BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM) sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) terikat oleh kebijakan pedidikan nasional dibidang kurikulum. Kebijakan kurikulum baru untuk LPTK mensyaratkan bahwa institusi pendidikan harus menetapkan profil lulusan. Profil lulusan tersebut akan menentukan rumusan capaian pembelajaran ( Learning Learning outcome). outcome ). Penetapan capaian pembelajaran harus mengacu pada market signal dan standar kompetensi. Standar kompetensi bagi lulusan haruslah sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kulaifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka capaian pengembangan keahlian sesuai dengan strata keahlian profesi, yaitu guru pertama, guru muda, muda, guru madya, dan guru guru utama. Pasal 1 ayat (1) PP No.74/2008 tentang guru, menyatakan bahwa guru adalah
pendidik
profesional
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal formal di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Sejalan dengan pernyataan itu, seorang guru harus memiliki kompetensi yang diharapkan, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Kompetensi ini disiapkan melalui pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Bersamaan dengan magang 1 yang di lakukan di SMP DIPONEGORO BATU, mengingat peran penting yang dimiliki oleh laboratorium sebagai sarana pembelajaran, maka dipandang perlu untuk dilakukan observasi berkenaan dengan keefektifan
pemanfaatan
laboratorium
pada
pembelajaran
IPA
di
SMP
DIPONEGORO BATU terutama jika ditinjau dari kemampuan guru, kelengkapan sarana prasarana laboratorium dalam mendukung pemanfaatan pembelajaran serta teknis pengelolaan laboratorium IPA di tingkat Sekolah Sekolah Menengah Pertama dengan melihat aspek penerimaan/sikap siswa terhadap pembelajaran IPA menggunakan laboratorium.
1
B. Tujuan Observasi Adapun tujuan dari pelaksanaan observasi laboratorium IPA di SMP Diponegoro Junrejo Batu adalah untuk menjelaskan hal-hal sebagi berikut: 1.
Mengidentifikasi standar Mengidentifikasi standar desain laboratorium IPA di SMP Diponegoro Batu
2.
Mengetahui susunan Mengetahui susunan organisasi laboratorium IPA di SMP Diponegoro Batu
3.
Mengidentifikasi administrasi Mengidentifikasi administrasi laboratorium IPA di SMP Diponegoro Batu
4.
Mengetahui sistem keamanan dan keselamatan kerja serta tata tertib di laboratorium IPA di SMP Diponegoro Batu
C. Manfaat Observasi Dengan adanya observasi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih luas kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa/i agar lebih memahami bagaimana pengelolaan, manajemen laboratorium di sekolah sehingga dalam proses belajar mengajar di laboratorium berjalan ber jalan dengan efisien dan lancar.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Laboratorium Menurut Kertiasa (2006: 1) laboratorium adalah tempat bekerja untuk mengadakan percobaan atau penyelidikan dalam bidang ilmu tertentu seperti fisika, kimia, biologi dan sebagainya. Dalam pengertian terbatas laboratorium adalah suatu ruangan tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan, tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka, misalnya kebun (Depdikbud, 1995: 7). Laboratorium di sekolah menengah dapat dikategorikan sebagai laboratorium dasar dan laboratorium pengembangan. Dalam pengelolaan laboratorium, beberapa persyaratan umum mengenai disain laboratorium da n teknis manajemennya untuk madrasah aliyah mengacu pada Panduan Teknis Pengelolaan Laboratorium Kimia dari Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam (2002) dan sesuai dengan Pedoman Pendayagunaan Laboratorium dan Alat Pendidikan IPA Departemen Pendidikan Nasional (1995). Pengelolaan laboratorium ini meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi serta beberapa persyaratan tata letak, kelengkapan sarana dan administrasi yang harus dipenuhi. Laboratorium merupakan wahana yang tepat untuk mengembangkan kerja ilmiah. Secara umum proses (kerja ilmiah) yang dilakukan fisikawan mencakup langkah sebagai berikut: (1) mengamati gejala yang ada (eksplorasi pustaka); (2) mengajukan pertanyaan mengapa gejala itu terjadi (merumuskan masalah); (3) membuat hipotesis untuk menjawab persoalan yang diajukan atau menjelaskan alasannya; (4) merencanakan suatu eksperimen dan melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis; (5) menarik kesimpulan apakah hipotesisnya benar atau tidak berdasarkan eksperimen yang dilakukan (Suparno, (Suparno, 2006). Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keil muwan
3
tertentu dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Bahan laboratorium adalah segala sesuatu yang diolah/digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam sekala terbatas. Bahan dikategorikan menjadi dua, yaitu: bahan khusus dan bahan umum. Bahan khusus adalah bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus. Sedangkan bahan umum adalah bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaran khusus (Peraturan bersama MENPENNAS dan Kepala BKN No. 02/V/PB 2010 No. 13 tahun 2013.) Mengingat peran penting yang dimiliki oleh laboratorium sebagai sarana pembelajaran, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian berkenaan keefektifan
pemanfaatan
laboratorium
pada
pembelajaran
IPA
di
SMP
DIPONEGORO BATU terutama jika ditinjau dari kemampuan guru, kelengkapan sarana prasarana laboratorium dalam mendukung pemanfaatan pembelajaran serta teknis pengelolaan laboratorium. B. Jenis-Jenis Laboratorium Menurut Pengebangan Pendidikan UGM dalam (Hachette, 1989): Secara konvensional laboratorium sekurang-kurangnya dapat dibagi menjadi tiga kate gori yaitu: 1.
Tempat yang diatur dan dilengkapi dengan peralatan untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan ilmiah (scientific) atau teknik, misalnya laboratorium Fisika, laboratorium Kimia, atau laboratorium Fotografi. 2.
Laboratorium Bahasa, yaitu tempat yang khusus diatur untuk pembelajaran
khusus bahasa asing dengan bantuan audio- visual. 3.
Laboratorium Ruang Angkasa yang dipergunakan untuk merealisasikan
percobaan-percobaan ilmu pengetahuan tentang ruang angkasa.
