LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOLOGI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Mata kuliah Biologi Umum
Oleh RISKI E 281 09 035
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO 2010
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOLOGI
OLEH : RISKI E 281 09 035
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO 2010
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOLOGI
OLEH : RISKI E 281 09 035
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO 2010
HALAMAN PENGESAHAN
Judul laporan
: Laporan Lapora n Lengkap Praktikum Prakt ikum Biologi
Nama
: Riski
No. Stambuk Stambu k
: E 281 09 035
Program Studi
: Agroteknologi Agroteknologi
Fakultas
: Pertanian
Universitas
: Tadulako
Palu,
Desember 2010
Mengetahui Kordinator Kordinato r Praktikum
Asisten Penanggung jawab
Irzan E 111 07 101
Indriani E 111 07 008 Menyetujui
Dr. Shahabuddin, M.si Nip. 132 210 734
HALAMAN DEDIKASI
1.
(kejadian 1 : 1 )
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
2.
( kejadian 1 : 11-12 )
Berfirmanlah
Allah : ³ Hendaklah tanah
menumbuhkan
tunas-tunas
mudah, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segalah jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.´ Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas mudah, segalah jenis tumbuhtumbuhan
yang
berbiji
dan
segala
jenis
pohon-pohon
yang
menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
3.
( kejadian 1:27-28 )
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya
dia;
laki-laki
dan
perempuan
diciptakan-Nya
mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman: ³beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi ini dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segalah binatang yang merayap di bumi.´
4.
( Kejadian 2:7 )
Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debuh tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk hidup.
5.
( Amsal 5:1-2 )
Hai anak ku, perhatikanlah hikmat ku, arahkanlah telingah mu kepada kepandaian yang aku ajarkan, supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan, dan bibir mu memelihara pengetahuan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa. Tuhan yang maha tahu dan Tuhan yang maha bijaksana. Dialah yang memeritahkan kita untuk menggunakan akal dan pikiran. Semoga laporan lengkap praktikum biologi ini dapat bermanfaat bagi kita semua baik kepada penyusun maupun bagi para pembaca. Namun jika terdapat kesalahan, penyusun hanya manusia biasa yang biasa benar dan terkadang salah. Siapapun berhak memberikan pemahaman yang ia sukai, sebab manusia adalah yang membrnarkan dan membuktikan apa yang dikatakannya tentang kerja dan hakikat keyakinannya. Atas karunia dari Tuhan yang maha kuasa, Laporan Lengkap Praktikum BiologiUmum ini dapat selesai dalam suasana kesibukkan masing-masing. Dengan adanya praktikum ini saya bisa mengetahui bagian-bagian dari mikroskop dan mengetahui cara menggunakan mikroskop serta dapat memberikan kemudahan kepada saya untuk mengikuti praktikumselanjutnya. Semoga Laporan Lengkap ini memiliki manfaat bagi para Pembaca. Palu,
Desember 2010
Penyusun
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama mengikuti praktikum, penulis banyak mendapat petunjuk, bimbingan, dan kritikan mulai dari pelaksanaan praktikum sampai cara membuat Laporan Lengkap. Selain itu dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil turut memberikan andil besar dalam penyelesaian tugas Laporan Lengkap Praktikum Biologi Umum, sehingga pada kesempatan kali ini penulis haturkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof.DR.Ir.H.Alam Anshary, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.
2.
teman-teman kelompok praktikum yang telah memberikan bantuan, kritik dan saran.
3.
Kedua orang tua ku, yang telah memberikan penulis dukungan, bimbingan, doa, kasih sayang, materi, mulai dari awal praktikum sampai pada pembuatan Laporan Lengkap Praktikum Biologi.
4.
Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada praktikum biologi kali ini yang digunakan dalam laboratorium ada 7 modul yang masing-masing modul judulnya berbeda-beda. Pada modul pertama yang diamati dalam laboratorium adalah cara menggunaka n mikroskop dengan baik dan mengetahui bagian-bagiannya beserta fungsinya masing-masing. Serta kita dapat mengetahui bentuk bayangan objek pada mikroskop dengan perbesaran 10X. Mikroskop mempunyai 3 macam jenis, yaitu
mikroskop
cahaya,
mikroskop
electron
dan
mikroskop
stereo.
Mikrokop cahaya memiliki tiga lensa yang fungsinya berbeda-beda, yaitu lensa okuler, lensa obyek, dan lensa kondensor. Ketiga lensa ini saling membutuhkan satu dengan lain. Pada modul yang kedua yang diamati dalam laboratorium adalah Pengamatan sel. Dilaboratorium secara khusus membahasa mengenai bentuk struktur yang berada dalam tumbuhan seperti penampang melintang empulur batang ubi kayu, sel umbi lapis bawang merah ( Allium ascalonicum), dan sel daun hidryllah vertisilasi. Selain pada umbuhan, sel juga berada pada hewan. Pengamatan ini masih memerlukan bantuan alat mikroskop untuk melihat sel-sel yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Pada modul
yang
ketiga yang diamati dalam laboratorium adalah Pengamatan Tumbuhan. Dalam modul ini secara khusus membahasa mengenai struktur morfologi
akar, morfologi batang, morfologi bunga, dan morfologi daun pada tumbuhan dikotil dan monokotil. Selain struktur morfologi, kita juga akan membahasa struktur anatomi pada
akar, batang, dan
daun
pada
tumbuhan
dikotil
dan
monokotil.
Pengamatan ini juga masih memerlukan bantuan mikroskop. Pada modul yang keempat yang diamati dalam laboratorium adalah Pengamatan Hewan. Hewan amphibi merupakan hewan yang dapat hidup di dua lingkungan yaitu lingkungan darat dan lingkungan air. mula-mula hidup diair
tawar
kemudian
hidup
didarat.
Fase
kehidupan
di
dalam
air
berlangsung sebelum alat reproduksinya masak, keadaan ini disebut fase larva
atau
fase
berudu
( N asir, 1993 ).
Amphibi
merupakan
kelompok
chordate yang pertama keluar dari kehidupannya di dalam air. Beberapa pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya kaki, paru paru, dan alat-alat kehidupan yang berfungsi baik didalam air maupun didarat. Secara khusus membahas mengenai struktur morfologi dan anatomi pada katak sawah ( Rana macrodon), sistem pencernaan katak sawah ( Rana macrodon), dan sistem reproduksi ( jantan dan betina) pada katak sawah ( Rana macrodon).
Pada
modul
kelima
yang
diamati
dalam
laboratorium
adalah
Memahami Konsep Hukum Mendel. Berdasarkan pada pengamatannya, Mendel mengemukakan Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II. Hukum Mendel I menyatakan bahwa ketika berlangsung pembentukan gamet pada individu heterozigot, terjadi pemisahan sel alel secara bebas. Oleh karena
itu, setiap gamet mengandung alel yang dikandung sel induknya. Hukum Mendel I disebut
juga sebagai Hukum Segresi atau Hukum pemisahan.
Berdasarkan pernyataan Hukum Mendel I, persilangannya akan menghasilkan perbandingan fenotip yaitu 3 : 1 (S udjino, 1998). Hukum Mendel II menyatakan bahwa ketika berlangsung meiosis, terjadi pengelompokkan gen secara bebas. Hukum Mendel II dikenal pula sebagai Hukum Asortasi atau hukum berpasangan secara bebas. Berdasarkan
pernyataan
Hukum
Mendel
II, persilangannya
akan
menghasilkan
perbandingan fenotipe F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 ( Sl amet Prawirhatono, 2000 ). Peristiwa Hukum Mendel I dapat dilihat melalui persilangan monohibrid sedangkan peristiwa Hukum Mendel II dilihat pada persilangan dihibrid atau polihibrid. Persilangan monohibrid adalah persilangan yang dilakukan dengan menggunakan satu sifat beda (S uryo, 1990 ). Persilangan dihibrid adalah persilangan yang dilakukan dengan dua sifat berbeda sehingga gen-gen sepanjang alel akan memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan pada waktu pembentukan gamet ( Brotowidjoyo, 1994 ). Pada modul yang kelima yang diamati dalam laboratorium adalah Transpirasi Tumbuhan. Transpirasi artinya peristiwa pengeluaran cairan dan uap atau
gas. Transpirasi berlangsung
melalui bagian tumbuhan yang
berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun
tidak
dapat
dihindarkan
dan
jika
berlebihan
akan
sangat
merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah ang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya
untuk
mengambil
karbon
dioksida
dari
udara
untuk
berfotosintesis (Anonim, 2009). Pada modul yang keenam yang diamati dalam laboratorium adalah Fotosintesis. Dalam modul ini mencangkup tentang percobaan Sachs dan percobaan Ingenhousz. Yang sebagaimana kita ketahui bersama fotosintesis adalah proses pembentukan karbohidrat dari CO 2 dan H2O pada klorofil (Zat hijau daun) dengan bantuan cahaya matahari.
Sachs melakukan percobaan dengan menggunakan daun ubi kayu yang sebagian dibungkus dengan kertas timah dan yang satunya tidak dibungku kertas timah. Setelah itu kedua daun tersebut direbus untuk mematikan selselnya. Selanjutnya daun tersebut dimasukkan kedalam alkohol panas agar klorofilnya larut. 1.2 Tujuan dan Kegunaan 1.2.1 Pengenalan dan Pengunaan Mikroskop
Tujuan dari pengamatan ini dan pengunaan mikroskop pada praktikum biologi mikroskop
ini adalah untuk memperkenalkan tersebut
dengan
baik
dan
komponen ± komponen
benar, serta
mempelajari
menyiapkan bahan ± bahan yang di amati di bawah mikroskop.
dari cara
Kegunaannya untuk memudahkan mengamati dan mempelajari bentuk dan struktur mikroorganisme serta benda ± benda yang sangat kecil dan tidak dapat di lihat dengan mata bugil. 1.2.2 Pengamatan Sel
Tujuan umum dari pengamatan sel ini agar mahasiswa dapat mengenal bentuk dan struktur sel secara umum dan mampu membandingkan berbagai jenis sel dari berbagai jenis organisme serta mampu memahami sifat permeabilitaas membrane sel. Sdangkan tujuan kkhususnya agar mahasiswa dapat menggambarkan bentuk dan menjelaskan sturktur sel tumbuhan, hewan, protozoa dan
mikroorganisme.
Serta
dapat
mendemonstrasikan
sifat
semipermeabilitas dari membran sel. Kemudian, kegunaan dari praktikum ini tentunya untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan praktikan tentang struktur
dan susunan
sel, selain itu
juga, agar
praktikan
juga
dapat
mengetahui perkembangan konsep tentang sel serta kemajuan ± kemajuan teknologi dalam pengamatan sel. 1.2.3 Pengamatan Tumbuhan
Tujuan pengamatan tumbuhan mahasiswa system
dapat
organ
memahami pada
setelah menyelesaikan praktikum ini
struktur
tumbuhan.
morfologi, anatomi, dan Selain
itu,
histology
mahasiswa
dapat
membandingkan struktur morfologi dan struktur anatomi akar, batang dan daun pada tumbuhan monokotil dan dokotil. Selain itu juga agar dapat menggambarkan berbagai alat reproduksi pada tumbuhan.
Kegunaan praktikum pengamatan tumbuhan yaitu untuk menambahkan pengetahuan praktikum agar lebih mengenal perbedaan antara tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil baik dari segi struktur morfologi maupun struktur anatomi tumbuhan tersebut. 1.2.4 Pengamatan Hewan
Tujuan umum praktikum pengamatan hewan yaitu agar mahasiswa dapat memahami cirri struktur morfologi, anatomi dan histologi dari system pada
hewan.
Selain
itu, mahasiswa
dapat
menggambarkan
struktur
morfologi, menuliskan system pencernaan serta dapat menjelaskan system reproduksi dari katak hijau ( Rana cancrivora). Kegunaan praktikum untuk menambah wawasan praktikan sehingga dapat lebih memahami tentang hewan amfibi seperti katak hijau (Rana cancrivora) baik dari segi teori maupun praktisi. 1.2.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
Tujuan mahasiswa
dilaksanakannya dapat
lebih
praktikum
memahami
percobaan
cara
hukum
menentukan
mendelagar
angka ± angka
perbandingan dalam hukum Mendel melalui hukum kebetulan. Kegunaan praktikum adalah merupakan penambah penting untuk pengetahuan mahasiswa tentang genetika, dimana tentunya hukum keturunan akan lebih dapat dipraktekkan di masa depan dari pada sebelumnya.
1.2.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan
Tujuan dari praktikum transpirasi ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui faktor ± faktor yang mempengaruhi transpirasi pada tumbuhan. Kegunaan praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami tentang
proses
transpirasi
yang
terjadi
pada
tumbuhan
serta
mampu
memaparkan semua manfaat transpirasi bagi makhluk hidup. 1.2.7 Pengamatan Fotosintesis
Tujuan
dari
praktikum
fotosintesis
yaitu
agar
mahasiswa
dapat
membuktikan terbentunya amilum pada proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau yang sangat berguna bagi kelangsungan makhluk hidup di dunia. Kegunaan praktikum yaitu agar mahasiswa dapat memahami tentang proses ± proses yang terjadi dalam fotosintesis serta mampu memaparkan semua manfaat fotosintesis bagi kehidupan dunia, sehingga daun tersebut menjadi pucat (Kemal, 1998).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan dan Pengunaan Mikroskop 2.1.1 Sejarah Penemuan Mikroskop
Istilah mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata micron yang berarti kecil dan scopos yang artinya tujuan. Dari dua pengertian tersebut, mikroskop dapat diartikan sebagai alat yang dibuat atau dipergunakan untuk melihat secara detail obyek yang terlalu kecil apabila dilihat oleh mata telanjang dalam jarak yang dekat. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Menurut sejarah orang yang pertama kali berpikir untuk membuat alat yang bernama mikroskop ini adalah Zacharias Janssen. Janssen sendiri sehari-harinya adalah seorang yang kerjanya membuat kacamata. Dibantu oleh Hans Janssen mereka mambuat mikroskop pertama kali pada tahun 1590. Mikroskop pertama yang dibuat pada saat itu mampu melihat perbesaran objek hingga dari 150 kali dari ukuran asli. Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei (Italia), untuk membuat alat yang sama. Bahkan Galileo mengklai m dririnya sebagai pencipta pertamanya yang telah membuat alat ini pada tahun 1610. (Adam, 2001)
Kata mikroskop (microscope) berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata micron=kecil
dan
scopos=tujuan, yang
maksudnya
adalah
alat
yang
digunakan untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Dalam sejarah, yang dikenal sebagai pembuat mikroskop pertama kali adalah 2 ilmuwan Jerman, yaitu Hans Janssen dan Zacharias Janssen (ayah-anak) pada tahun 1590. Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan
lain, seperti Galileo Galilei (Italia), untuk membuat alat yang sama. Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609, dan mikroskop yang dibuatnya dikenal dengan nama mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut mikroskop optik. Mikroskop yang
dirakit
dari
lensa
optic
memiliki
kemampuan
terbatas
dalam
memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa mengamati ukuran di bawah 200 nanometer. ( Nuryadi, 2007). 2.1.2 Jenis ± Jenis Mikroskop
Mikroskop cahaya menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop sedangkan penggunaan lensa okuler terletak pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda ( binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa
obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung
mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yg ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain. Mikroskop kamera merupakan inovasi baru pengamatan preparat. Sistem ini memungkinkan kemudahan dan kenyamanan pengamatan data mikroskop, terutama untuk pengamatan yang melibatkan banyak pengamat dalam waktu bersamaan. Inovasi baru dalam system ini terutama dalam hal penampilan, dan penyimpanan data dalam bentuk data elektronik. Sehingga visualisasi pengamatan preparat mikroskop dapat ditampilkan melalui layar televisi, LCD/ DLP proyektor, atau computer dan dapat disimpan sebagai gambar atau movie. Mikroskop
electron
mempunyai
kemampuan
pembesaran
obyek
(resolusi) yang lebih tinggi disbanding mikroskop optik. Mikroskop elektron
mampu
pembesaran
objek
sampai
elektro statik dan elektro magnetik
2
juta
kali, yang
menggunakan
untuk mengontrol pencahayaan dan
tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop electron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya. (Adam, 2000). 2.1.3 Bagian ± Bagian dan Fungsi Komponen - Komponen Mikroskop
Lensa Okuler untuk memperbesar benda yg dibentuk oleh lensa objektif. Tabung Mikroskop untuk mengatur fokus, dapat dinaikkan dan
diturunkan. Tombol pengatur focus kasar untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga tabung mikroskop turun atau naik dengan cepat. Tombol pengatur fokus halus untuk memfokuskan bayangan objek secara lambat, sehingga tabung mikroskop turun atau naik dengan lambat. Revolver untuk memilih lensa obyektif yang akan digunakan. Lensa objektif untuk menentukan bayangan objektif serta memperbesar benda yang diamati. Umumnya ada 3 lensa objektif dengan pembesaran 4x, 10x, dan 40x. Lengan
Mikroskop
Untuk
pegangan
saat
membawa
mikroskop.
