BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (batang), coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung. (Dwidjoseputro. 1998) Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. (Dwidjoseputro.1998) Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. (Lay. 1994) Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay. 1994) Oleh karena itu yang melatar belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-bagian bakteri. 1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur kerja pewaarnaan sederhana ? 2. Bagaimana bentuk-bentuk bakteri ? 1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prosedur pewarnaan sederhana
1
2. Untuk mengetahui bentuk – bentuk dari bakteri 1.4 Manfaat 1. Memberikan informasi mengenai prosedur pewarnaan sederhana 2. Memberikan informasi mengenai bentuk bentuk dari bakteri
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bakteri
Bakteri, berasal dari kata Latin, bacterium (jamak, bacteria); adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, sitoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain. Bakteri sering dikaitkan sebagai penyebab penyakit manusia dan hewan (seperti Leptospira, yang menyebabkan penyakit serius ternak). Namun, beberapa bakteri, Actinomycetes, menghasilkan antibiotik seperti streptomisin dan nocardicin; yang lainnya hidup bersimbiosis dengan hewan (termasuk manusia) atau tempat lain di tubuh mereka, atau pada akar tanaman tertentu, mengubah nitrogen menjadi bentuk yang dapat digunakan. Bakteri meletakkan tang dalam yogurt dan roti asam di penghuni pertama; bakteri membantu untuk menguraikan bahan organik mati; bakteri membentuk dasar jaringan makanan di banyak lingkungan. Bakteri semacam itu penting karena fleksibilitas mereka yang ekstrem, kapasitas untuk pertumbuhan cepat dan reproduksi, dan usia besar - fosil tertua yang dikenal, hampir 3,5 miliar tahun, adalah fosil bakteri-seperti organisme. Bakteri termasuk dalam golongan prokariota yaitu merupakan bentuk sel yang paling sederhana yang memiliki ukuran dengan diameter dari 1 hingga 10 µm. Ciri yang membedakan prokariotik dengan eukariotik adalah inti sel di mana sel prokariotik tidak mempunyai membrane inti sel atau nukleus yang jelas.
3
2.2 Pengertian Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). Pada pewarnaan sederhana, bakteri diwarnai oleh reagen tunggal. Pewarnaan dasar dengan kromogen (zat warna) muatan positif disarankan selama asam nukleat bakteri dan komponen dinding sel membawa muatan negative yang menyerap dengan kuat dan mengikat kation kromogen perlu diperhatikan lamanya waktu pewarnaan tergantung pada jenis pewarnaan yang digunakan. Misalnya methilen blue terserap selama 2-3 menit, dengan demikian bakteri yang terdapat pada sampel akan menyerap zat warna yang diberikan. Pengecetan sederhan digunakan untuk memperlihatka atau memperjelas kontras antara sel dan latar belakannya sehingga dapt mempertajam bentuk dari sel-sel mikroba itu sendiri, dengan cara mewarani selsel mikroba dengan zat warna khususnya warna Kristal violet. 2.3 Jenis-jenis Pewarnaan Sederhana
1. Pewarnaan Asam Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya: tinta cina, larutan nigrosin, asam pikrat, eosin, dll. 2. Pewarnaan Basa Pewarna basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri ini jadi berwarna dan terlihat.
4
Contoh dari pewarna basa misalnya metilen biru, kristal violet, safranin, dan lainlain. Teknik pewarnaa asam basa ini hanya menggunaka satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi, baik bentuknya maupun susunan sel. Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan gram negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam.Juga diperlukan untuk mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora, dan nukleus. Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. 2.4 Tujuan Pewarnaan
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi adalah dengan metode pengecetan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melaluiserangkaian pengecetan (jimmo,2008) Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin,
5
Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan – pewarnaan sederhan Karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhan umumny bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif). 1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupu fungi. 2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad. 3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad. 4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang di berikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat di ketahui. 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pewarnaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, pelutur warna, substrat, intensifikasi, pewarnaan dan penggunaan warna penuttup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini di sebut bakteri tahan asam, dan ini merupakan cirri khas bagi suatu spesies (dwidjoseputro, 1994). Langkah-langkah utama dalam persiapan specimen mikroba untuk pemeriksaan mikroskopik adalah: 1. Penempatan olesan atau lapisan specimen pada kaca objek. 2. Fiksasi olesan pada kaca objek. 3. Aplikasi pewarnaan sederhana atau serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998). Faktor – faktor penentu keberhasilan dalam pewarnaan bakteri ialah :
6