C. Fungsi dan Peranan Laboratorium IPA Dalam proses belajar mengajar IPA, laboratorium dapat difungsikan sebagai tempat: a) menemukan masalah, b) memecahkan masalah, c) memeperdalam pengertian suatu fakta, d) menemukan berbagai pengertian atau fakta, e) melatih
4
kebiasaan dan keterampilan ilmiah, dan f) mendididk anak menjadi cermat, kritis dan cekatan (Sidharta, A. dkk. 2007). Dalam Peraturan Pemerintah No. 5 / 1980 Pasal 29 disebutkan bahwa laboratorium
berfungsi
untuk
mempersiapkan
sarana
penunjang
untuk
melaksanakan pendidikan, pengajaran, dan penelitian dalam satu atau sebagian cabang ilmu, teknologi, atau seni tertentu sesuai dengan bidang studi yang bersangkutan. Selanjutnya Amien (dalam Tarmizi, 2005) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium adalah sebagai tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan
(informasi),
menentukan
hubungan
sebabakibat
(causalitas),
membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomenafenomena tertentu, membuat hukum atau dalil dari suatu fenomena apabila sudah dibuktikan kebenarannya, keterampilan,
mempraktekkan memberikan
sesuatu
latihan,
yang
diketahui,
menggunakan
metode
mengembangkan ilmiah
dalam
memecahkan problem dan untuk melaksanakan penelitian perorangan (individual research). Kesemua fungsi penggunaan laboratorium tersebut hanya dapat terwujud apabila kegiatan praktikum dipersiapkan, dirancang, dan dikelola sedemikian rupa sehingga lab benar-benar menjadi sarana penunjang keberhasilan proses pembelajaran sejalan dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tanpa ada manajemen yang baik terhadap lab yang dimiliki, maka semua fasilitas lab tidak akan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, bahkan dapat mengacaukan perhatian peserta didik, terjadi pemborosan waktu, tenaga, biaya yang menyertai berlangsungnya praktikum (Moh. Amien, 1997 : 4). Dalam pembelajaran sains, laboratorium memiliki peranan penting yang berkaitan dalam pengamatan dan eksperimen sains ( Rahardiana, 2015 ). D. Fasilitas dan Penataan Ruang Laboratorium Menurut Kancono (2010) Tata ruang laboratorium berarti suatu tatanan komponen pengisi ruangan Laboratorium , di mana letak meja-meja, bangku, berapa renggang barang-barang tersebut berjarak dan di mana letak bak-bak cuci,
5
perlengkapan air, listrik dan gas, letak lemari, alat pengaman dan kotak P3K diletakan. Hal ini merupakan segi-segi yang harus diperhatikan dalam pengaturan tata ruang Laboratorium Kimia. Tata ruang tersebut dapat dibagi atas ruang tetap dan tata ruang tidak tetap. a. Tata Ruang Tetap Tidak ada dua sekolahpun yang memiliki lingkungan yang sama, sehingga letak laboratorium tidak bisa diseragamkan. Sebaiknya laboratorium diletakan dengan posisi arah utara – selatan karena arah demikian erat dengan banyaknya sinar matahari yang masuk dan ada sangkut pautnya dengan ventilasi cahaya alami. Proyek penyediaan Laboratorium SMU dan SMP dari Kementerian Pendidikan Nasional dalam Buku Penuntun Perencanaan Pembangunan memberikan syarat sebagai berikut : a) Laboratorium tidak terletak di atas tanah pertanian dan tidak terletak di arah angin. Hal ini untuk menghindari pencemaran udara dalam lingkungan yang lebih luas. b) Letak laboratorium mempunyai jarak yang cukup jauh terhadap sumber air. Hal ini untuk menghindari pencemaran air di lain tempat yang berhubungan. c) Laboratorium harus mempunyai saluran pembuangan air pencuci agar tidak mencemari sumber air penduduk sekitar. d) Jarak laboratorium harus cukup jauh dari bangunan lain, agar ventilasi dan penerangan alami yang optimum dapat diperoleh (jarak minimal yang disyartakan adalah 3 meter) e) Letak laboratorium mudah dikontrol dalam kompleks sekolah guna menjaga keamanan dari pencurian, kebakaran dan lain-lain. Dan pembanguanannya tidak menyerobot untuk aktivitas lain bagi kepentingan yang lebih utama dan luas. Adapun luas ruangan laboratorium bervariasi sesuai dengan macam dan jenisnya, yaitu: a) Ruangan kegiatan belajar mengajar yang berisi perabotan seperti meja, kursi almari, rak, meja demonstrasi. Luas minimum 2,5 m2 untuk tiap orang siswa, sehingga untuk tiap 50 orang siswa luas laboratorium 125 m2. bentuk ruangan
6
sedemikian rupa sehingga siswa dapat duduk tidak berdempetan dan siswa paling belakangpun dapat melihat percobaan yang didemonstrasikan guru. b) Ruangan persiapan, yaitu tempat guru dan laboran laboratorium melakukan persiapan sebelum kegiatan praktikum atau demonstrasi dilakukan. Luas lantai 20 m2 untuk laboratorium yang luasnya 100m2 sehingga tidak mengganggu kegiatan ruang lain. c) Ruangan gudang terdiri dari ruang penyimpanan alat atau perkakas dan ruang penyimpan chemicalien (bahan-bahan kimia). Luas gudang minimum 20 m2. terpisahkan ruang ini karena sering terjadi perusakan perkakas oleh terkontaminasinya zat kimia. d)
Ruangan gelap, kegunaannya untuk proses pembuatan foto atau kegiatan yang mensyaratkan bebas cahaya seperti fotografi dan sablon. Luas minimum 2,5 m2 yang disediakan untuk dua orang.
e) Ruangan timbang, ruangan ini khusus untuk menyimpan timbangan agar bebas dari pengaruh dan reaksi zat-zat/gas kimia korosif. Selain itu juga untuk menimbang zat-zat yang memerlukan kepekaan ti nggi. f) Ruangan kaca, ruangan ini disebut juga rumah kaca yang digunakan untuk praktikum biologi. Ruangan ini dibuat tersendiri memanjang dengan luas 5x15 meter. Ruangan ini untuk menyimpan dan mengamati gerak dan proses hewan dan tumbuhan. g) Ruang Asam, di dalam ruangan ini terdapat lemari asam yang berguna untuk menyimpan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat yang mudah menguap. Ruang ini dipakai pula untuk percobaan reaksi kimia zat eksplosif dan menghasilkan gas iritan (mengganggu pernapasan dan kulit). Ruangan ini dilengkapi dengan kipas angin listrik. Luas ruangan ini adalah 5 m x 1m. h) Ruang Pembimbing Praktikum, ruangan ini diperuntukan bagi para asisten praktikum untuk istirahat dan koreksi laporan. Di dalamnya terdapat buku-buku literatur praktikum. Selain itu banyak juga dilengkapi dengan sekadarnya untuk memasak air dan membuat makanan seperti
alat-alat dapur susu
bubuk
untuk menetralisir gangguan keracunan zat walaupun dalam konsentrasi kecil.
7
b. Tata Ruang Tidak Tetap Tatanan dalam ruang ini terdiri dari perabotan yang mudah dipindah pindahkan. Penempatan perabotan ini harus mempertimbangan hal-hal sebagai berikut : 1. Keamanan ; penempatan perabotan harus menghindari penyebab kecelakaan. 2.
Kemudahan; penempatan perabotan harus sedemikian rupa sehingga mudah di dapat jika diperlukan.
