LAPORAN PENDAHULUAN STEMI (ST ELEVASI MIOKARD INFARK)
A. DEFINISI ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati. STEMI adalah salah satu dari jenis ACS sehingga patofisiologinya dimulai ketika terjadi plak aterosklerosis dalam pembuluh koroner yang merangsang terjadinya agregasi platelet dan pembentukan thrombus. Kemudian thrombus tersebut akan menyumbat pada pembuluh darah dan menghalangi/mengurangi perfusi miokardial. (Kristin j.o,2009) http://hikmahliabasuni.blogspo http://hikmahliabasuni.blogspot.com/2013/06/pr t.com/2013/06/primary-angiop imary-angioplasti-pada-stem lasti-pada-stemi.html i.html B. PATOFISIOLOGI STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid ( lipid rich core). Saat miokardium kekurangan oksigen akibat terhalangnya perfusi, maka terjadi metabolism anaerob dengan produksi ATP yang sedikit, kegagalan pada system pompa Natrium-Potassium dan Kalsium dan akumulasi asam laktat dan ion hydrogen sehingga menyebabkan asidosis. Proses yang terjadi terbagi dalam tiga fase yaitu, fase iskemia, dimana masih terdapat metabolism aerob disamping terjadinya metabolism anaerob Jika penurunan perfusi terus terjadi maka metabolism aerob terhenti dan metabolism anaerob pun semakin berkurang, fase ini dinamakan fase injury (Kristen J.O, 2009). Selanjutnya, jika perfusi tidak dikembalikan dalam 20 menit maka, akan masuk kefase berikutnya yaitu fase nekrosis sel miokardium yang irreversible (Kristen J.O, 2009) . Kegagalan kontraksi miokardium akibat jaringan parut yang terbentuk pada daerah nekrosis akan mengurangi cardiac output, perfusi ke organ dan jaringan perifer yang jika semakin berat akhirnya berkontribusi terhadap terjadinya shock. Untuk mengkompensasinya, saraf simpatis mengeluarkan epinephrine dan norepinephrin dalam upaya meningkatkan denyut nadi, tekanan darah dan afterload yang akan lebih meningkatkan kebutuan oksigen miokardium, sementara perfusi koroner terhalang, maka akan mempercepat daerah iskemia menjadi daerah nekrosis sehingga menjadi semakin luas. Efek lain adalah ketika penurunan perfusi berlanjut maka penurunan tekanan darah akan merangsang suatu mekanisme kompensasi pengaktifan sistem RAA (Renin Angiotensin Aldosteron) yang mengakibatkan vasokonstriksi retensi 1
natrium dan air yang pada gilirannya akan semakin meningkatkan beban kerja jantung (Kristen J.O, 2009) . Jika oklusi < 6 jam, maka daerah nekrose masih pada subendokardium, dan jika perfusi dapat dikembalikan maka biasanya fungsi miokardium dapat reversible karena daerah nekrose masih kecil, namun jika melebihi 6 jam maka daerah nekrose telah mencapai dinding ventrikel dan dalam 12 jam setelah oklusi progresifitas kerusakan sel semakin meningkat dan menjadi irreversible. Antara 4-7 hari setelah insiden STEMI, maka miokardium menjadi mudah sekali mengalami injuri sehingga dalam 2 minggu pertama resiko berulangnya insiden dapat terjadi kapan saja dan biasanya fatal (10% mortalitas). Setelah 2-3 bulan maka terjadi remodeling dengan jaringan parut yang setelah beberapa bulan menyebabkan dilatasi progresif dan akan mempengaruhi kontraktilitas seluruh miokadium dan meningkatkan resiko CHF, aritmia ventrikel, dan ruptur dinding miokardium dimana saja (Leslie Mukau, 2011). C. ETIOLOGI 1. Faktor pencetus Suplai oksigen kemiokard berkurang disebabkan beberapa factor Faktor pembuluh darah misalnya: aterosklerosis, spasme, arteritis Faktor sirkulasi misalnya: hipotensi, stenosis aurta, insufisiensi. insufisiensi. Faktor darah misalnya anemia, hipoksemia. Curah jantung yang meningkat Aktifitas yang berlebih, berlebih, emosi. Kebutuhan oksigen yang meningkat Kerusakan miokard, hipertropimiocard, hipertropimiocard, hipertansi. 2. Faktor presdiposisi Faktor resiko yang tidak dapat dirubah Usia, jenis kelamin, hereditas, ras. Faktor resiko yang dapat diubah Merokok, hipertensi, hiperlipidemia, hiperlipidemia, diabetes, obesitas, stress psiklogi.
D. MANIFESTASI MANIFESTASI KLINIS 1. Keluhan utama klasik : nyeri dada dada sentral yang berat berat , seperti rasa terbakar, terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas. 2. Nyeri membaik membaik atau menghilang menghilang dengan istirahat atau obat obat nitrat. 3. Kelainan lain: di antaranya antaranya atrima, atrima, henti jantung jantung atau gagal jantung. 4. Bisa atipik: Pada manula: bisa kolaps atau bingung. Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung bisa tanpa disertai nyeri dada. E. KOMPLIKASI Adapun komplikasi komplikasi yang terjadi terjadi pada pasien pasien STEMI, adalah: adalah: a. Disfungsi ventrikuler ventrikuler Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial dalam bentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses 2
b.
c. d. e. f. g. h. i. j. k.