1. Fiksasi Fiksasi dilakukan sebelum zat warna digunakan, bertujuan untuk , Melekatkan sel pada gelas objek, membunuh mikroba, karena sel dalam keadaan mati lebih mudah diwarnai daripada sel dalam keadaan hidup, melepaskan granular protein menjadi gugus reaktif-NH3 yang akan bereaksi dengan gugus OH – dari zat warna, mencegah terjadinya otolitis sel, yaitu proses pecahnya sel yang disebabkan oleh enzim yang ada didalamnya, dan merubah daya ikat zat warna. Fiksasi dapat dilakukan secara fisik dengan pemanasan ataupun pengeringan secara dingin, sedangkan yang paling umum dilakukan secara kimia dengan penambahan sabun, formalin, fenol, dan sebagainya. 2. Pelunturan warna Pelunturan warna bermaksud untuk menghilangkan warna sel yang telah diwarnai. Senyawa ini digunakan untuk menghasilkan keadaan yang kontras pada sel mikroba sehingga dengan jelas dapat dilihat dibawah mikroskop misalnya. Pada umumnya sel mikroba yang mudah diwarnai akan lebih cepat pula dilunturkan, sedangkan sebaliknya sel mikroba yang sukar diwarnai akan sulit pula untuk dilunturkan. Sifat cepat dan lambatnya cara pelunturan inilah yang diperbedakan untuk membedakan kelompok mikroba setelah diberi pewarnaan. Dan ari segi ketahanan sel terhadap senyawa kimia, dibidang mikrobiologi dikeSnal ada tahan asam, tahan alkohol, tahan air dan sebagainya. Ketahanan terhadap suatu zat kimia inipun dipergunakan untuk membedakan kelompok mikroba. 2.6 Morfologi Bakteri
Secara harafiah, morfologi berarti 'pengetahuan tentang bentuk' (morphos). Morfologi dalam cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk organisme. Sel-sel bakteri memiliki beberapa bentuk. Menurut morfologinya bakteri dapat dibedakan menjadi tiga bentuk utama, yaitu : 1. Bakteri berbentuk bulat (Coccus) Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus (Coccus), dibedakan menjadi :
7
a. Monokokus ( Monnococcus), yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misalnya Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah. b. Diplokokus ( Diplococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang bergandengan dua-dua, misalnya Diplococcus pneumonia, penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru. c. Streptokokus (Streptococcus), yaitu bakteri bentuk bola yang berkelompok memanjang membentuk rantai. d. Sarkina (Sarkcina), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empatempat sehingga bentuknya mirip kubus. e. Stafilokokus (Stafilococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk sekelompok sel tidak teratur, sehingga bentuknya mirip dompolan buah anggur. 2. Bakteri berbentuk batang (Basilus)
a. Basil tunggal (Monobasil), yaitu yang hanya berbentuk satu batang tunggal, misalnya Salmonella typhi penyebab penyakit tifus. b. Diplobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua. c. Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.
8
d. Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk rantai benang panjang, misalnya basillus anthracis penyebab penyakit antraks. 3. Bakteri berbentuk spiral (Spirillum) Bakteri berbentuk melilit atau spiral ada tiga macam bentuk spiral, yaitu sebagai berikut :
a. Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral yang sel tubuhnya kaku, misalnya spirillum. b. Vibrio atau bentuk koma yang diangkap sebagai bentuk spiral tak sempurna, misalnya vibrio cholera penyakit kolera. c. Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur. Pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.
9
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Tempat pelaksanaan praktikum
Praktikum pewarnaan bakteri dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27 Maret 2018, pukul 10.00 sampai 11.40 WITA di Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Mandiri Gorontalo. 3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat :
1. Mikroskop 2. Ose 3. Objek glass 4. Pipet tetes 5. Bunsen 6. Rak tabung 3.2.2
Bahan :
1. Methylen blue 2. NaCl 3. Media biakan 4. Oil emersi 3.3 Prosedur Kerja
1. Tetesi Objek glass dengan NaCl 2. Pijarkan ose dengan di atas nyala api 3. Ambil biakan bakteri satu atau dua mata ose, di letakkan di atas objek glass dengan putaran satu arah (melingkar atau searah jarum jam). 4. Fiksasi dengan cara dilewatkan di atas nyala api 2 sampai 3 kali 5. Keringkan sediaan 6. Sediaan kemudian di letakkan di atas bak pewarnaan 7. Tetesi dengan zat warna methylen blue, kemudiaan di diamkan 2-3 menit. 8. Zat warna dibuang, dengan cara di bilas dengan air 9. Preparat kemudian dikeringkan
10
10.
Setelah kering, preparat siap diamati dengan pembesaran objektif 100x
menggunakan oil emersi.
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, hasil yang diperoleh pada tabel berikut ini : No.
Gambar
Keterangan
1.
Ditemukan bakteri streptobasil
(Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan) 4.2 Pembahasan
Pewarnaan sederhana merupakan pewarnaan yang paling umum digunakan. Berbagai macan tipe morfologi bakteri (coccus, bacillus, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromotofiknya bermuatan positif). Pada pewarnaan sederhana, bakteri diwarnai oleh reagen tunggal. Pewarnaan dasar dengan kromogen (zat warna) muatan positif disarankan selama asam nukleat bakteri dan komponen dinding sel membawa muatan negatif yang menyerap dengan kuat dan mengikat kation kromogen perlu diperhatikan lamanya waktu pewarnaan
12
tergantung pada jenis pewarnaan yang digunakan. Misalnya metilen blue terserap selama 2-3 menit, dengan demikian bakteri yang terdapat pada sampel akan menyerap zat warna yang diberikan. Pengecetan sederhana digunakan untuk memperlihatkan atau memperjelas kontras antara sel dan latar belakangnya sehingga dapat mempertajam bentuk dari sel-sel mikroba itu sendiri, dengan cara mewarnai sel-sel mikroba dengan zat warna khususnya warna methylen blue. Sel bakteri dapat diamati dengan jelas jika menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 x 10 yang ditambah minyak emersi.Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat.Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan p ada permukaan sel.
13
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 100 x 10, maka dapat disimpulkan bahwa pada sampel tersebut ditemukan bakteri berbentuk streptobasil. 5.2 Saran
Diharapkan bagi seluruh mahasiswa agar selama kegiatan praktikum ini berlangsung, Mahasiswa harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). Diharapkan pula bagi semua mahasiswa, bahwa selama kegiatan praktikum ini berlangsung, agar semua mahasiswa bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum.
14