3. Keleluasaan; penempatan perabotan harus memungkinkan guru dan siswa untuk bebas bergerak dalam melakukan percobaan. 4. Keindahan;
penempatan
perkakas/perabotan
harus
memberikan
rasa
kenyamanan dan keindahan dan enak dipandang. 5. Kefisikaan;
penempatan perabotan/perkakas/zat harus memperhitungkan
pengaruh cahaya, listrik, dan panas. 6. Kekimiaan;
penempatan
perabotan/perkakas/zat
kimia
harus
mempertimbangkan adanya pengaruh uap/gas kimia, kelembaban, kontak korosif antarlogam dan gas/zat. 7. Kebiologian; penempatan perkakas harus memperhitungkan
kemungkinan
hidupnya tumbuhan, jamur, binatang dan lain-lain. Beberapa macam alat perlengkapan non-permanen atau berupa benda laboratorium yang dapat/mudah dipindahkan, antara lain : 1. Meja a) Meja kerja siswa, ukuran disesuaikan dengan kegunaannya, untuk praktikum kimia, tinggi meja tidak kurang dari 85 cm. Namun bila memungkinkan dilengkapi dengan meja yang digunakan untuk pengamatan sambil duduk, tinggi 70 cm dan lebar 70 cm. Meja ini dapat digeser atau dipindah-pindahkan sesuai ruangannya. b) Meja kerja guru; ukuran tinggi 90 cm dan permukaan meja 100 cm x 120 cm. Meja ini dilengkapi dengan lemari dan laci di bawahnya. c) Meja demonstrasi; diletakan di depan papan tulis dan di tempatkan di atas dasar lantai yang agak tinggi (kira-kira tinggi 20 cm), agar s emua siswa dapat melihat
8
dengan jelas suatu demonstrasi. Ukuran panjang 120 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 90 cm. Meja ini dipasang secara permanen dengan dilengkapi aliran listrik, air dan bak cuci di sampingnya. Sedangkan tebal daun meja antara 1,5 cm sampai dengan 3,0 cm. d)
Meja dinding; diletakan pada sisi dalam ruang laboratorium dan di bawah jendela. Meja ini digunakan untuk kegiatan yang menggunakan mikroskop, refraktometer, spektrometer, meletakan botol-botol zat dan akuarium. Pada jarak 2,5 atau 3 meter, dapat dipasang bak-bak dan bak cuci. Meja ini sesungguhnya permanen letaknya. Namun, ada teknik baru sehingga meja ini dapat didorong atau dipindahkan.
e) Meja tempat menimbang; meja ini khusus untuk melakukan penimbangan, alasnya datar dan tidak bergetar untuk penimbangan menggunakan neraca analitis. f) Meja khusus; meja ini disediakan khusus untuk penyimpanan gula, kopi, susu dan makanan. Hal ini perlu karena dengan persediaan ini untuk pemberiaan bantuan pada siswa yang memerlukan, untuk menjamin daya tahan fisik selama praktikum. 2. Lemari dan rak a. Lemari belajar siswa; lemari alat listrik beserta perlengkapannya, lemari pameran untuk memperlihatkan model, specimen, awetan dan lain-lain, lemari buku/tas, lemari bahan kimia/bahan lain yang segera akan digunakan, lemari untuk menyimpan bahan /alat yang akan dipakai dalam praktikum. Lemari ini terletak di ruang belajar siswa. b. Lemari di ruang kerja guru; lemari untuk menyimpan buku, map, dokumen kegiatan lab, lemari untuk menyimpan alat khusus seperti mikroskop. c. Lemari di gudang alat/zat; lemari untuk menyimpan alat yang terbuat dari besi, kayu dan plastik; lemari untuk menyimpan perkakas seperti gergaji, bor, gunting, pisau dan lain-lain.
9
3. Media pandang; meliputi papan tulis, chart, poster, sistem periodik, daftar tekanan uap, papan pengumuman, daftar piket, daftar tata tertib, gambar model, papan pesan dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan permanen yang semestinya ada dalam kesatuan laboratorium sekolah adalah : 1) Kebun Adanya kebun di lingkungan gedung laboratorium juga merupakan kelengkapan laboratorium alam dengan komponen komunitas kehidupan di dalamnya seperti tumbuhan, binatang, jamur, batu dan organisme lain yang bersangkut paut dengan kimia lingkungan secara langsung ataupun tidak langsung. Kebun sebagai media laboratorium alam disarankan memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut : a. Kebun harus dapat berfungsi sebagai laboratorium terbuka, sehingga kegiatan pengamatan kimiapun dapat dilakukan. b. Kebun harus dapat menjadi paru-paru yang mampu menetralisir pencemaran udara, dan aspek psikologis/tempat refreshing. c. Kebun dapat memberikan perasaan nyaman dan indah bagi lingkungannya. Dengan prinsip ini, kebun dapat dibuat di dekat/pinggir laboratorium atau kelas. Ragam tanaman dan isi kebun dapat disesuaikan dengan keperluan pelajaran atau apotek hidup, warung hidup dan lain-lain. Sebagai pengembangan lebih lanjut adalah adanya rumah kaca yang sebaiknya terletak menyatu dengan kebun. Kebun merupakan alternatif tempat dalam praktikum IPA dan kimia, khusunya Kimia Lingkungan untuk mengadakan penelitian hubungan beberapa variabel kimia dan kehidupan langsung yang dirasakan oleh peneliti.
10
E. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Laboratorium Organisasi pengelolaan laboratorium ini perlu dipajang di dinding laboratorium yang mudah dipandang mata dan dibaca. Hal ini agar jelas diketahui siap-siapa penanggungjawab yang membawahi dan menangani kegiatan dan keperluan
laboratorium.
Contoh
alur
penanggungjawab
atau
pengelola
laboratorium : Penanggung jawab Kepala Sekolah
.................................
Pj. Bid. Kependidikan/ Kurikulum
Pj. Bid. Keuangan/ Bendahara
.......................................
....................................
Koordinator Lab.
Kepala Lab. biologi
Kepala Lab. Kimia
Kepala Lab. Fisika
.................................
.................................
.................................
Guru Pembimbing Kelas 1
Guru Pembimbing Kelas 2
Guru Pembimbing Kelas 3
1. .............
1. .............
1. .............
Juru Lab./ laboran/ Teknisi
Analis Kimia
11
Bagian Diktat/ Buku
Pengelolaan laboratorium biologi perlu dilakukan agar laboratorium dapat berfungsi optimal. Pengelolaan laboratorium biologi meliputi kegiatan mengatur, memelihara, serta usaha-usaha menjaga keselamatan para pemakai laboratorium. Selain secara fisik laboratorium, peran guru sebagai pengelola sangat besar. Kemampuan atau kompetensi guru yang diharapkan ada adalah kemampuan manajerial dan kemampuan individual dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi segala kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran di laboratorium. Lynn dan Nixon (1985: 33)
mengatakan,
“Competencies may range f rom recall and understanding of facts and concepts, to advanced motor skill, to teaching behaviors and professional values”. Artinya, kompetensi atau kemampuan terdiri dari pengalaman dan pemahaman tentang fakta dan konsep, peningkatan keahlian, juga mengajarkan perilaku dan sikap. Sikap siswa juga turut memegang peran penting dalam berlangsungnya proses pembelajaran di laboratorium F. Kegiatan Laboratorium Ottander dan Grelsson (2006) menyatakan bahwa kegiatan lab merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran biologi dan sains. Kegiatan lab berfungsi menghubungkan teori/ konsep dan praktek, meningkatkan daya tarik atau minat siswa, dapat memperbaiki mis- konsepsi, dan mengembangkan sikap analisis dan kritis pada siswa. Oleh karenanya untuk mendukung fungsi kegiatan lab tersebut, maka metode penilaiannya perlu diperbaiki agar kegia- tan lab berlangsung lebih efektif. Hasil penelitian dari Moore (2007) menunjukkan bahwa kegiatan lab dapat meningkatkan nilai perkuliahan maha- siswa. Kegiatan laboratorium merupakan kegia- tan yang melibatkan seluruh aktivitas, kreativitas dan intelektualitas siswa. Salah satu keterampi- lan dan kreativitas yang diperlukan dan harus di- kuasai siswa adalah keterampilan merencanakan suatu percobaan, meliputi keterampilan menen- tukan alat dan bahan, menentukan variabel, me- nentukan hal-hal yang perlu diamati dan dicatat, menentukan langkah kerja, serta cara pengola- han data untuk menarik kesimpulan sementara (Ottander & Grelsson, 2006).
