LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC OBSTRUKSI PULMO DISEASE (COPD)
PENGERTIAN
COPD COPD adalah adalah penya penyakit kit paru paru kronik kronik yang yang ditand ditandai ai oleh oleh hambat hambatan an aliran aliran udara udara di saluran nafas yang bersifat progresif non reversible atau revesibel parsial. COPD merupakan gabungan dari bronkitis kronik, emfisema atau gabungan keduanya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 200! COPD COPD adalah adalah sekelom sekelompok pok penya penyakit kit paru paru yang yang berlan berlangsu gsung ng lama lama ditand ditandai ai oleh oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara ( Pri"e, 200#!
ETIOLOGI
a.
$akt $aktor or ling lingku kung ngan an%% mer merok okok ok meru merupa paka kan n pen peny yebab ebab utam utama, a, dise disert rtai ai resi resiko ko tamb tambah ahan an akibat polutan udara di tempat ker&a atau di dalam kota. 'ebagian pasien memiliki asma kronis yang tidak terdiagnosisdan tidak diobati.
b.
enetik% defisiensi anitripsin merupakan predisposisi untuk berkembangnya COPD. Di )merika 'erikat, iritasi yang paling umum yang yang menyebabkan COPD adalah asap rokok. Pipa, "erutu, dan &enis*&enis asap rokok &uga dapat menyebabkan COPD, terutama &ika asap a sap yang dihirup.(+ational eart -ung and lood.20/0!
FAKTOR RESIKO
/. enis kelamin kelamin laki*laki laki*laki berisiko 21 lebih lebih banyak banyak dari anita 2. 3ebia 3ebiasaa saan n mero meroko kok k (lak (laki* i*la laki ki diat diatas as /4 tahu tahun n #0*5 #0*506 06 lebi lebih h beri berisik siko! o!.. 3ebi 3ebiasa asaan an merokok merupakan satu * satunya penyebab kausal yang terpenting, &auh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pen"atatan riayat merokok perlu diperhatikan % a. 7iay 7iayat at mero meroko kok k •
Perokok aktif
•
Perokok pasif
•
ekas perokok
b. Dera&at berat merokok dengan Indeks rinkman (I!, yaitu perkalian ¨ah rata* rata batang rokokdihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun % •
7ingan % 0*200
/
•
'edang % 200*#00
•
erat % 8#00
. 7iayat terpa&an polusi udara di tempat ker&a atau lingkungan 9. ipereaktiviti bronkus 4. 7iayat Infeksi saluran nafas baah berulang #. Defisiensi antitripsin alfa : /, umumnya &arang terdapat di Indonesia
PATOFISIOLOGI / PATHWAY
2
$ungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas åan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lan&ut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas. $ungsi paru* paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni ¨ah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru*paru untuk digunakan tubuh. 3onsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru*paru. erkurangnya fungsi paru*paru &uga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. $aktor*faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan &uga menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus terminalis. )kibat dari kerusakan akan ter&adi obstruksi bronkus ke"il (bronkiolus terminalis!, yang mengalami penutupan atau obstruksi aal fase ekspirasi. ;dara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak ter&ebak dalam alveolus dan ter&adilah penumpukan udara (air trapping!. al inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. )danya obstruksi pada aal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan peman&angan fase ekspiras i. $ungsi* fungsi paru% ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (rannon, et al, /<<!.
TANDA DANGEJALA
e&ala COPD dapat berkisar dari ringan sampai berat, tergantung pada bagaimana lan&utan penyakit. PPO3, atau penyakit paru obstruktif kronik, adalah penyakit paru*paru ditandai oleh penyumbatan atau penyempitan saluran udara. Ini adalah proses ireversibel yang biasanya disebabkan oleh iritasi saluran napas, seperti merokok, perokok pasif, polusi udara atau pemaparan dalam peker&aan. /. Dispnea uga dikenal sebagai sesak napas, dyspnea adalah akibat kelaparan udara yang menyebabkan sulit atau beker&a pernapasan. al ini terutama disebabkan oleh kekurangan oksigen dalam aliran darah dan se"ara langsung berkaitan dengan gangguan di paru*paru seperti COPD. 2. atuk kronis enis batuk &angka pan&ang dan tampaknya tidak pergi. atuk adalah mekanisme pertahanan yang dikembangkan oleh tubuh dalam upaya untuk membersihkan saluran napas dari lendir, menghirup =at bera"un, benda asing atau &enis lain dari iritasi. atuk produktif membersihkan lendir dari paru*paru, sedangkan batuk tidak produktif tidak mudah menghasilkan lendir. atuk adalah salah satu ge&ala paling umum dari COPD.
