I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi antara, hidrosfer,atmosfer,litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organic yang dalam keadaan padat,gas, dan cair. Jadi, tanah merupakan system tiga fase yaitu padat, cair dan gas yang selalu mengalami dinamisasi dalam kondisi seimbang. Dipandang dari segi pedology, tanah adalah suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman. Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa sisa -sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah. Dengan kata lain, profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan pengamatan profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah. Dari pengambilan sampel tanah yang dilakukan pada berbagai lapisan tanah tersebut kita dapat mengetahui karakteristik tanah, tekstur, warna, dan pH tanah.
1
1.2.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pengamatan profil tanah ini adalah untuk mengetahui tekstur tanah, konsistensi tanah dan pH tanah pada tiap lapisan horizon tanah. Sedangkan kegunaan dari praktikum ini adalah untuk menjadi bahan acuan dalam pelaksanaan analisa sampel tanah di laboratorium dan sebagai bahan informasi dalam penggunaan suatu lahan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Profil Tanah
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena adanya rongga-rongga udara. Horizon tanah merupakan suatu lapisan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan bumi yang merupakan hasil evolusi dan terdapat perbedaan sifat-sifat diantara horizon-horizon yang berbatasan (Henry D Foth, 1984). Ada enam horizon dan lapisan utama dalam tanah yang masing-masing diberi symbol dengan satu huruf capital yaitu (dari atas ke bawah) O, A, E, B, C dan horizon yang berbentuk batuan atau horizon R (Harjowigeno, 2003). Horizon yang diberi simbol huruf besar dan kombinasi huruf tersebut merupakan simbol untuk horizon peralihan, sedangkan lapisan tanah yang terbentuk bukan karena proses pembentukan tanah (misalnya kerena proses pengendapan) diberi simbol angka romawi (I,II,III, dst) Horizon O didominasi oleh bahan organic pecahan-pecahan mineral volumenya kecil dan beratnya biasa kurang dari separuhnya (Henry D Foth, 1984). Asam organic dan CO 2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk meresap ke bawah horizon E atau zona pencucian (Elevasi). Pencucian mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon tanah berwarna pucat seperti pasir (Henry D Foth, 1985). Horizon B atau zona akumulasi kadang agak melempung dan berwarna merah atau coklat karena akibat kandungan hematite dan lionitnya (Pairunan, 1985). Horizon C merupakan suatu lapisan yang sukar dipengaruhi oleh proses proses pembentukan tanah dan tidak memiliki sifat-sifat horizon lainnya (Henry D Foth, 1985).
3
2.2.Faktor Pembentukan Tanah
Faktor pembentukan tanah dibedakan atas dua golongan yaitu faktor pembentuk tanah secara pasif dan faktor pembentuk tanah secara aktif. Faktor pembentuk tanah secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang meliputi bahan induk,topografi dan waktuatau umur. Sedangkan faktor pembentuk tanah secara aktif adalah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah yaitu iklim dan makhluk hidup (Hanafiah,2009). Secara umum dikenal terdapat 5 faktor pembentuk tanah, yaitu iklim, organisme, bahan induk, topografi dan waktu. Iklim
Iklim juga mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan tanah, secara tidak langsung iklim juga menjadi penyebab atau menentukan vegetasi alami. Sehingga tidaklah mengherankan juka terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang paralel di permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°C akan menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata temperatur tanah.Rupanya hanya tanah-tanah yang sangat muda mempunyai pengaruh iklim yang konstan selama genesa tanah (Foth. H. D, 1988). Organisme ( Vegestasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal: 1.
Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
2.
Membantu proses pembentukan humus.
3.
Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika.
4.
