LAPORAN PENDAHULUAN “ ENSEFALOPATI “
1. Definisi Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progesif/statis. Ensefalopati
yang
terjadi
sejak
dini
dapat
menyebabkan
gangguan
perkembangan neurologis (WHO, 2006). Pasien dengan ensefalopati dapat mengalami kemunduran dalam fungsi kognitif umum, prestasi akademis, fungsi neuropsikologik. Skor intelegensi pasien yang mengalami ensefalopati juga rendah di bandingkan anak seusianya. Dari segi prestasi akademis pasien akan mengalami kesulitan untuk membaca, mengeja, dan aritmatik. Sedangkan fungsi neuropsikologikal dapat menjadi hiperaktif maupun autis. Ensefalopati berasal dari kata : enchepalo (otak), pathy (gangguan). Yang menggambarkan fungsi dan struktur otak yang abnormal (Departemen Kesehatan RI, 2007 ). Ensefalopati adalah istilah yang di gunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat akut/kronik, progesif/statis.nsefalopati tidak mengacu pada penyakit tunggal, melainkan untuk sindrom disfungsi otak global. Ensefalopati adalah disfungsi kortikal yang memiliki karakteristik perjalanan akut hingga sub akut (jam hingga bebrapa hari), secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat kesadaran, atensi minimal, halusinasi dan delusi yang sering dan perubahan tingkat aktivitas psikomotor (secara umum meningkat, akan tetapi dapat munurun) 2.
Klasifikasi Beberapa contoh jenis ensefalopati : 1. Ensefalopati mitokondria Gangguan metabolic yang di sebabkan oleh disfungsi dari DNA mitokondria. Dapat mempengaruhi banyak system tubuh, terutama otak dan system saraf.
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 1
2. Glycine ensefalopati : sebuah gangguan metabolism genetic yang melibatkan kelebihan produksi glisin 3. Hipoksia iskemik ensefalopati : ensefalopati permanen atau sementara yang timbul dari pengiriman oksigen yang sangat berkurang ke otak 4. Uremik ensefalopati : gagal ginjal akut/kronis dapat menyebabkan ensefalopati
uremik.
Ketika
ginjal
gagal
untuk
secara
memadai
membersihkan aliran darah, berbagai racun secara bertahap dapat membangun dan menyebabkan fungsi otak menurun. 5. Hipertensi ensefalopati : timbul dari peningkatan tekanan darah meningkat darah di intrakarnial 6. Neonatal ensefalopati : sering terjadi karena kurangnya oksigen dalam aliran darah ke otak-jaringan janin selama persalinan. 7. Salmonella ensefalopati : suatu bentuk ensefalopati yang di sebabkan oleh keracunan makanan (terutama dari kacang dan daging busuk) sering mengakibatkan kerusakan otak permanen dan gangguan system saraf
3. Anatomi fisiologi Susunan saraf pusat (SPP/CNS) : 1. Otak Terletak dalam rongga kranium (tengkorak). Pelindung Otak : a. Kulit kepala dan rambut b. Tulang tengkorak dan columna vetebral c. Meningen ( selaput otak ) 2. Hemifer cerebral ( otak besar ) di bagi menjadi 4 lobus, yaitu : a. Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab untuk proses berfikir b. Lobus parietalis,
merupakan area
sensoris dari otak
yang
merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan temperatur. c. Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata.
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 2
d. Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi dari telinga. 3. Cerebelum ( otak kecil ) Fungsi cerebelum mengembalikan tonus otot di luar kesadaran yang merupakan suatu mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian. 4. Medulla Spinallis/sumsum tulang belakang. Berfungsi untuk mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam : gerak reflek, berisi pusat pengontrolan yang penting, heart rate contol atau denyut jantung, pengaturan tekanan darah, pernafasan, menelan, muntah. Susunan Syaraf Perifer : Menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS. Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu : 1. Susunan syaraf somatic Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja 2. Susunan syaraf otonom Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.
4. Etiologi 1.
Kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia dapat menyebabkan fungsi mental berubah dan ensefalopati
2.
Keracunan jaringan otak dan sel-sel juga dapat mempengaruhi fungsi. Racun ini dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari hati/gagal ginjal, atau mungkin sengaja (keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau tidak sengaja tertelan (keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun)
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 3
3.
Ensefalopati mungkin karena cacat lahir (kelainan genetic yang meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di temukan pada saat lahir)
Beberapa contoh penyebab lain ensefalopati : 1.
Menular (bakteri, virus, parasit)
2.
Anoxic (kekurangan oksigen ke otak, termasuk penyebab trauma)
3.
Alcohol (toksisitas alcohol)
4.
