LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR STOIKIOMETRI JURNAL
Oleh : Nama NRP Kelompok Meja Tanggal Percobaan Asisten
: Dea Nugraha : 103020050 : III (Tiga) : 2 (Dua) : 26 Oktober 2010 : Rika Ayustika
LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2010
Jurnal Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”
STOIKIOMETRI
ABSTRACT Chemistry is the scince-based experiment, making it easy to write the formula of a compound. Continous variation is metode use for easy to study Stoikiometri. Stoikiometri comes from yunani, stoicheion (element) and metrein (measure), mean “measure elements. The greek understanding the element in this case particels of atom, ions, molecules or electrons contained in the elements or compounds involved in chemical reaction. Purpose of this experiment was to deteriment the outcome of chemical reactions from experimental.Then, to other thar experiment can be easy write the metode. Principal of the experiment is based on continous variation method in which this method can be used to predict the stoichiometry.
PENDAHULUAN Latar Belakang Ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan percobaan, sehingga mudah menuliskan rumus dari suatu rumus senyawa. Variasi kontinyu adalah metode untuk memudahkan belajar stiokiometri. Stoikiometri berasal dari bahasa yunani, stoicheion (unsur) dan metrein (mengukur), berarti “mengukur unsur-unsur”. Pengertian unsur -unsur dalam hal ini adalah partikel-partikel atom, ion, molekul, atau elektron yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetukan hasil reaksi kimia dari percobaan. Selain itu, agar praktikan dapat dengan mudah menuliskan rumus dari suatu senyawa dan mempelajari stoikiometri. Prinsip Percobaan Berdasarkan metode variasi kontinyu, dimana dalam metode ini dilakukan sederet pengamanatan kwantitas molar totalnya sama. Tapi masing-masing kwantitas pereaksi berubah-rubah. Salah satu sifat fisika dipilih diperiksa seperti : massa, volume, suhu dan daya serap. Oleh karena itu kwantitas pereaksi berlainan, perubahan
harga sifat fisika dari sistem ini dapat digunakan untuk meramalkan stoikiometri. Ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan percobaan, dengan mempelajari ilmu kimi seorang dapat menuliskan rumus dari suatu senyawa kimia misalnya barium sulfat (BaSO 4), perak klorida (AgCl), perak khromat (AgCrO4). TINJAUAN PUSTAKA Hukum-Hukum Dasar Kimia Ada lima hukum dasar dalam perhitungan kimia, yaitu Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier), Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust), Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton), Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac), dan Hukum Avogadro. Hukum Lavoisier atau Hukum Kekekalan Massa yang berbunyi “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Pada tahun 1785, Antoine Lavoisier menemukan fakta bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi perubahan massa zat. Massa zat sebelum dan sesudah reaksi yang ditimbang secara teliti setiap eksperimennya, menghasilkan massa zat yang selalu tetap. Hukum Boyle berbunyi “ Gas dengan massa tertentu maka hasil kali
Jurnal Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”
volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam Kelvin adalah tetap”. Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Proust berbunyi : “Perbandingan massa unsur -unsur dalam setiap senyawa selalu tetap”. Hukum Perbandingan Berganda atau Hukum Dalton berbunyi “Jika dua unsur membentuk dua macam senyawa atau lebih, untuk massa salah satu unsur yang sama banyaknya, massa unsur kedua dalam senyawa-senyawa itu akan berbanding sebagai bulat dan sederhana. Hukum Perbandingan Volume atau Hukum Gay-Lussac berbunyi “Volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama, berbanding sebagai bilangan- bilangan bulat dan sederhana”. Hukum Avogadro berbunyi “Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama”. Konsep Mol Untuk menyederhanakan jumlah partikel digunakan konsep mol. Mol menyatakan satuan jumlah zat. Satuan jumlah zat ini sama halnya dengan penyederhanaan jumlah suatu barang. Penyederhanaan ini perlu dilakukan karena proses kimia yang berlangsung dalam kehidupan sehai-hari melibatkan kesimpulan partikel sangat kecil yang jumlahnya sangat besar. 1 mol zat 23 mengandung 6,02 x 10 partikel. 6,02 x 23 10 adalah bilangan avogadro. Persamaan Reaksi Persamaan Reaksi merupakan suatu cara untuk menerangkan reaksi atau proses kimia. Sehubungan dengan persamaan reaksi, kita mengenal adanya koefisien, yaitu angka didepan rumus pada persamaan reaksi yang menunjukan perbandingan jumlah mol zat. Bila gas berwujud gas, maka
koefisien juga perbandingan volume.
menunjukan
Sistem Konsentrasi Sistem Konsentrasi digunakan untuk menghitung jumlah zat dalam suatu larutan berdasarkan konsentrasi analitik. Sistem konsentrasi ini terdiri atas : a.