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Bahan Induk Sifat dari barhan induk sangat mempengaruhi pembentukan pada tanah
muda, Sifat bahan induk yang memakai satu pengaruh yang mendalam pada
4
perkembangan tanah termasuk tekstur, komposisi mineral dan tingkat stratifikasi. Pembentukan tanah dapat dimulai segera setelah penimbunan abu vulkanik tetapi harus menunggu penghancuran batuan keras secara fisik, dimana granit dibuka. Selama stadia awal pembentukan tanah, penghancuran dapat membatasi laju dan kedalaman perkembangan tanah, dimana laju dan penghancuran batuan melebihi laju perpindahan bahan oleh erosi, tanah-tanah produktif dengan solum tebal dapat berkembang dari batuan dasar ( Foth.H. D, 1988 ). Topografi/Relief
Ada tiga cara topografi mengubah tanah menurut (Foth.H. D, 1988), yaitu: o
Mempengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi dan ditahan dalam tanah sehingga sangat mempengaruhi kelembaban.
o
Mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah yang diakibatkan oleh erosi.
o
Mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Waktu
Karakkter tanah berubah seiring berjalannya waktu. Tanah yang masih muda masih mencerminkan struktur material asalnya. Tanah yang sudah dewasa akan lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan dengan meneliti ketebalan tanah yang terbentuk pada masing-masing aliran ekstrusif. Tanah yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu vulkanik, endapan glasial, atau sedimen 2.3.Tanah Alfisol
Tanah Alfisol memiliki tekstur tanah liat, dimana terdapat penimbunan liat di horison bawah (Argilik) dan mempunyai kejenuhan basah (berdasar jumlah kation) tinggi yaitu > 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah
bersama
dengan
gerakan
air.Tanah-tanah
yang
bertekstur
pasir
mempunyai luas permukaan yang luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan
5
unsur hara tinggi, tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar. Tanah Alfisols merupakan morfologi yang khas dari Alfisols dicirikan oleh horizon eluviasi dan iluviasi yang jelas, yang mana horizon permukaan umumnya berwarna terang karena dipengaruhi oleh beberapa jenis mineral seperti kuarsa yang dapat mempengaruhi warna tanah Alfisols lebih terang. Alfisosl diartikan oleh horizon Argilik yaitu horizon B yang paling sedikit mengandung 1,2 kali liat lebih besar daripada liat diatasnya. Horizon B utamanya memperlihatkan struktur tersudut atau kubus, sedang sampai kuat. Tanah Alfisols memiliki struktur tanah yang liat. Liat yang tertimbun di horizon bawah ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak Alfisols digambar adanya perubahan tekstur yang sangat jelas dalam jarak vertikal yang sangat pendek yang dikenal Taksonomi Tanah sebagai Abrupat Tekstural Change (perubahan tekstur tanahekstrim) (Buckman dan Brady, 1982). 2.4. Struktur tanah
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan ikatan
yang merupakan
gumpalan tanah
yang
sudah
terbentuk
akibat
penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan dilapangan, sedang laboratorium elatif
sukar
terutama
dalam
mempertahankan
keasliannya
dari bentuk
agregatnya. Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel
– partikel
tanah
seperti pasir, debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut ped. Struktur yang dapat memodifikasi pengaruh tekstur tanah dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan air (Madjid, 2007).
6
Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan perubahan akar. Struktur lapisan dipengaruhi oleh praktis dan dimana aerasi dan draenase membatasi pertumbuhan tanaman. System pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Utomo, 2005). 2.5.Tekstur Tanah
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Tan, 1992). Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan ja tuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secarakuadratik (Hardjowigeno, 2003). Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985). Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 2003). Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Untuk membedakan masingmasing tekstur tanah dapat dilihat ciri – ciri dari ketiga tekstur tanah tersebut.
