LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
PROFIL TANAH
DISUSUN OLEH : NAMA
: PUTRYANI RANTE LEMBANG
NIM
: G11112318
KELOMPOK
:V
ASISTEN
: REZKY AYU LESTARI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah dapat memberikan kehidupan di atasnya, namun tidak semua jenis-jenis tanah memenuhi kriteria untuk jenis kehidupan di atasnya karena setiap jenis-jenis tanah memiliki bahan induk pembentuk tanah yang berbeda-beda. Tanah berasal dan hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau didalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air. Oleh karena itu dalam definisi ilmiahnya tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Apabila kita menggali tanah sedalam-dalamnya, maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang terbentuk. Lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon-horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik tanah dan susunan horizon-horizon tersebut biasa disebut dengan profil tanah. Dengan kata lain, profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain
dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan praktikum pengambilan profil
untuk
mengetahui
lapisan-lapisan
tanah
dengan
sifat
yang
berbeda-beda yang dilihat dari lapisan, kedalaman lapisan, batasan, topografi, warna, tesktur, struktur, konsistensi, dan karatan. 1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum profil tanah yaitu untuk mengenal dan mengetahui sifat-sifat fisik pada tanah oxisol dan vertisol yang meliputi tekstur tanah, struktur, kepadatan, konsistensi tanah, dan kedalaman lapisan serta faktorfaktor yang mempengaruhinya. Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan tiap-tiap horizon tanah dengan melihatnya secara langsung di lapangan serta mengamati karakteristik masing-masing horizon pada profil tanah tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Profil Tanah
Profil tanah merupakan irisan vertical tanah dari lapisan paling atas sehingga ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri horizon-horizon O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut Solum Tanah, horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan tanah bawah (Hanafiah, 2009). Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses pembentukan mineral dan pelapukan bahan-bahan koloid (Abdul Madjid, 2008). Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah uang lebih tepat waktu. Adanya beberapa tingkatan atau variasi faktorfaktor pembentuk tanah maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda adalah amat besar (Foth.H.D, 1999). Definisi lain dari profil tanah yaitu urutan-urutan horizon tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan buli. Profil tanah
dipelajari dengan mengenali tanah dengan lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Warna, tekstur, ketebalan horizon dan kedalaman solum, sifat perakaran atau konkresi merupakan sifat-sifat penting tanah yang selanjutnya menjadi parameter pengukuran profil tanah (Tim Asisten dan Dosen UNHAS, 2010).
Karakteristik Horizon Tanah Menurut Abdul Madjid (2007), ada tiga istilah yang sering diutarakan
dalam ilmu tanah, yaitu: 1) Solum tanah yaitu lapisan tanah yang meliputi horison: O - A - E - B. 2) Lapisan tanah atas (top soil) yaitu lapisan tanah yang meliputi horison: O - A. 3) Lapisan tanah bawah yaitu lapisan tanah yang meliputi horison: E - B. Menurut Dimas Prasetyo (2008), horizon dan lapisan terbagi atas : 1.
Horizon Organik (horizon O) Horizon Organik atau horizon O ialah lapisan yang terdiri dari bahan-bahan organik, baik yang masih segar ataupun yang sudah membusuk. Horizon O dapat dibagi sebagai berikut :
Horizon O1
: Terdapat bahan-bahan organik yang ciri-
cirinya tampak jelas.
Horizon O2
: Bahan-bahan organik yang sudah
mengalami pelapukan sehingga ciri-cirinya sudah tidak jelas karena telah terjadi proses humifikasi.
2.
Horizon Mineral (horizon A, B, dan C) Horizon mineral terdiri atas :
Horizon A
: Horizon A disebut daerah eluviasi atau
proses perpindahan bahan-bahan tanah dari horizon A ke horizon B. Horizon A1
: Horizon ini kaya bahan-bahan organik
yang bercampur dengan mineral sehingga berwarna kelam. Horizon A2
: Horizon ini memiliki struktur longgar,
tekstur kasar, dan berwarna terang karena mengalami pencucian. Horizon A3
: Horizon ini merupakan peralihan dari
horizon A ke horizon B dengan ciri warna lebih dekat ke horizon A2 atau Horizon E.