Meja
Preparat Untuk meletakkan objek ( benda) yang akan diamati. Penjepit objek gelas untuk menjepit preparat di atas meja preparat agar preparat tidak bergeser. Kondensor merupakan lensa tambahan yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk dalam mikroskop. Diafragma Berupa lubang-lubang yang ukurannya dari kecil sampai selebar lubang pada meja objek. Berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang akan masuk mikroskop. Reflektor/cermin untuk memantulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam mikroskop. Ada 2 jenis cermin, yaitu datar dan cekung. Bila sumber cahaya lemah, misalkan sinar lampu, digunakan cermin cekung tetapi bila sumber cahaya kuat, misalnya sinar matahari yang menembus ruangan,
kaki
mikroskop
dapat
berdiri
dengan
mantap
diatas
meja.
(Anonim, 2008). 2.1.4 Sifat Lensa pada Mikroskop
Pada umumnya sifat lensa pada mikroskop yaitu Maya, Terbalik, dan diperbesar.
Sifat
bayangan
baik
lensa
objektif
maupun
lensa
okuler
keduanya merupakan lensa cembung secara sederhana dan garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula. baik pada mikroskop cahaya maupun mikroskop elektron. Yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop cahaya bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan sementara semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop elektron bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan diperbesar. Petunjuk: Jika seseorang menggunakan mikroskop cahaya dia meletakkan
huruf
A
dibawah
mikroskop
maka
yang
dia
lihat
pada
mikroskop tampilan bayangan tersebut adalah huruf tersebut hanya terbalik dan diperbesar. (Anonim, 2009). 2.2 Pengamatan Sel. 2.1.2 Pengertian Sel
Sel
berasal
dari kata 'cella' yang berarti ruangan berukuran kecil
maka sel merupakan unit (kesatuan, zahrah) terkecil dari makhluk hidup, yang dapat melaksanakan kehidupan. Ada empat teori tentang sel, yaitu: - unit struktural terkecil makhluk hidup (Schleiden & T. Schwann) - unit fungsional terkecil makhluk hidup (Max Schultze) - unit pertumbuhan terkecil makhluk hidup (Rudolf Virchow) - unit hereditas terkecil makhluk hidup (Penemuan akhir abad XIX)
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti, sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Sel itu setelah tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai dengan fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk melindungi sel-sel sebelah dalamnya ada yang menjadi tempat penyediaan makanan, ada yang
berfungsi
menjadi
tempat
persediaan
makanan
dan
lain-lain.
(Anonim,2008).
2.2.2 Sel Hewan
Sel hewan adalah nama umum untuk sel eukariotik yang menyusun jaringan. Sel hewan berbeda dari sel eukariotik lain, seperti sel tumbuhan, karena mereka tidak memiliki dinding sel, dan kloroplas, dan biasanya mereka memiliki vakuola yang lebih kecil, bahkan tidak ada. Karena tidak memiliki dinding sel yang keras, sel hewan bervariasi bentuknya. Sel hewan tidak memiliki dinding sel. Protoplasmanya hanya dilindungi oleh membran tipis yang tidak kuat. Ada beberapa sel hewan khususnya hewan bersel satu, selnya terlindungi oleh cangkok yang kuat dan keras. Cangkok tersebut umumnya tersusun atas zat kersik dan pelikel, dijumpai misalnya pada Euglena dan Radiolaria. Secara umum sel hewan tidak memiliki vakuola. Jika ada vakuola, ukurannya sangat kecil. Pada beberapa jenis hewan bersel satu ditemukan adanya vakuola, misalnya pada Amoeba dan Paramaecium. Terdapat dua macam vakuola, yaitu vakuola kontraktil (alat osmoregulasi) dan vakuola non kontraktil ( penyimpan makanan). Bagian paling besar pada sel hewan adalah nucleus. Dalam satu sel hewan terdapat dua sentriol.
Kedua sentriol ini terdapat dalam satu tempat yang disebut sentrosom. Saat pembelahan
sel, tiap
sentriol
memisahkan
diri
menuju
kutub
yang
berlawanan dan memancarkan benang-benang gelendong pembelahan yang akan menjerat kromosom. (Anonim, 2009). 2.2.3 Sel Tumbuhan
Menurut Anonim, 2009, sel tumbuhan adalah bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan. Sel tumbuhan adalah penggerak dari suatu tumbuhan itu sendiri.
Sel tumbuhan cukup berbeda dengan sel organism eukariotik
lainnya. Fitur-fitur berbeda tersebut meliputi: Vakuola yang besar (dikelilingi membran, disebut
tonoplas, yang
menjaga
turgor
sel
dan
mengontrol
pergerakan molekul di antara sitosol dan getah. Dinding sel yang tersusun atas selulosa dan protein, dalam banyak kasus lignin, dan disimpan oleh protoplasma di luar membrane sel. Ini berbeda dengan dinding sel fungi, yang dibuat dari kitin, dan prokariotik, yang dibuat dari peptidoglikan. Plasmodesmata, merupakan
pori-pori
penghubung
pada
dinding
sel
memungkinkan setiap sel tumbuhan berkomunikasi dengan sel berdekatan lainnya. Ini berbeda dari jaringan hifa yang digunakan oleh fungi. sPlastida, terutama kloroplas yang mengandung klorofil, pigmen yang memberikan warna hijau bagi tumbuhan dan memungkinkan terjadinya fotosintesis. 2.2.4 Organel ± Organel Sel
Mitokondria respirasi.
merupakan
penghasil
energi
karena
berfungsi
untuk
Ada yang bulat, oval, silindris, seperti gada, seperti raket, dan ada
pula yang bentuknya tidak beraturan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa mitokondria berbentuk butiran atau benang. Mitokondria mempunyai sifat plastis, aetinya bentuknya mudah berubah. Ukurannya seperti bakteri dengan diameter 0,5-1 µm dan panjangnya 3-10 µm. Lisosom (Lyso = pencernaan, som = tubuh) merupakan membran berbentuk kantong kecil yang berisi enzim hidrolitik yang disebut lisozim. Enzim ini berfungsi dalam pencernaan intrasel, yaitu mencerna zat-zat yang masuk kedalam sel-sel. Retikulum berasal dari kata reticular yang berarti anyaman benang/jala.
Karena
letaknya memusat pada bagian dalam sitoplasma (endoplasma), maka disebut reticulum endoplasma. RE hanya dijumpai didalam sel eukariotik, baik sel hewan maupun sel tumbuhan. s (Anonim,2009). Menurut Anonim, 2009, Badan golgi sering disebut golgi saja. Pada sel tumbuhan, badan golgi disebut diktiosom. Organel ini polimorfik dan terletak diantara RE dan membrane plasma. Badan golgi merupakan organel polimorfik, tersusun
atas
membrane berbentuk
kantong
pipa
pembuluh,
gelembung kecil atau bentukan seperti mangkok. Sentriol merupakan organel yang dapt dilihat ketika sel mengadakan pembelahan.
Sentriol hanya
dijumpai pada sel hewan, sedangkan pada sel tumbuhan tidak. Sentriol terletak di dekat nukleus. Pada saat pembelahan mitosis, sentriol terbagi menjadi dua, tiap-tiap bagian menuju ke kutub sel. Maka terbentuklah benang-benang spindle yang menghubungkan kedua kutub tersebut. Benang spindel berfungsi ´menjalankan´ kromosom menuju ke kutub masing-masing.
2.3 Pengamatan Tumbuhan 2.3.1 Tumbuhan Monokotil
Tumbuhan
monokotil
adalah
tumbuhan
yang
mempunyai
keeping
lembaga satu atau sering diesut berbiji satu. Cirri-ciri tumbuhan ini adalah Memiliki sistem akar serabut, Bentuk sumsum atau pola tulang daun melengkung atau sejajar, Kaliptrogen/tudung akar ada tudung akar/kaliptra, Jumlah keeping biji atau kotiledon satu buah keping biji saja, Kandungan akar dan batang tidak terdapat kambium, Pertumbuhan akar dan batang tidak bias tumbuh berkembang menjadi membesar. (Mahmud, 2008). 2.3.2 Tumbuhan Dikotil
Tumbuhan berbiji belah (atau tumbuhan berkeping biji dua atau (dikotil) adalah segolongan tumbuhan berbunga yang memiliki ciri khas
yang sama: memiliki sepasang daun lembaga (kotiledon). Daun lembaga ini terbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua. (Anonim,2009). 2.3.3 Organ ± organ tumbuhan
Menurut Anonim, 2009, akar adalah bagian pokok di samping batang dan
daun
bagi
tumbuhan
yang
tubuhnya
telah
merupakan
karmus.
Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan udara dan cahaya. Batang merupakan bagian dari tumbuhan
yang amat penting, dan mengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat
berikut : Umumnya berbentuk
panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi
oleh
buku-buku
dan
pada
buku-buku
inilah
terdapat
daun.
(Anonim,2009).
Biji ( bahasa Latin: semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain ( buah, pada Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak ( pada Gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan. Buah
adalah
perkembangan
organ lanjutan
pada dari
tumbuhan bakal
berbunga
yang
buah (ovarium).
merupakan
Buah biasanya
membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Bunga ( flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi ( benang sari dan putik). Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang
secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk
adalah
kumpulan
bunga-bunga
yang
terkumpul
dalam
satu
karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret. (Anonim, 2009). Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organism autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. (Anonim, 2009). 2.3.4 Reproduksi Pada Tumbuhan
Menurut
Guritno, (2004), Bunga
adalah
bagian
tumbuhan
yang
mengandung organ reproduksi, yaitu putik, benangsari, kelopak bunga, dan mahkota bunga. Sama seperti halnya mahluk hidup lain, tumbuhan juga bereproduksi untuk mempertahankan kelangsungan spesiesnya. Tumbuhan berbunga melakukan reproduksi dengan cara membentuk biji. Biji terbentuk dengan jalan reproduksi seksual yaitu bergabungnya sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin betina dari bakal buah. Bunga memiliki bagian jantan dan bagian betina. Bagian jantan adalah benang sari yang terdiri atas: tangkai sari, kepala sari, serbuk sari. Bagian betina adalah putik yang terdiri atas: bakal buah (di dalam bakal bijinya terdapat sel kelamin betina), tangkai putik, kepala putik. Baik benang sari maupun putik di
lindungi oleh kelopak bunga dan daun mahkota. Keduanya membentuk mahkota bunga. Polinasi atau penyerbukan terjadi ketika butir sel jantan dari benangsari masuk ke kepala putik bunga lalu turun ke tangkai putik untuk bergabung dengan bakal biji. (Guritno, 2004). 2.4 Pengamatan Hewan 2.4.1 Klasifikasi Katak (Taksonomi Amphibi)
Menurut Sastrapraja (2001), Katak diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub phylum
: Vertebrata
Kelas
: Amphibi
Ordo
: Anura
Famili
: Ranidae
Genus
: Rana
Spesies
: Rana cancrivora
2.4.2 Hewan Berdarah Dingin
Hewan berdarah dingin adalah hewan yang dapat memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya, karena suhu tubuhnya berubahubah bergantung pada suhu lingkungan. Yang termasuk hewan berdarah dingin yaitu ikan dan amfibi. Menurut Anonim, (2009), Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup didua alam; yakni di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk ( bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru paru. 2.4.3 Hewan Berdarah Panas
Hewan beradarah panas adalah hewan yang mempunyai kemampuan untuk
mengatur
sendiri
suhu
tubuhnya, karena
dapat
mengatur
suhu
tubuhnya hewan berdarah panas lebih konstan sehingga disebut juga homolotermik. Yang termasuk hewan berdarah panas adalah burung dan manusia. (Hapni, 2007). 2.4.4 Sistem Pencernaan Hewan
Sistem pencernaan makanan pada amfibi, hamper sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi: rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa, esofagus; berupa saluran pendek, ventrikulus (lambung),
berbentuk
kantung
yang
bila
terisi
makanan
menjadi lebar. (Anonim, 2009). Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus, intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Usus tebal berakhir pada rektum dan
menuju
kloata,
dan
kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine. 2.4.5 Sistem Reproduksi Hewan
Menurut Sastrapraja, (2001), Reproduksi
hewan
dapat
di
bedakan
menjadi dua macam yaitu secara Vegetatif dan Generatif. Perkembangbiakan Vegetatif
terjadi
tanpa
peleburan
Sel Kelamin
Jantan
dan
Betina.
Perkembangbiakan Vegetatif biasanya terjadi pada hewan tingkat redah atau tidak bertulang bekakang (Avertebrata). Perkembangbiakan generatif umumnya terjadi
pada
Hewan
tingkat
tinggi
atau
hewan
betulang
belakang
(Vertebrata). Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan
alat betina dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan (Fertilisasi). Reproduksi vegetatif pada hewan umumnya terjadi pada avertebrata dan tidak melibatkan alat reproduksi. Ada 3 cara perkembang biakan pada hewan secara Vegetatif yaitu: Pertunasan, Pembelahan Sel, Flagmentasi. Kebanyakan Organisme mempunyai perbedaan yang nyata antara individu jantan dan individu betina. Alat reproduksi hewan pada dasarnya terdiri atau sel kelamin dan alat kelamin ini menjadi dasar dalam reproduksi generatif pada hewan. 2.5 Memahami Komsep Hukum Mendel 2.5.1 Hukum Mendel
Hukum pewarisan Mendel adalah hokum mengenai pewarisan sifat pada organism yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian: Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Perta ma Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel. (Anonim,2009).
Menurut Anonim, (2009), Hukum segregasi bebas atau hokum mandel pertama menyatakan bahwa pada pembentukan gamet, kedua gen yang merupakan pasangan alela itu akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari alelanya.
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi. 2.5.2 Sifat Dominan Dan Resesif
Pada suatu persilangan, maka keturunan (Filial) yang dihasilkan akan memiliki sifat yang muncul atau sifat yang tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat induknya. Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk
dengan
mengalahkan
sifat
pasangannya
disebut
sifat
dominan.
Sebaliknya sifat yang tidak muncul atau tersembunyi pada keturunanya karena dikalahkan oleh sifat pasangannya disebut sifat resesif. Misalnya bunga
mawar
menghasilkan
merah
keturunan
disilangkan bunga
mawar
dengan merah.
bunga
mawar
Warna
merah
putih, dan bersifat
dominan, sedangkan warna putih bersifat resesif (alel warna merah dominan terhadap
alel
warna
putih).
Warna
merah
yang
bersifat
dominan
dibandingkan dengan warna putih, maka menyebabkan semua bunga mawar pada keturuna n tanaman, tidak saling memengaruhi. Pertama atau filial ke-1 (F1) akan berwarna merah. (Dede, 2009).