Molaritas Kemolaran (molaritas) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter (dm3) larutan. M = mol zat terlarut = mol zat terlarut Volume larutan (L) ml (larutan) Sistem ini didasarkan pada volume larutan dan digunakan dalam prosedur laboratorium yang jumlahnya diukur. Molaritas larutan (M) = N/V, dimana n = gram/BM b. Molalitas Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap 1000 gram pelarut. m = mol zat pelarut Massa zat pelarut (kg) atau m = massa zat terlarut x 1000 gram Mr massa pelarut(gram) c.
Persen Berat Persen Berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam setiap 100 gram larutan. % zat X = massa zat terlarut (g) x 100% Massa larutan (g) Pada sistem ini memperinci jumlah gram solut per 100 gram larutan. d.
ppm ( part per milion) Sistem ini menyatakan bagian suatu komponen dalam satu juta bagian suatu campuran.
Jurnal Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”
Rumus Empiris Rumus Empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan perbandingan atom-atom dari berbagai unsur dalam senyawa. Dalam perhitungannya yaitu setelah susunan suatu senyawa ditentukan secara eksperimen, senyawa tersebut bersamsam dengan bobot-bobot atom yang diketahui, kemudian dapat digunakan untuk menghitung angka banding tersederhana dari atom-atom dalam senyawa itu dan dengan demikian rumus empirisnya.
20 ml CuSO4 2 M
10 ml NaOH 2 M
25 ml CuSO4 2 M
5 ml NaOH 2 M
Sistem NaOH – HCl
METODE PERCOBAAN Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam stokiometri adalah NaOH 1 M, HCl 1 M, dan CuSO 4 2 M. Alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan adalah gelas kimia, termometer. pipet tetes, pipet hisap. dan botol aquadest.
5 ml NaOH 1 M
25 ml HCl 1 M
10 ml NaOH 1 M
20 ml HCl 1 M
15 ml NaOH 1 M
15 ml HCl 1 M
20 ml NaOH 1 M
20 ml HCl 1 M
25 ml NaOH 1 M
25 ml HCl 1 M
Prosedur Percobaan Sistem CuSO4 - NaOH
5 ml CuSO4 2 M
10 ml CuSO4 2 M
25 ml NaOH 2 M
20 ml NaOH 2 M
15 ml CuSO4 2 M 15 ml NaOH 2 M
Jurnal Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 6
Hasil Pengamatan
Titik Maksimum
5 4
Tabel 1. Hasil Pengamatan Larutan CuSO4 dan NaOH
3
Titik Minimum
Mmol CuSO4
Mmol NaOH
2,7
10
50
0,2
1
28
2,7
20
40
0,5
0
26
30
4
30
30
1
10
26
29
3
40
20
2
5
25,5
27
1,5
50
10
5
Vmol CuSO4
Vmol NaOH
Tmula
Takhir
5
25
25,2
28
10
20
25,2
15
15
20 25
5
2
2 1
0.5
0.2 4
5
6
4
7.5
Grafik 2. Sistem NaOH + HCl. Berdasarkan data dari grafik diatas maka: Titik maksimum ( 5 , 7,5 ) Titik minimum ( 0,2 , 4 ).
