LAPORAN PRAKTIKUM FAAL KEBUGARAN
Oleh : Sub Kelompok Faal B – 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15.
Pungky Permata Putri Yura Pradiptama Galuh Anis Tasya Clarissa Cita Magdalena Zahwa Afdhilani Azwan Pudya Lestyana Saniah Khonsa Tsabitah Hardi Kalpin Saputra Ismi Fara Nabila Aulia Irfatul Ilmi Hasan Dianty Suci Saputra Angeline Felicia Nastiti Imana Intansari Norma Khoirun Nisa
011311133172 011311133174 011311133175 011311133176 011311133177 011311133178 011311133179 011311133180 011311133181 011311133182 011311133183 011311133185 011311133186 011311133187 011311133188
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TAHUN AJAR 2014 - 2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG TEORITIS Kepentingan pemeriksaan kebugaran badan atau physical fitness sangatlah luas, bahkan dapat dikatakan bahwa di semua lapangan pekerjaan diperlukan derajat kesegaran jasmani tertentu. Dengan kata lain, bahwa masalah kesegaran jasmani juga menyangkut masalah nasional. Banyak sekali cara untuk melakukan tes kebugaran badan. Ditinjau dari segi ilmu faal dapat dikatakan bahwa tes kebugaran badan atau tes kesegaran jasmani adalah tes untuk mengetahui kebugaran (saat) melakukan kerja. Kebugaran seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antar lain, fungsi setiap organ, kadar hemoglobin, kemampuan homeostasis, kemampuan neuro-muskular untuk mendayagunakan oksigen dan faktor eksternal (suhu sekeliling, kelembaban, tekanan udara). Untuk mengetahui tingkat kebugaran seseorang dapat dilakukan dengan beberapa cara, pada praktikum ini dipilih dua metode yaitu Harvard Step Up Test dan Ergocycle (Astrand).
HARVARD STEP UP TEST – modified Parameter pada Harvard Step Up Test (percobaan naik turun tangga) adalah waktu lama kerja dan frekuensi nadi. Dengan memakai kedua faktor tersebut dapat dibuat indeks kebugaran badan, yang dibedakan antara "kurang fit" sampai dengan "sangat fit" Pada tes ini orang yang diperiksa disuruh naik turun bangku setinggi 49,24 cm (19 inci) untuk laki-laki dan 43,16 (17 inci) untuk perempuan, dengan frekuensi langkah 30 kali permenit atau frekuensi metronom 120 kali permenit. Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung danyut nadi arteri radialis dan suara detak jantung dengan bantuan elektrokardiogram. ERGOCYCLE ASTRAND Tes kebugaran ergocycle dilakukan dengan menggunakan sepeda yang diberi beban menganut metode Astrand. Parameternya adalah frekuensi denyut nadi dan besar beban,
yang selanjutnya digunakan untuk menentukan besar kapasitas maksimal aerob (VO2max atau maximal oxygen consumption). VO2max adalah kemampuan maksimum tubuh menggunakan oksigen semenitnya selama latihan fisik. Satuan absolut VO2max adalah oksigen per menit (L/min) dan satuan relatif VO2max adalah berkaitan dengan berat badan yaitu volume oksigen per kg BB per menit (mL/kg/min). Indikasi dilakukannya tes 1. Untuk menentukan besarnya kapasitas muskulo-kardio-respiratori seseorang terutama dalam hubungannya dengan dunia olahraga, kemiliteran, dan industri. 2. Untuk menilai kemajuan program latihan dan rehabilitasi fisik. 3. Untuk menilai kemungkinan adanya penyakit jantung koroner yang laten (nyeri dada, orang-orang dengan faktor resiko tanpa keluhan). Kontra Indikasi dilakukannya test 1. Kontra indikasi absolut. -. Penderita infark miokard akut. -. Penderita miokarditis atau perikarditis akut. -. Penderita angina pektoris yang belum stabil. -. Penderita dengan payah jantung kongestif. -. Penderita dengan stenosis aorta. -. Penderita dengan penyakit infeksi yang akut, emboli paru, penyakit metabolik yang tidak stabil dan anemi berat 2. Kontra indikasi relatif. -. Penderita dengan fibrilasi atrium atau flutter. -. Penderita dengan A-V block derajat II. -. Penderita dengan hipertensi berat. -. Penderita dengan sindroma Wolf-Parkinson White. -. Penderita dengan stenosis sub aorta idiopatik dan hipertrofi spetal asimetris.