Horizon B
: Horizon B disebut daerah Iluviasi atau
akumulasi bahan-bahan tanah di horizon B yang berasal dari horizon A. Horizon B1
: Horizon ini merupakan peralihan dari
horizon A ke horizon B dengan ciri dan warna lebih dekat ke horizon B. Horizon B2
: Horizon ini merupakan horizon yang
paling memperlihatkan ciri-ciri horizon B yaitu struktur padat, tekstur halus, dan berwarna gelap.
Horizon B3
: Horizon ini merpakan peralihan dari
horizon B ke C dengan ciri dan warna lebih dekat ke horizon B.
Horizon C
: Horizon ini merupakan batuan yang telah
mengalami perubahan atau tidak utuh lagi dan belum mengalami perkembangan tanah baik eluviasi atau iluviasi. Tentang hal ini dikemukakan oleh Kartasapoetra dan Mulyani (1987) sebagai berikut : 1) Lapisan tanah atas (top soil) yang ketebalan solumnya sekitar 20 – 30 cm merupakan tanah yang relatif lebih subur jika dibandingkan dengan sub soil, banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah tanah bagi pertanian yang banyak memungkinkan keberhasilan usaha penanaman di atasnya. 2) Lapisan tanah atas merupakan media utama bagi perkembangan akar tanaman yang kita budidayakan dengan kandungan unsur-unsur haranya yang tinggi serta tingkat kelembaban tanahnya menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengelolaan tanah yang baik (pengolahan dan pemberian bahan organik) akan lebih memperbaiki sifat fisik tanah itu, sedangkan kesuburan dan produktivitasnya akan dapat lebih ditingkatkan dengan beberapa perlakuan, seperti pemberian pupuk, pemulsaan, sebagainya.
pengapuran,
pengeringan
atau
pembasahan
dan
lain
3) Akan tetapi dalam ketahanannya, tanah lapisan atas biasanya lebih rapuh, lebih mudah terangkut dan hanyut dibanding dengan sub soil, terutama pada permukaan tanah yang mempunyai kemiringan (slope), hanya dengan beberapa perlakuan pula (penanaman rumput-rumputan dan lain-lain) maka keadaan top soil akan dapat lebih dipertahankan. Terdapat unsur hara yang diperlukan dalam tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara terdiri atas unsur hara dasar (unsur hara makro) dan unsur-unsur kelumit (unsur hara mikro). Unsur hara makroyaitu Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Belerang, Fosfor, Kalium, Kalsium dan Magnesium. Sedangkan unsur hara mikro meliputi besi, tembaga, boron, seng, dan mangan. Ciri-ciri utamanya yaitu : a. Pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendirisendiri maupun kombinasi. b. Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan pelarutan/penghilangan
karbonat-karbonat/garam-garam
mudah
larut. c. Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau lebih merah tapi tak ada iluviasi besi. d. Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur batuan
asli,
yang
membentuk
lempung-lempung
silikat,
membebaskan desida-desida atau keduanya dan membentuk struktur granuler, gumpal atau prismatik.
Warna pada tanah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Kartasapoetra dkk, 1985) : 1. Bahan organik pada tanah organosol menyebabkan tanah berwarna hitam, atau gelap coklat 2. Mangan, ditandai dengan tanah berwarna gelap 3. Ferum pada tanah latosol menyebabkan tanah berwarna merah jingga atau kuning coklat 4. Garam-garam, pasir kwarsa, kaolin, dan garam-garam karbonat akan memperlihatkan warna putih pucat. Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan pembentukannya, bebatuan dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu : a) Batuan Beku (Igneous Rock) Batuan beku (igneous rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah. b) Batuan Sedimen (Sedimentary Rock) Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses konsolidasi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angin atau air dibawah permukaan bumi.