ini disebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan hitungan bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark ventrikel kiri mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari ekspansi infark al ; slippage serat otot, disrupsi sel miokardial normal dan hilangnya jaringan dalam zona nekrotik. Selanjutnya, terjadi pula pemanjangan segmen noninfark, mengakibatkan penipisan yang didisprosional dan elongasi zona infark. Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi tersebar pasca infark pada apeks ventikrel kiri yang yang mengakibatkan penurunan hemodinamik yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk. Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi ejeksi < 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE harus diberikan. Gangguan hemodinamik Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark ) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru. Gagal jantung Syok kardiogenik kardiogenik Perluasan IM Emboli sitemik/pulmonal sitemik/pulmonal Perikarditis Kelainan septal ventrikel Disfungsi katup Aneurisma ventrikel ventrikel Sindroma infark pascamiokarditis pascamiokardi tis
F. Data penunjang 1. Laboratorium a. CKMB Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam kejadian, dan memuncak dalam 12-24 jam. Akan kembali normal dalam 3648 jam b. LDH Meningkat dalam rentang waktu 12-24 jam dan akan memakan waktu lama untuk kembali normal c. CTn (CTn I dan dan CTn T) Enzim ini akan Meningkat setelah 2 jam bila ada infak miokard dan akan memuncak dalam 10-24 jam dan untuk CTn T masih dapat terdeteksi 5-14 hari sedangkan CTn I setelah 5-10 hari. 2. Ecg Pemeriksaan ekg 12 lead harus dilakukan pada semua pasien dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI, dalam waktu 10 menit sejak kedatangan diIGD sebagai landasan dalam menentukan keputusan terapi reperfusi. Perubahan 3
EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terjadi fase segmen ST. perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.EKG sisi kanan harus diambil pada pasien dengan STEMI inferio, untuk mendeteksi kemungkinan infak di ventrikel kanan. 3. Elektrolit. Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi 4. Sel darah putih Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi 5. Kecepatan sedimen Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi. 6. Kimia Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis 7. GDA Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis. 8. Kolesterol atau trigliser Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI. 9. Foto thorak Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler. 10. Ekokardiogram Ekokardiogram Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup. 11. Pemeriksaan pencitraan nuklir Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik 12. Pencitraan darah jantung Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah) 13. Angiografi koroner Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi) Prosedur tidak selalu dilakukan pad f ase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty angioplasty atau emergensi. emergensi. 14. Digital subtraksion angiografi Teknik yang digunakan untuk menggambarkan 15. Nuklir magnetic resonance Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah. 16. Tes stress olah raga Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
4
G. PENATALAKSANAAN Penatalaksanan STEMI mengacu pada data-data evidence based berdasarkan penelitianrandomized clinic trial yang terus berkembang ataupun consensus dari para ahli sesuai pedoman (guidlen) Tujuan utama tatalaksana pada pasien IMA adalah mendiagnosis secara cepat, menghilangkan nyeri, menilai dan mengimplementasikan strategi reperfusi yang mungkin dilakukan, memberi antitrombotik dan antiplatelet, memberikan obat penunjang. Pedoman dalam pemberian terapi mengacu pada ACC/AHA tahun 2009 dan ESC tahun 2008, tetapi perlu disesuaikan dengan kondisisarana dan fasilitas dan kemampuan ahli yang ada. Berikut ini tahap penatalaksanaan: 1. Penatalaksanaan Penatalak sanaan pra rumah sakit Kematian diluar RS pada STEMI sebagian besar diakibatkan adanya fibrilasi ventrikel mendadak yang terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala dan lebih separuhnya terjadi pada jam pertama sehingga elemen utama penatalaksanaan pra hospital pada pasien yang dicurigai STEMI antara lain: a) Pengenalan gejala oleh pasien pasien dan dan segera segera mencari mencari pertolongan pertolongan medis. b) Pemanggilan tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi. resusitas i. c) Transportasi pasien keRS yang yang mempunyai mempunyai fasilitas ICCU/ICU ICCU/ICU serta serta staf medis yang terlatih. d) Melakukan terapi reperfusi Keterlambatan terbanyak pada penanganan pasien disebabkan oleh lamanya waktu mulai onset nyeri dada sampai keputusan paien untuk meminta pertolongan. Hal ini dapat diatasi dengan cara edukasi kepada masyarakan oleh tenaga professional kesehatan mengenai pentingnya penatalaksanaan dini. Pemberian fibrinolitik pre hospital hanya bisa dikerjakan jika paramedic diambulance yang sudah terlatih untuk menginterpretasikan EKG dan managemen STEMI serta ada kendali medis online yang bertanggung jawab pada pemberian terapi. 2. Penatalaksanaan diruang emergensi Tujuan penataaksanaan di IGD adalah mengurangi nyeri pada, mengidentifikasi cepat pasien yang merupakan kandidat terapi reperfusisegera, triase pada risiko rendah keruangan yang tepat kerumah sakit dan menghindari pemulangan pemulangan cepat. a) Pemberian oksigen oksigen : suplai oksigen harus diberikan diberikan pada pasien pasien dengan saturasi oksigen kurang dari 90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selam 6jam pertama b) Pemberian obat-obatan Nitrogliserin : dapat diberikan dengan dosis 0,4mg dan dapat diberikan sampai 3dosis interval 5 menit. Morfin : sangat efektif dalam mengurangi nyerii dada dan merupakan analgesi piihan pertama dalam tatalaksana pada kasusu STEMI dengan dosis 2-4mg dan dapat diulang 5-15 menit samapi dosis total 20mg. Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan efektif pda spectrum syndrome coroner akut dengan dosis diruang emergensi 160-325mg setelah itu dengan dosis peroral dengan dosiis 75-162mg. 5
