LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN KE-1 KELOMPOK 4
PEMETAAN SEDERHANA Nur Sadrina Ghaisani Rahayu1, Rizal Maulana Hasby2, Reginal Putra Pratama3
e-mail :
[email protected] [email protected]
[email protected] Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung Jln. A.H. Nasution 105Bandung 40614. Telp. 022-7800525. Fax. 022-7803936 ABSTRAK Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster. Dalam membuat peta, terdapt beberapa teknik yang perlu diperhatikan. Khuasusnya apabila peta tersebut dibuat bertujuan untuk memetakan suatu komunitas. Terdapat berbagai teknik yang dikenal dalam pembuatan peta diantaranya yaitu teknik memencar, intersection dan beranting. Teknik beranting digunakan dengan menentukan titik utama kemudian pengukuran dilakukan bersambung pada titik selanjutnya hingga kembali ke titik awal atau utama. Teknik tersebut dapat diaplikasikan salahsatunya dilingkungan kampus UIN Bandung untuk mengukur atau memetakan suatu komunitas yang ada didalamnya. Terdapat beberapa hal yang harus dipehatikan dalam pembuatan peta ekologi diantaranya yaitu tersedianya alat penunjang berupa meteran dan kompas dengan penentuan azimut agar peta yang dihasilkan dapat akurat dan sesuai dengan keadaan lingkungan. Kata kunci : Azimut, Beranting, Kompas, Meteran, Sudut
I.PENDAHULUAN Peta pertama kali dibuat oleh bangsa Babilonia berupa lempengan berbentuk tablet dari tanah liat sekitar 2300 SM. Pemetaan di zaman Yunani Kunosangat pesat. Alat cetak untuk peta pun berkembang. Banyak penemuan sekitar abad 15. Padamulanya, peta dicetak menggunakan papan kayu yang sudah di ukir berupa peta. Pada abad berikutnya, peta semakin berkembang dengan menggunakan
metode-metode secara ilmiah (Martina, 2010). Peta ilmu pengetahuan menggambarkan suatu hubungan ruangan antara batas penelitian dalam bidang kegiatan yang signifikan, juga dimana bidang penelitian itu didistribusikan serta dapat memberikan maknadari hubungan tersebut. Peta ilmu pengetahuan dapat menggambarkan dan memberikan makna dari hubungan ruang antara batas penelitian yang bidang kegiatannya
signifikan dan bidang kegiatan tersebut dapat didistribusikan. Peta ilmu pengetahuan tidak hanya merupakan suatu alat yang praktis untuk menyampaikan informasi mengenai aktivitas ilmiah, tetapi juga dapat dijadikan sebagai suatu dasar untuk mengkaji atau memahami aktivitas ilmiah dengan menggambarkannya secara tersusun dan terstruktur. Visualisasi ilmu pengetahuan dapat diwujudkan dalam bentuk peta, sehingga muncullah bidang pemetaan ilmu pengetahuan atau knowledge mapping (Suprawito dan Deni, 2010). Salah satu cara analisis yaitu dengan cara pemetaan berdasarkan 2 titik konstan. Poin yang terpenting yaitu menempatkan dua titik yang horizontal pada daerah yang akan dipetakan. Kemudian menyebar titik – titik lain diluar titik konstan tersebut dan perhitungan untuk jarak titik disebar terhadap titik konstan (Priadi, 2011). Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun
raster. Dalam mempelajari suatu komunitas hewan atau tumbuhan sering diperlukan suatu gambaran dari suatu wilayah dimana pengamatan itu dilakukan (Sugianto,2014). Keterampilan dalam pemetaan sangat mambantu dalam mempelajari penyebaran vegetasi atau jenis tumbuhan tertentu di suatu area atau wilayah. Berbagai metode dalam pemetaan telah banyak dikembangkan salahsatunya yaitu teknik pemetaan sederhana (Odum, 2009). Pemetaan ekologi dilakukan untuk menentukan letak suatu jenis tumbuhan di suatu area dan mempelajari pola penyebaran vegetasi atau tumbuhan di wilayah tersebut misalnya hutan tropis. Ada 3 macam pola penyebaran vegetasi dalam komunitas yang