c) Batuan peralihan (Metamorf) Batuan peralihan (metamorf) merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif. 2.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu : 1. Bahan Induk Keadaan alami bahan induk akan mempunyai pengaruh terputus pada
sifat-sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh pada tanah-tanah tua yang ada. Sifat bahan induk yang memakai satu pengaruh yang mendalam pada perkembangan tanah, termasuk tekstur, komposisi mineral, dan tingkat stratifikasi. Pembentukan tanah dapat dimulai segera setelah penimbunan abu vulkanik tetapi harus menunggu penghancuran batuan keras secara fisik dimana granit dibuka. Selama stadia awal pembentukan tanah, penghancuran dapat membatasi laju dan kedalaman perkembangan tanah, dimana laju dan penghancuran batuan melebihi laju perpindahan bahan oleh erosi tanah-tanah produktif dengan solum tebal dapat berkembang dari batuan dasar (Foth. H.D, 1988). 2. Iklim Pengaruh iklim yang penting yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah presipitasi dan temperature. Iklim juga mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak langsung yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu mengejutkan bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang
paralel di permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°C akan menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata temperatur tanah. Rupanya hanya tanah-tanah yang sangat muda yang mempunyai pengaruh iklim yang konstan selama genesa tanah (Foth. H.D, 1988). 3. Organisme Tanaman mengabsorbsi unsur hara dari tanah dan mengangkut nutrien ketajuk tanaman, bila tajuk mati dan jatuh ke permukaan tanah perombakan bahan organik akan melepaskan unsur hara untuk kesuburan dirinya sendiri (Foth, 1988). Profil tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organik terdistribusi lebih uniform di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan vegetasi hutan mempunyai kira-kira separuh dari kandungan bahan organik dan terdistribusi tidak merata dengan tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizonhorizon pada solum lebih asam dan % jenuh basa yang rendah dan lebih banyak liat yang dipindahkan dari horizon A ke horizon B (Buckman & Brady, 1982). 4. Topografi Topografi mengubah perkembangan profil tanah dalam tiga cara, yaitu : 1) Dengan mempengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi dan ditahan dalam tanah,oleh karenanya mempengaruhi kelembaban ; 2) dengan mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi ; 3) dengan mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke daerah yang lain (Foth. H.D, 1988).
Pada skope yang lebih besar terjadi penghanyutan (erosi) tanah secara kontinue sehingga akan muncul soil-soil kepermukaan tanah dan peristiwa ini akan memodifikasi profil. Konsekuensinya tanah-tanah pada kemiringan besar memiliki solum yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah dibandingkan dengan tanah pada bergelombang dan datar. Drainase yang baik dan warna bahan tanah pada daerah-daerah rendah akan berubah dari kuning merah dan cokelat, menunjukkan aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi. Drainase buruk, berwarna kelabu dan ditemukannya sejumlah karatan-karatan berwarna kuning sebagai akibat reduksi besi ferri menjadi besi ferro (Buckman & Brady, 1982). 5. Waktu Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk bui. Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana bentuk muka bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah teristimewa termasuk stadia bahan induk, tanah muda, tanah matang dan tanah tua. Pada tanah-tanah muda kandungan bahan organik meningkat dengan cepat sebab laju pertambahan melebihi laju dekomposisi. Kematangan dicirikan oleh kandungan bahan organik yang konstan sebagai penambah diimbangi oleh yang hilang. Unsur yang tua dicirikan oleh kandungan bahan organik yang rendah dan menurun yang menunjukkan bahwa laju pertambahan susut dari tanah menjadi lebih mudah dilapukkan (Foth. H.D, 1988).