3. Penatalaksanaan diruang ICCU a) Aktivitas : pasien harus istiraat dalam 12 jam pertama b) Diet : pasien pasien harus harus puasa puasa atau hanya hanya minum minum cair dengan mulut dalam dalam 4-12 jam karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infak miokard. c) Sedasi : diberikan sedasi untuk mempertahankan periode inaktivitas degan penenang. Diazepam 5mg, oksazepam 15-30mg, atau lorazepam 0,5-2mg, diberikan 3-4kali. d) Saluran pencernaan pencernaan : dapat diberikan pencahar pencahar ringan agar tidak tidak terjadi konstipasi, diit tinggi serat. 4. Penatalaksanaa komplikasi a. Syok kardiogenetik Penatalaksana syok kardiogenetik: Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat tanda syok diberikan norepinefrin. Jika tekanan darah sistolik sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok diberikan dopamin dosis 5-15 ug/kgBB/menit. ug/kgBB/menit. Jika tekanan darah sistolik sistolik <90 mmHg namun tidak tidak terdapat tanda syok diberikan dobutamin dosis 2-20 ug/kgBB/menit. Revaskularisasi Revaskularisasi arteri koroner segera, baik PCI atau CABG, direkomendasikan pada pasien <75 tahun dengan elevasi ST atau LBBB yang mengalami syok dalam 36 jam IMA dan ideal untuk revaskularisasi yang dapat dikerjakan dalam 18 jam syok, kecuali jika terdapat kontraindikasi atau tidak ideal dengan tindakan invasif. Terapi trombolitik trombolitik yang diberikan diberikan pada pada pasien STEMI dengan syok kardiogenik kardiogenik yang tak ideal dengan trapi invasif dan tidak mempuyai kontraindikasi trombolisis. Intra aortic aortic ballo pump (IABP) (IABP) direkomendasikan direkomendasikan pasien STEMI dengan syok kardiogenik yang tidak membaik dengan segera dangan terapi farmakologis, bila sarana tersedia. b. Infark Ventrikel Ventrikel Kanan Infark ventrikel kanan secari klinis menyebabkan tanda gejala ventrikel kanan yang berat (distensi vena jugularis, tanda kussmaul s, hepatomegali) atau tanda hipotensi. Penatalaksana infark ventrikel kanan: Pertahankan Pertahank an preload ventrikel kanan. Loading volume volume (infus NaCL 0,9 %) 1-2 liter cairan cairan jam I selanjutnya 200ml/jam (terget atrium kanan >10 mmHg (13,6 cmH20). Hindari penggunaan nitrat atau diuretik. Pertahankan sinkroni sinkroni A-V dan bradikardial harus dikoreksi. Pacu jantung jantung sekuensial A-V pada blok jantung derajat tinggi simtomatik yang tidak respon dengan atropin. Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat setelah loading volume. Kurangi afterloa afterload d ventrikel kanan sesuai dengan disfungsi ventrikel kiri. Pompa balon intra-aortik. Vasolidator arteri (nitropospid, (nitropospid, hidralazin) hidralazin) Penghambat ACE Reporfusi Obat trombolitik
6
Percutaneous Percutane ous coronari intervention interventio n (PCI) primer Coronary arteru arteru bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu tertentu dengan penyakit penyakit multivesel). c. Takikardia dan dan Vibrilasi Ventrikel Dalam 24 jam pertama STEMI, takikardia dan vibrilasi ventrikular dapat terjadi tanpa tanda bahaya aritmia sebelumnya. sebelumnya. Penatalaksana Takikardia vebtrikel: Takikardia Takikardi a ventrikel (VT) polimorvik yang menetap (lebih dari 30 detik atau menyebabkan kolaps hemodinamik) harus diterapi dengan DC shock unsynchoronizer menggunakan energi awal 200 j; jika gagal harus diberikan shock kedua 200-300 J;, dan jika perlu shock ketiga 360J. Takikardia ventrikel (VT) (VT) monomorfik, monomorfik, menetap yang diikuti diikuti dengan angina , edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg ) harus diretapi dengan shock synchoronized energi awal 100 J. Energi dapat ditingkatkan jika dosis awal gagal. Takikardia ventrikel ventrikel (VT) monomorfik monomorfik yang tidak tidak disertani angina, edema edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg) diterapi salah satu regimen berikut: Lidokain: bolus bolus 1-1-5mg/kg. 1-1-5mg/kg. Bolus Bolus tambahan tambahan 0,5-0,75mg/kg 0,5-0,75mg/kg tiap tiap 5-10 menit sampai dosis loding total maksimal 3 mg/kg. Kemudian loading selanjutnya dengan infus 2-4 mg/ menit(30-50 mg/l/menit). Disopiramid: Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit, dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 mg/kg/jam. Amiodaron: 150mg 150mg infus selama 5-10 menit menit atau 5 ml/kgBB 20-60 menit, dilanjutkan infus tetap 1 mg/menit selama 6 jam dan kemudian infus pemeliharaan pemeliharaan 0,5 mg/menit. Kardioversi elektrik synchoronized dimulai dosis 50 J ( anestasi sebelumnya). d. Penatalaksana fibrilasi Ventrikel Fibrilasi ventrikel ventrikel atau takikardia takikardia ventrikel pulseless pulseless diberikan terapi terapi DC shock unsynchoronized dengan energi awal 200 J jika tak berhasil harus diberikan shock kedua 200 sampai 300 J dan jika perlu shock ketiga 360 J ( klas I) Fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel pulseless pulseless yang refraksi refraksi terhadap terhadap shock elektrik diberika terapi amiodaron 300 mg atau 5/kg. IV I V bolus dilanjutkan pengulangan shock unsynchoronized.