12
G. Tujuan Kegiatan di Laboratorium IPA Pada hakikatnya pembelajaran teori dan praktikum di laboratorium merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar (PBM). Ilmu IPA sebagai bagian dari sains memiliki karakterisitik yang dibangun dengan mengedepankan eksperimen sebagai media/cara untuk memperoleh pengetahuan, kemudian dikembangkan atas dasar pengamatan, pencarian, dan pembuktian (Pusat Kurikulum, 2003: 7). Kegiatan praktikum yang dilakukan di laboratorium merupakan metode yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar IPA, siswa dapat mempelajari kimia dengan mengamati secara langsung gejala-gejala ataupun proses – proses IPA, dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah yang ada melalui metode ilmiah dan sebagainya. Untuk keberhasilan kegiatan praktikum kondisi ideal yang disyaratkan oleh Dirjen Kelembagaan Agama Islam (2002: 2) adalah penggunaan laboratorium yang efektif. Tingkat keefektifan dalam pemanfaatan laboratorium IPA sangat berdampak terhadap keberhasilan pembelajaran IPA dan keefektifan penggunaan laboratorium IPA ini ditentukan oleh sejauh mana intensitas penggunaan, pengorganisasian baik struktur organisasi personil penyelenggara laboratorium maupun pengorganisasian siswa peserta praktikum. H. Evaluasi Kegiatan di Laboratorium Evaluasi pelaksanaan kegiatan praktikum IPA yaitu suatu proses yang bertujuan untuk menentukan kesesuaian atau kesenjangan antara pelaksanaan kegiatan praktikum IPA dengan tujuan yang telah ditentukan. Ruang lingkup evaluasi pelaksanaan kegiatan praktikum adalah semua komponen yang berhubungan dengan tujuan, persiapan guru dan siswa, evaluasi hasil belajar, dan keterhubungan antar dokumen, sedangkan evaluasi proses menyangkut persiapan guru dan siswa di dalam laboratorium, persiapan alat dan bahan, penjadwalan, ketersediaan sumber belajar, rekayasa percobaan, tenaga laboran, sarana prasarana dan suasana praktikum di dalam Laboratorium.Evaluasi dimulai dari analisis masalah, menentukan metode, dan penyusunan butir-butir i nstrumen evaluasi yang akan digunakan. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh, dan satu sama lain
13
saling terkait dan mendukung. Keberhasilan pelaksanaan praktikum IPA ditentukan juga oleh kemampuan guru dalam mengelola dan mensiasati proses pembelajaran di laboratorium sehinggaanak tertarik, tertantang dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan kegiatan praktikum laboratorium.
14
BAB III METODE OBSERVASI
A. Setting Observasi Waktu pelaksanaan observasi Laboratorium di SMP Diponegoro Batu di lakukan dalam beberapa tahap, pertama pada tanggal 30 Januari 2017 yaitu mewawancarai guru mata pelajaran IPA serta melihat secara langsung keadaan Laboratorium. Kedua pada tanggal 31 Januari 2017 mewawancarai Kepala Laboratorium IPA dan sekaligus bertanya tentang kelengkapan data yang ada mengenai Laboratorium di SMP tersebut B. Subjek Observasi Yang menjadi subjek dalam observasi kali ini yaitu : 1.
2.
Nama
: Isnaini, S. Pd
Bidang studi
: IPA
Pendidikan Terakhir
: S1
Nama
: Anik Riati, S. Pd
Jabatan
: Kepala Laboratorium IPA
Pendidikan Terakhir
: S1
C. Teknik Pengumpulan Observasi Dalam pengumpulan informasi kali ini, observer melakukan wawancara langsung kepada kepala Laboratorium SMP Diponegoro Batu mengenai alat-alat dan bahan yang ada di Laboratorium, bagaimana dalam pengelolaan nya serta program kerja dari Laboratorium IPA sendiri, sehingga data yang diperoleh akurat. Selain itu observer juga mewawancarai guru mata pelajaran IPA bagaimana belajar mengajar jika diperlukan harus praktikum, dan bagaimana antusias siswa ketika belajar menggunakan alat-alat di Laboratorium. Observasi yang dilakukan juga dengan cara, observer turun langsung untuk melihat kondisi laboratorium yang ada di SMP Diponegoro Batu, sehingga observer dapat mengetahui secara detail seperti apa ruangan lboratorium yang ada.
15
BAB IV HASIL PENGAMATAN OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A. Standar Desain Laboratorium 1. Lokasi Bangunan Laboratorium IPA Berdasarkan observasi yang saya lakukan, Laboratorium IPA di SMP Diponegoro Batu masih dalam proses pembangunan sehingga Laboratorium masih di jadikan satu dengan ruang perpustakaan . Ruang perpustakaan SMP Diponegoro berada di antara sebelahan dengan ruang kelas IX. Lokasi
kantor guru dan ber-
pembangunan laboratorium
sendiri berada di lantai 2 sekolah yang berdekatan dengan sruang anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut. 2. Analisis Ruang Laboratorium IPA Ruang Laboratorium yang akan di bangun di SMP Diponegoro Batu belum dapat dipastikan ukurannya, berdasarkan wawancara yang saya lakukan bahwa ruang laboratorium yang di pakai saat ini yaitu perpustakaan, dimana perpustakaan tersebut juga di gunakan sebagai tempat belajar bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus disana, selain itu apabila anak-anak akan belajar mengenai materi praktikum itu harus membawa alat mapun bahan ke dalam kelas, dengan demikian dalam praktikum kurang efektif dilakukan karena tidak sesuai dengan standar laboratorium yang ada. Sesuai rencana yang akann dilakukan SMP Diponegoro, yaitu akan membangun sebuah Laboratorium di lantai 2 sekolah, namun tentang ukuran dan segala hal yang ada belum dapat dipastikan, karena masih berkoordinasi dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Sehingga ketika akan membangun ruang laboratorium IPA di sekolah, kepala laboratorium ataupun kepala sekolah harus mengacu kepada standart yang telah di tentukan oleh pemerintah, agar ruang laboratorium nyaman di gunakan oleh laboran dan laboratorium menjadi tempat yang nyaman bagi guru dan siswa untuk tempat belajar.