2.3
Sifat-sifat Tanah
Tanah terdiri atas 2 sifat, yaitu sifat fisika dan sifat kimia. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan mengenai sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia tanah sebagai berikut : Sifat-sifat Fisika Tanah Dalam menilai kesuburan suatu tanah maka sifat fisika tanah mempunyai peranan yang penting disamping sifat kimia. Sifat-sifat fisika itu yaitu tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, warna tanah, temperatur tanah, tata air dan udara tanah. Sifat-sifat fisika ini bisa berubah dengan adanya pengolahan tanah. Dengan pengolahan tanah ini strukturnya menjadi baik sehingga akan membantu berfungsinya faktor pertumbuhan tanaman secara optimal (Sarief, 1979). Salah satu sifat fisika tanah yang secara langsung dapat dilihat dengan mata telanjang yaitu warna tanah. Warna tanah merupakan campuran dari warna abu-abu, coklat dan komponen warna lainnya yang terjadi oleh adanya pengaruh berbagai faktor atau senyawa tunggal atau bersama memberikan jenis warna tertentu. Warna tanah yang dominan bukan warna-warna tanah yang murni tetapi sudah merupakan campuran dari warna abu-abu, coklat dan warna seperti karat. Warna hijau atau biru yang murni tidak dijumpai pada tanah, sedang dua warna atau lebih yang terjadi pada suatu bidang permukaan atau tempat tertentu disebut becak-becak ( nottling ). Warna tanah dipengaruhi oleh kondisi atau sifat tanah
lainnya melalui pengaruhnya atas radiasi dari energi sinar matahari. Warna yang semakin hitam atau semakin gelap akan lebih banyak menyerap panas dari sinar matahari dari pada warna tanah yang terang. Sejumlah energi panas yang terdapat dalam tanah mengakibatkan tingkat evaporasi yang tinggi, sehingga tanah yang semakin gelap akan lebih cepat mengering dibanding warna yang lebih muda. Temperatur tanag dipengaruhi oleh warna tanah dan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan aktifitas jasad renik serta struktur tanah. Jadi dengan adanya warna tanah secara tidak langsung berpengruh pada pertumbuhan tanaman dan jasad renik. Selain itu warna tanah secara langsung dapat dipakai untuk menentukan tingkat pelapukan, menilai kandungan bahan organik, menilai keadaan pembuangan air, melihat adanya horison pencucian dan horison pengendapan serta untuk dapat menaksir kandungan mineral. warna tanah yang semakin merah menunjukkan
tingkat pelapukan semakin lanjut. Tanah yang
semakin gelap warnanya akan semakin banyak kandungan bahan organiknya. Warna kuning, coklat, atau merah menunjukkan drainase baik, sedang warna kelabu kebiruan atau bercak-bercak menunjukkan drainase jelek. Warna putih atau pucat menunjukkan horison pengendapan ( akumulasi ) bahan dari horison diatasnya. Warna pucat atau kekuningan ini menunjukkan berasal dari mineral kuarsa, sedang warna merah menunjukkan berasal dari mineral mengandung besi (Soepardi, 1983). Struktur tanah merupakan susunan ikat an partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan
ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah
terbentuk akibat
penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan dilapangan, sedang laboratorium elatif
sukar
terutama
dalam
mempertahankan
keasliannya
dari bentuk
agregatnya. Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur, klas struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 type tanah yaitu : type lempeng (platy), type tiang, type gumpal (blocky), type remah (crumb), type granulair, type butir tunggal dan type pejal (masif). Dengan pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar. Untuk semua type tanah dengan ukuran klas berbeda-beda untuk masingmasing type. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah (weak) yaitu tanah yang jika tersinggung mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah sedang/cukup yaitu tanah
berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat
dipecahkan, tanah kuat (strong) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan (Baver, 1961). Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tekstur tanah, tanah pasir biasanya tak lekat, tak liat serta tak lepas. Akan tetapi tanah lempung berat berkonsistensi sangat lekat, sangat liat, sangat teguh dan keras. Analisis konsistensi dapat dilakukan dengan meletakkan tanah diatas ibu jari dan telunjuk
dalam genggaman tangan tergantung dari kelengasan tanah. Khusus tanah yang dalam keadaan basah ini dapat diamati dengan kelekatan dan kekenyalan berbeda dengan tanah kering (Darmawijaya, 1990). Dinamika bahan organik ditentukan oleh pemasukan sisa – sisa nabati dan hewani secara sinambung dan pngalihragamannya secara sinambung pula oleh faktor biologi sebagai penindak utama dan sampai batas tertentu juga oleh faktorfaktor kimia dan fisik (Kononova, 1966). Umumnya bahan organik memberikan warna kelam, semakin stabil bahan organik maka warnanya kan semakin tua. Humus yang paling stabil mempunyai warna hitam, warna merah dapat menunjukkan tanah yang telah lanjut mengalami perkembangan yang intensif, misalnya tanah latosol. Warna kuning sebagian besar disebabkan oleh adanya oksida besi. Tanah warna coklat berarti banyak dalam mengandung oksida besi yang tercampur bahan organik. Warna kelabu disebabkan oleh kuarsa, kaolin, dan mineral lempung, karbonat Ca dan Mg, gibs serta macam garam serta senyawa ferro. Tanah yang kelabu menandakan gejala gleisasi dimana Fe terbentuk ferro. Tanah yang drainasenya buruk hampir selalu terdapat bercak-bercak kelabu, coklat, merah dan kuning, warna putih terjadi karena pengaruh bahan induk. Hampir setiap horison menunjukkan warna yang berbeda, warna reduksi dan bercak menunjukkan adanya bahwa drainase yang terjadi buruk (Darmawijaya, 1990).