2.4.3 Sifat Intermediat
Menurut Dede (2009), Siat intermediet adalah sifat keturunan yang dimiliki oleh kedua induknya. Contohnya adalah tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) galur murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan tersebut diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah muda . Jika F1 di lakukan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1 2.6 Pengamatan Transpirasi
Menurut Neneng (2007) Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan dinamakan transpirasi. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Transpirasi
pada
tumbuhan
yang
sehat
sekalipun
tidak
dapat
dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatany a untuk
mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
(Anonim,
2009). 2.6.2 Faktor ± Faktor Yang Mempengaruhi Laju Transpirasi
Transpirasi
pada
tumbuhan
yang
sehat
sekalipun
tidak
dapat
dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis. ( Neneng, 2007). Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara. Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air diatmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air didaun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70% (Jayamiharja, 1997) 2.7 Pengamatan Fotosintesis. 2.7.1 Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis dikenal sebagai suatu proses sintesis makanan yang dimiliki oleh tumbuhan hijau dan beberapa mikroorganisme fotosintetik. Organisme yang mampu mensintesis makanannya sendiri disebut sebagai organisme autrotof. Autotrof dalam rantai makanan menduduki sebagai produsen. (Sukarno,1995). Menurut ,Anonim (2009), Pada prinsinya komponen yang dibutuhkan dalam reaksi fotosintesis adalah CO2 yang berasal dari udara dan H2O yang diserap dari dalam tanah. Selain itu sesuai dengan namanya, foto ³cahaya´ reaksi ini membutuhkan cahaya matari sebagai energi dalam pembuatan atau sintesis produk (senyawa gula dan oksigen). 2.7.2 Percobaan Sachs
Sachs
melakukan percobaan dengan mengunakan daun ubi kayu yang
sebagian dibungkus dengan kertas tima dan dan yang satunya tidak dibungkus. Setelah itu kedua daun tersebut direbus untuk mematikan sel-selnya. Selanjutnya daun tersersebut dimasukan kedalam alkohol panas agar klorofilnya larut seingga daun tersebut menjadi pucat. (Kemal,1998). 2.7.3 Larutan Indikator
Larutan adalah campuran serba sama atau homogen dimana salah satu komponennya berada dalam jumlah berlebuhan, sedangkan komponen lainnya berada dalam jumlah yang relatif sedikit. Komponen yang jumlahnya berlebih disebut sebagai pelarut, sedangkan komponen yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut atau solute. Bahan dasar larutan terbagi atas dua macam yaitu padat dan cair. Kedua macam bahan tersebut dapat dibuat dengan tingkat konsentrasi yang
berbeda-beda. Makin tinggi konsentrasi larutan tersebut makin pekat larutan yang dihasilkan begitu pula sebaliknya. Berbagai macam zat pelarut yang sering digunakan dilaboratorium yang berfungsi sebagai larutan indikator antara lain metil blue, dan iodium. (Soewito,2004).
III.METODE PRAKTEK
3.1 Pengenalan dan Pengunaan Mikroskop 3.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Umum yang berjudul Pengenalandan Pengunaan Mikroskop di laksanakan pada hari jumat, tanggal 8 Oktober 2010 mulai pukul 14.00 sampai 17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Agonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako,Palu. 3.1.2 Bahan dan Alat
Bahan ± bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah potongan kertas bertulis huruf ³d´ dan butir ± butir pati kentang (S olanum tuberosum ). Alat
yang
digunakan
dalam
praktikum
ini
adalah
mikroskop
monokuler,gelas penutup (cover glass), gelas obyek (deck glass), pisau cutter atau silet dan pinset. 3.1.3 Cara Kerja
Pertama ± tama menyiapkan mikroskop,kemudian meletakkannya di atas meja dengan sangat hati ± hati dan sebelum mikroskop digunakan terlebih dahulu membershkan komponen ± komponen mikroskopmengunakan lap halus atau tissue.selain itu,langkah selanjutnya mencari cahaya yang maksimal sambil mengatur posisi cermin sehingga lensa kondensornya terang. Untuk mencari focus suatu obyek yang akan di amati, selalu mulai dengan lensa objektif denga pembesaran lemah (10 x).tanpa melihat melalui lensa okuler, dekatkan lensa objektif dengan hati ± hati sampai hamper mengenai preparat. Kemudian sambil melihatmelalui lensa okuler,gerakan lensa objektif dengan perlahan ± lahan menjahui gelas preparat sehingga objek tersebut kelihatan. Untuk memfokuskan objek selanjutnya digunakan pengaturan focus yang halus. Dalam mempersiapkan preparat yang digunakan adalah preparat basah. Lalu tetesi dengan medium air,tutup dengan gelas penutup usahakan agar tidak ada gelembung udara diatas objek dan gelas penutup. Caranya dengan memegang dengan posisi 45 terhadap gelas objek. Mengamati preparat yang sudah dipersiapkan kemudian diletakkan di meja mikroskop sedemikian sehingga preparat yang diamati terletak ditengah lubang meja mikroskop, selanjutnya pembesaran yang sudah terfokus maka bila akan mengunakan pembesaran yang lebih kuat hanya pengatur halus saja yang boleh dipergunakan jangan sekali ± kali memutar pengaturan kasar. Letakkan potongan huruf ³d´ padagelas objrk, tutuplah dengan gelas penutup lalu amati preparat dengan lensa objektif lemah kemudian amati dengan
pembesaran 10 x lalu hasil dari pengamatan digambar. Kemudian mengamati butir pati kentang, keriklah serekat kentang dengan jarum atau ujung silet atau cutter sehingga cairannya keluar.Lalu meneteskan cairan tersebut pada gelas objek, tutuplah dengan gelas penutup usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Kemudian mengatur diafragma agar butir pati kelihatan kontras dengan air yang mengelilinginya. Amatai butir pati kentang tersebut dengan menggunakan pembesaran 10 x. 3.2 Pengamatan Sel
3.2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum biologi umum tentang Pengamatan Sel dilaksanakan pada hari jumat, 20 November 2009 mulai pukul 14.00 sampai selesai, bertempat di laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
3.2.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah umbi lapips bawang merah ( Allium cepa),selaput rongga mulut ( Ephitelium mucosa), daun Hydrilla verticillata, empulur batang ubi kayu ( Manihot esculenta), tissue, air rendaman
jerami, tely\ur mentah, larutan cuka, sirup cocopandan dan aquades. Alat yang digunakan adalah mikroskop, pipet tetes, gelas objek, gelas penutup, tusuk gigi, cutter/silet, stoples dan tutupnya, serta pita ukuran lentur.
3.2.3 Cara Kerja
Percobaan pertama membuat potongan melintang empulur batang ubi kayu ( Manihot esculento) setipis mungkin kemudian meletakkannya pada gelas objek
lalu menetesinya dengan 2 tetes air aquqdes dan menutupnya dengan gelas penutup serta hati ± hati sehingga tidak terjadi gelembung udara. Selain itu mengamati pada mikroskop dengan pembesaran 10 x sambil menggambar bagian yang terlihat. Pada percobaan kedua yaitu sel lapis umbi bawang merah ( Allium cepa), pertama ± tama mengiris suing bawang merah segar dan mengambil satu lapisan suing yang berdaging kemudian mematahkan lapisan tersebut, ssehingga tampak adanya epidermis tipis,setelah itu melepaskan epidermis tersebut dari umbinya dengan perlahan ± lahan. Kemudian meletakkan potongan kecil epidermis tersebut pada gelas objek lalu meneteskan 2 tetes air aquqdes kemudian menutupnya dengan gelas penutup secara hati ± hati agar tidak terjadi gelembung udara. Setelah itu mengamati dengan mikroskop pada pembesaran 10 x sambil menggambar bagian yang terlihat. Setelah itu meneteskan preparat umbi bawang nerah ( Allium cepa) dengan Methilen blue sebagai pewarna pada salah satu sisi gelas objek dan kemudian meletakkan tissue pada sisi lainnya agar cairan methilen blue dapat terserap, lalu kembali mengamati pada mikroskop dan menggambar bagian yang terlihat. Pada percobaan ketiga adalah mengambil pucuk daun Hydrilla verticillata kemudian meletakkannya pada gelas objek dengan posisi membujur yang rata dan
meneteskan 2 tetes aquades, kemudian menutupnya dengan gelas penutup secara hati ± hati sehingga tidak terbentuk gelembung udara. Lalu mengamati pada mikroskop sambil menggambar bagian ± bagian seperti butir ± butir kloroplast dan vacuola pada sitoplasma sel yang terlihat. Pada percobaan keempat yaitu pengamatan pada selaput rongga mulut ( Ephitelium mucosa), pertama ± tama mengeruk bagian dalam diding rongga
mulut ( Ephitelium mucosa) dengan menggnakan tusuk gigi bagian yang tumpul dengan perlahan ± lahan. Setelah itu menebarkan epitel yang diperoleh kadalam setetes air pada gelas objek, lalu menutupnya dengan gelas penutup. Kemudian mengamatinya di bawah mikroskop dengan menggunakan pembesaran 10 x sambil menggambar bagian yang terlihat. Pada percobaan kelima yaitu mengamati protozoa pada air rendaman jerami. Pertama ± tama meneteskan air rendaman jerami yang telah di endapkan selama dua minggu ke atas deck glass sebanyak 2 tetes, dan kemudian mengamatinya pada mikroskop dengan menggunakan pembesaran 10 x sambil menggambar bagian yang terlihat. 3.3 Pengamatan Tumbuhan
3.3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum biologi umum ini tentang Pengamatan Tumbuhan dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 04 Desember 2009 mulai pukul 1 4.00 sampai selesai,
bertenpat dilaboratorium Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako,Palu. 3.3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Jagung ( Z ea mays), Mangga ( Mangifera indica ), kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiates ), batang ubi kayu ( Manihot esculenta), bunga kembang sepatu ( Hibiscus rosa sinensis), bunga kamboja ( Plumeria acuminate ), dan bunga mawar (Rosa hybrid hort). Alat yang digunakan dalam praktikum adalah pisau,cutter atau silet, kaca penbesar, mikroskop,gelas objek dan gelas penutup.
3.3.3 Cara Kerja
Langkah pertama yang dilakukan saat praktikum Biologi tentang Pengamatan Tumbuhan yaitu mengambil masing ± masing satu macamtumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil yaitu daun tanaman jagung dan daun tanaman magga, kemudian menggambarnya, misalnya akar, batang dan daun pada tumbuhan mangga, jagung, empulur batang ubi kayu, setelah itu mengamati anatomi tumbuhan tersebut di bawah mikroskop seperti struktur daun mangga, batang mangga, akar mangga, setelah itu struktur daun jagung, batang jagung, akar jagung. Setelah itu menggambarnya di lembar pekerjaan mahasiswa (LKM)/
Pada pengamatan berikut, pertama ± tam ialah mengambil kecambah kacang hijau (Phaseolus radiates), lalu menggambar kacambah tersebut dan menuliskan bagian ± bagiannya. Kemudian mengambil stek batang ubi kayu ( Manihot esculenta) dan menggambar morfologinya serta menulisnya bagian ± bagin dari
stek batang bi kayu ( Manihot esculenta ) tersbut. Setelah itu pada pengamatan struktur anatomi tumbuhan, yaitu diwakili dengan pengamatan pada preparat akar (radix), batang (caulis), dan daun ( Folium) pada tumbuhan monokotil Jagung ( Z ea mays) dan Mangga (Mangifera indica) pada mikroskop dengan pembesaran 10 x yang telah disiapkan oleh asisten. Kemudian mulai menggambar bagian yang terlihat, Kemudian pada pengamatan morfologi bunga kembang sepatu ( Hibiscus rosa sinensis), bunga kamboja (Rosa hybrid hort), pertama ± tama mengamati
bagian ± bagiannya lalu menggambarnya pada buku gambar. Dan menuliskan nama bagiannya. Kemudian pengamatan struktur anatomi bunga mawar ( Rosa hybrid hrot ) bunga kembang sepatu ( Hibiscus rosa sinensis). Pertama ± tama mengambil kelopak ( sepal ) dan mahkota ( Petal ) yang melekat pada dasar bunga dan memperhatikan benang sari (S tamen). Selanjutnya, mengambl putik ( Pistil ) dan membekah bakal buanya dengan menggunakan silet secara membujur. Kemudian mengamati bagian ± bagian yang terdapat didalamnya.
3.4 Pengamatan Hewan
3.4.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Umum dengan modul yang membahas tetang Pengamatan Hewan yang di laksanakan di Laboratorium Ternak Unggas dan Ternak Potong, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Pada hari jumat, tanggal 11 Desember 2009 di mulai pukul 1 4.00 WITA sampai selesai. 3.4.2 Bahan dan Alat
Bahan yang di gunakan dalam praktikum Pengamatan Hewan yaitu Katak Hijau ( Rana cancrivora ) dan Alkohol 70% ( bahan pembius). Alat yang digunakan yaitu papan bedah, jarum pentul, pisau bedah (silet), pinset, stoples dan tutupnya (wadah untuk katak). 3.4.3 CaraKerja
Pada pengamatan morfologi pertama ± tama mengambil seekor katak hijau ( Rana cancrivora), lalu memasukkannya ke dalam stoples yang sudah berisi
alcohol. Setelah itu membiarkan beberapa saat hingga katak menjadi pinsan, kemudian mengambil katak tersebut dan meletakkannya di atas papan bedah dalam ke adan tertelungkup. Kemudian mengamati serta menggambar bagian ± bagian dari struktur morfologi katak dan memberikan keterangan baik ekstremitas anterior maupun ekstremitas posteriornya.
Setelah mengamati bagian morfologinya lalu membalikkan tubuh katak sehingga
kondisinya
dalam
posisi
terlentang,
kemudian
melakukan
pembedahandengan menggunakan pisau (silet) secara hati ± hati. Pembedahan
yang di lakukan yaitu mulai dari bawah tulang dada hingga ujung bagian kloaka, kemudian melakukan pembedahan secara menyamping di bagian sebelah kanan dan kiri tubuh katak sehingga irisan yang di buat membentuk seperti jendela. Lalu memulai pengamatan dan menggambarkan bagian ± bagian dari anatomi katak hijau ( Rana cancrivora ), dengan di lengkapi keterangannya. Setelah mengamati bagian ± bagian dari anatomi katak hijau ( Rana cancrivora), selanjutnya melakukan pengamatan terhadap bagian struktur
reproduksinya, baik 42 ystem reproduksi katak jantan maupun betina dan kemudian menggambarkannya dengan memberikan keterangan gambar masing ± masing.
3.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
3.5.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Umum dengan modul yang membahas tentang Pemahaman Konsep Hukum Mendel di laksanakan di Laboratorium Hama Pennyakit Tanaman, Fakutas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada hari selasa, 15 Desember 2009 mulai pukui 14.00 ± 17.00 WITA.