1.2 TUJUAN 1. Menghitung dan menyimpulkan besar kebugaran dengan cara Harvard Step Up Test dan Ergocycle Astrand orang kerja. 2. Menghitung dan membahas Indeks Kebugaran Badan dengan rumus IKB.
BAB II METODE KERJA 2.1 SARANA HARVARD STEP UP TEST 1. Bangku Harvard 2. Metronom 3. Stopwatch 4. Penggaris panjang (cm/inci) ERGOCYCLE ASTRAND 1. Ruangan dengan ukuran minimal 3 x 4 m dan dilengkapi dengan AC. 2. Peralatan Baku: a. Ergometer sepeda Monark b. Polar heart rate c. Metronom d. Stopwatch 3. Peralatan Penunjang: a. Timbangan badan dan pengukur tinggi b. Tensimeter air raksa kaki tinggi c. Stetoskop
2.2 TATA KERJA HARVARD STEP UP TEST 1.
Pilih mahasiswa relawan pria dan wanita dalam keadaan sehat yang akan ditentukan Indeks Kebugaran Badannya (IKB).
2.
Mintalah mahasiswa relawan untuk menandatangani surat pernyataan bahwa saat ini dalam keadan sehat (tidak sakit) dan tidak mempunyai riwayat penyakit terkait kontra indikasi pemeriksaan.
3.
Diukur frekuensi denyut nadi istirahat dan tekanan darah sistol dan diastole, harus dalam batas normal.
4.
Mahasiswa relawan berdiri menghadapa bangku : - Tinggi bangku untuk laki-laki
: 19 inci (48,24 cm)
- Tinggi badan untuk perempuan
: 17 inci (43,16 cm)
4.
Pasang alat monitor denyut jantung (polar heart rate) pada mahasiswa relawan.
5.
Pasang metronome dengan frekuensi 120 kali ketukan per menit.
6. Suruh mahasiwa relawan naik turun bangku dengan mengikuti irama metronome. Setiap langkah kaki harus sama dengan irama detak metronom dan selalu dimulai dengan kaki yang sama. Catatan : Lakukan tindakan tersebut 2 – 3 kali sebelum percobaan sesungguhnya dimulai. Pada saat percobaan dimulai, pemeriksa memberika aba-aba “ya”, pada saat itu mahasiswa coba menekan tombol stopwatch (menjalankan stopwatch) sebagai tanda waktu dimulainya tes. 7. Bila mahasiswa relawan sudah tidak sanggup melakukan tes naik turun bangku sesuai prosedur atau durasi naik turun bangku sudah mencapai 5 menit, pemeriksa memberikan
aba-aba
"stop",
dan
segera
menekan
tombol
stopwatch
(menghentikan stopwatch) mahasiswa relawan berhenti naik turun bangku. Segera baca durasi (lama) naik turun bangku dari mahasiswa relawan tersebut 8. Kemudian dengans egera tekan tombol stopwatch (mengembalikan jarum stopwatch ke posisi nol) bersamaan dengan menyuruh mahasiswa relawan untuk segera duduk 9. Kemudian tekan tombol stopwatch sekali lagi dengan segera (menjalankan stopwatch) sebagai titik awal waktu untuk menghitung frekuensi denyut nadi setelah naik turun bangku (pada saat pemulihan) 10. Hitunglah frekuensi denyut nadi selama masa pemulihan pada: -