Beberapa sifat-sifat fisik menurut Hardjowigeno (1987), antara lain : 1) Batas-batas Horizon Batas suatu horizon dengan horizon lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan horizon-horizon ini dibedakan ke dalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm), berangsur (lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari 12,5 cm). Di samping itu bentuk topografi dari batas horizon tersebut dapat rata, berombak, tidak teratur atau terputus. 2) Warna tanah Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya disebabkan oleh perbedaaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan organik, warna tanah semakin gelap. Di lapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat. 3) Tekstur Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halusnya tanah (< 2 mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur.
4) Struktur tanah Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda. 5) Kemantapan dan tingkat perkembangan struktur Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butirbutir struktur tanah agak sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butirbutir struktur tanah sukar hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat. Tanah yang kering umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika dalam menentukan kemantapan struktur tidak disebutkan kelembabannya, biasanya dianggap tanah dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaaan tersebut struktur tanah dalam keadaan yang paling baik. 6) Konsistensi Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam keadaan
lembab atau kering konsisteni tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering). Sifat-sifat Kimia Tanah Sejumlah proses tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik dipengaruhi oleh reaksi tanah. Pembentukan tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa dalam tanah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung terhadap tanaman adalah pengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. Pengaruh secara langsung ion H+ dilaporkan mempunyai pengaruh beracun terhadap tanaman jika terdapat dalam konsentrasi yang tinggi (Tan, 1991). Pengujian PH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus, dengan menggunakan kertas indikator universal dan dengan alat PH dilaboratorium dapat menggunakan PH meter Beckman H5 (Kuswandi, 1993). Penentuan
PH
tanah
dapat
ditentukan
secara
kalorimetrik
dan
elektrometrik baik dilaboratorium ataupun dilapangan. Elektrik reaksi tanah ditentukan antara lain dengan PH meter Backman, sedangkan kalorimetrik dapat ditentukan dengan suatu alat atau menggunakan kertas PH, pasta PH dan larutan universal. Penentuan car terakhir umumnya lebih murah tetapi peka terhadap
pengaruh dari luar. Pada prinsipnya dikerjakan dengan membandingkan warna larutan tanah dengan warna larutan standart dari kertas, pasta dan larutan indikator universal (Darmawijaya, 1990). Ion H+ dalam tanah dapat berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap menentukan kemasaman aktif atau aktual kemasaman potensial dan aktual secara bersama menentukan kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam larutan garam netral (misal KCl) menunjukan kemasaman total oleh karena K+ dapat melepaskan H+ yang terjerap dengan mekanisme pertukaran (Notohadiprawiro, 1998) Binatang biasanya dianggap sebagai penyumbang sekunder setelah tumbuhan. Mereka akan menggunakan bahan ini atau bahan organik sebagai sumber energi. Bentuk kehidupan tertentu terutama cacing tanah, sentripoda atau semut memainkan peranan penting dalam pemindahan sisa tanaman dari permukaan ke dalam tanah (Soepardi, 1983). Bahan kapur pertanian ada tiga macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2, CaO atau MgO dan Ca(OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau CaMg(CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100 % melewati saringan 20 mesh dan 50 % melewati saringan80 – 100 mesh. Pemberian kapur dapat menaikkan kadar Ca dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al dan kejenuhan Al, juga memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pemberian kapur yang menyebabkan sifat dan ciri tanah membaik, meningkatkan produksi tanaman padi, jagung, kedelai (Bailey, 1986).
