingkungan b. kemampuan yang dimiliki klien
keluarga c. Aspek positif lingkungan
3/6/’14
3. Klien dapat menilai
Setelah 1x interaksi klien
kemampuan yang
menyebutkan kemampuan
dimiliki untuk
yang dapat dilaksanakan
dilaksanakan
2.3 Beri pujian yang realistis, dan hidarkan memberi penilain negatif
3.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan dan digunakan selalma sakit 3.2 Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilajutkan pelaksanaanya setelah klien pulang dengan kondisinya saat ini.
Peningkatan kemampuan mendorong klien untuk mandiri
3/6/’14
4. Klien dapat
Setelah 1x interaksi klien
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
merencakan
membuat rencana
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien
kegiatan sesuai
kegiatan harian
a. kegiatan mandiri
dengan kemampuan
b. kegiatan dengan bantuan
yang dimiliki
Pelaksanaan kegiatann secara mandiri modal awal untuk meningkatkan harga diri.
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien 4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan
4/6/’14
5. Klien dapat
Setelah 2x interaksi klien
melakukan kegiatan
melakukan kegiatan
sesuai rencana yang
sesuai jadwal yang dibuat
dibuat
5.1 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan 5.2 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
Dengan aktivitas klien akan mengetaui kemampuannya.
5.3 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien 5.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
-
6. Klien dapat
Setelah 1x interaksi klien
memanfaatkan
memanfaatkan sistem
sistem pendukung
pendukung yang ada di
yang ada
keluarga
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah 6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu meningkatkan harga diri klien.
CATATAN PERKEMBANGAN TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP NAPZA RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG
Nama Pasien : Sdr “I” Jenis Kelamiin : Laki-Laki Ruang : Napza
No
TANGGAL
1
08 - 06 - 2014
No RM Diagnosa Medis No. Keswa
IMPLEMENTASI
1. Membimbing
hubungan
saling
: 1012xx : F19 :
EVALUASI
percaya
dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutif.
S : Px mengatakan bias bermain music (drum) dan untuk saat ini masih belajar main gitar
P : Selamat pagi mas !! apa kabar hari ini ? oh ya, perkenalkan nama saya “J”. Saya mahasiswa yang
O: Px menerima kedatangan perawat
praktek disini selama 2 minggu. Sa ya perawat yang
Px masih menggunakan kemampuannya dan mau belajar
akan merawat mas disini. Kalau boleh tau nama mas
hal baru
siapa ? dan suka di panggil siapa ?
Px mengikuti semua kegiatan yang sudah direncanakan
K : pagi juga bak. Nama saya “I”. Saya suka dipanggil
untuk dirinya
dengan panggilan “I” 2. Mendiskusikan aspek positif / kemampuan yang
A : Px memiliki kemampuan lain yang ada pada dirinya
dimiliki klien.
Px setuju dengan kegiatan / kemampuan yang lain untuk
P : kamu punya kemampuan apa yang bisa dilakukan
dimasukkan ke dalam jadwal harian
disni?
TTD
K : saya dulu main drum, sekarang disini saya belajar main gitar 3. Mendiskusikan
P: Lanjutkan
intervensi
dan
untuk
Px,
kit a
latihan
kemampuan lainnya besok. kemampuan
yang
masih
dapat
dilanjutkan. P : sudah bisa nyanyi apa saja disni ? K : banyak, sandiwara cinta salah satunya. 4. Merencanakan kegiatan yang akan dipilih klien sesuai dengan kemampuan. P : ayo kita rencanakan kegiatan-kegiatan yang bisa kita lakukan disini dan kamu sukai ? K : ayo
2
05 – 06 – 2014
1. Merencanakan bersama px aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
S : Px
mengatakan senang dengan akitivitas saat ini,
walaupun kadang membosankan
2. Member kesempatan px untuk mencoba kegiatan yang sudah direncanakan.
O: Px kooperatif Px tampak fresh Px mulai akrab dengan perawat Px mengikuti semua kegiatan yang sudah dijadwalkan
A: SP 1 belum tercapai
P : Px → latih kemampuan yang lain P → ulangi SP 1 no 3. Mendiskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
3
07 – 06 – 2014
1. Merencanakan bersama px aktivitas yang dapat
S : Selamat pagi mbak !
dilakukan setiap hari. 2. Member kesempatan pada px untuk mencoba kegiatan yang sudah direncanakan. 3. Meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi px.
O : Px kooperatif Px tampak fresh Keadaan umum baik Kontak mata +
4. Menganjurkan pada px untu memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan ke dalam jadwal
A : SP 1 belum tercapai
kegiatan. P: Px motivasi kemampuan lain P ulangi SP 1. Implementasi no 1,2,3 dan 4 1. Merencanakan bersama px aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari. 2. Member kesempatan pada px untuk mencoba kegiatan
yang sudah direncanakan. 3. Meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi px. 4. Menganjurkan pada px untu memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan ke dalam jadwal kegiatan. 4
09 – 06 – 2014
1. Mendiskusikan dengan px kemampuan yang dapat
S : Saya baik – baik saja mbak!
dilaksanakan dan digunakan selama di RSJ 2. Merencanakan bersama px aktivitas yang dapat dilaksanakan setiap hari 3. Menganjurkan pada px untuk memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan ke dalam kegiatan.
O: Px kooperatif Px tenang ADI mandiri Istirahat + Ma / mi +
A: SP 1 belum tercapai
P : px P
motivasi kemampuan px ulangi
SP 1 impelementasi no 1, 2, dan 3
1. Mendiskusikan dengan px kemampuan yang dapat dilaksanakan dan digunakan selama di RSJ
2. Merencanakan bersama px aktivitas yang dapat dilaksanakan setiap hari 3. Menganjurkan pada px untuk memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan ke dalam kegiatan. 5
10 – 06 2014
1. Merencanakan bersama px aktivitas yang dapat dilaksanakan setiap hari
S : px mengatakan ada apa mbak ! O: px kooperatif
2. Melatih px sesuai kemampuan yang dipilih
rehab +
3. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan
TAK +
px. 4. Menganjurkan pada px untuk memasukkan kegiatan
ADI mandiri ma / mi +
yang sesuai dengan kemampuan ke dalam kegiatan. 5. Memotivasi px dengan kemampuang yang px punya.
A : SP 1 tercapai sebagian
P : px motivasi kemampuan px P
lanjutkan
SP 1 implementasi no 1, 2, 3, 4, dan 5
1. Merencanakan bersama px aktivitas yang dapat dilaksanakan setiap hari 2. Melatih px sesuai kemampuan yang dipilih 3. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan px.
4. Menganjurkan pada px untuk memasukkan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan ke dalam kegiatan. 5. Memotivasi px dengan kemampuang yang px punya.