Menit ke 1 s/d menit ke 1,5 setelah naik turun bangku (30" pertama)
-
Menit ke 2 s/d menit ke 2,5 setelah naik turun bangku (30" kedua)
-
Menit ke 3 s/d menit ke 3,5 setelah naik turun bangku (30" ketiga)
11. Hitunglah Indeks Kebugaran Badan (IKB) dengan rumus berikut: CARA LAMBAT : IKB = (Lama tes dalam detik x 100) / 2 (∑ Ketiga Nilai Frekunsi nadi) Penilaian Hasil Cara Lambat: Dibawah 55
= kurang
55-64
= sedang
65-79
= cukup
80-90
= baik
Diatas 90
= baik sekali
CARA CEPAT : IKB = (Lama tes dalam detik x 100) / 5,5 (Frekuensi Nadi 30" pertama) Penilaian Hasil Cara Cepat: Dibawah 50
= kurang
50-80
= sedang
Diatas 80
= baik
ERGOCYCLE ASTRAND 1. Pilih mahasiswa relawan pria dan wanita dalam keadaan sehat yang akan diukur VO2max. 2. Mintalah mahasiswa relawan untuk menandatangani surat pernyataan bahwa saat ini dalam keadan sehat (tidak sakit) dan tidak mempunyai riwayat penyakit terkait kontra indikasi pemeriksaan. 3. Catat Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), umur, makan/ minum manis terakhir, dan ukurlah tekanan darah mahasiswa tersebut. 4. Catat juga tekanan atmosfer, kelembaban udara, dan suhu ruangan. 5. Pasanglah chest band atau Polar heart rate (HR) meter dan catat HR istirahat mahasiswa relawan. 6. Aturlah tempat duduk sepeda senyaman mungkin untuk bersepeda. 7. Lakukan pemanasan ± 5 menit dengan meminta mahasiswa relawan mengayuh sepeda dengan kecepatan konstan 50 rpm dan bebean dinaikkan secara bertahap hingga mencapai 300 kpm (1kp). 8. Mulailah pengukuran ergocycle pada beban 600 kpm (2kp) untuk pria dan 450 (1,5 kp), kecepatan konstan 50 rpm, selama 6 menit. 9. Catat heart rate (HR) setiap menitnya. 10. Jika selisih HR pada menit ke-5 dan ke-6 lebih dari 5 bpm, lanjutkan mengayuh selama beberapa menit. Atau jika HR masih dibawah 140 bpm, tambah 300 kp (1 kp) lagi dan mengayuh lagi selama 6 menit dengan kecepatan konstan 50 rpm.
Penghentian Tes 1. Tes harus dihentikan bila secara obyektif a. Timbulnya gejala yang membahayakan, antara lain: pucat, kulit dingin, banyak keringat, sianosis, tekanan darah, dan frekuensi denyut jantung menurun cepat b. Denyut jantung maksimal telah dicapai atau bahkan dilampaui 2. Tes juga dihentikan bila penderita : a. Merasa sakit dada yang sangat, sesak nafas, sangat lelah dan tidak mampu mempertahankan sikap duduk lagi b. Persendian atau otot-otot dirasakan sangat nyeri seperti halnya claudicatio.