Perilaku kimia tanah dapat ditafsirkan sebagai keseluruhan reaksi fotokimia dan kimia yang berlangsung antar penyusun tanah dan bahan yang ditambahkan kepada tanah insitu. Faktor kelajuan semua reaksi kimia
yang
berlangsung dalam tanah berentangan sangat lebar, antara yang sangat singkat berhitungan menit ( reaksi serapan tertentu ) dan yang luar biasa berhitung abad ( reaksi yang berkaitan dengan pembentukan tanah ). Reaksi-reaksi tanah diimbas oleh tindakan faktor lingkungan tertentu. (Notohadiprawiro,1998)
III. METODOLOGI
3.1
Letak Geografis dan Administratif Secara geografis lokasi pengamatan di Desa Saue, Kecamatan Parangloe,
Kabupaten Gowa terletak antara 119°33’7,60” LU dan 95°11’9,14” LS. Letak lokasi Desa Saue, Kecamatan Parangloe sebagai berikut : Sebelah Utara
: Pallauna
Sebelah Selatan
: Balang Palalang
Sebelah Timur
: Balang Puza
Sebelah Barat
: Buntu Lebang
3.2.
Waktu dan Tempat Praktikum Profil tanah dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Oktober
2012 pukul 09.00 – 14.00 WITA dan bertempat di Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. 3.3
Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: sekop, linggis,
cangkul, palu, cutter, meteran, dan ring sampel. Bahan yang digunakan yaitu kantong plastik gula, kertas label, alat tulis menulis, karet gelang, dan Daftar Isian Profil (DIP).
3.4
Prosedur Kerja
3.4.1
Penggalian Profil Tanah Adapun cara kerja praktikum penggalian profil tanah sebagai berikut :
Membuat lubang penampang harus cukup besar agar orang dapat dengan mudah duduk dan berdiri di dalamnya dan pemeriksaannya berjalan dengan sempurna.
Mengukur penampang 1,5 m x 1m sampai bahan induk dan pemeriksaan dipilih di sisi lubang penampang pada bagian teratas.
Tidak menumpuk tanah bekas galian di atas sisi penampang pemeriksaan.
3.4.2
Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup.
Pengambilan Sampel Tanah a. Sampel Tanah Terganggu Prosedur kerja pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :
Mengambil tanah dengan sendok tanah atau cutter sesuai dengan lapisan yang akan diambil.
Masukkan dalam kantong plastik gula yang telah diberi label.
b. Sampel Tanah Utuh Prosedur pengambilan sampel tanah utuh sebagai berikut :
Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian letakkan ring sampel tegak lurus (jangan sampai tanah dalam ring sampel rusak).
Menekan ring sampel sampai bagian ring sampel masuk ke dalam tanah (+ 10 cm).
Ambil ring sampel beserta tanahnya dengan hati-hati, gali dengan skop atau linggis.
Potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring sampel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel.