7
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien a. Nama: b. Umur: c. Alamat: d. Pendidikan e. Perkerjaan: f. Tanggal masuk: g. Status: h. Diagnose medis : 2. Riwayat kesehatan a. Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam b. Riwayat kesehatan saat saat ini keluhan pasien, pasien, seperti: 1. Sesak 2. odema 3. Nyeri dada c. Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan pada angota keluarganya adakah anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien saat ini. Serta riwayat penyakit lainnya seperti: 1. Darah tinggi 2. Diabetes 3. Penyakit jantung d. Riwayat kesehatan masa lalu: tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami penyakit yang sama dengan yang dialami saat ini atau penyakit lain seperti: 1. Riwayat asma 2. Diabetes 3. Stroke 4. Gastritis 5. Alergi 3. Pengkajian fisik a. Keadaan umum: b. Kesadaran: c. Pemeriksaan fisik fisik baik head to toe ataupun b1-b6. 4. Pemeriksaan penunjang: a. Pemeriksaan Laboratorium Laboratorium Hematologi: Terjadi peningkatan leukosit Cardiac enzyms: Terjadi peningkatan enzim b. Elektrokardiografi: c. Detak jantung ……….. d. Ekokardiografi: Ekokardiografi: Pergerakan dinding jantung jantung dan struktur jantung. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Perubahan pola napas berhubungan dengan infark ditandai dengan sesak. b. Nyeri berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard ditandai dengan keluhan nyeri dada.
8
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas . d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kehilangan/kematian kehilangan/k ematian ditandai dengan ketakutan, gelisah dan perilaku takut. C. INTERVENSI a. Intervensi untuk diagnose gangguan nyeri. Tujuan: Menyatakan nyeri berkurang atau hilang. Kriteria hasil: Menyatakan nyeri dada terkontrol dalam waktu 3 hari. Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi dalam waktu 1 hari. Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks dan mudah bergerak dalam waktu 3 hari. Intervensi: Kaji lokasi, karakter, durasi, dan intensitas, nyeri, dengan menggunakan menggunakan skala o nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan, seperti mual. Kaji dan catat TD dengan dengan episode nyeri. TD dapat dapat meningkat karena rangsang o simpatis atau menurun karena iskemia dan fungsi jantung menurun. Berikan obat obat nyeri nyeri yang yang diprogramkan diprogramkan (biasanya morfin sulfat): catat catat kualitas kualitas o pengurangan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, dan tentukan interval waktu dari pemberian sampai penghilangan nyeri. Tenangkan pasien selama episode nyeri; temani pasien bila mungkin. o Observasi dan laporkan efek samping samping dari obat nyeri: hipotensi, FP lambat, lambat, sulit o miksi. Berikan O2 sesuai program, biasanya 2-4 L/menit per kanula nasal. o Siapkan pasien untuk pindah UPK. (Unit Perawatan Kritis) o b. Intervensi dari intoleransi aktivitas: Tujuan: mendemontrasikan mendemontrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur. Kriteria hasil: melaporkan tidak adanya angina/terkontrol dalam rentang waktu selama pemberian obat. Intervensi: Pantau pasien terhadap tanda intolenransi intolenransi aktivitas, dan minta pasien untuk merentang aktivitas dan yang diprogramkan. Mati dan laporkan gejala-gejala curah jantung menurun atau gagal jantung: TD menurun, ekstremitas dingin, oliguria, nadi perifer menurun, FJ meningkat. Pantau output dan input, input, waspadai haluaran urine <30 <30 ml/jam. Auskultasi Auskultasi lapang paru setiap dua jam terhadap krekels, yang dapat terjadi pada retensi cairan dengan gagal jantung. Palpasi nadi nadi perifer pada pada interval interval sering. Waspadai ketidakteraturan ketidakteraturan dan penurunan amplitude, yang merupakan sinyal gagal jantung. Berikan O2 dan obat-obatan sesuai program. Selama periode akut dari curah jantung menurun dan sesuai program, dukung pasien dalam mempertahankan tirah baring dengan mempertahankan barangbarang milik pribadi dalam jangkauan, memberkan situasi yang tenang, dan batasi pengunjung untuk memastikan periode istirahat tanpa gangguan. Bantu pasien untuk menggunakan pispot bila ke kamar mandi diizinkan. Bantu pasien melakukan latihan rentang rentang gerak pasif pasif atau dibantu seperti ditentukan oleh toleransi aktivitas dan keterbatasan aktivitas. Konsul dengan dokter tentang
9
tipe dan jumlah latihan di tempat tidur yang dapat dilakukan bila kondisi pasien membaik Pastikan pasien menjalani istirahat tanpa gangguan ≥90 menit. Rencanak an aktivitas yang sesuai. Intervensi untuk diagnosa ansietas: Tujuan: mengidentifikasi dan mengenal perasaan pasien. Kriteria hasil: menyatakan penurunan ansietas/takut. Intervensi: Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/situasi. ancaman/situasi. Dorong Dorong mengekspresikan mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan, takut dll. Catat adanya kegelisahan, menolak dan menyangkal mengikuti program medis. Mempertahankan Mempertahankan kepercayaan. kepercayaan. Kaji tanda verbal/nonverbal verbal/nonverbal kecemasan dan tinggal dengan pasien. Lakukan tindakan bila pasien menunjukkan perilaku merusak. Terima tetapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan. penolakan. Hindari konfrontasi. Orientasikan pasien atau orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang di harapkan. Tingkatkan partisipasi bila mungkin. Jawab semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten; ulangi sesuai indikasi. Anjurkan pasien pasien atau orang terdekat terdekat untuk mengkomunikasi mengkomunikasikan kan dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah. Berikan periode periode istirahat atau waktu waktu tidur tidak terputus, lingkungan lingkungan tenang, dengan tipe kontrol pasien, jumlah rangsangan eksternal. eksternal. Dukung kenormalan proses kehilangan, kehilangan, melibatkan melibatkan waktu waktu yang yang perlu perlu untuk penyelesaian. Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat. dukung kemandirian, perawatan sendiri dan pembuatan keputusan dalam rencana pengobatan. dukung keputusan tentang harapan setelah pulang.