7
Selain itu, setiap tekstur tanah mempunyai karakteristiknya masing – masing. (Hardjowigeno, 2003). Karateristik tekstur pasir yaitu daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori besar lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain. Karakteristik
tekstur
debu
yaitu pasir kecil,
yang
tanah
keringnya
menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik. Karateristik tekstur liat yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar. 2.6.Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel
–
partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Tanah
– tanah
yang mempunyai konsistensi yang
baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab dan kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit atau membuat bulatan atau gulungan. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka Atterberg. Dalam mengetahui konsistensi tanah maka terdapat berbagai manfaat terutama dalam bidang pertanian, yaitu dapat menentukan cara pengolahan tanah yang baik, dapat menentukan jenis tanaman yang cocok serta dapat mengetahui kadar air dalam tanah. (Guswono,1983) Makin tinggi tingkat konsistensi tanah, maka pengolahan pada tanah tersebut akan makin sulit. Sama halnya sebagaimana pengaruh tekstur dan struktur, konsistensi tanah juga memengaruhi perakaran tanaman, infiltrasi, serta tingkat
8
pengolahan tanah. makin tinggi konsistensi suatu tanah, makin terhambat perakaran suatu tanaman dan infiltrasi air, serta makin sulit pengolahan pada tanah. (Gliessman,2000) 2.7. pH tanah
pH tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau kebasaan terhadap tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5 – 10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim r endah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2010).
9
III. METODOLOGI 3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum profil tanah dilakukan pada hari minggu, 26 oktober 2014 pukul 08.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Teaching Farm, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar 3.2.Keadaan Umum Lokasi 3.2.1. Letak Astronomis dan Geografis
Titik koordinat lokasi praktikum adalah 5 o06′23″ LS 119o29′12″ BT Letak geografis sebagai berikut ; Sebelah utara
: Laboraturium Fakultas Peternakan UNHAS
Sebelah timur
: Taman buah naga UNHAS
Sebelah selatan : Perkebunan jati Sebelah barat
: Pemukiman masyarakat
3.2.2. Iklim
Kondisi iklim yang terdapat pada lokasi pengamatan profil tanah ketika kita melakukan praktikum yaitu sangat cerah dan panas. 3.2.3. Vegetasi
Vegetasi yang terdapat pada lokasi praktikum adalah semak belukar, pohon jati, pohon pisang, pohon bambu, pohon mangga dan beberapa tanaman liar. 3.3. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sekop, cangkul, linggis, ring sampel, cutter, meteran bar, GPS, kertas lebel, cutter, plastik gula, sendok semen, botol rool foto dan pH indikator. Bahan-bahan yang digunakan adalah air, sampel tanah utuh dan sampel tanah terganggu. 3.4. Prosedur kerja 3.4.1.
Penggalian Profil Tanah
Menentukan lokasi penggalian profil tanah, sebaiknya yang berada pada sisi yang menghadap datangnya sinar matahari
Menggali profil tanah dengan ukuran 1.5 meter x 1 meter dengan kedalaman antara 130 meter.
10
Membuat tangga kecil hingga ke dasar lubang profil tanah disebelah timur tangga agar tidak menghalangi ketika melakukan pengamatan dan mempermudah pengamatan dengan bantuan sinar matahari.
3.4.2. Penentuan batasan lapisan tanah
Mengamati perubahan warna pada dinding tanah yang langsung terkena sinar matahari dan beri batasan pada setiap horizon tanah, apabila pada dinding tanah tidak terlihat jelas perbedaan warna tiap lapisan horizon, gunakan cutter garis vertical kebawah dari top tanah tanah hingga ke dasar galian profil tanah dan rasakan perubahan tiap lapisan tanah.