3.5.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum Percobaan Hukum Mendel adalah kancing baju berwarna merah 50 buah dan kancing baj yang berwarna putih 50 buah dengan perumpamaan sebagai model gen. Alat yang digunakan adalah 2 buah kotak atau dus kue serta alat tulis menulis. 3.5.3 Cara Kerja
Pertama ± tama menyiapkan dua buah kotak dan kancing berwarna merah dan putih sejumlah masing ± masing 50 buah. Kemudian menepatkan 50 buah kancing pada setiap kotak dengan rincian jumlah kancing berwarna merah 25 buah dan yang berwarna putih juga 25 buah.Dengan perumpamaan masing ± masing kotak (A) sebagai induk jantan dan kotak (B) sebagai induk Betina, lalu mengocok kedua kotak tersebut agar isinya bercampur. Ssetelah itu, dengan mata tertutup kami membuat pasangan gen ± gen dari induk jantan dengan gen ± gen dari induk betina yaitu dengan mengambil setiap butir gen dari kotak jantan dan kotak betina secara acak, kemudian mulai mencatat hasil pengamatan yang di peroleh. 3.6 Pengamatan Transpirasi
3.6.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Umum dengan modul yang membahas tentang Pengamatan Proses Terjadinya Transpirasi di laksanakan di Laboratorium Hama
dan Penyakit Tanaman,Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Pada hari Desember 2009 mulai pukul 1 4.00 sampai 17.00 WITA. 3.6.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 jenis tumbuhan yang berbeda morfologinya(aren,papaya, dan cabe), minyak kelapa, kertas grafik dan air. Alat yang digunakan yaitu Rak dan tabung reaksi,gelas ukur dan alat tulis. 3.6.3 Cara Kerja
Pertama ± tama potonglah batang atau ranting tumbuhan di bawah permukaan air usahakan potongan selalu berada di dalam gelas ukur usahakan selalu terendam. Gunakan 3 macam tumbuhan seperti Aren, Pepaya dan Cabe. Untuk di masukkan kedalam 3 gelas ukur 10 ml dengan 5 ml air. Satu gelas tanpa tumbuhan, hanya berisi air saja (kontrol). Setelah itu susunlah dalam rak tabung reaksi. Ingat ketinggian air harus sama dengan control, kemudian tetesi dengan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup dengan minyak kelapa, maksudnya agar air tidak menguap dari dalam tabung reaksi. Setelah itu, satu rangkaian gelas ukur di letakkan di lapangan terbuka. Catat air yang hilang/menguap setiap 10 menit selama 1 jam. Jumlah air yang hilang pada setiap 10 menit dapat di hitung dengan menambahkan sejumlah air hingga mencapai tinggi permukaan semula. 3.7 Pengamatan Fotosintesis
3.7.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Umum dengan modul Pengamatan Fotosintasis di laksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, pada hari ,tanggal Desember 2009 mulai pukul 1 4.00 WITA sampai selesai.Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako,Palu. 3.7.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu Aquades, Alkohol 96%,Larutan Iodium( I odine), Daun singkong ( Manihot esculenta) dan kertas timah / Aluminium Foil. Alat yang digunakan yaitu cawan petri, hot plate,becker glass 100 ml 2 buah, pinset dan alat tulis 3.7.3 Cara Kerja
Pada percobaan Sachs, pertama ± tama membungkus sebagian helai daun singkong ( Manihot esculenta) dengan kertas timah atau aluminium foil sedemikian rupa sehingga tidak terlepas. Setelah membiarkan selama satu hari agar terkena cahaya matahari, kemudian memetiknya dan membuka daun yang terbungkus aluminium foi dan member tanda agar diketahuibahwa daun tersebut merupakan daun yang tidak terkena sinar matahari langsung. Lalu memasukkanya kedua helai daun ke dalam air aquades yang telah mendidih hingga layu. Setelah itu mengambil daun dengan menggunakan pinsset kemudian memasukkannya ke dalam alcohol yang telah di panaskan dengan menggunakan Hot plate sehingga
warna daun berubah menjadi agak putih / pucat. Kemudian mengambil daun dengan menggunakan pinset lalu meletakkan keduanya di atas cawan petri. Kemudian kedua helai daun tersebut di tetesi dengan larutan iodine (iodine ). Setelah itu, mengamati dan menggambarkan hasil serta perubahan ± perubahan yang terjadi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
Berdasarkan
atas
hasil
praktikum
Pengenalan
dan
Penggunaan
Mikroskop dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Mikroskop adalah alat yang sangat membantu dalam mengamati atau meneliti benda ± benda yang sangat kecil atau mikro yang tidak dapat dilihat hanya dengan jengkauan mata telanjang biasa. 2. Mikroskop memiliki beberapa bagian yaitu lensa okuler, lensa objektif, kondensor, diagfragma, cermin, tubus, pengatur
kasar,
pengatur halus, revolver, meja preparat, penjepit objek, serta gagang dan
kaki
mikroskop.
masing ± masing.
Dari
setiap
bagiannya
memiiki
fungsi
3. Pada pengamatan huruf ³d´ diperoleh bayangan maya, terbalik, diperbesar sehingga menjadi huruf ³p´, hal ini terjadi karena pengaruh dari cermin cekung yang ada pada lensa okuler dan lensa objektif. 4. Pada pengamatan preparat butir±butir pati kentang tuberosum)
( solanum
bayangan menjadi lebih besar sehingga struktur±
struktur yang terdapat
pada cairan butir pati kentang menjadi
lebih jelas. Karena smakin besar perbesaran yang dilakukan maka bayangan yang dihasilkan akan semakin jelas. 5.1.2 Pengamatan Sel
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan di Laboratorium dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sel adalah unit terkecil yang struktural dan fungsional pada sistem makhluk hidup. 2. Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan adalah sel hewan dibatasi oleh membran sel sedangkan sel tumbuhan dibatasi oleh dinding sel. 3. Membran plasma bersifat semipermeabel sehingga ada zat yang dapat melewati membrane secara spontan dan ada pula yang tidak. 5.1.3 Pengamatan Tumbuhan
Bedasarkan
hasil
pengamatan
kesimpulan sebagai berikkut:
tentang
tumbuhan
dapat
ditarik
1. Tumbuhan terdiri atas unit sel yang dilindungi oleh dinding, dan masing±masing sel mengadakan kesatuan dan substansi antar sel di dalam tubuh tumbuhan. 2. Bunga dibedakan menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengkap adalah bunga yang memiliki putik ( Piatil ) dan benang sari ( stamen). Sedangkan, bunga tidak lengkap adalah bunga yang hanya memiliki salah satu alat kelamin saja ( Piastil atau S tamen).
3. Proses reproduksi atau perkembangbiakan pada tumbuhan terbagi atas dua, yaitu vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan yang terjadi tanpa melibatkan alat perkawinan. Sedangkan perkembangbiakan generatif ialah perkembangbiakan yang melibatkan alat perkawinan, yaitu penyerbukan pada bunga. 5.1.4 Pegamatan Hewan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Morfologi
katak
hijau
( Rana
cancrivora ) terdiri
dari
Kepala
(Caput ), lubang hidung ( N ares eksternal ), Mata (Cavum oris), Telinga ( Membran tympani ), Ekstremitas anterior : lengan atas ( Brakchium),
lengan bawah ( Antebrakchium), jari ( Digili), punggung ( Dorsum), perut ( Abdomen), Ekstremitas posterior : paha ( Femur ), betis ( pes) dan selaput antar jari ( Membran).
(Crus), kaki
2. Perbedaan sistem reproduksi katak hijau ( Rana cancrivora) jantan dan betina yaitu pada katak jantan memiliki testis dan kantong sperma yang tidak dimiliki oleh katak betina, sama halnya dengan ovarium dan sel telur yang hanya dimiliki oleh katak betina. 3. Sistem pencernaan katak hijau ( Rana cancrivora) terdiri dari mulut, kerongkongan
( Esofagus), lambung
(Ventriculus), usus
halus
(intestinum tenue), usus besar ( I ntestinum crasum ) atau yang biasa
disebut Colon dan kloaka. 5.1.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan
pembahasan
pada
praktikum
pengamatan Hukum Mendel, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Cabang ilmu biologi yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada keturunnannya (hereditas) serta gejala seluk beluknya secara ilmiah disebut genetika. 2. Pada persilangan monohybrid antara dua individu yang mempunyai satu sifat beda, yang menentukan suatu sifat mengadakan segregasi ( pemisahan).
3. Pada percobaan dengan perbandingan fenotipe MM : Mm : mm : 1 : 1 : 2. Dan M tidak dominan terhadap m dengan perbandingan 3 : 1. Yang dikarenakan warna merah muda yang dihasilkan dari percobaan
ini disebabkan oleh sifat M yang dominan terhadap m, ataupun sifat m yang tidak resesif terhadap M. sifat demikian disebut intermediate. 5.1.6 Pengamatan Transpirasi
Berdasarkan hasil dari pembahasan tersebut Pengamatan Transpiras dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Transpirasi adalah proses hilangnya air pada tumbuhan. Yang telah dilakukan pada tiga tanaman yaitu Aren,Pepaya dan Cabe. 2. Faktor±faktor yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu : Faktor internal yang mempenngaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata, kelembaban udara, suhu udara, dan suhu daun tubuhan. Disamping itu luas permukaan jaringan epidermis atau luka tempat proses transpirasi berlangsung juga ikut berperan. 3. Pada pengamatan perhitungan uap air dihitung dalam selang waktu 10 menit. 5.1.7 Pengamatan Fotpositesis
Dari
pembahasan
pengamatan
fotosintesis, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: 1. Proses fotosintesis di pengaruhi oleh beberapa factor,antara lain suhu, intensitas cahaya dan konsentrasi CO2. Semakin membesar factor- factor tersebut membawa akibat semakin besarnya laju fot osintesis.
2. Reaksi fotosintesis terbagi menjadi dua bagian utama yaitu, reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya,
tetapi memerlukan karbon dioksida). 3. Pada daun yang tidak terbungkus kertas aluminium foil, kandungan amilosa (amilum) yang terdapat pada daun tersebut tidak banyak dan hamper tidak ada. Sedangkan pada daun yang terbungkus aluminium foil, kandungan amilosanya lebih banyak. 4. Pada
proses
fotosintesis
oleh
tumbuhan
hijau
di
temukannya
pembentukkan amilum. 5. Pada daun yang ketika di tetesi zat iodium, daun yang tidak terbungkus kertas aluminium foil berubah warna coklat kehitam ± hitaman. Sedangkan daun yang terbungkus kertas aluminium foil berubah warna coklat dan mengkerut. 5.2 Saran
Sebagai praktikan saya menyarankan agar praktikum kedepan, sebaiknya waktu dapat di sesuaikan seefesien mungkin tetapi praktikum tetap dapat berjalan dengan efektif.
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
4.1.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Lensa Okuler Tubus Pengaturan K asar Batang peluncur Pengatur Halus Lensa Objektif Penjepit Preparat Meja Preparat Revolver Kondensor
Cermin Kaki Mikroskop Gambar 1. Mikroskop dan Komponen ± Komponennya.
Gambar 2. Perparat huruf ³d´ sebelum diamati di bawah Mikroskop.
Gambar 3.:Perparat huruf ³d´ setelah diamati di bawah Mikroskop dengan pembesaran 10 x.
Gambar 4. Preparat butir pati kentang (solanum tuberosum) setelah diamati pada Mikroskop dengan pembesaran 10x.
4.1.2 Pemahasan
Mikroskop merupakan alat utama dalam Laboratorium biologi yang digunakan dalam pengamatan dan penelitian benda ± benda yang jauh dari jangkauan mata bugil biasa sehingga sangat membbantu dalam mengamati benda ± bensda renik. Berdasarkan hasil praktikum mata kuliah biologi umum modul satu di dapatkan bahwa mikroskop merupakan alat yang dapat membantu manusia dalam mengamati dan meneliti benda ± benda yang tidak dapat di lihat jelas jika hanya dengan mata telanjang seperti yang di paparkan oleh
Selain itu dapat kita ketahui juga bahwa berdasarkan modul panduan, mikroskop memiliki bagiab ± bagian dan fungsi tertentu antara lain : Lensa okuler yang beerfungsi dalam pembesaran bayangan yang di hasilkan oleh lensa objektif, Lensa objektif berfungsi pada pembentukan bayangan pertama yakni yang menentukan banyaknya struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir, Kondensor berfungsi untuk menciptakan cahaya pada objek yang akan di fokuskan sehingga bila pengaturan pencahayaan yang akan di berikan pada kondensor. Revolver berfungsi sebagai tempat meletaknya lensa objektif, meja mikroskop sebagai wadah preparat atau benda yang akan di teliti. Pengatur kasar berfungsi untuk mencari atau menangkap bayangan yang di arahkan pada lensa objektif dan pengatur halus digunakan untuk memperjelas atau mempertajam bayangan yang berhasil di tangkap oleh pengatur kasar. Cermin cekung berfungsi untuk memantulkan cahaya ke diagfragma, tubus objektif dan tubus okuler berfungsi sebagai tempat melekatnya atau bertumpunya lensa objektif dan lensa okuler. Selain itu lengan mikroskop juga di gunakan sebagai tempat pegangan bila kita hendak memindahkan mikroskop ke tempat lain serta kaki mikroskop yang berfungsi sebagai epnompang agar mikroskop dapat berdiri kokoh dan sengaja di buat berat agar mikroskop tetap stabil. Pada pengamatan huruf ³d´ diperoleh bayangan maya, terbalik di perbesar. Jadi, bayangan yang terbentuk adalah huruf ³p´. pada pengamatan tersebut preparat yang di buat tidak sama dengan bayangannya, karena itu merupakan kerja sama dari lensa ± lensa yang berada dalam mikroskop. Pada lensa objektif terdapat lensa cekung yang membuat bayangan itu maya dan tetap terbalik dan
sama dengan bayangan lensa objektif sebellumnya. Itulah sebabnya mengapa bayangan yang do perolehmenjadi maya, terbalik, dan di perbesar. (Anonim, 2009 ). Selain itu telah diketahui bahwa apabila preparat di balik menjadi huruf ³p´ maka yang tampak adalah bayangan huruf ³d´. berdasarkan hasil percobaan telah didapatkan bahwa apabila preparat di geser ke kiri maka bayangannya akan bergeser ke kanan dan begitu pula sebaliknya. Kemudian apabila preparat di geser ke belakang maka bayangan akan bergeser ke depan begitu pula sebaliknya. Selain itu, apabila lensa objektif di putar sehingga objek kuat tepat berada di bawah lensa okuler maka akan mengakibatkan perubahan bidang pandangan karena cahaya yang masuk berbeda dengan sebelumnya serta jarak pandang yang berbeda dengan sebelumnya yangsemakin dekat akan membuat bidang pandang semakin sempit. Dengan di lakukannya penggantian objek maka jelas akan mengubah pembesaran dan secara otomatis akan berpengaruh pada kedudukan bayagan. Penyebab dari perubahan kedudukan bayangan ini akibat perubahan objek dan perbesaran karena semakin besar perbesaran yang di lakukan maka bayangan yang akan di hasilkan semain jelas. Sebagai kesimpulan bahwa semakin besar perbesaran yang di lakukan maka bayangan yang di hasilkan akan semakin jelas, seperti yang di simbulkan. 4.2 Pengamatan Sel 4.2.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di Laboratorium, diperoleh hasil sebagai berikut :
Dinding sel
Gambar
5. Struktur sel empulur batang ubi kayu ( Manihot esculenta) padapembesaran 10 x
Dinding sel Sitoplasma Inti sel Gambar 6. Struktur sel umbi lapis bawang merah ( Allium cepa) pada pembesaran 10 x
Sitoplasma Ruang antar sel Dinding sel Inti sel
Gambar 7. Struktur sel daun Hydrilla verticillata pada pembesaran 10 x
Membran Sel Inti Sel Sitoplasma Gambar 8. Pengamatan sel selaput rongga mulut ( Ephitelium mucosa) dengan pembesaran 10 x.
Gambar 9. Pengamatan sel darah manusia setelah di amati menggunakan pembesara pembesaran 10 x.
Bulu getar Silia Flagel
Gambar 10. Pengamatan Sel Protozoa pada air rendaman jerami dengan pembesaran 10x.