BAB III HASIL PEMERIKSAAN
3.1
Harvard Step Up Test Keterangan
Mahasiswa Relawan 1
Mahasiswa Relawan 2
Yura Pradiptama
Galuh Anis Tasya
19 th
20 th
L
P
Mahasiswa
Mahasiswi
62 kg
60 kg
172 cm
168,5 cm
3 ham yang lalu
2 jam yang lalu
1
1
86 x/ menit
89 x/ menit
Lama test (detik)
178
65
1’ – 1,5’
71
60
2’ – 2,5’
62
52
3’ – 3,5’
56
47
Nama Umur (th) L/P Pekerjaan Berat Badan (BB) – (kg) Tinggi Badan (TB) – (cm) Makan/ minum manis terakhir Habitation
category
(see below) Heart
Rate
(HR)
istiirahat (x/menit)
Nilai
dan
Kategori IKB = Lama tes dalam detik x 100
IKB cara cepat
5,5 (frekuensi nadi 30” pertama) = 178 x 100 = 45,5 5,5 (71)
Nilai
dan
Kategori IKB = Lama tes dalam detik x 100
IKB cara lambat
2(∑ ketiga nilai frekuensi nadi) = 178 x 100 = 47,82 (192)
IKB = Lama tes dalam detik x 100 5,5 (frekuensi nadi 30” pertama) = 178 x 100 = 19,6 5,5 (60)
IKB = Lama tes dalam detik x 100 2(∑ ketiga nilai frekuensi nadi) = 178 x 100 = 20,4 (159)
Patm
0atm
0atm
Suhu ruangan
25˚C
25˚C
Kelembaban
Habitation category (choose the nearest condition of the volunteer) : 1. Complelety untrained 2. Sporadic muscular activity = a few times per month 3. Reguler but light exercise = 1-2x per week 4. Rather intensive training one or more times per week 5. Hard training for competition several times per week
3.2 Ergocycle Mahasiswa Relawan I Result Name
:
Hardi Kalpin Saputra
Age
:
19 years
Body Weight
:
83 kg
Height
:
167 cm
Last meal/ (sweet) drink
:
1,5 hours ago
Pulse rate (pretest)
:
93 bpm
Occupation
:
Date of Test
:
10 – 09 - 2014
Habitation category (choose the nearest condition of the volunteer) : 1. Completely untrained 2. Sporcardiac muscular activity = a few times per month 3. Regular but light exercise = 1 – 2x per week 4. Rather intensive training one or more times per week 5. Hard training for compettition several times per week Work load = 600 kpm Pulse rate : 1’ = 129 bpm 2’ = 137 bpm 3’ = 146 bpm
4’ = 154 bpm 6’ = 158 bpm VO2max = 2,43 liter/ minute Corrextion factor of age = 1, 06 → Correction of VO2max = 2,576 liter/ minute VO2max per kg BW = 31 ml/ kgBW/ min Classification VO2max = Low
Patm
=0
Room temperatur = 25 ˚C Humidity
=
Mahasiswa Relawan I Result Name
:
Dianty Suci Saputra
Age
:
19 years
Body Weight
:
53 kg
Height
:
149 cm
Last meal/ (sweet) drink
:
2,5 hours ago
Pulse rate (pretest)
:
87 bpm
Occupation
:
Date of Test
:
10 – 09 - 2014
Habitation category (choose the nearest condition of the volunteer) : 1. Completely untrained 2. Sporcardiac muscular activity = a few times per month 3. Regular but light exercise = 1 – 2x per week 4. Rather intensive training one or more times per week 5. Hard training for compettition several times per week Work load = 600 kpm Pulse rate : 1’ = 164 bpm 2’ = 170 bpm 3’ = ...... bpm
4’ = ...... bpm 6’ = ...... bpm VO2max = 1, 65 liter/ minute Corrextion factor of age = 1, 06 → Correction of VO2max = 1, 749 liter/ minute VO2max per kg BW = 33 ml/ kgBW/ min Classification VO2max = Average
Patm
=0
Room temperatur = 25 ˚C Humidity
=
BAB IV PEMBAHASAN
4.1.