Tutup ring sampel dengan plastik lalu simpan dalam kotak yang telah disediakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Pengamatan Profi Tanah Lapisan
I
II
Kedalaman Lapisan (cm) Batasan Lapisan
27 cm
36 cm
Nyata
Berbaur
Topografi Batas Lapisan
Rata
Tidak teratur
Warna (Munsell)
Cokelat kehitaman
Tekstur
Pasir berlempung
Cokelat muda / cokelat kekuningan Lempung berliat
Struktur
Granular
Sedang
Konsistensi Karatan
Lembab Tidak ada
Basah Ada (Fe)
Sumber: Data primer setelah diolah 2012 4.2
Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan diatas, dapat kita ketahui beberapa sifat fisik tanah sebagai berikut : a) Kedalaman Tanah Berdasarkan tabel diatas, tanah yang diamati terdiri atas 2 lapisan, yaitu lapisan pertama 0-27 cm dan lapisan kedua 27-36 cm. Pada lapisan kedua
belum menunjukkan adanya batuan induk. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985), bahwa semakin ke bawah, kandungan bahan organik setiap tanah semakin berkurang. b) Batasan Lapisan Batasan lapisannya dapat terlihat dengan jelas, dalam artian dapat diamati secara visual perbedaan warna lapisan satu dengan lapisan berikutnya. Hasil pengamatan dengan kasat mata menunjukkan bahwa batasan lapisan pada lapisan I terlihat nyata dan lapisan II terlihat berbaur. Lapisan I dan lapisan II, batasan lapisan keduanya sama karena disebabkan
adanya
pencucian pada lapisan sebelumnya dan hasil pencucian tersebut diikat oleh lapisan berikutnya. Pencucian terjadi disebabkan karena adanya air hujan. Hal ini didukung oleh Hardjowigeno (1992) yang menyatakan bahwa persamaan batasan lapisan disebabkan kandungan tanah lapisan itu hampir sama. c) Topografi Batas Lapisan Topografi batas lapisan yang diamati di lapangan, lapisan I terlihat rata dan lapisan II tidak teratur. Topografi dikatakan tidak teratur karena horison A dan Horison B terlihat tidak teratur dan topografi dikatakan rata karena horison A dan B mempunyai lapisan yang terlihat rata. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh Hakim, dkk (1986) bahwa tanah tersebut dipengaruh oleh air (erosi tanah), bahan induk atau pun pengaruh vegetasi.
d) Warna (Munsell) Dari hasil pengamatan yang dilakukan, kita dapat melihat perbedaan warna antara lapisan I dengan lapisan II. Lapisan I memiliki warna yang lebih gelap dibanding dengan warna pada lapisan II. Lapisan I berwarna cokelat tua atau cokelat kehitaman. Hal ini disebabkan karena lapisan I kaya akan bahan organik yang tinggi dan aktivitas biologis tumbuhan ataupun hewan. Humus dan horizon bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk lapisan I. Hal ini sesuai dengan yang dituturkan oleh Hakim (2007) yang menyatakan bahwa horizon teratas hamper seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk e) Tekstur Tekstur tanah dapat ditentukan di lapangan dengan memijit tanah dengan jari dalam keadaan basah maupun dalam keadaan kering. Seperti tanah pada lapisan I pasir berlempung dan lapisan II bertekstur lempung berliat. Teksturnya berbeda disebabkan karena faktor feeling (perasaan) seperti pasir berlempung yang terasa sedikit kasar, melekat dan tetapi mudah patah, sedangkan lempung ber liat terasa halus, lembab, agak licin, sangat lekat, dan dapat dibentuk serta tidak mudah patah.. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa tanah berliat akan menyimpan lebih banyak air dan mineral karena tanah liat sukar ditembus oleh air dan suka mengikat mineral.
f) Struktur Gumpalan struktur tanah dapat terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat tertentu dan memiliki bentuk, ukuran serta kemantapan yang berbeda-beda. Dalam pengamatan profil yang dilakukan
lapisan I berstruktur granular sedangkan lapisan II
berstruktur sedang. Oleh karena bentuk struktur tersebut dapat kita jumpai pada daerah beriklim basah. Hal ini
didukung oleh pendapat
Hardjowigeno (2003) bahwa lokasi tanah yang berada pada daerah iklim basah memiliki struktur yang berbeda. g) Konsistensi Dalam pengamatan di lapangan, dapat pula ditentukan konsistensi tanah dengan meremas tanah, seperti tanah pada lapisan I konsistensinya lembab dan pada lapisan II konsistensinya basah. Dikatakan konsistensi basah (pada kadar air sekitar kapasitas-lapangan (field-cappacity) dapat di nilai dengan cara : a. Derajat kelekatan tanah terhadap benda-benda yang menempelinya, yang di deskripsikan menjadi: tak lekat, agak lekat, lekat dan sangat lekat serta b. Derajat kelenturan tanah terhadap perubahan bentuknya, yaitu: nonplastis (kaku), agak plastis, plastis, dan sangat plastis. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (1986) yang menyatakan bahwa konsistensi dan ketahanan suatu
lapisan ditentukan oleh bahan
pembentuknya, lapisan tanah organik mempunyai potensi ketahanan yang rendah dan umumnya dibuang dan diganti dengan bahan yang lebih stabil seperti krikil dan pasir. h) Karatan Karatan tanah merupakan sifat dari kandungan yang dimiliki oleh tanah tersebut. Pada lapisan I kami tidak menemukan adanya karatan, sedangkan pada lapisan II warnanya banyak menyerupai karat, ini menandakan bahwa lapisan tersebut mengandung besi (Fe), mangan (Mn) dan Aluminium (Al). Hal ini terutama dipicu oleh terjadinya reduksi besi dan mangan kebentuk larutan, dan oksidasi yang menyebabkan terjadinya presipitasi sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2009) yang menyatakan warna karatan yang terdapat pada tanah merupakan kandungan yang banyak terdapat pada lapisan tanah tersebut dan mempengaruhi warna tiap lapisan tanah.