4.2.2 Pembahasan
Sel adalah bagian terkecil dari makhluk hidup yang merupakan unit structural, fungsional, dan hereditas. Ukuran sel sangat kecil sehingga uuntuk melihatnya harus menggunakan mikroskop (Bawa,1988). Pada pengamatan struktur sel tumbuhan dengan menggunakan umbi lapis bawang merah ( Allium cepa) yang dapat di lihat pada pembesaran 10 x yaitu ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma. Komponen utama sel tumbuhan adalah dinding sel, sitoplasma dan nucleus, inti sel dari sel lapis umbi bawang merah ( Allium cepa) telah tampak. Dinding sel berfungsi untuk melindungi bagiian dalam sel dan
membentuk bagian sel sitoplasma berfungsi sebagai tempat mengapungnya organel-organel sel. S elain itu juga terdapat ruang antar sel. Pada pengamatan struktur sel empulur batang ubi kayu (manihot esculenta ) dengan pembesaran 10 x tidak tampak adanya inti sel, sitoplasma dan ruang antar sel, melainkan yang tampak hanya dinding sel, hal ini disebabkan karena sel empulur
batang
ubi
kayu
( Manihot
esculenta ) merupakan
sel
mati
(Prawirohartono, 1988).
Pada pengamatan struktur daun Hydrilla verticillata yang dapat dilihat dengan pembesaran 10 x yaitu butir-butir kloroplast,
jaringan tulang daun,
sitoplasma, dinding sel, dan ruang antar sel. Tumbuhan ini termasuk dalam kelas hydrozoa, karena tumbuhan ini hidup di air. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Saktiono (1984). Pada pengamatan selaput rongga mulut ( Ephitelium mucosa) terdapat bentuk sel yang tidak beraturan, karena selaput rongga mulut termaksud sel hewan yang hanya di batasi oleh membrane sel sehingga bentuknya tidak kaku atau tidak tetap. Jaringan epitel pada rongga mulut berebentuk pipih berlapis banyak, tersusun atas sel yang berhubungan rapat dan membentuk lapisan yang melapisi permukaan luar maupun dari dalam tubuh maupun organ tubuh. Dengan pembesaran 10 x dapat dilihat sitoplasma, membrane sel dan inti sel. Pada selaput rongga mulut wanita hanya terdapat membrane sel dan sitoplasma. Pada pengamatan sel preparat protozoa pada air rendaman jerami di bawah mikroskop tidak tampak adanya protozoa. Hal ini di sebabkan oleh beberapa
61actor antara lain air rendaman jerami tidak mencapai waktu satu minggu seperti yang telah di tenukan atau pencahayaan pada mikroskop yang kurang baik. Pada perendaman telur pada larutan cuka yang diameter mula-mulanya dadlah 14 cm lonjong, telur mengapung. Namun setelah direndam selama 72 jam,di sekeliling telur terdapat gelembung udara yang mengelilingi permukaan telur sreta ukuran telur terus bertambah menjadi 16,5 cm dan tetap terapung. Hal ini disebabkan terjadinya perpindahan konsentrasi, dari konsentrasi larutan cuka yang rendah ke konsentrasi telur yang lebih tinggi. Sehingga hal ini menyababkan perubahan diameter dan bentuk pada telur.peristiwa ini sering di sebut dengan osmosis atau perpindahan konsentrasi yang rendah menuju ke konsentrasi yang tinggi melalui selapur permeable ( Nihayati,1986). Pada perendaman telur dengan menggunakan sirup coco pandan ke adaan telur berubah menjadi terapung dan diameter telur terus turun drastic sehingga telur menjadi kecil dan terapung. Setelah perendaman selama 72 jam dengan larutan sirup coco pandan ukuran telur semakin bertambah kecil yaitu menjadi 12,5 cm dan tetap berbentuk oval serta kulit telur mengerut. Peristiwa ini di sebabkan karena konsentrasi yang di miliki oleh sirup lebih tinggi di bandingkan telur. Menurut sastrodonoto (1990), Menurut Sastrodinoto (2000), hal ini berarti membrane dalam usaha menyamakan tekanan, bila konsentrasi larutan dalam sel tinggi maka air akan masuk ke dalam sel sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa endosmosis. Apabila larutan di luar sel lebih tinggi maka air dalam sel
akan keluar melalui selaput semiperemeable dan mengakibatkan terjadinya peristiwa plasmolisis yaitu terlepasnya membrane sel dari dinding sel. 4.3 Pengamatan Tumbuhan
4.3.1 Hasil
Berdasarkan praktikum tentang pengamatan tumbuhan di peroleh hasil sebagai berikut :
Ujung daun (Apex Folli)= runcing Bangun daun (Ciroum scription)= datar Tulang
daun
(
Nervatio)
menyirip Tepi daun (Margin folli)= rata Pangkal
daun
(Basis
folli)=
tumpul
Gambar 11 : Morfologi daun dikotil pada tanaman mangga ( Mangifera indica), Family Ancardiacea.
=
Ujung daun (Apex folli)= runcing Tepi daun (Margin folli)= rata Tulang daun ( Nervatio)= sejajar Bangun datar
daun(sircum
scription)=
Pangkal daun (Basis folli)=
meruncinng
Gambar
12:Morfologi daun monokotil mays),Family Poaceae.
pada
tanaman
jagung
( zea
Cabang
Batang (Caulis)
Gambar 13. Morfologi batang (Caulis) tumbuhan mangga ( Mangifera indica) family Anacardiacea.
Ruas batang
Batang (Caulis)
Gambar 14. Morfologi batang (Caulus) tumbuhan jagung ( Z ea mays), family Poaceae.
Batang akar (Corpus radicis ) radicais)
Bulu akar ( pils
Cabang akar (Radix radicis)
Tudung akar
(Calyptra)
Gambar 15 : Morfologi akar (Radix) tumbuhan Mangga ( Mangifera indica), family Anacardiacea.
Cabang akar ( Radix radicis ) Bulu akar ( Pils radicalis )
Gambar 16 : Morfologi akar (Radix) tumbuhan jagung ( zea mays), family Poaceae.
Daun lembaga (kotiledon) Plumala Hipokotil Akar ( Radix)
Gambar 17 : Morfologi kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus), family piperaciae.
Empulur Batang (Caulus) Nodus
Gambar 18 : Morfologi stek batang ubi kayu ( Manihot esculenta), family Euphorbiacea.
Keterangan : Putik ( Pistil )
Mahkota ( Petal ) Kelopak (Calix) Tangkai bunga
Gambar 19 : Morfologi bunga mawar (rosa hibrida hort ), family rosaceae.
Benang sari (Stamen) Mahkota ( Petal ) Kelopak (Calix) Tangkai bunga
Gambar 20. Morfologi bunga kamboja ( Plumeria acuminata ), Cunfuluciae.
family
Putik ( Pistil ) Benang sari (S tamen) Mahkota ( Petal) Kelopak (calyx) Tangkai bunga
Gambar 21 : Morfologi bunga kembang sepatu ( Hibiscus rosa sinensis), Family Malvaceae.
Epidermis
Tulang
daun
( Nervatio)
Gambar 22 : Anatomi daun (Folium) tumbuhan dikotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
Epidermis Empulur xylem
floem
Gambar 23 :Anatomi daun tumbuhan monokotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
xylem
Epidermis floem
Gambar 24 : Anatomi akar (Radix) tumbuhan dikotil setelah dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
keterangan Floem Xilem Epidermis
Gambar 25 : Anatomi akar (Radix) tumbuhan monokotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
Epidermis Kambium Empulur xylem
floem
Gambar 26 : Anatomi batang tumbuhan Dikotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
Keterangan : Epidermis Empulur Floem Xilem
Gambar 27 : Anatomi Batang (Caulis) tumbuhan monokotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
Steptum Carpel
Gambar 28. Anatomibunga mawar ( Rosa hibrida hort ), family Rosaceae, setelah di amati menggunakan lup (kaca pembesar )
Septum Carpel Locule
Gambar 29: Anatomi bunga kembang sepatu ( Hibiscus rosa sinensis), family Mavaceae , setelah diamati menggunakan lup (kaca pembesar ).
Septum
Locule
Gambar 30 : Anatomi bunga kamboja (Plumeria acuminate), family Convuluciae, setalah diamati menggunakan mikroskop
4.3.2 Pembahasan
Pada pengamatan di atas dapat di ketahui perbedaan antara tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Perbedaan itu yaitu tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil yang terletak pada bagian tubuhnya yaitu pada bagian akar, batang, daun, dan bunga. Pada tumbuhan monokotil memiliki daun yang pada umumnya berbentuk pita, sejajar dan langsung menempel pada batang. Batang pada tumbuhan monokotil umumnya beruas-ruas, tidak bercabang, tidak memiliki cambium yang menyebabkan batangnya, tidak terus membesar serta xylem dan floemnya tidak teratur. Akar pada tumbuhan monokotil berserabut sedangkan pada tumbuhan dikotil memiliki daun yang menyirip, menjari, mempunyai tangkai yang menempel pada batang. Batang pada tumbuhan dikotil mempunyai cambium yang menyebabkan batangnya membesar selain itu batang tumbuhan dikotil bercabang serta letak xylem dan floemnya teratur. Akar pada tumbuhan dikkotil berakar tunggang yang bercabang. Tumbuhan dikotil memiliki bunga yang mempunyai bagian-bagian yang lengkap sedangkan monokotil mempunyai bagian yang tidak lengkap tiga atau kelipatannya. Pada dasarnya, tumbuhan terbagi menjadi dua bagian yaitu, tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil. Pada tumbuhan dikotil terdapat cirri-ciri yaitu daun menyirip, batang berkambium, akar tunggang, serat batangnya bercabatang. Pada
tumbuhan
monokotil
merupakan
tanaman
yang
dapat
dilihat
kenampakkkannnya yang menonjol yaitu mempunyai kulit cabang dan kulit batang. Pada system pembuluh kelihatannya sebagian berkas pembuluh yang terppisah secara panjang (Anonim,2006).
Tumbuhan berbunga memiliki beberapa organ yaitu akar,daun dan batang. Masing-masing organ terdiri dari atas bermacam-macam jaringan. Pada akar terdapat sel-ssel pembentuk jaringan pembuluh kayu. Akar berfungsi menyerap air dan mineral dari tanah, menegakkan batang, dan dapat juga sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Jaringan yang menyusun akar antara lain, epidermis, parenkim,danjaringan pengangkut. Jaringan epidermis terletak pada bagian paling luar, fungsinya melindungi jaringan bawahnya. Pada akar yang masih muda epidermisnya berdinding tipis sehingga mudah di lalui air. Pada epidermis akar terdapat rambut akar yang fungsinya memperluas bidang penyerapan akar.jaringan pparenkim pada akar merupakan perhubungan antara jaringan epidermis dan jaringan pengangkut, fungsi jaringan parenkim sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Bunga pada tanaman dapat di bagi menjadi dua macam yaitu, bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengkap apa bila bagian-bagian bunga tersebut berupa tangkai, dasar bunga, serta alat perkembangbiakan secara lengkap. Bunga tak lengkapapabila salah satu dari bagian-bagian bunga tersebut tidak dimliki. Oleh karena itu, bunga lengkap terdiri dari putik, benang sari, kelopak dan sebagainya. Yang kemudian bunga tersebut mempunyai fungsi dan bagian yang berbeda baik dari segi bentuk anatominya maupun secara morfologi (soerodikusuma, 1997).
System reproduksi pada tumbuhsn di bedakan atas reproduksi vegatatif dan reproduksi generative. Reproduksi vegetative pada tumbuhan di lakukan pada pembentukan individu baru dari bbagian tubuh induk (akar, batang dan daun).
Individu baru dari tubuh induk kemudian memisahkan diri dari induk menjadi produksi yang dapat hidup sendiri atau tetap bekumpul pada rumpun. Reproduksi generative pada tumbuhan selalu didahului pada peleburan sperma yang bersifat haploid. Pada tumbuhan bunga terhadap reproduksi generative adalah penyerbukan. Pembuahan dan pembentukan biji (Anonim,2009). Hipogel adalah perkecambahan daun lembaga berada didalam tanah, sedangkan epigel ini adalah pada saat berkecambah daun lembaga terangkat ke atas. Reproduksi ini terdapat pada kecambah kacang (Phaseolum radiarus). 4.4. Pengamatan Hewan 4.4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum Biologi tentang Pengamatan Hewan maka dapat di peroleh haasil sebagai berikut :
Keterangan : Mata (Organon visus ) Mulut ( Rima ovis) Lengan atas ( Brachium) Lengan ( Antebrachium)
bawah
Paha ( Femur ) Tulang
punggung
( Dorsum)
Jari-jari ( Digiti) Kaki ( Pes ) Tanggan ( Manus)
Gambar 31. Morfologi katak sawah (Rana cancrivora) dalam keadaan tertelungkup.
Lambung (Verticulus) Usus halus
Kloaka Usu 12 jari kileum kerongkonngan(esophagus)
Gambar 32.Sistem Pencernaan pada Katak Sawah (Rana cancrivora)
Jantung (Car) Hati (Hepar) Lambung (Ventriculus) Usus halus Empedu (Vesica fellea) Gambar 33. Anatomi Katak Sawah ( Rana cancrivora).dalam keadan terbalik dan telanjang.
Ovum Ovarium
Gambar 34 :.Sistem Reproduksi Pada Katak Sawah ( Rana cancrivora ) betina.
Sepasang testis
Gambar 35 : Sistem Reproduksi Pada Katak Sawah ( Rana cancrivora )
4.4.2 Pembahasan
Pada pengamatan morfologi katak jantan dan betina memiliki beberapa perbedaan yaitu ukuran tubuh katak jantan lebih kecil dibandingkan ukuran tubuh katak betina, dan bentu tubuh katak jantan lebih panjang dibandingkan bentuk katak betina.
Menurut sastrapraja (2001), tubuh katak ( Rana cancrivora) diliputi oleh kulit yang licin dan selalu basah yang berfungsi sebagai alat pernepasan tambahan. Tubuh katak berkulit tipis dan banyak mengandung pembuluh darah. Katak mempunyai dua pasangan kaki yang berfungsi untuk berjalan dan melompat. Pada setiap kaki terdapat selaput renang yang terletak di antara jari-jari kakinya. Pada saat melompat dari air, kaki belalang di gunakan untuk mengayuh kuat dengan bantuan selaput renangnya. Jari-jari tungkai katak berbeda-beda tergantung tempat hidup atau kebiasaan hidupnya. Katak merupakan hewan berdarah dingin, suhu tubuh yang menyesuikan dengan suhu lingkungan. Mata katak menonjol dan dilindungi oleh dua kelopak mata yang tidak dapat bergerak dan satu kelopak mata yang berupa selaput bening yang dissebut membrane nictitas. Membrane nictitas dapat digerakan dari bawah keatas yang berfungsi untuk melindungi mata dari gesekan air. Alat kelamin katak jantan terdiri atas sepasang testis berwarna kekuningkuningan dan berfungsi menghasilkan sperma. Dari testis, sperme melalui saluran menuju ke ginjal dan selanjutnya keluar bersama-sama urine melalui kloaka. Alat kelamin katak betina terdiri atas sepasang indung telur (ovarium). Ovarium berfungsi menghasilkan ovum. Dari ovarium, sel telur (ovum) melalui oviduk telur keluar ke air melalui kloaka. System reproduksi pada katak di bedakan menjadi dua bagian yaitu system reproduksi pasa katak jantan dan betina, dan sistemreproduksi pada katak betina memiliki badan yang lemak, oviduk, ginjal, uereter, ovarium, sel telur, kantung kemih dan kloaka. Sedangkan pada katak jantan terdiri dari badan lemak, ginjal,
ureter, testis, kantong sperma, kantong kemih, dan kloaka. Pada katak pembuahan pada sel telur dilakukan diluar tubuh katak,artinya pada saat katak betina mengeluarkan sel telur barulah katak jantan membuahi sel telur tersebut (Anonim,2009).