c.
D. IMPLEMENTASI Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien E. EVALUASI a. Nyeri berkurang atau hilang. b. Pola nafas pasien teratur c. Aktifitas pasien meningkat (normal) d. Ansietas berkurang atau hilang
10
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Suku/Bangsa Agama Status Pernikahan Pekerjaan Pendidikan Bahasa Alamat Tanggal MRS Cara Masuk Diagnosis Medis Tanggal Pengkajian
: Tn M.H : 42 Tahun : Laki-laki. : Jawa/Indonesi Jawa/Indonesia a : Islam : Menikah : Swasta (pedagan (pedagang g buah) : SLTA : Indonesia : Ds. Sidogiri RT RT 4 RW 1 Kraton, Pasuruan Pasuruan : 22-07-2014 : IGD RSUD Dr. Saiful Anwar Malang : STEMI Anterior : 22-07-2014
B. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY) 1. Keluhan Utama
2.
3.
4. 5.
Saat MRS : Nyeri dada Sekarang : Nyeri dada Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan nyeri dada sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dada tembus punggung. saat istirahat masih teraswa nyeri dada. Skala nyeri 5. Lama nyeri kurang lebih 5 menit. Kemudian pasien MRS di RS PAsuruan selama 5 hari dan nyeri msih tidak berkurang. Akhirnya pasien dirujuk ke RSSA Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan mengatakan memiliki riwayat riwayat Hipertensi dan riwayat riwayat merokok 24 batang sehari. Pasien tidak ada riwayat alergi. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan bahwa ayahnya dulu tiba-tiba meninggal mendadak. Genogram
Keterangan : Laki – laki hidup Laki meninggal wanita hidup Wanita meninggal Klien. --- serumah
11
C. POLA AKTIFITAS SEHARI –HARI (ACTIVITY DAILY LIVING) NO
AKTIFITAS
TEMPAT DI RUMAH
1
Pola Nutrisi
2
Pola Eliminasi
3
Pola Istirahat/tidur
4
Pola Personal Hygiene
5.
Pola Aktifitas
6.
Ketergantungan Ketergant ungan
DI RUMAH SAKIT
Makan 3 kali sehari, porsi satu Pasien baru makan 1 kali sehari piring habis sekali makan habis, karena baru MRS, porsi komposisi makan terdiri dari nasi, setengah piring sekali makan, lauk seperti tahu, tempe, ikan, telur menu sesuai yang disediakan dan daging, memakai sayur seperti rumah sakit. bayam dan sawi, kadang snack, Minum baru 2 gelas air putih. pasien tidak berpantang terhadap jenis makanan tertentu, Minum 5-6 gelas /hari air putih kadang – kadang teh. BAB 1 – 2 kali/hari, BAB di WC, Belum BAB warna kuning bau khas faeces, konsistensi lunak. BAK 80cc/jam, warna kuning BAK 3 – 4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas khas urine. jernih, bau khas khas urine. Tidur sehari semalam 7 – 8 jam Malam hari mulai tidur jam 22.00 WIB dan bangun kurang lebih jam 04.30 WIB Siang hari tidur 1 – 2 jam mulai jam 14.00 – 15.00 WIB tidak ada gangguan tidur Mandi 2 kali sehari dikamar mandi, memakai sabun mandi. Gosok gigi 2 kali sehari. Keramas 1 kali seminggu. Pasien di rumah bekerja sebagai pedagang dari pagi sampai dengan jam 07.00 sampai dengan sore kurang lebih jam 15.00 istirahat pada siang hari satu jam, waktu senggang diguanakan untuk nonton TV atau ngobrol bersama kelaurga Pasien jarang rekreasi Pasien tidak punya riwayat ketergantungan pada obat-obatan, rokok dan minuman (beralkohol),
Tidur semalam 6-7 jam. Belum tidur siang karena baru MRS
Mandi baru 1 kali sehari diseka memakai air hangat. Gosok gigi 1 kali sehari dan belum keramas. Pasien hanya istirahat di tempat tidur dengan posisi semifowler, mobilisasi px diatas tempat tidur, kebutuhan px dibantu oleh keluarga dan perawat.
Rokok (+), obat bebas (-), bahan kimia (-), konsumsi jamu (-).