. Peningkatan produksi sputum Dahak, atau lendir, adalah =at yang diproduksi dari paru*paru yang biasanya dikeluarkan melalui batuk atau membersihkan tenggorokan. umlah berlebihan dahak dapat dikaitkan dengan peradangan atau infeksi saluran pernapasan dan mungkin menun&ukkan PPO3. >arna dan konsistensi sputum tubuh )nda memproduksi bisa berhubungan dengan &enis COPD yang mungkin )nda miliki, dan biasanya dokter akan meminta )nda untuk menggambarkannya. ?enaga kesehatan &uga dapat meminta sampel dahak dari )nda untuk membantu diagnosis. 9. @engi 'ering digambarkan sebagai suara siulan terdengar selama inhalasi atau pernafasan, mengi disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan saluran udara. 'ering kali, mengi dapat men&adi begitu umum baha )nda dapat mendengarnya tanpa bantuan stetoskop. 4. +yeri Dada 'esak di dada dapat digambarkan sebagai perasaan tekanan di dalam dinding dada yang membuat pernapasan otomatis sulit. 3adang*kadang, sesak ini membuat pernafasan respirasi menyebabkan menyakitkan harus singkat dan dangkal. 'esak dada dapat disebabkan oleh infeksi paru*paru dan seringkali dihubungkan dengan COPD. #. 3elelahan erbeda dengan kelelahan biasa, kelelahan adalah ge&ala yang sering kurang dipahami dan sering kali dilaporkan di PPO3 sebagai fokus "enderung turun pada ge&ala dikenali lebih seperti dispnea dan batuk kronis. ?api, karena kelelahan hampir kali lebih besar pada mereka yang memiliki penyakit paru*paru dibandingkan pada orang sehat, itu adalah penting untuk mengenali ge&ala. 5. Clubbing dari $ingers Clubbing adalah tanda &angka pan&ang kekurangan oksigen dan berhubungan dengan se¨ah ma"am penyakit, termasuk PPO3. )alnya, ia meu&udkan dirinya sebagai sponginess dari kuku bersama dengan hilangnya sudut kuku, menyebabkan kuku melengkung ke baah. A. emoptisis e&ala dari kedua paru*paru dan masalah &antung, hemoptysis didefinisikan sebagai batuk sampai darah dari paru*paru yang berbusa dan di"ampur dengan lendir. Pada PPO3, penyebab paling umum adalah infeksi pada paru*paru.
Penting untuk di"atat baha
¨ah darah yang batuk tidak selalu men"erminkan keseriusan penyebabnya.
9
<. 'ianosis 'ianosis digambarkan sebagai perubahan arna kebiruan pada kulit dan merupakan tanda akhir dari kekurangan oksigen kronis dalam darah. ?empat umum untuk sianosis mun"ul adalah bibir, lidah, nailbeds dan telinga.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
/. Pemeriksaan rutin a! $aal paru 'pirometri (BP/, BP/prediksi, 3BP, BP/3BP •
Obstruksi ditentukan oleh nilai BP/ prediksi (6! dan atau BP/3BP (6!.
•
Obstruksi % 6 BP/(BP/BP/ pred! E A06 BP/6 (BP/3BP! E 54 6
•
BP/ merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPO3 dan memantau per&alanan penyakit.
•
)pabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, )P meter alaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 206
;&i bronkodilator •
Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan )P meter.
•
'etelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak A hisapan, /4 * 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai BP/ atau )P, perubahan BP/ atau )P E 206 nilai aal dan E 200 ml
•
;&i bronkodilator dilakukan pada COPD stabil
b! Darah rutin b, t, leukosit "! 7adiologi $oto toraks P) dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Pada emfisema terlihat gambaran % *
iperinflasi
*
iperlusen
*
7uang retrosternal melebar
*
Diafragma mendatar
*
antung menggantung (&antung pendulum tear drop / eye drop appearance!.
