LAPORAN INDIVIDU
LAPORAN PENDAHULUAN HNP (Hernia Nucleus Pulposus) Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Bedah di Ruang Bougenville RST. Dr. Soepraoen Malang
OLEH: Reza Fitra Kusuma Negara NIM. 120070300011074
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014
A. DEFINISI Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus intervertabralis dengan piotusi dan nukleus ke dalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda equina. HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral.
B. ETIOLOGI Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra. Spinal stenosis. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll. Pembentukan osteophyte. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus. C. MANIFESTASI KLINIS Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas. Nyeri tulang belakang Kelemahan satu atau lebih ekstremitas Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap. Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang
berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, mati rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring. Manifestasi klinis berdasarkan jenis HNP dibedakan menjadi : a. Hernia Lumbosakralis Gejala pertama biasanya terjadi nyeri punggung bawah (low back pain) yang mula-mula berlangsung secara periodik, kemudian menjadi menetap. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhi sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut. Gejala-gejala diskus intervertebral lumbalis yang prolaps adalah:
Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang.
Nyeri radikuler pada paha, betis, dan kaki
Kombinasi paresthesi, lemah, dan kelemahan reflex
b. Hernia servikalis
Paresthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas
Atrofi di daerah biceps dan triceps
Refleks biceps yang menurun atau menghilang
Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.
c. Hernia thorakalis
Nyeri radikal
Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dan dapat menyebabkan kejang paraparesis
Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia
D. KLASIFIKASI HNP dapat terjadi di berbagai tempat di sepanjang tulang belakang. Menurut tempat terjadinya, HNP dibagi atas: 1.
Hernia lumbosakralis
2.
Hernia servikalis
3.
Hernia thorakalis Menurut gradasinya, HNP dibagi atas:
1.
Protrusi Diskus Intervertebralis. Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.
2.
Prolaps Diskus Intervertebralis. Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.
3.
Ekstrusi Diskus Intervertebralis. Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis posterior.
4.
Sequestrasi Diskus Intervertebralis. Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.
E. PATOFISIOLOGI Trauma dan stres fisik Rupture diskus Aliran darah ke diskus berkurang, respon beban yang berat, ligamentum longitudinalis post menyempit Pemisahan lempeng tulang rawan dari korpus vertebra yang berdekatan Nucleus pulposus keluar melalui serabut-serabut annulus yang robek Jepitan saraf spinal Kerusakan jalur simpatetik desending Kehilangan kontrol tonus vasomotor persarafan simpatis ke jantung
Reflek spinal Mengaktif -kan system saraf simpatis
Konstriks i pembulu h darah Resiko infark miokard
Terputus jaringan saraf di medulla spinal
Paralis dan paralegia Kerusaka n mobilitas fisik
Resiko kerusak an integrita s kulit
Iskemian dan hipoksemia
Reaksi peradangan Edema pembengkaka n
Respon nyeri hebat dan akut
Penekanan saraf dan pembuluh darah
Nyeri akut
penurunan fungsi jaringan
Kelemaha n fisik umum Penekana n jaringan setempat
Kelumpulahan otot pernapasan
Reaksi peradangan
Syok spinal
Ketidakmampua n prawatan diri (ADL) Kemampuan batuk ↓
Intake nutrisi tidak adekuat Perubahan pemenuhan nutrisi
Blok saraf parasimpatis
Gangguan pola Reaksi anestetik
Ileus paralitik, gangguan fungsi rectum dan kandung gangguan eliminasi urin dan alvi
Disfungsi persepsi spasial dan kehilangan sensorik Perubahan persepsi sensorik koping individu tidak efektif, Resiko ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaa
hipoventilasi Gagal napas
Kematian
koma Penurunan tingkat kesadaran resiko trauma (cidera) Perubahan proses keluarga, Kecemasan klien dan keluarga, Resiko penurunan pelaksanaan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboraturium 2. Foto polos lumbosakral : dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi 3. CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion. 4. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi. 5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik sebelum pembedahan 6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal. 7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi 8. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal. G. KOMPLIKASI Kelemahan dan atropi otot Trauma serabut syaraf dan jaringan lain Kehilangan kontrol otot sphinter Paralis / ketidakmampuan pergerakan Perdarahan Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal H. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan HNP dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik : a. Tidur selama 1 – 2 mg diatas kasur yang keras b. Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf. c. Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik. d. Terapi panas dingin. e. Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset f.
Terapi diet untuk mengurangi BB.
g.
Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
h. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS).
2) Pembedahan a. Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop. b. Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya
dilakukan untuk
memperbaiki luka pada spinal. c. Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina d. Laminectomy adalah
memperbaiki
satu atau
lebih
lamina
vertebra,
osteophytis, dan herniated nucleus pulposus.
I.
PENCEGAHAN Gunakan tekhnik mengangkat dan bergerak dengan benar , seperti berjongkok untuk mengangkat barang berat Pertahankan postur tubuh yang benar saat duduk dan berdiri Berhenti merokok Hindarkan situasi yang menegangkan sebisa mungkin Pertahankan berat badan ideal
J. ASKEP Diagnosa : 1 Nyeri akut b.d agen injury : fisik Tujuan :
Indikator :
dilakukan
-
Tingkat/skala nyeri
34
keperawatan
-
Kontrol nyeri
34
Setelah tindakan
Kriteria Hasil :
selama 1x24 jam nyeri berkurang/hilang INTERVENSI 1. Kaji keluhan nyeri yang dirasakan klien, meliputi: a. Catat
1. Nyeri
RASIONAL merupakan
pengalaman
subjektif dan harus dijelaskan oleh intensitas
nyeri
dengan
menggunakan skla pengukur nyeri
pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan
faktor
yang
berhubungan
(misalnya 1-10)
dengan dan merupakan suatu hal
b. Karakteristik nyeri (berdenyut, tajam,
yang amat penting untuk memilih
timbul)
intervensi yang cocok dan untuk
c. Lokasi nyeri
mengevaluasi keefektifan dari terapi
d. Lamanya nyeri
yang diberikan.
e. Faktor-
faktor
meninggalkan
yang
atau
dapat
memperburuk
rasa nyeri yang dirasakan oleh klien 2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri
2. Merupakan indikator atau derajat nyeri
nonverbal seperti ekspresi wajah meringis.
yang
Posisi
pengkajian yang optimal perawat akan
tubuh,
gelisah,
menangis
dan
menarik diri. 3. Gali
oleh
klien.
Dengan
mendapatkan data yang objektif untuk
perkiraan
pengobatan
dialami
dan
perjalanan efek
nyeri,
sampingnya
(perjelas jika tidak realistik). 4. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
mencegah kemungkinan komplikasi. 3. Pemahaman terhadap keadaan penyakit yang
mendasarinya
dapat
memilih
intervensi yang sesuai. 5. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
Analgesik: Asam mefenamat dan metalgin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bulecheck, Gloria dkk. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC), fifth ed. United State : Mosby. 2. Herdman, T.Heater, Phd, RN. 2012. NANDA International NURSING DIAGNOSIS: DEFINITIONS
&
CLASSIFICATION
2012-2014.
United
Kingdom:
WILEY-
BLACKWELL. 3. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-ranumhapsa-5402-2babii.pdf, diakses tanggal 24 Maret 2013 4. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/2/jtptunimus-gdl-s1-2007-akhmatsube-95-2bab2.pdf, diakses tanggal 24 Maret 2013 5. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312089/bab2.pdf,
diakses
tanggal 24 Maret 2013 6. Moorhead, Sue dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), fourth ed. United State : Mosby.