16
Secara umum, standar sarana dan prasarana laboratorium IPA yang telah ditetapkan oleh BSNP yaitu: 1. Ukuran panjang ± 11 m, lebar ± 9 m, & tinggi plafon ≥ 3 m 2. Ruang gerak 2,5 m 2 per siswa 3. Kedua ujung berupa dinding penuh untuk papan tulis atau lemari rak 4. Kedua dinding samping berupa jendela penerangan, ventilasi alami, meja permanen, dan rak bawah meja 5. Dua pintu utama yang cukup lebar 6. Sarana lain: listrik, air, gas, lampu penerangan, dll B. Susunan Organisasi Laboratorium IPA Dalam lembaga pendidikan (sekolah), agar mekanisme kerja dapat berjalan dengan tertib, maka diperlukan adanya orang- orang yang bertanggung jawab dalam bidangnya masing-masing. Hal ini menjadikan roda organisasi ini dapat berjalan kearah yang lebih baik, serta tujuan pendidikan yang diharapkan dapat dengan mudah tercapai. Struktur organisasi SMP DIPONEGORO BATU sebagai berikut :
Kepala Sekolah
Yuni Purwaningsih, M. Pd NIP. 19750627 200501 2 007
Kepala Laboratorium IPA
Ur. Kurikulum
Edwin Arfiani, S. Pd
Anik Riati, S. Pd
Ur. Sarana dan Prasarana
NIP.-
Ed Sutrisno S. Pd
Guru Mata Pelajaran IPA
Guru Mata Pelajarann TIK
Isnaini, S. Pd
Eni Susanti, S. Pd
NIP. 19670612 200801 2 017
17
Secara struktural penyusunan organisasi di Laboratorium IPA SMP Diponegoro belum cukup lengkap, ini terlihat dari data yang kami peroleh dari susunan organisasi laboratorium hanya sampai guru mata pelajaran saja, tidak ada penanggungjawab bidang keuangan, tidak ada koordinator laboratorium, tidak ada spesifikasi kepala laboratorium Biologi, Kimia, dan Fisika. Selain hal itu tenaga pengajar di kelas VII sampai kelas IX hanya 1 orang guru mata pelajaran IPA saja, sehingga ini membuat kekurangan tenaga pengajar di SMP tersebut yang mengakibatkan, jadwal praktikum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Selain itu tidak adanya teknisi di bidang masing-masing sehingga ini membuat sulit dam pembelajaran di laboratorium IPA, dan yang terakhir yaitu di susunan organisasi SMP Diponegoro Batu tidak ada ada yang mengurusi bagian buku untuk laboran. C. Administrasi Laboratorium IPA 1. Fasilitas Laboratorium IPA Fasilitas laboratorium di SMP Diponegoro masih di katakan kurang memadai untuk melakukan kegiatan praktikum, seperti contoh ketika akan di adakan praktikum perlatan dan bahan yang di gunakan harus di bawa ke Kelas terlebih dahulu sehingga membuat waktu praktikum kurang efisien. Kekurangan fasilitas yang ada seperti, tidak terdapat meja praktikum yang luas, tidak ada pencahayaan yang cukup dan memadai ketika kegiatan praktikum juga tidak terdapat meja untuk demontrasi pada saat praktikum, tidak ada kran air, dan hal-hal penting lainnya yang mendukung kegiatan praktikum di laboratorium. Kegiatan praktikum akan berjalan dengan lancar apabila didukung oleh fasilitas yang lengkap dan memadai dari sekolah, namun yang ada SMP Diponegoro ini berlum sesuai dengan standar yang ada di bidang pendidikan. Sehingga ketika fasilitas belum lengkap maka akan muncul banyak kendala seperti tidak efisiennya waktu yang digunakan ketika akan melaksanakan praktikum.
18
2. Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang ada di Laboratorium IPA sudah cukup lengkap , namun dalam hal penyimpanan alat-alat dan bahan yang ada belum
dipisah
sesuai
peralatan dan bahan
bidangnya
masing-masing
seperti
semua
yang di miliki oleh laboratorium seperti peralatan
Fisika, Kimia, dan Biologi di simpan di tempat yang sama. Sehingga ini menyulitkan siswa maupun guru ketika akan melaksanakan praktikum kesulitan dalam mengambil alat maupun bahan yang diperlukan untuk praktikum. Peralatan dan bahan yang ada haruslah ditata sesuai dengan beberapa hal seperti mengenali alat dan fungsinya, mengenali sifat bahan kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian, keperangkatan, nilai/harga alat, kualitas alat tersebut dan kelangkaannya, bahan dasar penyusun alat, bentuk dan ukuran alat, bobot/berat alat, alat-alat yang sering digunakan, alat yang boleh diambil sendiri oleh siswa dan alat- alat yang mahal harganya penyimpanannya dipisah, alat-alat untuk percobaan fisika biasanya dikumpulkan menurut golongan percobaannya. Penyimpanan alat dan bahan yang sudah tertata dengan baik ini akan memudahkan guru maupun siswa dalam melaksanakan praktikum dan akan memudahkan dalam perawatan alat dan bahan yang ada di laboratorium. Peralatan di Laboratorium dapat di rincikan sebagai b erikut : Tabel 4.1 : Alat Laboratorium Fisika ( Kit Mekanika )
No
Nama
Jumlah
1.
Dasar Statif
2 Pak
2.
Kaki Statif
2 Pak
3.
Balok pendukung
2 Pak
4.
Batang statif panjang
2 Pak
5.
Batang statif Pendek
2 Pak
6.
Penyambung batang statif
2 buah
19
7.
Penggaris logam
2 buah
8.
Neraca pegas 1,5 N
2 buah
9.
Penunjuk pasang
2 pasang
10.
Tali pada roda
2 rol
11.
Beban 50 gr
2 pak
12.
Beban pemberat 25 gr
2 pak
13.
Neraca pegas 3,0 N
2 pak
14.
Jangka sorong
2 buah
15.
Balok alumunium
2 buah
16.
Jepit panahan
2 pak
17.
Rodak aktrol diameter 50 mm
2 pak
18.
Rodak aktrol diameter 100 mm
2 pak
19.
Steker polos
2 buah
20.
Batang pengait
2 pak
21.
Tuas
2 buah
22.
Steker perangkai
2 pak
23.
Batang perangkai
2 pak
24.
Bidang miring
2 buah
25.
Pegas spiral
2 buah
26.
Balok gesekan
2 buah
27.
Kubus materi
2 set
28.
Stopwatch
2 buah
29.
Kereta dinamika
2 buah
30.
Kereta dunamika dengan motor
2 buah
31.
Balok bertingkat
2 buah
32.
Pengetik waktu + pita kertas
2 buah
34.
Buku panduan penggunaan alat
2 buah
20
Tabel 4.2 Alat Laboratorium Fisika ( Kit Hidrostatika dan Panas)
No
Nama
Jumlah
1.
Tabung berpancuran
2 buah
2.
Gelas kimia ( beaker glass)
2 buah
3.
Silinder ukur
2 buah
4.
Selang plastik
2 pak
5.
Corong
2 buah
6.