Hepatik (missal : kanker hati)
5.
Uremik (ginjal/gagal ginjal)
6.
Perubahan dalam tekanan otak (perdarahan kepala, tumor, abses)
7.
Bahan kimia beracun (timbale, merkuri)
8.
Penyakit metabolic
5. Manifestasi klinis Ciri ensefalopati adanya gangguan mental. Tergantung pada jenis dan tingkat keparahan ensefalopati. Gejala neurologis umum : 1.
Hilangnya fungsi kognitif,
2.
Perubahan kepribadian ringan,
3.
Ketidakmampuan untuk berkosentrasi,
4.
Lesu, kesadaran menurun
5.
Demensia
6.
Kejang, otot berkedut
7.
Mialgia
8.
Respirasi cheynes-stokes (pola pernapasan di ubah dilihat dengan kerusakan otak dan koma)
6. Komplikasi Komplikasi encephalopathy bervariasi dari tidak ada menjadi gangguan mental yang mendalam yang menyebabkan kematian. Komplikasi dapat mirip dalam beberapa kasus. Selain itu, banyak peneliti menganggap ensefalopati sendiri menjadi komplikasi yang timbul dari masalah kesehatan utama atau diagnosis utama.
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 4
Komplikasi tergantung pada penyebab utama dari ensefalopati dan dapat diilustrasikan dengan mengutip beberapa contoh dari berbagai penyebab : 1.
Hepatik (hati) encephalopathy (pembengkakan otak dengan herniasi, koma, kematian)
2.
Ensefalopati metabolik (lekas marah, lesu, depresi, tremor, kadangkadang, koma, kematian)
3.
Ensefalopati uremik (lesu, halusinasi, pingsan, otot berkedut, kejang, kematian)
7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan/pengobatan ensefalopati bervariasi dengan penyebab utama dari gejala, akibatnya, tidak semua kasus ensefalopati diperlakukan sama. Perlakuan terbaik yang dirancang oleh dokter yang merawat setelah diagnosis utama pasien dibuat. Perawatan yang sangat bervariasi karena penyebab yang sangat berbeda.
Contoh
dapat
menunjukkan
betapa
berbedanya
“pengobatan
ensefalopati” dapat berubah sesuai dengan penyebabnya: 1. Anoksia jangka pendek (biasanya kurang dari dua menit): terapi oksigen 2. Anoksia jangka panjang: rehabilitasi 3. Toksisitas alkohol jangka pendek: cairan IV atau ada terapi 4. Penyalahgunaan alkohol jangka panjang (sirosis atau gagal hati kronis): laktulosa oral, diet rendah protein, antibiotic 5. Ensefalopati uremik (karena gagal ginjal): memperbaiki penyebab fisiologis yang mendasari, dialisis, transplantasi ginjal 6. Diabetic
encephalopathy:
hipoglikemia,
mengelola
penghapusan
glukosa
glukosa
untuk
mengobati
darah
untuk
mengobati
hiperglikemia 7. Hipo-atau hipertensi ensefalopati: obat untuk meningkatkan (untuk hipotensi) atau mengurangi (untuk hipertensi) tekanan darah 8. Pemeriksaan penunjang 1. Lumbal pungsi (pemeriksaan CSS) a. Cairan warna jernih
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 5
b. Glukosa normal c. Leukosit meningkat d. Tekanan Intra Kranial meningkat 2. CT Scan/ MRI Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom, daerah cerebral, hemoragic, atau tumor. 3. EEG (Electro Encephalo Graphy) 4. Terlihat aktivitas fisik (gelombang) yang menurun, dengan tingkat kesadaran yang menurun 5. Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difu (aktivitas lambat bilateral)
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 6
Asuhan Keperawatan Teoritis 1. Pengkajian 1. Identitas Klien Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. 2. Riwayat Kesehatan A. Keluhan utama Biasanya klien datang dengan keluhan kejang-kejang dapat disertai dengan penurunan kesadaran, B. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya
klien
dengan
ensefalopati
terjadi
kelemahan/lesu,
gangguan mental, ketidakmampuan untuk berkosentrasi, respirasi cheynes-stokes C. Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya klien pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh virus, infeksi bakteri kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia, keracunan jaringan otak dan sel-sel (ex : keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba, keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun) D. Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya klien ada kemungkinan cacat lahir (kelainan genetic yang meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di temukan pada saat lahir) 3. Pemeriksaan Fisik a. Tingkat kesadaran : Adanya penurunan tingkat kesadaran. b. GCS : Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: … c. Kulit : saat diraba kulit terasa agak panas d. Kepala : terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial). e. Mata : gangguan pada penglihatan, f.
