LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
PLASMOLISIS
Disusun oleh : Eugenia Septhariani XI IPA 1 / 6
SMA SANTA URSULA Jalan Pos No. 2 Jakarta 10010 2010
Tanggal praktikum : Jumat, 13 Agustus 2010 Nama : Eugenia Septhariani Kelas : XI IPA 1 / 6 Rekan kerja : Elizabeth Ivana
PLASMOLISIS I.
Tujuan Mengamati adanya plasmolisis pada sel daun Rhoeo discolor.
II. Teori
Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membran plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan garam lebih dari 1%). Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel, sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar-masuk suatu zat. Adanya sirkulasi ini menjelaskan bahwa sel dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan materi dari luar maka sel harus mengambil materi itu dengan segala cara, misalnya dengan mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar bisa masuk. Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel. Sehingga dapat terjadi cytorrhysis – runtuhnya dinding sel. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik.
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi ataupun larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis.
III.
Alat dan Bahan
Alat :
1. Mikroskop (BIO-MIKI-0708-00002) 2. Object glass (kaca objek) 3. Cover glass (kaca penutup)
4. Silet 5. Pinset 6. Pipet tetes
7. Tisu 8. Lap
Bahan : 9. Daun Adam dan Hawa (Rhoeo discolor)
10. Alkohol 70% 11. Air 12. Larutan garam
IV.
Langkah
1. Cuci semua alat yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%. 2. Sayat permukaan daun Rhoeo discolor yang berwarna ungu setipis-tipisnya
dengan menggunakan silet. 3. Pindahkan sayatan daun dengan menggunakan pinset ke object glass. 4. Tambahkan setetes air di atas sayatan daun Rhoeo discolor dengan
menggunakan pipet tetes. 5. Tutup sayatan daun Rhoeo discolor dengan cover glass, usahakan agar tidak
terbentuk gelembung udara (tutup dengan arah 45o object glass). 6. Taruh preparat di bawah mikroskop. Amati dan gambarkan hasilnya. 7. Dengan tidak mengubah posisi preparat, ganti medium dengan cara
meneteskan larutan garam pada salah satu sisi cover glass dan isap dengan menggunakan tisu pada sisi yang berlawanan. 8. Amati daun Rhoeo discolor ketika diteteskan dengan larutan garam.
Gambarkan hasilnya. 9. Ulangi langkah nomor 6, kali ini teteskan kembali dengan air. 10. Amati daun Rhoeo discolor ketika diteteskan dengan air dan gambarkan
hasilnya.
V. Hasil Pengamatan
Medium Air
Gambar
Keterangan Lensa 10/0.25/60
objektif
Sel daun Rhoeo discolor dalam keadaan normal
Larutan garam
Lensa 10/0.25/60
objektif
Sitoplasma mengkerut sehingga terlihat seperti pecah dan keluar dari dinding sel.
Air
Lensa 10/0.65/160
objektif
Sitoplasma berwarna ungu kembali ke bentuk semula tetapi warna ungunya hanya berada pada bagian pinggir dinding sel saja.
VI.