Kelenjar pencernaan katak terdiri atas hati dan pancreas. Saluran pencernaan katak meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Gigi katak hanya terdapat pada rahang atas dan langit-langit bagian depan. Menurut Anonim (2009), system pencernaan pada katak meliputi saluran pencernaandan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaannya berturut-turut dari depan sampai belakang terdiri dari mulut dengan lidah dan gigi ma xilla serta gigi vomer. Didalam mulut katak ada lidah yang panjang dan berguna untuk menangkap mangsanya. Pada rahang atas dan langit-langit mulut terdapat gigi, namun demikian mangsa yang tertangkap tidak dikunyah mlainkan langsung di telan. Farings (Phrynx), yaitu awal saluran pencernaan
tidak jelas batasnya
dengan rongga mulut.Kerongkongan yaitu saluran lebar menghubungkan farings dengan lambung. Lambung berupa tabung lebar beerotot yang berwarna putih yang ujungnya posterior menjepit. Usus besar berupa tabungyang lebar dan lurus yang langsung bermuara pada kloaka. Libag kloata merupakan lubang pelepas. Kloaka adalah muar
4.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
4.5.1 Hasil
Berdasarkan hasil dari pengamatan tentang konsep Hukum Mendel, maka diperoleh hasil persilangan yang digambarkan pada tabel berikut ini : Tabel 3: Macam pasangan
Ijiran Ijiran
Perbedaan genotif
Perbedaan fenotif
Merah-merah Merah-merah
||||| ||||| |
11 MM
Merah
Merah-putih
||||| ||||| ||||| ||||| ||||| |||
28 Mm
Merah-putih
Putih-putih
||||| ||||| |
11 mm
Putih
Perbandingan fenotip antara fenotip merah (M) dominan sempurna terhadap fenotip putih (m) adalah : 3 : 1
Perbandingan fenotip pada sifat intermediat adalah : 1 merah : 2 merah putih : 1 : putih.
( 74 ) 4.5.2 Pembahasan
Pada diagram persilangan monohibrid diatas, nampak bahwa individu Mm Mm lebih mendominasi dibandingkan individu lainnya. Hal ini terlihat pada individu MM pada F1, baik MM maupun mm pada generasi P membentuk gamet (sel kelamin). Individu MM membentuk gamet M, sedang individu mm membentuk membentu k gamet m.
dengan demikian, demiki an, individu indivi du Mm pada F 1 merupakan hasil
penggabungan penggabun gan kedua gamet tersebut. tersebut .
Seperti pada diagram persilangan persila ngan
monohybrid dibawah ini (Zelitch, 1992) : P
:
MM
><
(merah-merah)
gamet
:
( putih-putih)
M
m
M
F1
:
mm
m
Mm (Merah-putih)
Pada persilangan tersebut terdapat sifat intermediat yang secara penuh tidak
muncul. Namun pada persilangan tersebut terdapat sifat intermediat yaitu 1 merah : 2 merah-putih : 1 putih. Sehingga dari diagram tersebut dapat terlihat bahwa pewarisan ditentukan oleh pewarisan materi tertantu, yang dalam hasil dilambangkan dengan M atau m (Yatim, 1987).
4.6 Pengamatan Transpirasi
4.6.1 Hasil
Berdasarkan praktikum dilakukan mengenai Transpirasi Tumbuhan, diperoleh hasil sebagai berikut : Daftar Tabel 4 : Hasil Percobaan Proses Transpirasi
No.
Nama
Ukuran
Pengamatan setiap 10 menit
Tumbuhan Awal
I
II
III
IV
V
VI
Aren
1,4 cm
1,4 cm
1,4 cm
1,4 cm
1,5 cm
1,6 cm
1,6 cm
Pepaya
1,3cm
1,3 cm
1,3 cm
1,3 cm
1, 4 cm
1,5 cm
1,5 cm
3.
Cabe
1 cm
1 cm
1,1 cm
1,1 cm
1,2 cm
1,2 cm
4.
Kontrol
1,3 cm
1,3 cm
1,3 cm
1, 4 cm
1,4 cm
1,4 cm
1. 2.
1,1 cm 1,3 cm
4.6.2 Pembesaran
Hasil pengamatan pada tumbuhan cabe pada menit kesepuluh pertaman sampai menit sepuluh ketiga menunjukkan tidak terjadi penguapan atau transpirasi. Selanjutnya pada menit kesepuluh keempat dan kelima malah bertambah 0,01 ml. Pada pengamatan tumbuhan aren pada menit kesepuluh pertama dan kedua tidak terjadi penguapan. Pada menit kesepuluh ketiga bertambah 0,01 ml dan pada menit keempat dan kelima bertambah 0,01 dan tidak terjadi penguapan atau transpirasi.
Pada pengamatan tumbuhan pepaya pada menit kesepuluh pertama sampai menit kesepuluh ketiga tidak terjadi penguapan, dan pada menit kesepuluh keempat dan kelima bertambah 0,25ml dan tidak terjadi penguapan atau transpirasi. Pada pengamatan control pada menit kesepuluh pertama dan ketiga tidak terjadi penguapan malah pada menit kesepuluh keempat dan kelima bertambah 0,01 ml. Pada keempat hasil percobaan yang didapatkan, membuktikan bahwa pada pengamatan selama 10 menit yang dijemur di bawah terik matahari tidak terjadi penguapan atau transpirasi sama sekali, malah terjadi penambahan 0,01 ml dan 0,03 ml dalam pengamatan tersebut.
4.7 Pengamatan Fotosintesis Tumbuhan 4.7.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum Biologi Umum mengenai Pengamatan Peristiwa Fotosintesis adalah sebagai berikut :
Warna
tampak
hijau
muda
Gambar 32: Daun ubi ( Manihot esculenta) yang dibungkus Aluminium foil. Setelah direndam larutan alcohol 100%
Warna tampak hijau tua
Gambar 33: Daun ubi ( Manihot esculenta ) yang tidak dibungkus Aluminium foil setelah direndam larutan alcohol 100%.
4.7.2 Pembahasan
Fotosintesis berasal dari kata foton yang artinya cahaya dan sintesis yang artinya penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan bahan organik (zat makanan) dengan bantuan energi dari cahaya matahari. Prosesnya dimulai
ketika air (H2O) dari tanah beserta asam arang (CO2) dari udara, diubah jadi glukosa (C6H12O6). Untuk mengikat energi cahaya matahari itu diperlukan kehadiran klorofil (zat hijau daun) di daun (W ildan Yatim, 1987 ). Peristiwa fotosintesis dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi kimia sebagai berikut : Cahaya matahari 6CO2
+
12H2O
C6H12O6
+ 6O2
+ 6H2O
klorofil Karbondioksida
air
karbohidrat
oksigen
air
Klorofil pada tumbuhan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses fotosintesis. Tanpa adanya klorofil, proses fotosintesis tidak akan terjadi, karena hanya pada tumbuhan yang memiliki klorofil proses ini baru dapat terjadi ( Rabinowitch, 1996 ). Klorofil adalah pigmen atau zat hijau daun yang terdapat
dalam kloroplas sel tumbuhan, yang dapat mengabsorbsi energi cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis (Gem, 1994). Ada dua macam klorofil yang terdapat pada tumbuhan yaitu, Klorofil-a (C55H72O5 N4Mg) berwarna hijau tua dan Klorofil-b (C55H70O6 N4Mg) berwarna hijau muda. Di dalam sel klorofil tersebut terikat dengan proses fotosintesis (S ylvia, S , 1998). Pigmen lain yang terdapat dalam klorofil adalah karotenoid. Molekul karotenoid ini mempunyai warna merah dan kuning, serta acap kali merupakan pigmen
dominan pada bunga dan buah. Karotenoid pada daun sering ditutupi dengan klorofil yang lebih banyak. Pigmen ini banyak berperan dalam fotosintesis karena membantu menyerap energi lebih banyak dari spectrum matahari. Energi tersebut diteruskan kepada klorofil-a dan klorofil-b untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Pada percobaan Sahcs diperoleh bahwa daun ubi ( Manihot esculenta) yang ditutupi oleh aluminium foil (kertas timah) dan dimasukkan kedalam alkohol yang telah dipanaskan kemudian ditetesi oleh larutan iodin akan berubah warna menjadi warna coklat kehitam-hitaman dan bentuk daunnya menjadi kering. Hal ini menandakan bahwa pada daun tersebut terdapat amilum ( Rutland, 1989) dan zat klorofil pada daun ubi ( Manihot esculenta) tersebut telah hilang karena daun tersebut tidak sepenuhnya mengalami proses fotosintesis. Namun pada daun ubi ( Manihot esculenta) yang tidak ditutupi oleh aluminium foil setelah ditetesi oleh larutan iodin warnanya tetap hijau pucat seperti semula, dan bentuk daun tidak terlihat kering. Hal ini dikarenakan zat klorofil yang terdapat pada daun tidak hilang. Jadi pada daun ubi ( Manihot esculenta) tersebut terjadi proses fotosintesis (S ambodo, 1996 ).
Dalam percobaan ini, alkohol panas yang digunakan berubah warna menjadi hijau ketika kedua daun tersebut dimasukkan. Hal ini menunjukkan bahwa daun
tersebut memiliki zat hijau daun (klorofil), karena alkohol ini berfungsi sebagai bahan untuk melepas zat hijau daun (
IV . HASIL DAN PEMMBAHASAN
4.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
4.1.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Lensa Okuler Tubus Pengaturan K asar Batang peluncur Pengatur Halus Lensa Objektif
Penjepit Preparat Meja Preparat Revolver Kondensor Cermin Kaki Mikroskop Gambar 1. Mikroskop dan Komponen ± Komponennya.
Gambar 2. Perparat huruf ³d´ sebelum diamati di bawah Mikroskop.
Gambar 3.:Perparat huruf ³d´ setelah diamati di bawah Mikroskop dengan pembesaran 10 x.
Gambar 4. Preparat butir pati kentang (solanum tuberosum) setelah diamati pada Mikroskop dengan pembesaran 10x. 4.1.2 Pemahasan
Mikroskop merupakan alat utama dalam Laboratorium biologi yang digunakan dalam pengamatan dan penelitian benda ± benda yang jauh dari jangkauan mata bugil biasa sehingga sangat membbantu dalam mengamati benda ± bensda renik. Berdasarkan hasil praktikum mata kuliah biologi umum modul satu di dapatkan bahwa mikroskop merupakan alat yang dapat membantu manusia dalam
mengamati dan meneliti benda ± benda yang tidak dapat di lihat jelas jika hanya dengan mata telanjang seperti yang di paparkan oleh Selain itu dapat kita ketahui juga bahwa berdasarkan modul panduan, mikroskop memiliki bagiab ± bagian dan fungsi tertentu antara lain : Lensa okuler yang beerfungsi dalam pembesaran bayangan yang di hasilkan oleh lensa objektif, Lensa objektif berfungsi pada pembentukan bayangan pertama yakni yang menentukan banyaknya struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir, Kondensor berfungsi untuk menciptakan cahaya pada objek yang akan di fokuskan sehingga bila pengaturan pencahayaan yang akan di berikan pada kondensor. Revolver berfungsi sebagai tempat meletaknya lensa objektif, meja mikroskop sebagai wadah preparat atau benda yang akan di teliti. Pengatur kasar berfungsi untuk mencari atau menangkap bayangan yang di arahkan pada lensa objektif dan pengatur halus digunakan untuk memperjelas atau mempertajam bayangan yang berhasil di tangkap oleh pengatur kasar. Cermin cekung berfungsi untuk memantulkan cahaya ke diagfragma, tubus objektif dan tubus okuler berfungsi sebagai tempat melekatnya atau bertumpunya lensa objektif dan lensa okuler. Selain itu lengan mikroskop juga di gunakan sebagai tempat pegangan bila kita hendak memindahkan mikroskop ke tempat lain serta kaki mikroskop yang berfungsi sebagai epnompang agar mikroskop dapat berdiri kokoh dan sengaja di buat berat agar mikroskop tetap stabil. Pada pengamatan huruf ³d´ diperoleh bayangan maya, terbalik di perbesar. Jadi, bayangan yang terbentuk adalah huruf ³p´. pada pengamatan tersebut preparat yang di buat tidak sama dengan bayangannya, karena itu merupakan
kerja sama dari lensa ± lensa yang berada dalam mikroskop. Pada lensa objektif terdapat lensa cekung yang membuat bayangan itu maya dan tetap terbalik dan sama dengan bayangan lensa objektif sebellumnya. Itulah sebabnya mengapa bayangan yang do perolehmenjadi maya, terbalik, dan di perbesar. (Anonim, 2009 ). Selain itu telah diketahui bahwa apabila preparat di balik menjadi huruf ³p´ maka yang tampak adalah bayangan huruf ³d´. berdasarkan hasil percobaan telah didapatkan bahwa apabila preparat di geser ke kiri maka bayangannya akan bergeser ke kanan dan begitu pula sebaliknya. Kemudian apabila preparat di geser ke belakang maka bayangan akan bergeser ke depan begitu pula sebaliknya. Selain itu, apabila lensa objektif di putar sehingga objek kuat tepat berada di bawah lensa okuler maka akan mengakibatkan perubahan bidang pandangan karena cahaya yang masuk berbeda dengan sebelumnya serta jarak pandang yang berbeda dengan sebelumnya yangsemakin dekat akan membuat bidang pandang semakin sempit. Dengan di lakukannya penggantian objek maka jelas akan mengubah pembesaran dan secara otomatis akan berpengaruh pada kedudukan bayagan. Penyebab dari perubahan kedudukan bayangan ini akibat perubahan objek dan perbesaran karena semakin besar perbesaran yang di lakukan maka bayangan yang akan di hasilkan semain jelas. Sebagai kesimpulan bahwa semakin besar perbesaran yang di lakukan maka bayangan yang di hasilkan akan semakin jelas, seperti yang di simpulkan. 4.2 Pengamatan Sel
4.2.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di Laboratorium, diperoleh hasil sebagai berikut :
Dinding sel
Gambar
5. Struktur sel empulur batang ubi kayu ( Manihot esculenta) padapembesaran 10 x
Dinding sel Sitoplasma
Inti sel Gambar 6. Struktur sel umbi lapis bawang merah ( Allium cepa) pada pembesaran 10 x
Sitoplasma Ruang antar sel Dinding sel Inti sel
Gambar 7. Struktur sel daun Hydrilla verticillata pada pembesaran 10 x
Membran Sel Inti Sel Sitoplasma Gambar 8. Pengamatan sel selaput rongga mulut ( Ephitelium mucosa) dengan pembesaran 10 x.
Gambar 9. Pengamatan sel darah manusia setelah di amati menggunakan pembesara pembesaran 10 x.
Bulu getar Silia Flagel
Gambar 10. Pengamatan Sel Protozoa pada air rendaman jerami dengan pembesaran 10x. 4.2.2 Pembahasan
Sel adalah bagian terkecil dari makhluk hidup yang merupakan unit structural, fungsional, dan hereditas. Ukuran sel sangat kecil sehingga uuntuk melihatnya harus menggunakan mikroskop (Bawa,1988). Pada pengamatan struktur sel tumbuhan dengan menggunakan umbi lapis bawang merah ( Allium cepa) yang dapat di lihat pada pembesaran 10 x yaitu ruang
antar sel, dinding sel, sitoplasma. Komponen utama sel tumbuhan adalah dinding sel, sitoplasma dan nucleus, inti sel dari sel lapis umbi bawang merah ( Allium cepa) telah tampak. Dinding sel berfungsi untuk melindungi bagiian dalam sel dan
membentuk bagian sel sitoplasma berfungsi sebagai tempat mengapungnya organel-organel sel. S elain itu juga terdapat ruang antar sel. Pada pengamatan struktur sel empulur batang ubi kayu (manihot esculenta ) dengan pembesaran 10 x tidak tampak adanya inti sel, sitoplasma dan ruang antar sel, melainkan yang tampak hanya dinding sel, hal ini disebabkan karena sel empulur
batang
ubi
kayu
( Manihot
esculenta ) merupakan
sel
mati
(Prawirohartono, 1988).