pertama yaitu pola penyebaran secara acak (random distribution) yaitu pola penyebaran dimana individuindividu menyebar pada beberapa tempat dan mengelompok pada tempat tertentu. Pada tumbuhan pola penyebaran acak ini dapat terjadi karena penghamburan benih oleh angin. Yang kedua yaitu pola penyebaran Seragam (uniform distribution) yaitu pola penyebaran dimana individu-individu terdapat pada tempat tempat tertentu dalam komunitasnya dengan jarak yang relatif sama. Penyebaran seperti ini dapat terjadi karena adanya persaingan yang keras antar individu (jenis tumbuhan) untuk memperoleh komponen pemenuh
kebutuhan tumbuhan seperti cahaya, nutrisi, air dan sebagainya, serta adanya antagonisme positif yang mendorong pembagian ruang yang sama. Yang ketiga yaitu pola penyebaran kelompok (clumped dispertion) yaitu pola penyebaran dimana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat terpisah atau sendiri. Pengelompokan ini terjadi karena pola reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenimena lain dimana benihbanih cenderung tersusun mengelompok (Kennish, 2012). Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk membuat peta suatu wilayah II.METODE 2.1 Alat dan Bahan Dalam praktikum kali ini digunakan beberapa alat yaitu satu buah kompas, satu roll meteran, alt tulis dan buku milimeter block. 2.2 Cara Kerja Hal pertama yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu ditentukan lokasi pemetaan, kemudian tentukan titik A sebagai titik awal pengukuran lokasi dan diukur panjang setiap sudut dari lokasi A-B-C dan seterusnya dengan meteran hingga kembali ke titik A kemudian ditentukan derajatat kedudukan titiktitik tersebut terhadap titik konstan dengan menggunakan kompas. Lakukan pengukuran jarak
dan azimuth dari satu titik luar ketitik lainnya secara berurutan sampai kembali pada titik awal (mengelilingi area yang akan dipetakan). Berdasarkan jarak dan azimuth tersebut, dibuat peta pada kertas grafik dengan menggunakan skala yang sudah diperoleh. III.
HASIL PEMBAHASAN
DAN
Tabel Data Pemetaan Metode Beranting Titik Azimut A-B
120˚
B-C
135 ˚
C-D
244 ˚
D-E
325 ˚
E-F
243˚
F-G
346 ˚
G-H
65 ˚
H-I
140 ˚
I-J
61 ˚
J-K
24 ˚
K-A
3
o
Dalam praktikum kali ini dilakukan pemetaan dengan teknik beranting terhadap lokasi halaman depan fakultas Ushuludin. Teknik beranting merupakan suatu teknik pemetaan sederhana dengan cara langsung
menentukan titik acuan pertama dan menghubungkannya ke titik lain hingga kembali ke titik semula tanpa menggunakan acuan pada penarikan titik p dan q. Titik acuan pertama yaitu A yang dihubungkan ke titik B kemudian nantinya titik akhir K dihubungkan kembali ke titik A. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat sepuluh titik pengukuran berdasarkan sudut pengukuran, dimana masing masing titik tersebut diukur dengan pengukuran derajat setiap sudut berdasarkan arah mata angin sehingga dapat diketahui berapa jarak antara satu titik dengan titik lainnya dan berapa sudutnya. Hal tersebut dimaksudkan agar dalam pemetaan suatu lokasi dapat dibuat sedetail mungkin dan memudahkan proses suatu penelitian. Setelah data tersebut didapat kemudian data yang diperoleh dibuatkan pemetaannya dengan menggunakan skala 1: 200. Pemetaan digunakan untuk mengetahui letak suatu jenis tumbuhan dan pola penyebarannya dalam suatu wilayah (komunitas). Dalam proses pemetaan tersebut digunakan meteran sebagai alat untuk mengukur setiap sudut lokasi halaman Ushuludin untuk selanjutnya data tersebut diskalakan sebagai patokan pembuatan peta. Fungsi lebih spesifik dari meteran tersebut adalah sebagai alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau panjang.