Diskusi Hasil
4.1.1. Harvard Step Up Test Pada percobaan Harvard Step Up Test kali ini, digunakan dua cara untuk menentukan Indeks Kebugaran Badan (IKB), yaitu : a. Cara Lambat Cara ini menggunakan jumlah dari tiga kali pengukuran nadi setelah tes sebagai pembagi. Cara ini menggambarkan tentang kecepatan pemulihan tubuh yang merupakan indikator dari IKB. Semakin besar IKB berarti semakin cepat pemulihan tubuh yang terlihat dalam semakin cepatnya pemulihan nadi ke nadi istirahat dan semakin besar nilai IKB karena pembaginya semakin kecil. b. Cara Cepat Cara ini hanya memakai harga nadi 30 detik pertama sebagai pembagi. Cara ini menggambarkan kenaikan denyut nadi seseorang setelah melakukan tes. Kenaikan denyut nadi ini juga menggambarkan IKB. Semakin terlatih seseorang secara aerobik, pemenuhan kebutuhan oksigen lewat cardiac output tidak dilakukan dengan meningkatkan detak jantung tetapi dengan meningkatkan volume jantung sekuncup (stroke volume). Akibatnya detak jantung dan frekuensi nadi lebih rendah pada orang yang berketahanan lebih tinggi dan IKB lebih tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi IKB pada mahasiswa coba antara lain: a.Cardiorespiratory fitness atau ketahanan otot jantung Cardiorespiratory fitness ditentukan dari kemampuan otot jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan mempertahankan frekuensi nadi tetapi meningkatkan stroke volume. Orang yang terlatih secara aerobik memperlihatkan peningkatan stroke volume karena proses sebagai berikut: mula-mula kebutuhan oksigen yang meningkat pada otot yang sering terjadi menyebabkan jantung berkontraksi lebih cepat (meningkatkan frekuensi nadi) sehingga lamalama jantung akan membesar (hipertrofi tetapi fisiologis); selain itu, akibat peningkatan kekuatan otot skelet, maka venous return akan meningkat saat otot tersebut berkontraksi dan hal ini pada akhirnya akan meregangkan ruangan dan otot jantung sehingga berkontraksi lebih kuat (peningkatan cardiac output berdasarkan hukum Frank-Starling); hasil akhirnya
adalah peningkatan curah jantung karena peningkatan volume sekuncup dan hipertrofi serta penurunan denyut nadi akibat pemenuhan yang sangat cukup dari curah jantung oleh stroke volume dan hipertrofi.
b.Sudut reflex pada sendi lutut saat salah satu telapak kaki berada di atas bangku. Semakin besar sudut reflex ini semakin berat kerja yang harus dilakukan oleh otot kaki sehingga semakin tinggi frekuensi nadi dan semakin rendah IKB. Hal ini terjadi pada orang-orang dengan tinggi badan yang lebih pendek dan proporsi panjang kaki yang lebih kecil daripada tinggi badan keseluruhan. Dari hasil percobaan didapatkan mahasiswa coba sanggup melakukan Harvard Step Up Test selama 146 detik. Setelah dihitung dengan menggunakan rumus IKB cara lambat didapatkan hasil 44,24 dan dengan IKB cara cepat didapatkan hasil 44,24. Berdasarkan kedua hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil IKB untuk mahasiswa coba (Harvard Step Up Test) berada dalam kategori kebugaran ”kurang” (di bawah 55). Faktor-faktor yang ikut berperan menentukan hasil tersebut antara lain: a.Mahasiswa coba mungkin tidak berolahraga aerobik secara teratur, terutama olahraga untuk ketahanan otot jantung, sehingga otot jantung tidak terlatih dengan baik. Akibatnya cardiac output ditingkatkan dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung, bukan dengan peningkatan stroke volume, sehingga mahasiswa coba cepat lelah. b.Pemanasan yang dilakukan kurang / tidak cukup baik sehingga badan tidak siap untuk menerima aktivitas yang cukup tinggi.