Analisis
Dari hasil percobaan di atas, daun Rhoeo discolor telah mengalami plasmolisis, yakni peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membran plasma dari dinding sel tumbuhan jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik (larutan garam lebih dari 1%). Pada saat diteteskan air, kondisi sel daun Rhoeo discolor dalam keadaan normal, terlihat bagian-bagian sel berbentuk rongga segi enam dengan sitoplasma berwarna ungu memenuhi dinding sel. Air yang diteteskan membentuk lingkungan isotonik baik di dalam maupun di luar sel, sehingga bentuk sel normal. Pada saat larutan garam diteteskan di atas sayatan daun Rhoeo discolor, lingkungan yang terbentuk di luar sel-sel daun adalah hipertonik, dan hipotonik pada bagian dalam sel. Sesuai dengan prinsip osmosis, yakni perpindahan pelarut melalui selaput semi-permeabel dari konsentrasi pelarut
tinggi (hipotonik) menuju konsentrasi rendah (hipertonik), air akan mengalir keluar dari vakuola menuju luar sel karena adanya tekanan osmosis. Akibatnya sel daun Rhoeo discolor kehilangan air sehingga sitoplasma yang berwarna ungu mengkerut dan menjauhi dinding sel seolah-olah keluar dan pecah dari sel. Lama-kelamaan sitoplasma memudar menjadi bercakbercak berwarna ungu. Hal ini terjadi karena larutan garam yang diteteskan berperan sebagai larutan hipertonik, yakni larutan yang konsentrasinya lebih rendah daripada cairan di dalam sel. Sedangkan air pada sel daun Rhoeo discolor berperan sebagai hipotonik. Kondisi mengkerutnya sitoplasma dan menjauhi dinding sel ini ternyata bisa dikembalikan setelah meneteskan kembali air di atas sayatan daun Rhoeo discolor. Dengan meneteskan air, maka kita telah membuat kondisi luar sel hipotonik sehingga air bisa memasuki sel sesuai prinsip osmosis. Akan tetapi, walaupun sitoplasma kembali memasuki dinding sel, tetapi sitoplasma tidak sepenuhnya memenuhi dinding sel. Sitoplasma hanya berada pada bagian pinggir dinding sel. Diduga hal ini disebabkan karena penyedotan larutan garam dengan tisu yang kurang benar sehingga masih tersisa larutan garam yang bersifat hipertonik.
VII. Kesimpulan
Plasmolisis dapat terjadi apabila sel tumbuhan diletakkan di lingkungan hipertonik (larutan garam) sehingga air akan keluar dari dalam vakuola karena tekanan osmosis, membuat sitoplasmanya mengerut dan membran plasma lepas dari dinding sel. Kondisi ini bisa dikembalikan ke semula dengan memberikan air yang berperan sebagai larutan hipotonik.
VIII. Bagian-bagian mikroskop
FUNGSI BAGIAN-BAGIAN MIKROSKOP
1. Lensa okuler Fungsi : Memperbesar benda yang dibentuk oleh lensa objektif
2. Tubus / tabung mikroskop Fungsi : Meneruskan cahaya dari lensa objektif ke lensa okuler
3. Tombol pengatur fokus kasar (makrometer) Fungsi : Mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga tabung mikroskop turun atau naik dengan cepat
4. Tombol pengatur fokus halus (mikrometer) Fungsi : Mencari fokus bayangan objek secara lambat, sehingga tabung mikroskop turun atau naik dengan lambat
5. Revolver Fungsi : Memilih lensa objektif yang akan digunakan
6. Lensa objektif Fungsi : Menentukan bayangan objektif serta memperbesar benda yang diamati. Umumnya ada 3 lensa objektif dengan pembesaran 4x, 10x dan 40x
7. Lengan mikroskop Fungsi : Pegangan saat membawa mikroskop
8. Meja preparat Fungsi : Meletakkan benda (objek) yang akan diamati
9. Penjepit object glass
Fungsi : Menjepit preparat di atas meja preparat agar preparat tidak bergeser
10. Kondensor Fungsi : Lensa tambahan untuk mengumpulkan cahaya yang masuk ke dalam mikroskop
11. Diafragma Fungsi : Mengatur banyak-sedikitnya cahaya yang akan masuk mikroskop
12. Reflektor / cermin
Fungsi : Memantulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam mikroskop
13. Kaki mikroskop Fungsi : Menjaga mikroskop agar dapat berdiri dengan mantap di atas meja
IX.
Daftar Pustaka
www.wikipedia.com/plasmolisis www.biologigonzaga.blogspot.com www.gurungeblog.wordpress.com/2008/11/08/mengenal-mikroskop/ www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=403&fname=materi02.html Aryulina, Diah, Ph. D., dkk. 2007. Biologi SMA dan MA untuk kelas XI, Jakarta : ESIS