Memberikan batasan setiap horizon tanah
3.4.3. Penentuan Tekstur Tanah
Mengambil sampel dari tiap-tiap horizon kemudian tambahkan air secukupnya dan rasakan tekstur dari tanah ketika disentuh oleh tangan kita. 3.4.4. Penentuan Konsistensi Tanah
Mengambil sampel tanah dari tiap-tiap horizon lalu dibasahi dengan air secukupnya, lalu buat bulatan agak panjang hingga ± 7,5 cm dan dekatkan kedua ujung dari bulatan panjang tersebut. 3.4.5. Penentuan Perakaran Tanah
Mengamati perakaran yang ada pada masing-masing horizon, apakah kasar atau halus. Dengan cara melihat pada kedalaman berapa perakaran akhir yang ada pada tiap lapisan. 3.4.6. Penentuan pH Tanah
Mengambil sampel tanah dari tiap lapisan horizon tanah
Memasukkan sampel pada botol roll photo dengan perbandingan 1 : 3 Masukkan air pada botol yang sama dengan perbandingan 2 : 3 lalu tutup dan kocok botol roll photo selama ± 15 – 20 menit
Mencelupkan kertas pH indikator kedalam larutan tanah dan diamkan selama satu menit lalu angkat catat pH larutannya, hal yang sama dilakukan pada tiap sampel horizon tanah yang lain.
3.4.7. Pengambilan Sampel Tanah
11
3.4.7.1.
Pengambilan Sampel Tanah Utuh
Membersihkan lapisan permukaan tanah yang akan diambil contoh tanahnya
Meletakkan ring sampel tegak lurus pada lapisan tanah tersebut
Menggali tanah disekeliling ring dengan hati-hati menggunakan linggis
Membersihkah kerat tanah disekeliling ring sampel dengan cutter
Menutup tabung beserta tanah didalamnya dengan plastik untuk mencegah penguapan dan gangguan selama dalam perjalanan.
3.4.7.2.
Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
Mengambil sampel tanah pada masing-masing lapisan horizon tanah dengan sendok semen atau cutter sesuai, mulailah dengan lapisan paling bawah
Masukkan dalam kantong plastik yang sebelumnya telah diberi label atau kode
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan profil tanah yang dilakukan maka diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut : Tabel 1. Hasil pengamatan profil tanah Parameter Pengamatan
Lapisan I
II
III
Simbol lapisan
L1
L2
L3
Nomor lapisan
1
2
3
Dalam lapisan
0 – 40 cm
40 – 70 cm
70 – 130 cm
Batas lapisan
1 cm
1 cm
1 cm
Tekstur
Pasir
Lempung
Liat
Konsistensi
Lose (l)
Tuse (t)
Fine (f)
pH lapang
5
4
6
Perakaran
39 cm
67.5 cm
128 cm
Kasar banyak
Halus banyak
Halus banyak
Sumber: Data primer setelah diolah, 2014 4.2. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan profil pada tanah alfisol di lokasi, tanah tersebut memiliki 2 lapisan. Lapisan I yaitu pada kedalaman 0
– 40
cm, lapisan II pada
kedalaman 40 – 70 cm dan lapisan III pada kedalamanan 70
– 130
cm. Warna
tanah makin kebawah makin berwarna terang. Hal ini terjadi karena tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organic, drainase, kandungan air, dan aerasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1992) bahwa warna terang ditimbulkan karena adanya warna mineral oksida besi, warna gelap tanah disebabkan oleh bahan organik melapuk. Tanah pada lapisan I bertesktur pasir yang jika diraba terasa kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat (Nyakpa, 1989) yang mengatakan berdasarkan kelas teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau pasir
13
berlempung. Lapisan II tanahnya tidak begitu kasar dan tidak licin, agak melekat dan mengkilat. Jadi, dapat dikatakan tanah lapisan II memiliki tekstur lempung. Tanah pada lapisan III memiliki tekstur liat, dimana jika diraba terasa sangat lengket,
halus
dan
juga
terlihat
mengkilat.