D. DATA PSIKOLOGI 1. Status emosi Stabil, terbukti pasien sering menjawab pertanyaan yang diberikan oleh perawat dan dokter.
12
2. Konsep Diri 1) Body Image Pasien mengatakan takut mengenai penyakitnya, saat ini membutuhkan bantuan, pengobatan dan perawatan dari dokter perawat dan keluarganya, pasienmengatakan sangat terganggu dan menderita dengan keadaannya sekarang 2) Self Ideal Pasien mengatakan tidak terganggu dengan aturan yang diterapkan oleh pihak RS karena menurut pasien hal ini adalah untuk kesembuhannya. 3) Self esteem Pasien mengatakan diperlakukan dengan baik, ramah, sopan dan sabar baik oleh petugas maupun keluarga dan mendapat bantuan dalam menghadapi sakitnya. 4) Role Pasien bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan, penjelasan dari perawat/dokter. Pasien menyadari saat ini sedang sakit dan lemah bukan individu yang sehat dan mandiri seperti dahulu. 5) Identitas Pasien berusia 42 tahun, laki-laki, memiliki 1 istri dan 3 orang anak, bekerja sebagai pedagang buah. 3. Data Sosial 1) Pendidikan : tamat SLTA 2) Sumber penghasilan : pasien bekerja sebagai pedagang buah 3) Pola komunikasi : pasien berkomunika berkomunikasi si dengan bahasa jawa dan Indonesia dengan nada suara sedang. 4. Pola Interaksi Pasien tinggal serumah dengan istri dan tiga orang anaknya. Pasien mengatakan hubungan dengan semua anggota keluarga dan tetangga berjalan dengan baik (harmonis). 5. Data Spiritual 1) Pasien mengatakan beragama islam 2) Pasien mengatakan dirumah rajin menjalakan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya seperti sholat dan mengaji serta berdoa serta ibadah yang lain 3) Di Rumah sakit pasien hanya dapat berdoa dan berharap dapat lekas sembuh dan berkumpul dengan keluarganya. 4) Di rumah sakit pasien tidak bisa melaksanakan sholat karena sakit yang dideritanya 5) Pasien mengatakan menerima sakitnya sebagai cobaan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. PEMERIKSAAN N FISIK E. PEMERIKSAA B1= Pasien bernapas spontan dengan nasal kanul 3 LPM. RR pasien 20 X.menit. Sp O2 B1= Pasien 100%. Paru kanan kiri vesikuler, whezing -/-, dada simetris, retraksi dada (-), batuk (-), sekret (-), epistaksis(-), vocal fremittus normal, perkusi sonor. B2= Terpasang IV line, TD 113/80 mmHg, nadi 95x/menit, suhu 36,5 0C. ECG: Irama B2= Sinus, Rate 97x/menit, axis normal.
13
B3= Kesadaran komposmentis, pupil isokor 3mm/3mm, reaksi cahaya+, konjungtiva B3= tidak ikterik, pergerakan bola mata normal, penciuman, pendengaran dan pengecapan dalam batas normal, refleks patella +, refleks patologis (-). B4 = BAK lancar warna jenih, urin 80 cc/ jam, Tidak terdapat distensi kandung kemih, terpasang DC. B5 = perut = perut lunak, suara dulness, bising usus (+) , tympani (+), bibir tidak pucat, tidak ada nyeri perut atau asites. TB: 165 cm, BB: 60 Kg. B6 = Tidak ada kelainan kongenital, pasien mobilisasi di tempat tidur, kebutuhan dibantu. Kelembaban cukup. Kulit, rambut dan kuku bersih. Kulit tidak ada tanda-tanda kemerahan (decubitus), warna kulit kuning langsat, tidak ada jaringan parut, keadaaan vascularisasi superfisial cukup, kulit teraba hangat, turgor cukup, kulit kepala bersih. Rambut bersih warna hitam, tidak mudah rontok.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Darah Tanggal 22-07-2014
Pemeriksaan Pemeriksaa n Hb SGOT SGPT Troponin I CK-MB Ureum Kreatinin Na K Cl
Hasil 14 g/dL 80 U/L 70 U/L 11,80 ug/L 59 U/L 31,80 mg/dL 1,07 mg/dL 131 mmol/L 4,10 mmol/L 102 mmol/L
Normal 13,4-17,7 0-40 0-41 < 1,0 7-25 16,6-48,5 < 1,2 136-145 3,5-5,0 98-106
BGA : pH pCO2 pO2 HCO3 BE Saturasi O2 Hb Suhu
7,41 26,4 mmHg 95,8 mmHg 16,9 mmol/L -8,0 mmol/L 98,6 % 13,8 gr/dL 37,0 0C
7,35-7,45 35-45 80-100 21-28 (-3) – (+3) > 95
2. Radiologi tanggal 02-07-2014 COR= Membesar Pulmo = tidak tampak infiltrat Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam. Kesimpulan: Cardiomegali, CTR 55%
3. EKG tanggal 15-07-2014 jam 05.00 Irama
: Teratur 14
HR Gel P PR interval Gel QRS Segmen ST Gel T Axis
: 97x/menit : 0,10 mm/dtk : 0,12 mm/dtk : Gel QS 0,04 mm/dtk : ST Elevasi di V1-V5 : ridak ada T inversi : normal axis
G. PENATALAKSANAAN Tanggal 22-07-2014 Inf. NS 0,9% 500cc/24 jam O2 nasal kanul 3 Lpm Inj. Lovenox 2 x 0,6 cc Oral : ASA 1 x 80 mg CPG 1 x 75 mg Captopril 3 x 12,5 mg Bisoprolol 1 x 1,25 Simvastatin 1 x 20 mg Diazepam 1 x 5 mg Laxadin syr 3 x 1 CI
15
ANALISA KEPERAWATAN NO. 1.