Pada pengamatan struktur daun Hydrilla verticillata yang dapat dilihat dengan pembesaran 10 x yaitu butir-butir kloroplast,
jaringan tulang daun,
sitoplasma, dinding sel, dan ruang antar sel. Tumbuhan ini termasuk dalam kelas hydrozoa, karena tumbuhan ini hidup di air. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Saktiono (1984). Pada pengamatan selaput rongga mulut ( Ephitelium mucosa) terdapat bentuk sel yang tidak beraturan, karena selaput rongga mulut termaksud sel hewan yang hanya di batasi oleh membrane sel sehingga bentuknya tidak kaku atau tidak tetap. Jaringan epitel pada rongga mulut berebentuk pipih berlapis banyak, tersusun atas sel yang berhubungan rapat dan membentuk lapisan yang melapisi permukaan luar maupun dari dalam tubuh maupun organ tubuh. Dengan pembesaran 10 x
dapat dilihat sitoplasma, membrane sel dan inti sel. Pada selaput rongga mulut wanita hanya terdapat membrane sel dan sitoplasma. sitoplas ma. Pada pengamatan sel preparat protozoa pada air rendaman jerami di bawah mikroskop tidak tampak adanya protozoa. Hal ini di sebabkan oleh beberapa 98actor 98actor antara lain air rendaman jerami tidak mencapai waktu satu minggu seperti yang telah di tenukan atau pencahayaan pada mikroskop yang kurang baik. Pada perendaman telur pada larutan cuka yang diameter mula-mulanya dadlah 14 cm lonjong, telur mengapung. Namun setelah direndam selama 72 jam,di sekeliling telur terdapat gelembung udara yang mengelilingi permukaan telur sreta ukuran telur terus bertambah menjadi 16,5 cm dan tetap terapung. Hal ini disebabkan terjadinya perpindahan konsentrasi, dari konsentrasi larutan cuka yang rendah ke konsentrasi telur yang lebih tinggi. Sehingga hal ini menyababkan perubahan diameter dan bentuk pada telur.peristiwa ini sering di sebut dengan osmosis atau perpindahan konsentrasi yang rendah menuju ke konsentrasi yang tinggi melalui selapur permeable ( Nihayati,1986). Pada perendaman telur dengan menggunakan sirup coco pandan ke adaan telur berubah menjadi terapung dan diameter telur terus turun drastic sehingga telur menjadi kecil dan terapung. Setelah perendaman selama 72 jam dengan larutan sirup coco pandan ukuran telur semakin bertambah kecil yaitu menjadi 12,5 cm dan tetap berbentuk oval serta kulit telur mengerut. Peristiwa ini di sebabkan karena konsentrasi yang di miliki oleh sirup lebih tinggi di bandingkan telur.
Menurut sastrodonoto (1990), Menurut Sastrodinoto (2000), hal ini berarti membrane dalam usaha menyamakan tekanan, bila konsentrasi larutan dalam sel tinggi maka air akan masuk ke dalam sel sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa endosmosis. Apabila larutan di luar sel lebih tinggi maka air dalam sel akan keluar melalui selaput semiperemeable dan mengakibatkan terjadinya peristiwa plasmolisis yaitu terlepasnya membrane membrane sel dari dinding sel. 4.3 Pengamatan Tumbuhan
4.3.1 Hasil
Berdasarkan praktikum tentang pengamatan tumbuhan di peroleh hasil sebagai berikut :
Ujung daun (Apex Folli)= runcing Bangun daun (Ciroum scription)= datar Tulang
daun
(
Nervatio)
menyirip Tepi daun (Margin folli)= rata Pangkal tumpul
daun
(Basis
folli)=
=
Gambar 11 : Morfologi daun dikotil pada tanaman mangga ( Mangifera indica), Family Ancardiacea.
Ujung daun (Apex folli)= runcing Tepi daun (Margin folli)= rata Tulang daun ( Nervatio)= Nervatio)= sejajar Bangun datar
daun(sircum
scription)=
Pangkal daun (Basis folli)=
meruncinng
Gambar
12:Morfologi daun monokotil mays),Family Poaceae.
pada
tanaman
jagung
Cabang
Batang (Caulis)
( zea zea
Gambar 13. Morfologi batang (Caulis) tumbuhan mangga ( Mangifera indica) family Anacardiacea.
Ruas batang
Batang (Caulis)
Gambar 14. Morfologi batang (Caulus) tumbuhan jagung ( Z ea mays), family Poaceae.
Batang akar (Corpus radicis ) radicais)
Bulu akar ( pils
Cabang akar (Radix radicis)
Tudung akar
(Calyptra)
Gambar 15 : Morfologi akar (Radix) tumbuhan Mangga ( Mangifera indica), family Anacardiacea.
Cabang akar ( Radix radicis ) Bulu akar ( Pils radicalis )
Gambar 16 : Morfologi akar (Radix) tumbuhan jagung ( zea mays), family Poaceae.
Daun lembaga (kotiledon) Plumala Hipokotil Akar ( Radix)
Gambar 17 : Morfologi kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus), family piperaciae.
Empulur Batang (Caulus) Nodus
Gambar 18 : Morfologi stek batang ubi kayu ( Manihot esculenta), family Euphorbiacea.
Keterangan : Putik ( Pistil ) Mahkota ( Petal ) Kelopak (Calix) Tangkai bunga
Gambar 19 : Morfologi bunga mawar (rosa hibrida hort ), family rosaceae.
Benang sari (Stamen) Mahkota ( Petal ) Kelopak (Calix) Tangkai bunga
Gambar 20. Morfologi bunga kamboja ( Plumeria acuminata ), Cunfuluciae.
family
Putik ( Pistil ) Benang sari (S tamen) Mahkota ( Petal) Kelopak (calyx) Tangkai bunga
Gambar 21 : Morfologi bunga kembang sepatu ( Hibiscus rosa sinensis), Family Malvaceae.
Epidermis
Tulang
daun
( Nervatio)
Gambar 22 : Anatomi daun (Folium) tumbuhan dikotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
Epidermis Empulur xylem
floem
Gambar 23 :Anatomi daun tumbuhan monokotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
xylem
Epidermis floem
Gambar 24 : Anatomi akar (Radix) tumbuhan dikotil setelah dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
keterangan
Floem Xilem Epidermis
Gambar 25 : Anatomi akar (Radix) tumbuhan monokotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
Epidermis Kambium Empulur xylem
floem
Gambar 26 : Anatomi batang tumbuhan Dikotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
Keterangan : Epidermis
Empulur Floem Xilem
Gambar 27 : Anatomi Batang (Caulis) tumbuhan monokotil setelah diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10X.
Steptum Carpel
Gambar 28. Anatomibunga mawar ( Rosa hibrida hort ), family Rosaceae, setelah di amati menggunakan lup (kaca pembesar )
Septum Carpel
Locule
Gambar 29: Anatomi bunga kembang sepatu ( Hibiscus rosa sinensis), family Mavaceae , setelah diamati menggunakan lup (kaca pembesar ).
Septum Locule
Gambar 30 : Anatomi bunga kamboja (Plumeria acuminate), family Convuluciae, setalah diamati menggunakan mikroskop 4.3.2 Pembahasan
Pada pengamatan di atas dapat di ketahui perbedaan antara tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Perbedaan itu yaitu tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil yang terletak pada bagian tubuhnya yaitu pada bagian akar, batang, daun, dan bunga. Pada tumbuhan monokotil memiliki daun yang pada umumnya berbentuk pita, sejajar dan langsung menempel pada batang. Batang pada tumbuhan monokotil umumnya beruas-ruas, tidak bercabang, tidak memiliki cambium yang menyebabkan batangnya, tidak terus membesar serta xylem dan floemnya tidak teratur. Akar pada tumbuhan monokotil berserabut sedangkan pada tumbuhan dikotil memiliki daun yang menyirip, menjari, mempunyai tangkai yang menempel pada batang. Batang pada tumbuhan dikotil mempunyai
cambium yang menyebabkan batangnya membesar selain itu batang tumbuhan dikotil bercabang serta letak xylem dan floemnya teratur. Akar pada tumbuhan dikkotil berakar tunggang yang bercabang. Tumbuhan dikotil memiliki bunga yang mempunyai bagian-bagian yang lengkap sedangkan monokotil mempunyai bagian yang tidak lengkap tiga atau kelipatannya. Pada dasarnya, tumbuhan terbagi menjadi dua bagian yaitu, tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil. Pada tumbuhan dikotil terdapat cirri-ciri yaitu daun menyirip, batang berkambium, akar tunggang, serat batangnya bercabatang. Pada
tumbuhan
monokotil
merupakan
tanaman
yang
dapat
dilihat
kenampakkkannnya yang menonjol yaitu mempunyai kulit cabang dan kulit batang. Pada system pembuluh kelihatannya sebagian berkas pembuluh yang terppisah secara panjang (Anonim,2006). Tumbuhan berbunga memiliki beberapa organ yaitu akar,daun dan batang. Masing-masing organ terdiri dari atas bermacam-macam jaringan. Pada akar terdapat sel-ssel pembentuk jaringan pembuluh kayu. Akar berfungsi menyerap air dan mineral dari tanah, menegakkan batang, dan dapat juga sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Jaringan yang menyusun akar antara lain, epidermis, parenkim,danjaringan pengangkut. Jaringan epidermis terletak pada bagian paling luar, fungsinya melindungi jaringan bawahnya. Pada akar yang masih muda epidermisnya berdinding tipis sehingga mudah di lalui air. Pada epidermis akar terdapat rambut akar yang fungsinya memperluas bidang penyerapan akar.jaringan pparenkim pada akar merupakan perhubungan antara
jaringan epidermis dan jaringan pengangkut, fungsi jaringan parenkim sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Bunga pada tanaman dapat di bagi menjadi dua macam yaitu, bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengkap apa bila bagian-bagian bunga tersebut berupa tangkai, dasar bunga, serta alat perkembangbiakan secara lengkap. Bunga tak lengkapapabila salah satu dari bagian-bagian bunga tersebut tidak dimliki. Oleh karena itu, bunga lengkap terdiri dari putik, benang sari, kelopak dan sebagainya. Yang kemudian bunga tersebut mempunyai fungsi dan bagian yang berbeda baik dari segi bentuk anatominya maupun secara morfologi (soerodikusuma, 1997).
System reproduksi pada tumbuhsn di bedakan atas reproduksi vegatatif dan reproduksi generative. Reproduksi vegetative pada tumbuhan di lakukan pada pembentukan individu baru dari bbagian tubuh induk (akar, batang dan daun). Individu baru dari tubuh induk kemudian memisahkan diri dari induk menjadi produksi yang dapat hidup sendiri atau tetap bekumpul pada rumpun. Reproduksi generative pada tumbuhan selalu didahului pada peleburan sperma yang bersifat haploid. Pada tumbuhan bunga terhadap reproduksi generative adalah penyerbukan. Pembuahan dan pembentukan biji (Anonim,2009). Hipogel adalah perkecambahan daun lembaga berada didalam tanah, sedangkan epigel ini adalah pada saat berkecambah daun lembaga terangkat ke atas. Reproduksi ini terdapat pada kecambah kacang (Phaseolum radiarus). 4.4. Pengamatan Hewan
4.4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum Biologi tentang Pengamatan Hewan maka dapat di peroleh haasil sebagai berikut :
Keterangan : Mata (Organon visus ) Mulut ( Rima ovis) Lengan atas ( Brachium) Lengan bawa ( Antebrachium) Paha ( Femur ) Tulang
punggung
( Dorsum)
Jari-jari ( Digiti) Kaki ( Pes ) Tanggan ( Manus)
Gambar 31. Morfologi katak sawah (Rana cancrivora) dalam keadaan tertelungkup.
Lambung (Verticulus) Usus halus Kloaka Usu 12 jari kileum kerongkonngan(esophagus)
Gambar 32.Sistem Pencernaan pada Katak Sawah (Rana cancrivora)
Jantung (Car) Hati (Hepar) Lambung (Ventriculus) Usus halus Empedu (Vesica fellea)
Gambar 33. Anatomi Katak Sawah ( Rana cancrivora).dalam keadan terbalik dan telanjang.
Ovum Ovarium
Gambar 34 :.Sistem Reproduksi Pada Katak Sawah ( Rana cancrivora ) betina.
Sepasang testis
Gambar 35 : Sistem Reproduksi Pada Katak Sawah ( Rana cancrivora )
4.4.2 Pembahasan
Pada pengamatan morfologi katak jantan dan betina memiliki beberapa perbedaan yaitu ukuran tubuh katak jantan lebih kecil dibandingkan ukuran tubuh katak betina, dan bentu tubuh katak jantan lebih panjang dibandingkan bentuk katak betina. Menurut sastrapraja (2001), tubuh katak ( Rana cancrivora) diliputi oleh kulit yang licin dan selalu basah yang berfungsi sebagai alat pernepasan tambahan. Tubuh katak berkulit tipis dan banyak mengandung pembuluh darah. Katak mempunyai dua pasangan kaki yang berfungsi untuk berjalan dan melompat. Pada setiap kaki terdapat selaput renang yang terletak di antara jari-jari kakinya. Pada saat melompat dari air, kaki belalang di gunakan untuk mengayuh kuat dengan bantuan selaput renangnya. Jari-jari tungkai katak berbeda-beda tergantung tempat hidup atau kebiasaan hidupnya. Katak merupakan hewan berdarah dingin, suhu tubuh yang menyesuikan dengan suhu lingkungan. Mata
katak menonjol dan dilindungi oleh dua kelopak mata yang tidak dapat bergerak dan satu kelopak mata yang berupa selaput bening yang dissebut membrane nictitas. Membrane nictitas dapat digerakan dari bawah keatas yang berfungsi untuk melindungi mata dari gesekan air. Alat kelamin katak jantan terdiri atas sepasang testis berwarna kekuningkuningan dan berfungsi menghasilkan sperma. Dari testis, sperme melalui saluran menuju ke ginjal dan selanjutnya keluar bersama-sama urine melalui kloaka. Alat kelamin katak betina terdiri atas sepasang indung telur (ovarium). Ovarium berfungsi menghasilkan ovum. Dari ovarium, sel telur (ovum) melalui oviduk telur keluar ke air melalui kloaka. System reproduksi pada katak di bedakan menjadi dua bagian yaitu system reproduksi pasa katak jantan dan betina, dan sistemreproduksi pada katak betina memiliki badan yang lemak, oviduk, ginjal, uereter, ovarium, sel telur, kantung kemih dan kloaka. Sedangkan pada katak jantan terdiri dari badan lemak, ginjal, ureter, testis, kantong sperma, kantong kemih, dan kloaka. Pada katak pembuahan pada sel telur dilakukan diluar tubuh katak,artinya pada saat katak betina mengeluarkan sel telur barulah katak jantan membuahi sel telur tersebut (Anonim,2009).
Kelenjar pencernaan katak terdiri atas hati dan pancreas. Saluran pencernaan katak meliputi mulut, kerongkongan, lambung, usus dan kloaka. Gigi katak hanya terdapat pada rahang atas dan langit-langit bagian depan.