Pada bronkitis kronik % 4
*
+ormal
*
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 2/ 6 kasus
2. Pemeriksaan khusus (tidak rutin! a! $aal paru *
Bolume 7esidu (B7!, 3apasiti 7esidu $ungsional (37$!, 3apasiti Paru ?otal (3P?!, B737$, B73P? meningkat
*
D-CO menurun pada emfisema
*
7a meningkat pada bronkitis kronik
*
'ga meningkat
*
Bariabiliti arian )P kurang dari 20 6
b! ;&i latih kardiopulmoner *
'epeda statis (ergo"y"le!
*
entera (treadmill!
*
alan # menit, lebih rendah dari normal
"! ;&i provokasi bronkus ;ntuk menilai dera&at hipereaktiviti bronkus, pada sebagian ke"il PPO3 terdapat hipereaktiviti bronkus dera&at ringan d! ;&i "oba kortikosteroid @enilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau metilprednisolon! sebanyak 0 * 40 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan BP/ pas"abronkodilator 8 20 6 dan minimal 240 ml. Pada PPO3 umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid e! )nalisis gas darah ?erutama untuk menilai % *
agal napas kronik stabil
*
agal napas akut pada gagal napas kronik
f! 7adiologi *
C? '"an resolusi tinggi
*
@endeteksi emfisema dini dan menilai &enis serta dera&at emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos
*
'"an ventilasi perfusi @engetahui fungsi respirasi paru
#
g! lektrokardiografi @engetahui komplikasi pada &antung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan. h! kokardiografi @enilai funfsi &antung kanan i! akteriologi Pemerikasaan bakteriologi sputum pearnaan ram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulng merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPO3 di Indonesia. &! 3adar alfa*/ antitripsin 3adar antitripsin alfa*/ rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda!, defisiensi antitripsin alfa*/ &arang ditemukan di Indonesia.
PENATALAKSANAAN
?u&uan penatalaksanaan PPO3 adalah% /. @emeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu ge&ala tidak hanya pada fase akut, tetapi &uga fase kronik. 2. @emperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian. . @engurangi la&u progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih aal. Penatalaksanaan PPO3 pada usia lan&ut adalah sebagai berikut% /. @eniadakan faktor etiologipresipitasi, misalnya
segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara. 2. @embersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai "ara. . @emberantas infeksi dengan antimikroba. )pabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil u&i sensitivitas atau pengobatan empirik. 9. @engatasi bronkospasme dengan obat*obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme! masih "ontroversial. 4. Pengobatan simtomatik. #. Penanganan terhadap komplikasi*komplikasi yang timbul. 5. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat / : 2 litermenit.
5
A. ?indakan rehabilitasi yang meliputi% a. $isioterapi, terutama bertu&uan untuk membantu pengeluaran se"ret bronkus. b. -atihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang paling efektif. ". -atihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tu&uan untuk memulihkan kesegaran &asmani. d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali menger&akan peker&aan semula. Pathogenesis Penatalaksanaan (@edis! /. Pen"egahan % @en"egah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara 2. ?erapi eksaserbasi akut di lakukan dengan % a. )ntibiotik,
karena
eksaserbasi
akut
biasanya
disertai
infeksi
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh . Influen=a dan '. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 9 1 0.24*0.4#hari atau eritromisin 910.4#hari )ugmentin (amoksilin dan asam klavulanat! dapat diberikan &ika kuman penyebab infeksinya adalah . Influen=a dan . Ca"arhalis yang memproduksi . -aktamase Pemberiam antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti memper"epat penyembuhan dan membantu memper"epat kenaikan peak flo rate. +amun hanya dalam 5*/0 hari selama periode eksaserbasi. ila terdapat infeksi sekunder atau tanda*tanda pneumonia, maka dian&urkan antibiotik yang kuat. b. ?erapi oksigen diberikan &ika terdapata kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2 ". $isioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik. d. ronkodilator, untuk mengatasi obstruksi &alan napas, termasuk di dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 4 mg dan atau ipratopium bromida 240 mg diberikan tiap # &am dengan nebuli=er atau aminofilin 0,24 * 0,4# IB se"ara perlahan. . ?erapi &angka pan&ang di lakukan % a. )ntibiotik untuk kemoterapi preventif &angka pan&ang, ampisilin 910,24*0,4hari dapat menurunkan ke&adian eksaserbasi akut.