Penjepit pendukung
2 buah
7.
Penghubung selang
2 pak
8.
Penanda kedalaman air
2 pak
9.
Tabung plastik dengan penggantung
2 buah
10.
Tabung plastik dengan beban 120 gr
2 buah
11.
Labu erlenmeyer mulut lebar
2 pak
12.
Pipa lubang kecil
2 pak
13.
Bak plastik
2 buah
14.
Penunjuk khusus
2 buah
15.
Pipa baja
2 buah
16.
Pipa alumunium
2 buah
17.
Pipa tembaga
2 buah
18.
Selang silikon
2 buah
19.
Pembakar spiritus
2 buah
20.
Termometer celcius
2 pak
21.
Termometer fahrenheit
2 buah
22.
Termometer tanpa skala
2 buah
23.
Tabung reaksi
2 pak
24.
Sumbat karet kecil 1 lubang
2 pak
25.
Sumbat karet besar 2 lubang
2 pak
26.
Sumbat karet besar 1 lubang
2 pak
27.
Sumbat karet kecil tanpa lubang
2 pak
28.
Gelas tiga arah
2 pak
29.
Bola dari gelas
2 buah
21
30.
Siring 50 ml
2 buah
31.
Siring 10 ml
2 buah
32.
Kelm universal
2 pak
33.
Penjepit klem/ Boss head
2 pak
34.
Buku panduan penggunaan alat
2 buah
35.
Tray (dudukan) alat dan BoxKIT
2 buah
4.3 Alat Laboratorium Fisika ( Kit Optika )
No
Nama
Jumlah
1.
Meja optik
2 buah
2.
Rel presisi
2 pak
3.
Penyambung rel
2 pak
4.
Kaki rel
2 pak
5.
Lampu cadangan
2 buah
6.
Rumah dengan lampu
2 buah
7.
Pemegang slaid diafragma
2 buah
8.
Diafragma 5 celah
2 buah
9.
Diafragma 1 celah
2 buah
10.
Diafragma anak panah
2 buah
11.
Layar translusen
2 buah
12.
Lensa +50 mm
2 buah
13.
Lensa +100 mm
2 buah
14.
Lensa +200 mm
2 buah
15.
Lensa -100 mm
2 buah
16.
Tumpakan berpenjepit
2 pak
17.
Kaca ½ lingkaran
2 buah
18.
Prisma, siku-siku
2 buah
19.
Model lensa bikonvex
2 buah
20.
Cermin kombinasi
2 buah
21.
Model lenca bikonkaf
2 buah
22
22.
Balok kaca
2 buah
23.
Pemegang lilin
2 buah
24.
Bak persegi panjang
2 buah
25.
Bak bujur sangkar
2 buah
26.
Buku panduan penggunaan alat
2 buah
27.
Tray (dudukan) alat box dan KIT
2 buah
4. 4 Alat Laboratorium Fisika ( Kit Listrik dan Magnet )
No
Nama
Jumlah
1.
Papan rangkaian 120 lubang
2 buah
2.
Jembatan penghubung
2 pak
3.
Jepit buaya
2 pasang
4.
Saklar tukar
2 pak
5.
Inti besi bentuk I
2 buah
6.
Inti besi bentuk U
2 buah
7.
Kumparan 250 lilitan
2 buah
8.
Kumparan 500 lilitan
2 buah
9.
Kumparan 1000s lilitan
2 buah
10.
Steker jepit
2 pak
11.
Steker pegas
2 pak
12.
Magnet batang
2 pasang
13.
Model kompas
2 buah
14.
Wadah sel ( Bak Elektrolisis )
2 buah
15.
Elektroda tembaga
2 buah
16.
Elektroda seng
2 buah
17.
Elektroda besi
2 buah
18.
Elektroda timbal
2 buah
19.
Resistor 47 Ω, 2 W 5 %
2 buah
20.
Resistor 56 Ω, 2 W 5 %
2 buah
21.
Resistor 100 Ω, 2 W 5 %
2 buah
23
22.
Lampu LED
2 buah
23.
Saklar satu kutub
2 pak
24.
Pemegang lampu E 10
2 pak
25.
Bola lampu 6,2 dan 0,3 A E10
2 pak
26.
Kawat konstantan
2 rol
27.
Kawat nikrom
2 rol
28.
Kawat sakering
2 rol
29.
Kawat tembaga
2 rol
30.
Serbuk besi
2 botol
31.
Pemegang baterai
2 pak
32.
Kabel penghubung merah
2 pak
33.
Kabel penghubung hitam
2 pak
34.
Tray (dudukan) alat dan BoxKIT
2 pak
35.
Batang flexyglass
2 pak
36.
Kain wol + sutra
2 set
37.
Magnet pemetaan
2 pak
38.
Motor listrik/ generator DC
2 buah
39.
Buku panduan penggunaan alat
2 buah
40.
Tray (dudukan) alat dan Box KIT
2 buah
Tabel 4.5 Alat Umum Fisika
No
Nama
Jumlah
1.
Catu daya
2 buah
2.
Timbangan 311 gram
1 buah
3.
Multimeter analog
1 buah
4.
Tabung penyaringan
2 set
5.
Cermin datar lipat
2 set
6.
Meter dasar
2 pak
7.
Slinki
1 buah
24
4.6 Alat Laboratorium Biologi
No
Nama
Jumlah
1.
Mikroskop siswa
3buah
2.
Perangkat pemeliharaan mikroskop
1 set
3.
Preparat kering, tulang rawan hyalin
2 buah
4.
Preparat kering, tulang keras
2 buah
5.
Preparat kering, batang dikotil., p. l
2 buah
6.
Preparat kering, batang monokotil
2 buah
7.
Preparat kering, akar dikotil
2 buah
8.
Preparat kering, akar monokotil
2 buah
9.
Preparat kering, daun dikotil
2 buah
10.
Preparat kering, daun monokotil
2 buah
11.
Preparat kering, mamalia, oto lurik
2 buah
12.
Preparat kering, mamalia, otot polos
2 buah
13.
Preparat kering, mamlia, otot jantung
2 buah
14.
Preparat kering, sel darah merah
2 buah
15.
Preparat kering, sel darah putih
2 buah
16.
Preparat kering, Paramecium
2 buah
17.
Preparat kering, Hydra
2 buah
18.
Preparat kering, Spyrogira
2 buah
19.
Preparat kering, jamur Aspergillus
2 buah
20.
Kotak penyimpanan preparat
1 buah
21.
Kaca benda
2 pak
22.
Kaca penutup
3 pak
23.
Perangkat alat bedah
1 set
24.
Kotak genetika
3 set
25.
Lup/ kaca pembesar
2 buah
26.
Respirometer
2 buah
27.
Lupang dan alu
3 set
28.
Plat/ lempeng tetes
3 buah
29.
Tabung reaksi, 16 mm
1 pak
25
30.
Penjepit tabung reaksi
1 pak
31.
Sikat tabung reaksi
1 pak
32.
Rak tabung reaksi
3 buah
33.
Vaselin, T
1 x 500 gr
34.
NaOH
1 x 500 gr
35.