DATA
ETIOLOGI
DS : Pasien mengatakan nyeri dada
MASALAH
Aterosklerosis
DO : TD= 113/80 mmHg, HR 95x/menit, suhu 36,50C, RR 20x/menit, O2 3 lpm, SpO2 100%. ECG : STEMI anterior, normal axis.
Suplai darah tidak adekuat
Nyeri Akut
Rusaknya jaringan jantung
Nyeri akut
2.
DS : Pasien mengatakan nyeri saat makan atau aktivitas.
Aterosklerosis Aterosklerosis
Suplai oksgen tidak seimbang
DO : Pasien hanya istirahat di tempat tidur dengan posisi semifowler, mobilisasi px diatas tempat tidur, kebutuhan px dibantu oleh keluarga dan perawat.
Intoleransi aktivitas
16
Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemik dan infak jaringan miokard. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
17
INTERVENSI KEPERAWATAN NO DIAGNOSA TUJUAN NOC NIC 1 Nyeri dada berhubungan Nyeri dada berkurang/tidak Kriteria Hasil 1. Kaji lokasi, karakter, durasi, dan intensitas, dengan iskemia dan infark nyeri selama dilakukan tindakan Nyeri dada berkurang nyeri, dengan menggunakan skala nyeri 0 miokard perawatan di RS (skala nyeri 1-3) (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan, seperti mual. Gambaran ST elevasii berkurang atau tidak ada 2. Kaji dan catat TD dengan episode nyeri. TD dapat meningkat karena rangsang TD = 120/80 mmHg simpatis atau menurun karena iskemia dan Nadi =60-100x/menit fungsi jantung menurun. EKG : Irama sinus reguler 3. Ajarkan teknik relaksasi 4. Observasi dan laporkan efek samping dari obat nyeri: hipotensi, FP lambat, sulit miksi. 5. Berikan O2 sesuai program, biasanya 2-4 L/menit per kanula nasal. 6. Kolaborasi tim medis untuk terapi obat dan tindakan. 2 Intoleransi aktivitas Pasien dapat melakukan Kriteria hasil 1. Catat frekuensi jantung, irama, dan berhubungan dengan aktivitas tanpa adanya nyeri Pasien perubahan TD sebelum, selamam, dan dapat ketidakseimbangan antara dada sesudah aktivitas sesuai indikasi. mendemonstrasikan suplai dan kebutuhan oksigen peningkatan toleransi 2. Batasi istirahat saat nyeri dada aktivitas yang dapat 3. Batasi engunjung dan atau kunjungan oleh diukur/maju dengan pasien frekuensi jantung/Irma 4. Anjurkan pasien menghindari pningkatan dab TD dakam batas tekanan abdomen normal dan kulit hangat 5. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Tidak ada nyeri dada tingkat aktivitas /terkontrol saat 6. Kaji ulang tanda/gjala yang menunjukkan beraktivitas tidak toleran terhadap aktivitas
18
IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KEPERAWATAN TANGGAL 22/07/2014 22/07/20 14
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri dada berhubungan dengan iskemia dan infark miokard
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
IMPLEMENTASI 1. Mengkaji lokasi, karakter, durasi, durasi, dan dan intensitas, intensitas, nyeri, dengan menggunakan skala nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan, seperti mual. 2. Mengkaji dan mencatat TD dengan episode nyeri. TD dapat meningkat karena rangsang simpatis atau menurun karena iskemia dan fungsi jantung menurun. 3. Mengajarkan teknik relaksasi 4. Mengbservasi dan laporkan efek samping dari obat nyeri: hipotensi, FP lambat, sulit miksi. 5. Memberikan O2 sesuai program, 2-4 L/menit per kanula nasal. 6. Memberikan obat obat Captopril 12,5 mg, CPG 75 mg, ASA 80 mg, ISDN 5 mg, Bisoprolol 1,25 mg 1. Menganjurkan Menganjurkan pasien pasien untuk untuk istirahat saat sesak nafas 2. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga agar membatasi pengunjung dan atau kunjungan oleh pasien disebabkan mengurangi
IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KEPERAWATAN TANGGAL 22/07/2014 22/07/20 14
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri dada berhubungan dengan iskemia dan infark miokard
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
23/07/2014 23/07/20 14
Nyeri dada berhubungan dengan iskemia dan infark miokard
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
IMPLEMENTASI 1. Mengkaji lokasi, karakter, durasi, durasi, dan dan intensitas, intensitas, nyeri, dengan menggunakan skala nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan, seperti mual. 2. Mengkaji dan mencatat TD dengan episode nyeri. TD dapat meningkat karena rangsang simpatis atau menurun karena iskemia dan fungsi jantung menurun. 3. Mengajarkan teknik relaksasi 4. Mengbservasi dan laporkan efek samping dari obat nyeri: hipotensi, FP lambat, sulit miksi. 5. Memberikan O2 sesuai program, 2-4 L/menit per kanula nasal. 6. Memberikan obat obat Captopril 12,5 mg, CPG 75 mg, ASA 80 mg, ISDN 5 mg, Bisoprolol 1,25 mg 1. Menganjurkan Menganjurkan pasien pasien untuk untuk istirahat saat sesak nafas 2. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga agar membatasi pengunjung dan atau kunjungan oleh pasien disebabkan mengurangi infeksi nosokomial 3. Menganjurkan pasien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengejan, batuk. 1. Mengkaji lokasi, karakter, durasi, durasi, dan dan intensitas, intensitas, nyeri, dengan menggunakan skala nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan, seperti mual. 2. Mengkaji dan mencatat TD dengan episode nyeri. TD dapat meningkat karena rangsang simpatis atau menurun karena iskemia dan fungsi jantung menurun. 3. Mengajarkan teknik relaksasi 4. Mengbservasi dan laporkan efek samping dari obat nyeri: hipotensi, FP lambat, sulit miksi. 5. Memberikan O2 sesuai program, 2-4 L/menit per kanula nasal. 6. Memberikan obat Captopril obat Captopril 12,5 mg, CPG 75 mg, ASA 80 mg, ISDN 5 mg, Bisoprolol 1,25 mg 1. Menganjurkan pasien untuk istirahat saat nyeri dada 2. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga agar membatasi pengunjung dan atau kunjungan oleh pasien disebabkan mengurangi 19
3.