Menurut Anonim (2009), system pencernaan pada katak meliputi saluran pencernaandan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaannya berturut-turut dari depan sampai belakang terdiri dari mulut dengan lidah dan gigi ma xilla serta gigi vomer. Didalam mulut katak ada lidah yang panjang dan berguna untuk menangkap mangsanya. Pada rahang atas dan langit-langit mulut terdapat gigi, namun demikian mangsa yang tertangkap tidak dikunyah mlainkan langsung di telan. Farings (Phrynx), yaitu awal saluran pencernaan
tidak jelas batasnya
dengan rongga mulut.Kerongkongan yaitu saluran lebar menghubungkan farings dengan lambung. Lambung berupa tabung lebar beerotot yang berwarna putih yang ujungnya posterior menjepit. Usus besar berupa tabungyang lebar dan lurus yang langsung bermuara pada kloaka. Libag kloata merupakan lubang pelepas. Kloaka adalah muara. 4.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
4.5.1 Hasil
Berdasarkan hasil dari pengamatan tentang konsep Hukum Mendel, maka diperoleh hasil persilangan yang digambarkan pada tabel berikut ini : Tabel 3: Macam pasangan
Ijiran
Perbedaan genotif
Perbedaan fenotif
Merah-merah
||||| ||||| |
11 MM
Merah
Merah-putih
||||| ||||| ||||| ||||| ||||| |||
28 Mm
Merah-putih
Putih-putih
||||| ||||| |
11 mm
Putih
Perbandingan fenotip antara fenotip merah (M) dominan sempurna terhadap fenotip putih (m) adalah : 3 : 1
Perbandingan fenotip pada sifat intermediat adalah : 1 merah : 2 merah putih : 1 : putih. ( 74 )
4.5.2 Pembahasan
Pada diagram persilangan monohibrid diatas, nampak bahwa individu Mm lebih mendominasi dibandingkan individu lainnya. Hal ini terlihat pada individu MM pada F1, baik MM maupun mm pada generasi P membentuk gamet (sel kelamin). Individu MM membentuk gamet M, sedang individu mm membentuk gamet m.
dengan demikian, individu Mm pada F 1 merupakan hasil
penggabungan kedua gamet tersebut.
Seperti pada diagram persilangan
monohybrid dibawah ini (Zelitch, 1992) : P
:
MM (merah-merah)
gamet
:
><
mm
( putih-putih)
M M
m m
F1
:
Mm (Merah-putih)
Pada persilangan tersebut terdapat sifat intermediat yang secara penuh tidak muncul. Namun pada persilangan tersebut terdapat sifat intermediat yaitu 1 merah : 2 merah-putih : 1 putih. Sehingga dari diagram tersebut dapat terlihat bahwa pewarisan ditentukan oleh pewarisan materi tertantu, yang dalam hasil dilambangkan dengan M atau m (Yatim, 1987). 4.6 Pengamatan Transpirasi
4.6.1 Hasil
Berdasarkan praktikum dilakukan mengenai Transpirasi Tumbuhan, diperoleh hasil sebagai berikut : Daftar Tabel 4 : Hasil Percobaan Proses Transpirasi
N Nama
Ukura
Pengamatan setiap 10 menit
o.
Awal
I
Tumbuha n
II
III
IV
V
VI
1,4 cm
1,4 cm 1,4 cm 1,4 cm 1,5 cm
1,6 cm
1,6 cm
2. Pepaya P epaya
1,3cm
1,3 cm
1,3 cm 1,3 cm 1, 4 cm
1,5 cm
1,5 cm
3.
Cabe
1 cm
1 cm
1,1 cm 1,1 1, 1 cm 1,1 cm
1,2 cm
1,2 cm
4.
Kontrol
1,3 cm
1,3 cm
1,3 cm 1,3 cm 1, 4 cm 1,4 cm
1,4 cm
1.
Aren
4.6.2 Pembesaran
Hasil pengamatan pada tumbuhan cabe pada menit kesepuluh pertaman sampai menit sepuluh ketiga menunjukkan tidak terjadi penguapan atau transpirasi. Selanjutnya pada menit kesepuluh keempat dan kelima malah bertambah 0,01 ml. Pada pengamatan tumbuhan aren pada menit kesepuluh pertama dan kedua tidak terjadi penguapan. Pada menit kesepuluh ketiga bertambah 0,01 ml dan pada menit keempat dan kelima bertambah 0,01 dan tidak terjadi penguapan atau transpirasi. Pada pengamatan tumbuhan pepaya pada menit kesepuluh pertama sampai menit kesepuluh ketiga tidak terjadi penguapan, dan pada menit kesepuluh keempat dan kelima bertambah 0,25ml dan tidak terjadi penguapan atau transpirasi.
Pada pengamatan pengamata n control pada menit kesepu kesepuluh luh pertama dan ketiga tidak terjadi penguapan malah pada menit kesepuluh keempat dan kelima bertambah 0,01 ml. Pada keempat hasil percobaan yang didapatkan, membuktikan bahwa pada pengamatan selama 10 menit yang dijemur di bawah terik matahari tidak terjadi penguapan atau transpirasi sama sekali, malah terjadi penambahan 0,01 ml dan 0,03 ml dalam pengamatan tersebut. 4.7 Pengamatan Fotosintesis Tumbuhan 4.7.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum Biologi Umum mengenai Pengamatan Peristiwa Fotosintesis adalah sebagai s ebagai berikut :
Warna tampak hijau muda
Gambar 32: Daun ubi ( Manihot esculenta) yang dibungkus Aluminium foil. Setelah direndam larutan alcohol 100%
Warna tampak hijau tua
Gambar 33: Daun ubi ( Manihot Manihot esculenta ) yang tidak dibungkus Aluminium foil setelah direndam larutan alcohol 100%.
4.7.2 Pembahasan
Fotosintesis berasal dari kata foton yang artinya cahaya dan sintesis yang artinya penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan bahan organik (zat makanan) dengan bantuan energi dari cahaya matahari. Prosesnya dimulai
ketika air (H2O) dari tanah beserta asam arang (CO2) dari udara, diubah jadi glukosa (C6H12O6). Untuk mengikat energi cahaya matahari itu diperlukan kehadiran klorofil (zat hijau daun) di daun (W ildan ildan Yatim, 1987 ). ). Peristiwa fotosintesis dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi kimia sebagai s ebagai berikut : Cahaya matahari 6CO2
+
12H2O
C6H12O6
+ 6O2
+ 6H2O
klorofil Karbondioksida Karbondioks ida
air
karbohidrat
oksigen
air
Klorofil pada tumbuhan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses fotosintesis. Tanpa adanya klorofil, proses fotosintesis tidak akan terjadi, t erjadi, karena
hanya pada tumbuhan yang memiliki klorofil proses ini baru dapat terjadi ( Rabinowitch, 1996 ). Klorofil adalah pigmen atau zat hijau daun yang terdapat
dalam kloroplas sel tumbuhan, yang dapat mengabsorbsi energi cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis (Gem, 1994). Ada dua macam klorofil yang terdapat pada tumbuhan yaitu, Klorofil-a (C55H72O5 N4Mg) berwarna hijau tua dan Klorofil-b (C55H70O6 N4Mg) berwarna hijau muda. Di dalam sel klorofil tersebut terikat dengan proses fotosintesis (S ylvia, S , 1998). Pigmen lain yang terdapat dalam klorofil adalah karotenoid. Molekul karotenoid ini mempunyai warna merah dan kuning, serta acap kali merupakan pigmen dominan pada bunga dan buah. Karotenoid pada daun sering ditutupi dengan klorofil yang lebih banyak. Pigmen ini banyak berperan dalam fotosintesis karena membantu menyerap energi lebih banyak dari spectrum matahari. Energi tersebut diteruskan kepada klorofil-a dan klorofil-b untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Pada percobaan Sahcs diperoleh bahwa daun ubi ( Manihot esculenta) yang ditutupi oleh aluminium foil (kertas timah) dan dimasukkan kedalam alkohol yang telah dipanaskan kemudian ditetesi oleh larutan iodin akan berubah warna menjadi warna coklat kehitam-hitaman dan bentuk daunnya menjadi kering. Hal ini menandakan bahwa pada daun tersebut terdapat amilum ( Rutland, 1989) dan zat klorofil pada daun ubi ( Manihot esculenta) tersebut telah hilang karena daun tersebut tidak sepenuhnya mengalami proses fotosintesis.
Namun pada daun ubi ( Manihot esculenta) yang tidak ditutupi oleh aluminium foil setelah ditetesi oleh larutan iodin warnanya tetap hijau pucat seperti semula, dan bentuk daun tidak terlihat kering. Hal ini dikarenakan zat klorofil yang terdapat pada daun tidak hilang. Jadi pada daun ubi ( Manihot esculenta) tersebut terjadi proses fotosintesis (S ambodo, 1996 ).
Dalam percobaan ini, alkohol panas yang digunakan berubah warna menjadi hijau ketika kedua daun tersebut dimasukkan. Hal ini menunjukkan bahwa daun tersebut memiliki zat hijau daun (klorofil), karena alkohol ini berfungsi sebagai bahan untuk melepas zat hijau daun klorofil) tersebut.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL«««««««««««««««««««............ «i HALAMAN JUDUL ««««««««««««««««««««««..... ii HALAMAN PENGESAHAN ««««««««««««««««««...... iii HALAMAN DEDIKASI ««««««««««««««««««««...... iv KATA PENGANTAR«««««««««««««««««««««........ v DAFTAR ISI««««««««««««««««««««««««.......... vi DAFTAR GAMBAR««««««««««««««««««««««.... vii DAFTAR TABEL«««««««««««««««««««««««....viii DAFTAR GRAFIK «««««««««««««««««««««.......... ix I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang «««««««««««««««««««««.... 1 1.2 Tujuan dan Kegunaan
««««««««««««««««««.....
2
1.2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop «««««««««.. 2 1.2.2 Pengenalan Sel«««««««««««««««««««« 2 1.2.3 Pengamatan Tumbuhan «««««««««««««««« . 2 1.2.4 Pengamatan Hewan«««««««««««««««««« 3 1.2.5 Memahami Konsep Hukum Mendel «««««««««««. 3 1.2.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan «........«««««««« 3 1.2.7 Pengamatan Fotosintesis «««««««««««««««. .3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop ««««««««««««.... 4 2.1.1 Sejarah Mikroskop ««««««««««««««««««« . 4 2.1.2 Jenis-Jenis Mikroskop «««««««««««««««« ..«...5 2.1.3 Bagian-Bagian dan Fungsi Komponen Mikroskop «««««« ..«7 2.1. 4 Sifat Lensa pada Mikroskop «««««««««««««««....8 2.2 Pengamatan Sel ««««««««««««««««««««««. .....9 2.2.1 Pengertian Sel ««««««««««««««««««............. .9 2.2.2 Sel Hewan ««««««««««««««««««««««..10 2.2.3 Sel Tumbuhan ««««««««««««...«««««««... .10 2.2.4 Organel-Organel Sel ««««««««««««««««««...12 2.3 Pengamatan Tumbuhan «««««««««««««««««««« 13 2.3.1 Tumbuhan Monokotil ««««««««««««««««««...13 2.3.2 Tumbuhan Dikotil «««««««««««««««««««...13 2.3.3 Organ-Organ Tumbuhan
«««««««««««««... «««..13
2.3.4 Reproduksi pada Tumbuhan
««««««««««««««... «14
2.4 Pengamatan Hewan ««««««««««««««««««««......14
2.4.1 Klasifikasi Katak (Taksonom Amphibi) «««««««««««.14 2.4.2 Hewan Berdarah Dingin 2.4.3 Hewan Berdarah Panas
«««««««««««««««««.15
«««««««««««««««««...15
2.4.4 Sistem Pencernaan Hewan ««««««««««««««««..15 2.4.5 Sistem Reproduksi Hewan ««««««««««««««««..16 2.5 Memahami Konsep Hukum Mendel 2.5.1 Hukum Mendel
««««««««««««««« 16
««««««««««««««««««««« 16
2.5.2 Sifat Dominan dan Resesif «««««««««««««««......20 2.5.3 Sifat Intermediet ««««««««««««««««««««..20 2.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan
«««««««««««««««.21
2.6.1 Pengertian Transpirasi ««««««««««««««««««.21 2.6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Transpirasi ««««..........21 2.7 Pengamatan Fotosintesis ««««««...««««««««««««...21 2.7.1 Pengertian Fotosintesis ««««««««««««««««««.21 2.7.2 Percobaan Sachs
««««««««««««««««««« ......22
2.7.3 Larutan Indicator ««««««««««««««««««««.22 III. METODE PRAKTEK
3.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop 3.1.1 Waktu dan Tempat
«««««««««««««.23
«««««««««««««««««««..23
3.1.2 Bahan dan Alat «««««««««««««««««««««.23 3.1.3 Cara Kerja
«««««««««««««««««... «««««23
3.2 Pengamatan Sel ««««««««««««««««««««««« 25 3.2.1 Waktu dan Tempat
««««««««««««««««««« ..25
3.2.2 Bahan dan Alat «««««««««««««««««««««.25 3.2.3 Cara Kerja
«««««««««««««««««««««« ...25
3.3 Pengamatan Tumbuhan
««««««««««««««««««« ...28
3.3.1 Waktu dan Tempat 3.3.2 Bahan dan Alat 3.3.3 Cara Kerja
««««««««««««««««««« ..28
«««««««««««««««««««« ...28
«««««««««««««««««««««« ...29
3.4 Pengamatan Hewan ««««««««««««««««««««« ..30 3.4.1 Waktu dan Tempat ««««««««««««««««..«........30 3.4.2 Bahan dan Alat 3.4.3 Cara Kerja
««««««««««««««««««« ........30
«««««««««««««««««««««.......31
3.5 Memahami Konsep Hukum Mendel «««««««««««««««.32
3.5.1 Waktu dan Tempat 3.5.2 Bahan dan Alat 3.5.3 Cara Kerja
««««««««««««««««««« ..32
««««««««««««««««««««« 33
«««««««««««««««««««««« ...33
3.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan «««««««««««««««.34 3.6.1 Waktu dan Tempat 3.6.2 Bahan dan Alat 3.6.3 Cara Kerja
«««««««««««««««««««..34
«««««««««««««««««««« ....34
«««««««««««««««««««««« ...34
3.7 Pengamatan Fotosintesis «««««««««««««««««««..35 3.7.1 Waktu dan Tempat 3.7.2 Bahan dan Alat 3.7.3 Cara Kerja
««««««««««««««««««« ..35
««««««««««««««««««««« 35
«««««««««««««««««««««« ...36
IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
««««««««««««.....37
4.1.1 Hasil «««««««««««««««««««««««« ...........37 4.1.2 Pembahasan
«««««««««««««««««««««...........39
4.2 Pengamatan Sel
««««««««««««««««««««««« .42
4.2.1 Hasil «««««««««««««««««««««««« .......... 42
04.2.2 Pembahasan «««««««««««««««««««««««.45 4.3 Pengamatan Tumbuhan
«««««««««««««««««««« 48
4.3.1 Hasil ««««««««««««««««««««««««« 55 4.3.2 Pembahasan «««««««««««««««««««««« 56 4.4 Pengamatan Hewan
«««««««««««««««««««« .....67
4.4.1 Hasil ««««««««««««««««««««««««« 67 4.4.2 Pembahasan «««««««««««««««««««««« 70 4.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
««««««««««««««...75
4.5.1 Hasil «««««««««««««««««««««««« ...75 4.5.2 Pembahasan «««««««««««««««««««««« 76 4.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan
««««««««««««««« 77
4.6.1 Hasil «««««««««««««««««««««««.......77 4.6.2 Pembahasan «««««««««««««««««««««« 80 4.7 Pengamatan Fotosintesis«««««««««««««««««««..82 4.7.1 Hasil «««««««««««««««««««««««« ...82 4.7.2 Pembahasan «««««««««««««««««««««« 83
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan «««««««««««««««««««««««..86 5.1.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop «««««««««.....86 5.1.2 Pengamatan Sel «««««««««««««««««««« 87 5.1.3 Pengamatan Tumbuhan ««««««««««««««««« .87 5.1.4 Pengamatan Hewan«««««««««««««««««« ..89 5.1.5 Memahami Konsep Hukum Mendel ««««««««««««.90 5.1.6 Pengamatan Transpirasi ««««««««««««««««...91 5.1.7 Pengamatan Fotosintesis ««««««««««««««««...91 5.2 Saran ««««««««««««««««««««««««««« 92 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENYUSUN