makalah ilmu logika KESALAHANDALAM BERFIKIR 09:06 dofrisofwatul
Kesalahan berpikir atau disebut fallacy, setelah itu apa fallacy? Fallacy berasal dari bahasa Yunani dan Latin yang berarti „sesat pikir‟. Fallacy didefinisikan secara akademis sebagai kerancuan pikir yang diakibatkan oleh ketidakdisiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep, secara sengaja maupun tidak sengaja. Ia juga bisa diterjemahkan diterjemahkan dalam bahasa sederhana dengan „ngawur‟. Ada dua pelaku fallacy, yaitu pelaku yang sengaja ber-fallacy (sofisme), dan pelaku yang tidak sadar berfallacy (paralogisme) . Umumnya yang sengaja ber-fallacy adalah orang menyimpan tendensi pribadi dan lainnya. Sedangkan yang berpikir ngawur tanpa menyadarinya adalah orang yang tidak menyadari kekurangan dirinya atau kurang bertanggungjawab terhadap setiap pendapat yang dikemukakannya. Fallacy sangat efektif dan manjur untuk melakukan sejumlah aksi amoral, seperti mengubah opini publik, memutar balik fakta, pembodohan publik, provokasi sektarian, pembunuhan karakter, memecah belah, menghindari jerat hukum, dan meraih kekuasaan dengan janji palsu. Begitu banyak manusia yang terjebak dalam lumpur fallacy, sehingga diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memandunya agar tidak terperosok dalam sesat pikir yang berakibat buruk terhadap pandangan dunianya. Seseorang yang berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan bahkan bias mempengaruhi orang lain yang juga tidak mengikuti aturan berpikir yang benar. Karena itu, al- Qur‟an sering kali mencela bahwa „sebagian besar manusia tidak berakal‟, tidak berpikir‟, dan sejenisnya. pada umumnya ada 7 macam dalam kesalahan berpikir atau kerancuan berpikir 1.
Fallacy
of
Dramatical
Instance
Kesalahan berpikir ini berawal dari kecenderungan orang untuk melakukan overgeneralitation, yaitu penggunaan satu atau dua kasus untuk mendukung argumen yang bersifat general atau umum. Kerancuan semacam ini sangat banyak di temui di masyarakat, dan biasanya overgeneralized di ambil dari satu kasus atau dua kasus sebagai rujukan yang diambil dari pengalaman pribadi seseorang. Contoh : yang sangat konkrit yang terjadi, "wanita itu di sakiti oleh pria sebanyak 3 kali dalam hidup nya, lalu di berkesimpulan bahwa semua laki-laki itu brengsek", itu lah contoh konkrit yang sering di temui dari fallacy of Dramatical Instance. 2.
Fallacy
of
Retrospective
Determinism
Untuk menjelaskan kebiasaan orang yang menganggap masalah sosial yang sekarang
terjadi sebagai sesuatu yang historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. Istilah panjang ini sebenarnya untuk menjelaskan kebiasaan orang yang menganggap masalah yang ada yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. Contoh : "mengapa pelacuran itu harus dibasmi karena pelacuran itu sepanjang sejarah pelacuran itu ada, dan tidak bisa dibasmi, oleh karena itu yang harus kita lakukan merelokasikan agar tidak ada dampak-dampak yang tidak diinginkan." singkatnya Determinisme retrospektif adalah upaya kembali pada sesuatu yang seolah - olah sudah ditentukan oleh sejarah. Cara berpikir ini menggunakan acuan kembali kebelakang (restropective=melihat ke belakang). Cara mengaturnya dengan menggunakan management of conflict 3.
Post
Hoc
Ergo
Propter
Hoc
Istilah ini berasal dari bahasa latin post artinya sesudah;hoc artinya demikian; propter artinya demikian. Singkatnya : sesudah itu – karena itu – oleh sebab itu. Jadi ada urutan temporal. Jadi lebih detailnya sebagai brikut : Post
=
Hoc
sesudah
=
Ergo
=
Demikian karena
itu
Propter
=
disebabkan
Hoc
=
demikian
Intinya, sesudah itu - karena itu - oleh sebab itu. memang sulit apabila diterjemahkan secara terminologis, tetapi kata-kata yang panjang dan sulit dipahami ini intinya bahwa akibat yang dihasilkan tidak sesuai dengan sebabnya, akan tetapi dipercaya bahwa penyebabnya tidak sesuai itu. contoh konkritnya "orang tua lebih menyayangi seorang anak dibandingkan anak lainnya hanya karena orang tua itu naik pangkat, keadaan ekonominya yang baik setelah mempunyai anak kesayangannya itu. dulu orang tua ini sengsara dan yang kena getah anak pertamanya dan berkata "anak pertama ini membawa sial, zaman anak ini kami sengsara, nah anak yang bungsu ini yang membawa keberuntungan. Contoh : Membuat surat untuk seseorang yang anda cintai dengan menggunakan pulpen Z, dan kemudian pulpen ini anda gunakan untuk ujian, dan anda lulus. Tak lama kemudian ortu anda mengirimkan uang pada anda, anda akan sangat mencintai pulpen itu. “ ini bukan sembarang pulpen!” kata anda. “Pulpen ini mengandung keberuntungan” 4.
Fallacy
Of
Misplaced
Concretness
Kerancuan ini adalah mengkonkritkan sesuatu yang pada hakikatnya abstrak, misalnya "mengapa Negara A miskin? karena sudah menjadi takdirnya negara A miskin, Takdir merupakan sesuatu yang abstrak, jika jawabannya seperti itu maka Negara A tidak bisa dirubah lagi menjadi negara yang sejahtera. 5.
Argumentum
Ad
Verecundiam
Argumentum Ad Verecundiam adalah kesalahan berpikir akibat argumen dengan menggunakan argumen yang bersifat otoritas meskipun otoritas itu tidak relevan. Berargumen dengan menggunakan Otoritas, padahal otoritas itu tidak relevan dan ambigu, otoritas itu sesuatu yang sudah diterima kebenarannya secara mutlak. Contoh : A sedang berdiskusi dengan B. Lalu A berkata kepada B, pendapat Anda bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Sunnah. Ini bentuk kesalahan berpikirnya. Bahwa, sebenarnya B tidak bertentangan dengan dengan Al-Qur‟an dan Sunnah, tetapi bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Sunnah sepanjang yang A pahami. 6.
Fallacy
Of
Composition
(kekeliruan
karena
komposisi)
Al qur‟an memperingatkan agar ada segolongan diantara kita yang mempelajari agama, dan tidak ikut berperang. Hal ini untuk menghindari Fallacy of composition. Kekeliruan karena menetapkan sifat yang ada pada bagian untuk menyifati keseluruhannya, misalnya, ada orang yang membudidayakan jamur, sehingga menjadi perusahaan besar dan mendatangkan uang yang banyak pada orang tersebut, lalu melihat itu seluruh penduduk menjual kebunnya untuk dijadikan modal berbisnis jamur, akibatnya semua penduduk sekampung bangkrut karena merosotnya permintaan dan membludak pasokan barang. singkatnya terapi yang berhasil untuk satu orang dianggap berhasil untuk semua orang, inilah Fallacy of composittion. Contoh : Ada orang yang beragama dengan baik. Ia terkenal sebagai sarjana yang baik dan beramal saleh. Ia memusatkan belajar agama sejak kecil sampai dia menjadi ulama. Ia berjuang untuk islam dan jadi ulama yang baik. Kesimpulannya, „kalau begitu semua orang harus dicetak seperti dia”. Padahal repot juga kalau semua menjadi ulama. 7.
Circular
Reasoning
Artinya pikiran yang berputar-putar; menggunakan konklusi (kesimpulan) untuk mendukung yang digunakan lagi untuk menuju konklusi semula. Pemikiran yang berputar - putar, menggunakan kesimpulan untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk menuju kesimpulan semua, hal ini sangat sering ditemui, ketika saya berdiskusi dengan teman saya, teman saya mengemukakan hipotesis " apabila organisasi dikembangkan dengan baik maka program transmigrasi akan berjalan lancar." saya tanya " apa buktinya organisasi itu berjalan lancar ?" ia jawab "kalau programnya berjalan lancar". saya tanya lagi "Program lancar, artinya?" ia menjawab " artinya pengembangan organisasinya baik." inilah contoh circular reasoning, ini sama saja membuat hipotesis " apabila seorang manusia laki laki, maka dia pasti pria". Contoh : “apabila organisasinya dikembangkan dengan baik, maka program
transmigrasi akan berjalan dengan lancar” ketika ditanya “apa buktinya bahwa organisasi itu berjalan dengan lancar”. Jawabannya “kalau programnya lancar‟, kalau ditanya lagi “ kalau programnya lancar, apa artinya?” , dijawab artinya pengembangan organisasinya baik” . inilah yang disebut circular reasoning. Hal ini sama dengan “apabila seorang manusia perempuan, maka dia pasti wanita” Daftar Pustaka Baihaqi, AK, Ilmu Mantiq Teknik dasar Berfikir Logik, Jakarta, Dar Ulum Press, cet-2, 2001 Drs.
H.
Mundiri,
1994,
Logika,
PT.
Raja
Grafindo,
Jakarta
Poejawijatna, Logika Filsafat Berfikir, Jakarta, PT. Rineka Cipta, cet-7, 1992 Sumber : Kamus Populer, Kamus Bahasa Inggris, Kamus Bahasa Latin, Rekayasa Sosial - Jalaluddin Rakhmat, Logika – Mundiri