24/07/2014 24/07/20 14
Nyeri dada berhubungan dengan iskemia dan infark miokard
1.
2.
3. 4. 5. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
1. 2.
3.
infeksi nosokomial Menganjurkan Menganjurkan pasien untuk menghindari menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengejan, batuk. Mengkaji lokasi, karakter, durasi, durasi, dan dan intensitas, intensitas, nyeri, dengan menggunakan skala nyeri 0 (tidak nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Kaji gejala berkaitan, seperti mual. Mengkaji dan mencatat TD dengan episode nyeri. TD dapat meningkat karena rangsang simpatis atau menurun karena iskemia dan fungsi jantung menurun. Mengajarkan teknik relaksasi Mengbservasi dan laporkan efek samping dari obat nyeri: hipotensi, FP lambat, sulit miksi. Memberikan O2 sesuai program, 2-4 L/menit per kanula nasal. Memberikan obat obat Captopril 12,5 mg, CPG 75 mg, ASA 80 mg, ISDN 5 mg, Bisoprolol 1,25 mg Menganjurkan Menganjurkan pasien pasien untuk untuk istirahat saat sesak sesak nafas Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga agar membatasi pengunjung dan atau kunjungan oleh pasien disebabkan mengurangi infeksi nosokomial Menganjurkan pasien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengejan, batuk.
20
EVALUASI KEPERAWATAN TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri dada berhubungan dengan iskemia dan infark miokard
EVALUASI S : Pasien mengatakan masih nyeri dada. Skala 5. Lama nyeri 3 menit O: - Tampak gelisah - T= TD= 110/63 mmHg, HR= 89x/menit, suhu 36,6 0C, RR 20x/menit, PU= 100 cc/jam - disritmia (-), takikardia(-), takipnea (-), hipotensi(-) - ECG: Stemi Anterior, Normal axis A: Masalah belum belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi nomer 1-6
22/07/2014 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
S: Pasien mengatakan masih terasa nyeri dada saat makan dan aktivitas O: - Pasien istirahat di tempat tidur dengan posisi semifowler - Mobilisasi px diatas tempat tidur t idur - Kebutuhan px dibantu sebagian oleh keluarga dan perawat. A: Masalah teratasi teratasi sebagian
Nyeri dada berhubungan iskemia dan infark miokard
dengan
P : Lanjutkan Intervensi nomer 1-3 S : Pasien mengatakan nyeri dada sudah mulai berkurang O: - Tampak nyaman - T= TD= 111/83 mmHg, HR= 97x/menit, suhu 36,6 0C, RR 19x/menit, PU= 110 cc/jam - disritmia (-), takikardia(-), takipnea(), hipotensi(-) - ECG: STemi anterior, Normal axis A: Masalah teratasi teratasi sebagian
23/07/2014 P : Lanjutkan Intervensi nomer 1-6 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
S: Pasien mengatakan saat makan dan aktivitas jarang terasa nyeri dada O: - Pasien istirahat di tempat tidur dengan posisi semifowler - Mobilisasi px diatas tempat tidur - Kebutuhan px dibantu sebagian oleh keluarga dan perawat.
21
A: Masalah teratasi teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi nomer 1-3 Nyeri dada berhubungan iskemia dan infark miokard
dengan
24/07/2014
S : Pasien mengatakan sudah tidak nyeri dada O: - Tampak nyaman - T= TD= 120/75 mmHg, HR= 93x/menit, suhu 36,7 0C, RR 20x/menit, PU= 100 cc/jam - disritmia (-), takikardia(-), takipnea(), hipotensi(-) - ECG: Stemi anterior, Normal axis A: Masalah teratasi teratasi P : Lanjutkan Intervensi nomer 1-4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
S: Pasien mengatakan bisa aktivitas tanpa nyeri dada O: - Pasien istirahat di tempat tidur dengan posisi semifowler - Mobilisasi px diatas tempat tidur - Kebutuhan px dibantu sebagian oleh keluarga dan perawat. A: Masalah teratasi teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi nomer 1-3
Cat : Pasien tangg al 25/07 25/07/20 /2014 14 sudah p ind ah ke ruan g IW
22