(Sumber : Meja 8, Kelompok 3, 2010)
6
Titik Maksimum
5
5
4 3 2
2
2
1
1
Titik Minimum
0.5
0 2.75
2.75
4
3
1.5
Grafik 1. Sistem CuSO4 + NaOH. Berdasarkan data dari grafik diatas maka: Titik maksimum ( 1 , 4 ) dan titik minimum ( 5 , 1,5 ). Tabel 2. Hasil Pengamatan Larutan NaOH dan HCl Vmol NaOH
mmol NaOH
mmol HCl
4
5
25
0,2
32
5
10
20
0,5
27
33
6
15
15
1
10
27
31
4
20
10
2
5
26,5
34
7,5
25
5
5
Vmol HCl
Tmula
T akhir
5
25
26
30
10
20
27
15
15
20 25
(Sumber : Meja 3, Kelompok 3, 2010)
Pembahasan Berdasarkan hasil diatas, perubahan yang menjadi faktor utama adalah perubahan suhu yang digunakan untuk menentukan stoikiometri dari larutan tersebut. Data yang didapatkan, dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara perubahan temperatur dengan mmol CuSO4 /mmol NaOH atau perubahan suhu dengan mmol NaOH/mmol HCl. Dari grafik tersebut dapat dilihat adanya perubahan konsentrasi dan jumlah dari suatu larutan bisa mempengaruhi perubahan temperatur suatu larutan. Sehingga dapat diketahui pada suhu dan mmol berapa yang menjadi titik minimum dan maksimum stoikiometri. Titik maksimum adalah titik maksimal yang dicapai pada angka yang dihasilkan dari suatu larutan dengan perbandingan suhu dan kuantitas molar pereaksinya sedangkan titik minimum adalah titik terendah yang dicapai pada angka yang dihasilkan dalam tabel. Terlihat dalam grafik sumbu x yaitu pembagian dari mmol kedua larutan yang dipakai sedangkan sumbu y yaitu selisih antara Takhir dikurangi Tmula.
Jurnal Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”
Grafik 1. Sistem CuSO4 + NaOH. Berdasarkan data dari grafik diatas maka: Titik maksimum ( 1 , 4 ) dan titik minimum ( 5 , 1,5 ). Grafik 2. Sistem NaOH + HCl. Berdasarkan data dari grafik diatas maka: Titik maksimum ( 5 , 7,5 ) Titik minimum ( 0,2 , 4 ). Dalam percobaan pertama dapat dituliskan persamaan reaksi : CuSO4 + NaOH Ca(OH)2 + NaSO4 dan pada reaksi tersebut menghasilkan karena merupakan reaksi pengendapan dan Cu tidak bercampur dengan SO 4, pada percobaan kedua dapat dituliskan persamaan reaksi : NaOH + HCl NaCl + H2O Stoikiometri dapat diaplikasikan dalam bidang pangan dalam pembuatan tape dan menentukan kadar kalori, vitamin, lemak, mineral dengan perhitungan suhu stoikiometri. Faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu pada saat pengukuran suhu menggunakan termometer misalnya memegang termometer tidak memegang talinya sehingga suhu yang diukur adalah suhu badan kita sendiri. Selain itu termometer menempel pada dinding gelas kimia. Kemudian kesalahan lainnya misalnya pada saat perhitungan, salah menggunakan rumus atau tidak teliti.
Saran Dalam penentuan perhitungan suatu larutan ataupun persamaan reaksi praktikan seharusnya perlu mengingat hubungan antara mol, massa, volume, jumlah partikel, dan konsentrasi agar mudah dalam perhitungan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2010), http//www.wikipedia.co.id, Reaksi Kimia, Accesed : 25 Oktober 2010. Keenan, Kleinfelter, Wood, (1998), Kimia Untuk Universitas, Erlangga. Jakarta. Resparti. (1992). Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Jakarta : Rineaka Cipta Tim Penyusun, (2010), Penuntun Praktikum Kimia Dasar, Universitas Pasundan. Bandung.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari percobaan ini bahwa campuran larutan bervariasi namun, sebelum dicampurkan sudah dihitung masing-masing. Pada percobaan NaOH dan HCl didapat titik minimumnya (0,2, 4) dan titik maksimum stoikiometri (5, 7,5). Pada percobaan CuSO4 dengan NaOH didapat titik minimumnya (5, 1,5) dan titik maksimum stoikiometri (1, 4). LAMPIRAN
Jurnal Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”
Lampiran Tabel dan Grafik Mmol NaOH 50
2,7
Mmol CuSO4 10
28
2,7
20
40
0,5
26
30
4
30
30
1
10
26
29
3
40
20
2
5
25,5
27
1,5
50
10
5
Vmol CuSO4 5
Vmol NaOH 25
Tmula
Takhir
25,2
28
10
20
25,2
15
15
20 25
0,2
(Sumber : Meja 8, Kelompok 3, 2010)
6
Titik Maksimum
5
4
2
2
2
1
0.5
0 2.75
2.75
4
Titik Minimum 3
1.5
Grafik 1. Sistem CuSO4 + NaOH. Berdasarkan data dari grafik diatas maka: Titik maksimum ( 1 , 4 ) Titik minimum ( 5 , 1,5 ).