Meteran juga berguna untuk mengukur sudut, membuat sudut siku-siku, dan juga dapat digunakan untuk membuat lingkaran. Satuan yang digunakan dalam meteran adalah mm atau cm, feet tau inch. Pita ukur atau meteran tersedia dalam ukuran panjang 10 meter, 15 meter, 30 meter sampai 50 meter. Pita ukur biasanya dibagi pada interval 5 mm atau 10 mm. Pengukuran tersebut dilakukan dengan penentuan titik awal sebagai acuan pada salahsatu sudut kemudian disambungkan dengan titik lainnya hingga mengelilingi kelseluruhan lokasi. Selain pengukuran jarak setiap sudut, dilakukan pula penentuan lokasi tiap titik secara geografis dengan mengguakan skala agar setiap sudut derajatnya lebih akurat sesuai dengan arah mata angin menggunakan kompas. Kompas adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum dan lingkaran berskala. Salah satu ujung jarumnya dibuat dari besi atau magnit yang ditengahnya terpasang pada suatu sumbu, sehinngga dalam keadaan mendatar jarum magnit dapat bergerak bebas ke arah horizontal atau mendatar menuju arah utara atau selatan. Kegunaan utama atau yang umum dari kompas adalah untuk menentukan arah mata angin terutama arah utara atau selatan sesuai dengan magnit yang digunakan dari sudut yang diukur. Dalam penggunaannya kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan
magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam karena kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang. Terdapat pula kegunaan lain yang juga didasarkan pada penunjukkan arah utara atau selatan adalah penentuan arah dari satu titik/tempat ke titik/tempat lain, yang ditunjukkan oleh besarnya sudut azimut, yaitu besarnya sudut yang diukur dimulai dari arah utara atau selatan, bergerak searah jarum jam sampai di arah yang dimaksud, mengukur sudut horizontal, membuat sudut siku-siku, untuk menentukan letak orientasi, mencari arah utara magnetis, untuk mengukur besarnya sudut peta. IV. KESIMPULAN Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pembuatan peta pada suatu komunitas dapat dilakukan dengan berbagai teknik, salah satunya yaitu dengan menggunakan teknik beranting dimana teknik tersebut merupakan teknik yang digunakan dengan cara mengukur langsung dari titik acuan ke titik lainnya sampai kembali ke titil awal tanpa penarikan garis dan penentuan titik p dan q. Dalam pembuatan peta juga ditunjang dengan alat alat seperti kompas dan meteran sebagai penambah keakuratan seuatu peta komunitas.
V. DAFTAR PUSTAKA Kennish, M. J. 2012. Ecology Of Estuaries : Anthropogenic Effect. FL : CR Press, Inc. Boca Raton. Martina, B. 2010. Biologi. Bandung: Persada. Odum, E. 2009. Fundamental of Ecology third Edition. Georgia: Saunder College Publishing. Priadi, A dan Yuwono. 2011. Studi Tentang Pengukuran Dan Pemetaan Pada Pelaksanaan Landreform Di Indonesia. Jurnal Geomatika. 45 (12): 1- 13. Sugianto, A. 2014. Ekologi Kwantitatif, Metode Analisis Populasi danKomunitas. Surabaya: Usaha Nasional. Suprawito dan Deni. 2010. Sistem Pemetaan Program Rencana Strategis Dinas Pendidikan Kab/ Kota Berbasis Distrik Planning Support Sistem dalamrangka Otonomi Daerah. Jurnal Penelitian
Pendidikan. 11 (1): 109-122.
Lampiran