Telinga : Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 7
g. Hidung : adanya gangguan penciuman h. Mulut dan gigi : membran mukosa kering, lidah terlihat bintik putih dan kotor. i.
Leher: terjadi kaku kuduk dan terasa lemas.
j.
Eksremitas atas dan bawah : Tidak ada kekuatan otot dan teraba dingin.
2. Pola Fungsional Gordon 1. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di rumah. 2. Pola nutrisi – Metabolik Penurunan BB dan malnutrisi umum. Keinginan pasien untuk makan terganggu oleh ketidak sadaran pasien. 3. Pola Eliminasi Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan. 4. Pola Aktivitas dan Latihan Pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan latihan karena mengalami penurunan kesadaran. 5. Pola Persepsi Kognitif Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan. 6. Pola Tidur dan Istirahat Pada pasien pola istirahat dan tidur tidak dapat dikaji karena mengalami penurunan kesadaran. 7. Konsep Diri dan Persepsi Diri Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort. 8. Peran dan Pola Hubungan
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 8
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran (Doenges,1993). 9. Pola Reproduktif dan Sexual Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial dan alat reproduksi (Doenges,1993). 10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah (Doenges,1993). 11. Pola Keyakinan dan Nilai Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).
3. Diagnosa Keperawatan No
Diagnosa Keperawatan
1
Perubahan perfusi jaringan serebral b.d proses peradangan Data Pendukung : – Perubahan kesadaran – Perubahan tanda vital – Kelemahan motorik – Perubahan nilai AGD
NOC
Circulation status
Neurologic status Tujuan : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dapat teratasi Kriteria Hasil : – Mempertahankan tingkat kesadaran dan orientasi – Tanda vital dalam batas normal. – Tidak terjadi defisit neurologi.
NIC Aktivitas :
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
1. Monitor status neurologi setiap 2 jam: tingkat kesadaran, pupil, reflex, kemampuan motorik, nyeri kepala, kaku kuduk 2. Monitor tanda vital dan temperature setiap 2 jam 3. Kurangi aktivitas yang dapat menimbulkan peningkatan TIK: batuk, mengedan, muntah, menahan nafas
Page 9
4. Berikan waktu istirahat yang cukup dan kurangi stimulus lingkungan 5. Tinggikan posisi kepala 30 – 45° pertahankan kepala pada posisi netral, hindari fleksi leher 6. Kolaborasi dalam pemberian Diuretik osmotic,steroid, antibiotic
2
Resiko Injuri : Jatuh b.d aktivitas kejang, penurunan kesadaran dan status mental Data Pendukung: – Penurunan kesadaran – Aktivitas kejang – Perubahan status mental
3
Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan umum, defisit
Aktivitas : Risk control Tujuan : Klien tidak mengalami injuri Kriteria Hasil : – Mempertahankan tingkat kesadaran dan orientasi – Kejang tidak terjadi – Injuri tidak terjadi.
1. Kaji status neurologi setiap 2 jam 2. Pertahankan keamanan pasien seperti penggunaan penghalang tempat tidur, kesiapan suction, spatel, oksigen 3. Catat aktivitas kejang dan tinggal bersama pasien selama kejang 4. Kaji status neurologik dan tanda vital setelah kejang 5. Orientasikan pasien ke lingkungan 6. Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang Aktivitas :
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Joint Movement : Active
1. Kaji kemampuan
Page 10
neurologic
Mobility level 2.
Data Pendukung : – Pasien mengatakan lemah, tangan dan kaki tidak dapat digerakkan – Kekuatan otot kurang – Kontraktur
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi Kriteria Hasil : – Pasien dapat mempertahankan mobilisasinya secara optimal – Integritas kulit utuh – – Tidak terjadi kontraktur
3.
4. 5.
6.
mobilisasi Alih posisi pasien setiap 2 jam Lakukan massage bagian tubuh yang tertekan Lakukan ROM passive Monitor Tromboemboli, konstipasi Konsul pada ahli fisioterapi jika diperlukan
4. Implementasi Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di buat di dalam intervensi keperawatan pasien.
5. Evaluasi Evaluasi sumatif disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun di dalam intervensi untuk mengetahui masalah pasien telah teratasi ataupun tidak, sehingga dapat ditentukan rencana selanjutnya.
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 11
DAFTAR PUSTAKA Brunner / Suddarth., (2006). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company, Philadelphia. Carpenito, Lynda Juall. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC, Jakarta. Depkes RI. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Diknakes, Jakarta. Donnad. (2011). Medical Surgical Nursing. WB Saunders. Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta. Guyton A.C., Hall J.E. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Ensefalopati – Wira Syukriani.K, S.Kep
Page 12