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Kedalaman lapisan pada lapisan I 27 cm dan kedalaman lapisan II 36 cm. 2. Batasan lapisan pada lapisan I terlihat nyata dan pada lapisan II terlihat berbaur. 3. Topografi batas lapisan pada lapisan I rata dan pada lapisan II tidak teratur. 4. Warna (munsell) belum ada karena pada saat praktikum lapangan kami tidak membawa munsel tetapi jika diamati tanpa menggunakan buku munsell, warna lapisan I terlihat cokelat kehitaman sedangkan pada lapisan II terlihat cokelat kekuningan. 5. Tekstur pada lapisan I pasir berlempung dan pada lapisan II lempung berliat. 6. Untuk struktur profil tanah yang diamati yaitu pada lapisan I strukturnya granular atau berlempung sedangkan lapisan II agak sedang. 7. Konsistensi pada lapisan I lembab sedangkan pada lapisan II basah. 8. Karatan pada profil tanah yang diamati hanya terdapat pada lapisan II dibanding dengan lapisan I yang tidak memiliki karatan. Adapun karatan yang terdapat pada lapisan II adalah besi (Fe).
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah bahan induk, iklim, organism,topografi, dan waktu. 10. Sifat-sifat tanah terbagi 2 yaitu sifat fisika dan sifat kimia tanah. Sifat fisika tanah dapat diketahui dengan melihat tekstur, struktur, warna, topografi, batasan lapisan, serta konsistensi tanah. 5.2
Saran
Komunikasi antar Asisten dan Praktikan sebaiknya diperlancar agar praktikan dapat mengetahui apa saja yang diperlukan sehubungan dengan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 27 Oktober 2012 Baver, L.D. 1961. Soil Physics. John Wiley & Sons Inc. New york. 27 Oktober 2012 Buckman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 27 Oktober 2012 Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 27 Oktober 2012 Foth, H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 23 Oktober 2012 Hakim, 2007. Ciri-ciri utama Profil Tanah. 23 Oktober 2012 Hanafiah, Kemas Ali. 2009. Dasar-dasarIlmu Tanah. Jakarta :Rajawali pers. 27 Oktober 2012 Hanafia, 2007. Ciri-ciri utama Profil Tanah. 23 Oktober 2012 Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta. 27 Oktober 2012 Hardjowigeno, 1985. Tanah Vertisol. Kejenuhan Basa. KTK. 23 Oktober 2012 Henry. 1988. Fundamentalis of Soil Science. John Wiley & Sons. Inc. New york. 27 Oktober 2012 Kartasapoetra. 1987. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung. 27 Oktober 2012 Kononova.M.M. 1996. Soil organic matter. Diterjemahkan dari bahasa Rusia oleh T.Z. Nowokowski & A.C.D. Newman 2nd English Edition. Pergamon Press Ltd. Oxford. London. 27 Oktober 2012 Kuswandi. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 27 Oktober 2012 Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 27 Oktober 2012
Pairunan, 1985. Ciri-ciri utama Tanah. Horizon E. 27 Oktober 2012 Sarief. 1979. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung. 27 Oktober 2012 Sugiman. 1982. Ilmu Tanah Terjemahan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 27 Oktober 2012 Soepardi. 1979. Sifat Dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 27 Oktober 2012 Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Balai Penelitian Teh & Kina. Bandung. 27 Oktober 2012 Tim Asisten dan Dosen UNHAS, 2010. 27 Oktober 2012