A
b. ronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru. ". $isioterapi d. -atihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik e. @ukolitik dan ekspektoran f. ?erapi oksigen &angka pan&ang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan PaO2 (5, Pa (44 @@g! g. 7ehabilitasi, pasien "enderung menemui kesulitan beker&a, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi. 7ehabilitasi untuk pasien PPO3 adalah % /! $isioterapi 2! 7ehabilitasi psikis
7ehabilitasi peker&aan (@ans&oer 200/ % 9A/*9A2!
Diagnoa K!"!#a$a%an
/.
3etidakefektifan
bersihan
&alan
nafas
berhubungan
dengan
bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal. 2.
angguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan fungsi paru
.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, produksi sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea
9.
angguan pola tidur berhubungan ketidaknyamanan karena batuk terus menerus
In%!#&!ni
/.
3etidakefektifan
bersihan
&alan napas
berhubungan
dengan
bronkokontriksi,
peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal. ?u&uan% Pen"apaian bersihan &alan napas klien Intervensi keperaatan% a.
eri pasien # sampai A gelas "airanhari ke"uali terdapat kor pulmonal.
b.
)&arkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan diafragmatik dan batuk.
".
antu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur, atau IPP <
d.
-akukan drainage postural dengan perkusi dan vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai yang diharuskan.
e.
Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok, aerosol, suhu yang ekstrim, dan asap.
f.
)&arkan tentang tanda*tanda dini infeksi yang harus dilaporkan pada dokter dengan segera% peningkatan sputum, perubahan arna sputum, kekentalan sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak didada, keletihan.
g.
eriakn antibiotik sesuai yang diharuskan.
h.
erikan dorongan pada pasien untuk melakukan imunisasi terhadap influenzae dan streptococcus pneumoniae.
2.
angguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan fungsi paru ?u&uan% Perbaikan dalam pertukaran gas Intervensi keperaatan% a. Deteksi bronkospasme saat auskultasi . b. Pantau klien terhadap dispnea dan hipoksia. ". eriakn obat*obatan bronkodialtor dan kortikosteroid dengan tepat dan aspada kemungkinan efek sampingnya. d. erikan terapi aerosol sebelum aktu makan, untuk membantu mengen"erkan sekresi sehingga ventilasi paru mengalami perbaikan. e. Pantau pemberian oksigen.
. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, produksi sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea ?u&uan% 3ebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi Intervensi keperaatan% a.
3a&i kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. valusi berat badan
b. )uskultasi bunyi usus ".
erikan peraatan oral sering
d. erikan porsi makan ke"il tapi sering e.
indari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat
f.
indari makanan yang sangat panas dan sangat dingin
g. ?imbang h. 3onsul ahli gi=i untuk memberikan makanan yang mudah di"erna i.
3a&i pemeriksaan laboratorium seperti albumin serum
&.
erikan vitaminmineralelektrolit sesuai indikasi /0
k. erikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi
9.
angguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan karena batuk terus menerus ?u&uan % 3ebutuhan istirahat tidur terpenuhi Interversi keperaatan % a.
antu klien latihan relaksasi ditempat tidur.
b.
-akukan pengusapan punggung saat hendak tidur dan an&urkan keluarga untuk melakukan tindakan tersebut.
".
)tur posisi yang nyaman men&elang tidur, biasanya posisi high foler.
d.
-akukan pen&adalan aktu tidur yang sesuai dengan kebiasaan pasien.
e.
erikan makanan ringan men&elang tidur &ika klien bersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Pri"e, 'ylvia.,F >ilson, -orraine. 200/. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . akarta% Penerbit uku 3edokteran C. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 200. Penyakit Paru Obstruktif 3ronik (PPO3! Pedoman Diagnosis
dan
Penatalaksanaan
di
Indonesia.
(Online!
http%.klikpdpi."omkonsensuskonsensus*ppokppok.pdf Diakses pada tanggal 0# )pril 20/ &am 22.04 >I 'melt=er, 'u=anne C., et all. 200A. Brunner Suddarth’s e!t"ook of #edical-Surgical $ursing . //th ed. Philadelphia% -ippin"ott >illiams F >ilkins
//