Keertas lakmus
3 pak
36.
Biuret 500 ml
1 x 500 ml
37.
Benedict
1 x 500 ml
38.
Lugol
1 x 250 ml
39.
Kapur tohor
2 x 1 kg
40.
Termometer badan (klinik), air raksa
1 buah
41.
Hygrometer
1 buah
42.
Auxanometer
1 set
43.
Cawan petri
3 buah
44.
Pipet tetes
1 pak
45.
Gelas kimia 1000 ml
3 buah
46.
Gelas kimia 250 ml
3 buah
47.
Gelas kimia 100 ml
3 buah
48.
Labu erlenmeyer 250 ml
6 buah
49.
Sumbat karet 2 lubang
6 buah
50.
Sumbat karet 1 lubang
6 buah
51.
Silinder ukuran 25s ml
3 buah
52.
Silinder ukuran 250 ml
2 buah
53.
Kaca arloji
3 buah
54.
Corong kaca
3 buah
55.
Batang pengaduk
3 buah
56.
Pembakar spiritus
3 buah
57.
Kertas saring
3 pak
58.
Pipa Y panjang
3 buah
59.
Pipa L
6 buah
60.
Kuadrat, dapat dilipat
2 buah
26
61.
Statif
2 buah
62.
Klem universal
2 buah
63.
Boos head
2 buah
64.
Tensimeter digital
1 buah
65.
Model mata manusia
1 buah
66.
Model telinga manusia
1 buah
67.
Model jantung manusia
1 buah
68.
Carta hukum mendel
1 buah
69.
Carta perkembangan tumbuhan generatif
1 buah
70.
Carta perkembangan tumbuhan vegetatif
1 buah
71.
Carta hewan vertebrata
1 buah
72.
Carta sistem saraf manusia
1 buah
73.
Carta peredaran darah manusia
1 buah
74.
Carta pencernaan manusia
1 buah
75.
Carta sistem ekskresi manusia
1 buah
76.
Carta pernapasan manusia
1 buah
77.
Carta jaringan tumbuhan
1 buah
78.
Carta macam-macam penyerbukan
1 buah
79.
Carta otot manusia
1 buah
80.
Carta alat reproduksi manusia
1 buah
81.
Carta organisasi kehidupan
1 buah
82.
Carta metamorfosis
1 buah
83.
Carta tahapan perkembangan manusia
1 buah
84.
Carta alat indera
1 buah
85.
Carta sistem periodik
1 buah
86.
Kartu binatang
2 set
87.
Kartu tumbuhan
2 set
88.
KIT Bryophyta
1 set
89.
KIT Pteridophita
1 set
90.
Buku panduan penggunaan alat biologi
2 buah
27
3. Kegiatan Laboratorium Observasi yang dilakukan di SMP Diponegoro diketahui bahwa di SMP tersebut
program kerja dan kegiatan laboratorium IPA di SMP
Diponegoro, belum terjadwal dengan baik ini dapat di lihat dari tidak adanya jadwal yang pasti dari pihak laboratorium maupun dari guru mata pelajaran, sedangkan untuk program kerjanya di laboratorium terjadwal dengan baik, namun pada pelaksanaanya belum sepenuhnya, ini di karenakan oleh beberapa kendala yang ada di SMP tersebut. Kegiatan yang ada di laboratorium haruslah terjadwal dengan baik, agar laboratorium yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menggali ilmu pengetahuan yang lebih, sehingga apa yang ada di laboratorium tidak sia-sia. Dalam hal mengatur jadwal praktikum tentulah sangat diperlukan, agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar,
dan
siswa
dapat
bereksperimen
di
laboratorium
untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh baik dari guru maupun dari informasi dilingkungannya yang diperoleh. * Lampiran 3, halaman 37 4. Keadaan Bangunan/ ruangan Laboratorium IPA SMP Diponegoro Batu, belum memiliki ruangan khusus yang di manfaatkan untuk praktikum, sehingga untuk sementara memanfaatkan perpustakaan yang ada di sekolah tersebut. Pemanfaatan perpustakaan tidak hanya sebagai
ruangan laboratorium namun juga sebagai tempat
belajar mengajar bagi anak yang berkebutuhan khusus. Keadaan ruang perpustakaan kurang memadai untuk melakukan kegiatan praktikum yang ada, seperti kurangnya pencahayaan, sirkulasi udara yang kurang
lancar,
selain itu ruang perpustakaan penuh dengan buku yang ada di perpustakaan tersebut. Sehingga dalam pemanfaat an ruangan perpustakaan laboratorium hanya sebagai tempat penyimpanan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum.
28
5. Ketenangan dan Ketenagaan Laboratorium IPA Kegiatan praktikum yang ada di SMP Diponegoro memanfaatkan ruangan kelas yang ada, sehingga dalam hal ketenangan tidak bisa dikendalikan karena, ruangan kelas yang ada tidak cukup luas untuk pergerakan setiap anak. Ketenagaan di Laboratorium IPA di SMP Diponegoro masih sangat kurang, baik dari segi guru, teknisi dan koordinator laboratorium, dalam kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan laboratorium hanya kepala laboratorium dan guru mata pelajaran saja yang berkoordinasi sehingga dalam pelaksanaan kegiatan yang ada di praktikum belum tertangani dengan baik. D. Sistem Keamanan dan Keselamatan kerja serta tata tertib di Laboratorium IPA Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Diponegoro Batu, data yang saya peroleh, belum terdapat sistem keamanan yang cantum di administrasi maupun dari kepala laboratorium sendiri. Namun dalam hal t ata tertib, SMP Diponegoro mempunyai aturan yang lengkap untuk siswa selain itu tata tertib yang ada di sertai dengan adanya sanksi bagi siswa yang melakukan pelanggaran, sehingga di laboratorium tertib berjalan sebagaimana mestinya. Standar operasional prosedur laboratorium (standar kesehatan dan keselamatan kerja) di laboratorium (Depkes RI, 2002) adalah sebagai berikut : 1. Pakailah jas laboratorium saat berada dalam ruang pemeriksaan atau di ruang laboratorium. Tinggalkan jas laboratorium di ruang laboratorium setelah selesai bekerja. 2. Cuci tangan sebelum pemeriksaan. 3. Menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kaca mata dan sepatu tertutup). 4. Semua specimen harus dianggap infeksius (sumber penular), oleh karena itu harus ditangani dengan sangat hati-hati. 5. Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, oleh karena itu harus ditangani dengan hati-hati.
29
6. Tidak makan, minum dan merokok di dalam laboratorium. 7. Tidak menyentuh mulut dan mata pada saat sedang bekerja. 8. Tidak diperbolehkan menyimpan makanan di dalam lemari pendingin yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan klinik atau riset. 9. Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut gunakan peralatan mekanik (seperti penghisap karet) atau pipet otomatis. 10. Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar. 11. Menutup ujung tabung penggumpal darah dengan kertas atau kain, atau jauhkan dari muka sewaktu membuka. 12. Bersihkan semua peralatan bekas pakai dengan desinfektans larutan klorin 0,5 % dengan cara merendam selama 20-30 menit. 13. Bersihkan permukaan tempat bekerja atau meja kerja setiap kali selesai bekerja dengan menggunakan larutan klorin 0,5 %. 14. Pakai sarung tangan rumah tangga
sewaktu membersihkan alat-alat
laboratorium dari bahan gelas. 15. Gunakan tempat antitembus dan antibocor untuk menempatkan bahan-bahan yang tajam. 16. Letakkan bahan-bahan limbah infeksi di dalam kantong plastik atau wadah dengan penutup yang tepat. 17. Cuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap kali selesai bekerja.