4.1.2. Ergocycle Strand Mahasiswa coba sanggup melakukan test (Ergocycle) sampai menit ke-8. Tes tidak dilanjutkan sampai menit ke-12 karena Heart Rate sudah mencapai 176 dpm. Hasil perhitungan untuk mahasiswa coba tersebut (Ergocycle) adalah 32,01 ml/kg/menit. Nilai ini berada pada kisaran “Kurang” (Tabel klasifikasi VO2max menurut Lakesla).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil nilai kebugaran seseorang adalah: a. Berat badan dan tinggi badan. b. Jenis kelamin : Jenis kelamin juga menentukan curah jantung dan kebutuhan oksigen. Umumnya curah jantung pria lebih besar daripada wanita dan kebutuhan oksigennya lebih besar karena komposisi tubuh pria mengandung lebih banyak otot daripada wanita. c.Kadar Hb dalam darah : Kadar Hb yang cukup dalam darah akan memperlancar pengikatan oksigen dan karbondioksida, sehingga metabolisme berjalan lancar. Semakin banyak oksigen yang diikat semakin besar energi untuk melakukan kerja. Selain itu Kadar Hb menentukan jumlah oksigen yang dapat diangkut dalam aliran darah setiap menitnya (cardiac output). Jika kadar Hb seseorang rendah, maka dibutuhkan curah jantung yang semakin tinggi dengan menaikkan frekuensi nadi d. Latihan ( exercise ) : Orang yang rajin dan teratur melaksanakan latihan, harga kebugarannya lebih baik daripada yang jarang melakukan latihan (exercise). e. Nutrisi dalam tubuh : Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup gizi dan nutrisi akan meningkatkan kondisi tubuh. f. Psikologis : misalnya, karena adanya ketakutan terjatuh dari bangku sehingga meningkatkan kronotropik otot jantung lewat adrenalin.
BAB V PERTANYAAN 1. Apakah kebugaran ? 2. Faktor apa yang dapat mempengaruhi kebugaran ? 3. Sebutkan beberapa contoh metode yang bisa digunakan untuk mengukur kebugaran ! 4. Bagaimana aplikasi pemeriksaan kebugaran di bidang kesehatan/ kedokteran ?
Hasil Kerja : 1. Kesegaran Jasmani adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki kemampuan melakukan suatu aktivitas dengan baik tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kesegaran jasmani merupakan suatu dasar untuk dapat melakukan aktivitas hidup termasuk mengajar. Semakin tinggi kesegaran jasmani seseorang biasanya akan semakin mudah seseorang tersebut melakukan aktivitas. Sebaliknya jika tingkat kesegaran jasmani seseorang buruk maka gairah hidup dan penampilannya akan kurang sebab faal tubuhnya tidak bekerja dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh untuk dapat melakukan pekerjaan sehari-hari, serta masih memiliki tenaga untuk menikmati waktu senggang serta keadaan yang lebih ekstrim tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih dapat menikmati hidup serta terhindar dari penyakit. 2. Kebugaran Jasmani menggambarkan kerja sama dan interaksi antara alat-alat pelaksana gerak dan alat-alat kelangsungan gerak yang terwujud dalam kelenturan (flexibility), kekuatan (power atau strength), dan daya tahan otot (stamina atau endurance), serta koordinasi otot dalam rangka ketahanan fisik secara fungsional. Kesemuanya ini memerlukan energi biologis yang dibentuk dan disalurkan secara aerob dan anaerob. Maka faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran, yaitu : Berat Badan (BB), Suhu, Kelembaban. 3. Metode yang bisa digunakan untuk mengukur kebugaran, yaitu : a. Harvard Step Up Test b. Ergocycle Strand 4. Aplikasi pemeriksaan dalam bidang kesehatan atau kedokteran, salah satunya adalah tes kebugaran pada calon jamaah HAJI.
DAFTAR PUSTAKA Guyton AC, Hall JE, 2006. Textbook of Medical Physiology, 11th ed. Philadelpia: W.B. Saunders Company. Departemen Ilmu Faal, 2009. Buku Kerja Praktikum Ilmu Faal. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-24671-BAB%20I.pdf http://misslf.blog.ugm.ac.id/2012/01/11/pengantar-ilmu-fisiologi-olahraga/