Vmol NaOH 5
Vmol HCl 25
Tmula
T akhir
mmol NaOH
mmol HCl
26
30
4
5
25
0,2
10
20
27
32
5
10
20
0,5
15
15
27
33
6
15
15
1
20
10
27
31
4
20
10
2
25
5
26,5
34
7, 5
25
5
5
(Sumber : Meja 3, Kelompok 3, 2010)
Jurnal Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”
6
Titik Maksimum 4
2
Titik Minimum
0 4
5
6
4
7.5
Grafik 2. Sistem NaOH + HCl Berdasarkan data dari grafik diatas maka: Titik maksimum ( 5 , 7,5 ) Titik minimum ( 0,2 , 4 ).
Lampiran Perhitungan 1. Hitungan TM T NaOH + T CuSO4 2 a. 25,5 + 25,5 = 25,5 2 b . 25,25 + 25,5 = 25,5 2 c. 26 + 26 = 26 2 d. . 26 + 26 = 26 2 e. 25,5 + 25,5 = 25,5 2 2. Hitungan pada larutan antara NaOH 1 M dengan CuSO 4 2 M : T = TA – TM a. 28 – 25,5 = 2,5 b. 28 – 25,5 = 2,5 c. 30 - 26 = 4 d. 29 – 26 = 3 e. 27 – 25,5 = 2,5 3. Perhitungan mmol NaOH dan mmol CuSO 4. mmol = M x V mmol NaOH a. n = 2 x 25 = 50 b. n = 2 x 20 = 40 c. n = 2 x 15 = 30 d. n = 2 x 10 = 20 e. n =2 x 5 = 10 mmol CuSO4
Jurnal Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”
f. g. h. i. j.
n = 2 x 5 = 10 n = 2 x 10 = 20 n = 2 x 15 = 30 n = 2 x 20 = 40 n = 2 x 25 = 50
4. Perhitungan mmol CuSO4 mmol NaOH a. 10 mmol = 0,2 mmol 50 mmol b. 20 mmol = 0,2 mmol 40 mmol c. 30 mmol = 1 mmol 30 mol d. 40 mmol = 2 mmol 20 mol e. 50 mmol = 5 mmol 10 mmol 5. 5. Hitungan TM T NaOH + T HCl 2 a. 26 + 26 = 26 2 b. 27 + 27 = 27 2 c. 27 + 27 = 27 2 d. 27 + 27 = 27 2 e. 26 + 27 = 26,5 2 6. Hitungan T pada larutan antara NaOH dengan HCl : T = TA – TM a. 30 -26 = 4 b. 32 – 27 = 5 c. 33 – 27 = 6 d. 31 – 27 = 4 e. 34 – 26,5 = 7,5 7. Perhitungan mmol NaOH dan HCl Mmol = M x V Mmol NaOH a. n = 1 x 5 = 5 b. n = 1 x 10 = 10 c. n = 1 x 15 = 15 d. n = 1 x 20 = 20 e. n = 1 x 25 = 25 mmol HCL f. n = 1 x 25 = 25 g. n = 1 x 20 = 20
Jurnal Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”
h. n = 1 x 15 = 15 i. n = 1 x 10 = 10 j. n = 1 x 5 = 5 8. Perhitungan mmol NaOH mmol HCl a. 5 mmol = 0,2 mmol 25 mmol b. 10 mmol = 0,2 mmol 20 mmol c. 15 mmol = 1 mmol 15 mmol d. 40 mmol = 2 mmol 20 mmol e. 50 mmol = 5 mmol 10 mmol