Tata tertib SMP Diponegoro Batu adalah sebgai berikut : 1.
Tidak diperkenankan mencoret-coret dinding maupun sarana dan prasarana laboratorium.
2.
Tidak diperkenankan memasuki ruang laboratorium tanpa seizin pengawas/guru pembimbing.
3.
Tidak diperkenankan membawa makanan atau minuman ke ruang laboratorium.
4.
Tidak diperkenankan mengambil alat dan bahan praktikum tanpa sepengetahuan guru yang mengajar atau laboran.
5.
Tidak diperkenankan membawa alat atau bahan keluar dari ruangan laboratorium.
30
6.
Menjaga kebersihan dan ketertiban selama berada di laboratorium.
7.
Menggunakan alat dan bahan sesuai dengan fungsi dan tujuan kegiatan.
8.
Menjaga keselamatan kerja dan keselamatan alat laboratorium.
9.
Untuk praktikum yang menggunakan arus listrik PLN, penggunaannya harus dengan sepengetahuan/petunjuk guru yang mengajar.
10. Membersihkan semua alat yang telah digunakan kemudian mengembalikannya ke tempat semula. 11. Setelah melakukan praktikum/menggunakan laboratorium, kursi harus dirapikan kembali. 12. Keluar dari ruangan setelah mendapat izin dari pengawas/guru pembimbing dengan tertib dan tenang.
Sanksi terhadap siswa yang melakukan pelanggaran : 1. Pelanggaran terhadap tata tertib dikenakan sanksi berupa teguran atau dikeluarkan dari ruangan hingga tidak boleh mengikuti kegiatan selanjutnya. 2. Merusakkan alat/sarana/prasarana harus mengganti secara individu atau kelompok. 3. Bila membahayakan keselamatan diri sendiri atau orang lain akan mendapat teguran dan atau dikeluarkan dari ruangan dan ha rus mempertanggungjawabkan perbuatannya. 4. Pelanggaran terhadap peraturan lain akan ditentukan kemudian sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan. E. Sistem Penyimpanan dan Perawatan Laboratorium IPA Berdasarkan observasi yang saya lakukan, sistem penyimpanan barang barang yang di lakukan laboraorium SMP Diponegoro Batu yaitu semua peralata n dan bahan-bahan untuk praktikum disimpan dalam sebuah lemari kayu yang cukup besar, namun lemari tersebut tidak cukup untuk menampung semua peralatan dan bahan yang ada di karenakan tempatnya terbatas. Sistem penyimpanan yang kurang tertata dengan rapi tentu saja akan menjadi salah satu kendala dalam pengambilan alat dan bahan untuk praktikum amupun dalam hal perawatannya sendiri.
31
Perawatan alat-alat dan bahan yang ada di laboratorium, tidak dilakukan oleh pihak sekolah maupun dari kepala laboratorium dan guru mata pelajaran sehingga, alat-alat dan bahan yang ada di lemari dibiarkan begitu saja walaupun berdebu. Tentu saja ini nantinya akan berpengaruh terhadap kelayakan pakai barang tersebut, mudah rusaknya alat dan bahan karena tidak dibersihkan dari kotoran maupun debu.
32
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Desain laboratorium IPA di SMP Diponegoro belum memenuhi standar yang telah ditentukan oleh Dinas Pendidikan. 2. Sususan organisasi Laboratorium di SMP Diponegoro, belum cukup lengkap hanya terdapat kepala laboratorium, urusan kurikulum, urusan sarana dan prasarana, dan guru mata pelajaran. 3. Administrasi yang ada di laboratorium IPA di SMP Diponegoro belum sesuai dengan apa yang di inginkan, sehingga kegiatan yang ada di laboratorium berjalan tidak sesuai dengan program kerja yang ada. 4. Sistem keamanan dan keselamatan kerja di SMP Diponegoro sudah sesuai dengan SOP Departemen Kesehatan RI tahun 2002. B. Saran 1. Untuk kepala sekolah agar lebih memperhatikan lagi dalam pengelolaan organisasi yang ada di laboratorium, sehingga laboratorium yang ada dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. 2. Dalam pembelajaran di laboratorium sebaiknya jadwal di tata dengan baik, agar dalam pelaksanaannya tidak bersamaan dengan kelas lain 3. Dalam penataan alat dan bahan laboratorium sebaiknya sesuai dengan jenis barangnya, berbahaya atau tidaknya, kelangkaannya dan lain sebagainya.
33
Daftar Pustaka
Anggraeni, Aprilianingtyas.,
Retnoningsih, Amin., dan Lina, Herlina. 2013.
Pengelolaan laboratorium biologi untuk menunjang kinerja pengguna dan pengelola laboratorium biologi sma negeri 2 wonogiri. Unnes Journal of Biology Education. Volume 2 No 3 Darmawan, Bowang. 2014. Manajemen sarana dan prasarana dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Jurnal Pelopor Pendidikan. Volume 6 No 2 Kancono. 2010. Manajemen Laboratorium IPA. Malang : Unit Penerbitan FKIB UNIB Katili, N. Sundoro,. Sadia, I Wayan Sadia., dan Suma Ketut. 2013. Analisis Sarana dan Intensitas Penggunaan Laboratorium Fisika Serta Kontribusinya Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri di Kabupaten Jembrana. eJournal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 3 Luthfi, Hisyam Wahid., dan Riasti, Berliana Kusuma. 2011. Sistem Informasi Perawatan Dan Inventaris Laboratorium Pada SMK Negeri 1 Rembang Berbasis Web. Journal Speed – Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi. Volume 3 No 3 Maknun, D., Surtikanti, R.R.H.K., dan Subahar, T.S. 2012. Pemetaan keterampilan esensial laboratorium dalam kegiatan praktikum ekologi. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Volume 1 Hal 1-7 Rahmiyati, Sri. 2008. The effectiveness of laboratory use in Madrasah Aliyah in Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.Volume 5 No 1 Rahardiana, Galuh., Redjeki, Tri., dan Sri Mulyani. 2015. Pengaruh pembelajaran contextual teaching and learning (ctl) dilengkapi lab ri il dan virtuil terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid kelas xi ipa semester genap sma negeri 1 pulokulon. . Vol. 4 No. 1 Subamia, Dewa Putu., Artawan Putu, dan Wahyuni, Sri. 2014. Analisis kebutuhan tata kelola tata laksana laboratorium ipa smp di kabupaten buleleng. ISSN . Volume 3 No 2
34
Lampiran 1 Keadaan Laboratorium IPA sementara
35