Hal
ini
dikemukakan
oleh (Hardjowigeno, 2003) bahwa tekstur liat terasa berat, membentuk bola dengan baik, dan sangat lekat. Dan pendapat yang serupa dikemukakan oleh (Hanafiah, 2010) yang menyatakan bahwa fraksi liat akan terasa halus, lekat, dan licin. Hasil pengukuran pH pada setiap lapisan yaitu kurang dari 7 yang berarti tanah tersebut bersifat masam. Hal ini disebabkan karena lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup tinggi pada permukaan tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan mengalami penguraian oleh mikroba yang mengakibatkan terbentuknya asam sulfida dan asam nitrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk. (1986), bahwa rombakan organik diserang oleh sebagian besar mikroorganisme yang diantara hasil metabolisme akhirnya adalah asam organik dan bahan organik yang banyak. Tanah dengan konsistensi baik mudah diolah dan tidak mudah melekat pada alat pengolah tanah. Sedangkan tanah yang berkonsistensi buruk merupakan kebalikannya. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, lapisan tanah yang memiliki konsistensi tanah yang baik pada keadaan basah adalah lapisan tanah lapisan III. Bila dilihat data pengamatan yang telah dilakukan banyaknya perakaran yang terdapat dalam setiap lapisan tanah semakin ke bawah perakaran yang dapat menembus tanah adalah akar yang halus Hal ini disebabkan oleh kemampuan akar yang terbatas karena semakin kebawah lapisan, kandungan liat didalam tanah semakin tinggi sehingga akar susah menembus lapisan tanah.
14
V. PENUTUP 5.1.Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa
Pada praktikum ini terdapat 3 lapisan horizon. Tiap-tiap lapisan horizon tersebut mempunyai tekstur, konsistensi, dan pH yang berbeda-beda
lapisan I memiliki tekstur pasir, lapisan II bertekstur lempung dan lapisan III bertekstur liat.
Dari segi konsistensinya, lapisan I adalah lapisan yang memiliki konsisten paling baik diantara ke tiga lapisan yang ada. Dimana lapisan I konsistensinya dikategorikan fine, sedangkan lapisan II konsistensinya tuse, dan lapisan III konsistensinya lose.
Dari segi perakaran semua lapisan memiliki banyak akar tapi lapisan I perakarannya kasar sedangkan lapisan II dan lapisan III perakarannya halus
Berdasarkan pengukuran pH tanah, ketiga lapisan tersebut tanah memiliki pH < 7 yang berarti tanah tersebut bersifat masam.
5.2.Saran
Sebaiknya sebelum dilksanakan praktikum para praktikan telah diberikan buku penuntun. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para praktikan dalam melaksanakan praktikum.
15
DAFTAR PUSTAKA
Foth,
D Henry. 1985. Dasar-dasar University:Yogyakarta.
Ilmu
Tanah.
Gadjamadah
Foth, H.D.dan L.N.Turk. 1999 . Fundamentals Of Soil Science. Fifth Ed. John Waley & sons. New York. Gliessman, R.Stephen.2000. AGROECOLOGY Ecological Sustainable Agriculture. CRC Press LLC., Florida
Processes in
Guswono, S. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Kanisus Yogyakarta. Hakim, N.M.Y. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung: Lampung. Hanafiah, Kemas Ali,Dr,Ir.2007. Dasar-dasar Findo Persada: Jakarta
Ilmu
Tanah.
PT.Rajagra
Hardjowigeno, sarwono. Ilmu tanah . sifat- sifat kimia tanah “ penetapan ph tanah”. 2010. Jakarta. Hardjowigono, H.S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta Madjid, Abdul. 2007. Biologi Tanah. Gramedia: Jakarta. Nyakpa, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung: Lampung. Pairunan, A.K, dkk. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKPT INTIM. Ujung Pandang. Tan, K.H.1992. Dasar – Dasar Kimia Tanah (terjemahan). Gadja Mada Univ. Press, Bulaksumur Yogyakarta. Utomo, Dwiyono Hari. 2005. Bahan Ajar Geografi Tanah. Universitas Negeri Malang: Malang
16
LAMPIRAN
Gambar penampang profil tanah
17
Gambar segitiga tekstur
18