LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KISTA OVARIUM DI RUANG TULIP 1 RST dr. SOEPRAOEN
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS
Disusun oleh : Laras Frestyawangi Wasitin 2014204610111072
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULAN & ASUHAN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS 2015
Mahasiswa Laras Frestyawangi Wasitin 201420461011072
Mengetahui, Pembimbing Institusi Lahan
Juli 2015
Pembimbing
(
)
(
)
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Genetalia Interna Wanita Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan tidak dapat dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ genetalia terdiri dari : 1. Rahim (uterus) Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak dipanggul kecil diantara rectum dan di depannya terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh ligament
yang
kuat,
sehingga
bebas
untuk
tumbuh
dan
berkembang saat kehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya di atas. Rahim juga merupakan jalan lahir
yang
penting
dan
mempunyai
kemampuan
untuk
mendorong jalan lahir. Uterus terdiri dari : 1) Fundus uteri (dasar rahim) Bagian uterus yang terletak pada pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri Bagian uteri yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uuteri disebut kavum uteri atau rongga rahim. 3) Serviks uteri Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri innternum. Lapisan-lapisan uterus meliputi endometrium, myometrium, parametrium.
2. Tuba Fallopi Tuba fallopi dengan panjang 12 cm merupakan bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat vital
dalam
proses
kehamilan,
yaitu
menjadi
saluran
spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum, tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan tempat
pertumbuhan
hasil
pembuahan
sebelum
mampu
menanmkan diri pada lapisan dalam rahim. 3. Indung Telur (Ovarium) Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding panggul oleh ligamentum infundibulopelvicum. Indung telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama,
sehingga
mempunyai
dampak
kewanitaan
dalam
pengatur
proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri. 4. Parametrium (Penyangga Rahim) Merupakan
lipatan
peritoneum
dengan
berbagai
penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan
atasnya
mengandung
tuba
fallopi
dan
ikut
serta
menyangga indung telur. Bagian ini sensitif terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya. Hampir keseluruhan alat reprodukksi wanita berada di rongga panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk dan ukuran rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan ukuran ini mempengaruhi kemudahan suatu proses persalinan (Tambayong, 2002).
B. Definisi Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007). Kista ovariun adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium solaholah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar (Prawirohardjo, 2009).
Kista merupakkan penyakit yang super halus, rumit dan unik, sebab keberadaannya mirip dengan kehamilan, di mana semua wanita mempunyai resiko akan hadirnya penyakit ini. Setiap wanita mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri yang ukuran normalnya sebesar biji kenari. Setiap indung telur tersebut berisi ribuan telur yang masih muda atau folikel yang setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur yang matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang keluar dari indung telurr dan bergerak kerahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, folikel akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun, jika terjadi gangguan pada proses siklus ini, maka kista pun akan terjadi (Chyntia, 2010).
C. Etiologi Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan tambang. Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah sebagai berikut : 1. Riwayat kista terdahulu
2. Siklus haid tidak teratur 3. Perut buncit 4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda) 5. Sulit hamil 6. Penderita hipotiroid
D. Patofisiologi Penyebab kista ovarium belum diketahui secara pasti belum bisa diketahui, namun ada beberapa faktor presdiposisi yang dapat menyebabkan kista ovarium yaitu wanita yang menderita kanker payudara, riwayat kanker kolon, diet tinggi lemak, Merokok, Minum alcohol. Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang
merupakan
pembesaran
sederhana.
Konsisten
ovarium
normal. Folikel graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitalium ovarium. Beberapa faktor lain yang berpengaruh adalah infertilitas terutama penggunaan obat – obatan infertilitas untuk menstimulus ovulasi. Secara umum pertumbuhan jaringan abnormal di ovarium yang telah
diawali
oleh
adanya
faktor
presdiposisi
diatas
yang
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormonal. Pada gejala dini tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah rasa berat pada panggul, sering berkemih, keadaan tidak nyaman di abdomen, distress gastrointertisial, nyeri pada abdomen pada tahap lanjut, selain itu gejala di perut yang samar – samar yang dapat dilihat bermetatase dengan invasi langsung ke organ terdekat pada
abdomen dan panggul selain itu cairan yang mengandung sel ganas dapat
masuk
ke
limfe
menuju
pleura
sehingga
akhirnya
menyebabkan efusi pleura.
E. Manifestasi Klinis Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala. Tetapi, terkadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti : 1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit 2. Nyeri selama berhubungan seksual 3. Masa diperut bagian bawah dan biasanya bagian-bagian organ tubuh lainnya sudah terkena 4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi 5. Wanita post menoupause : nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau diare, obstruksi usus atau asietas.
F. Klasifikasi Menurut Mansjoer, et al (2000), kista ovarium neoplastik jinak diantaranya : 1. Kistoma Ovarii Simpleks Kistoma
ovarii
simpleks
merupakan
kista
yang
permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan
jernih
yang
serosa
dan
berwarna
kuning.
Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium. 2. Kistadenoma Ovarii Musinosum Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh
menjadi
sangat
besar.
Gambaran
klinis
terdapat
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul
perlekatan
kista
dengan
omentum,
usus-usus
dan
peritoneum parietale. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma
peritonei.
Penatalaksanaan
dengan
pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung bersarnya kista. 3. Kistadenoma Ovarii Serosum Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadennoma ovarii musinosum. 4. Kista Dermoid Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit.
Dinding kista keabu-abuan dan agak tippid, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari ssel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar
di
rongga
peritoneum.
Penatalaksanaan
dengan
pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium. Menurut Prawirohardjo (2009), kista nonneoplastik terdiri dari : 1. Kista folikel Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1-1,5 cm. 2. Kista korpus luteum Dalam
keadaan
normol
korpus
luteum
lambat
laun
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel. 3. Kista lutein
Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon korigonadotropin yang berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan. 4. Kista inklusi germinal Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara
kebetulan
ditemukan
pada
pemeriksaan
histologik
ovarium yang diangkat waktu operassi. Kista terletak dibawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus. 5. Kista endometriosis Kista
ini
sering
disebut
juga
sebagai
kista
coklat
endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan
dengan
penyakit
endometriosis
yang
menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan
daya
tahan
selaput
perut,
sehingga
mudah
terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal dengan
endometriosis.
Karena
sifat
penyusupannya
yang
perlahan, endometriosis sering disebut kanker jinak. Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis
(jaringan mirip dengan
selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. 6. Kista stein-leventhal Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom
Stein-Leventhal
dan kiranya
disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada
penderita
terhadap
gangguan
ovulasi,
oleh
karena
endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.
G. Pemeriksaan Penunjang Terdapat beberapa metode yang dapat membantu menegakkan diagnosis, yaitu sebagai berikut (Prawirohardjo, 2009) : 1. Laparoskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor tersebut.
2. Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dan batas tumor apakah berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih. Apakah tumor kistik atau solid dan dapatkan dibedakan pula antara ciran dalam ringga perut yang bebas dan yang tidak. 3. Foto Rontgen Pemeriksaan ini berguna unruk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, apda kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. 4. Parasentesis Pungsi asietes berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan ini dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista dinding kista tertusuk (Prawirohardjo, 2009). H. Pencegahan Menurut Chyntia (2010) menyatakan bahwa upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah untuk mengerahui secara dini penyakit ini, sehingga pengobatan yang dilakukan memberi hasil yang baik dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi : pemeriksaan klinis ginekologi untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya, pemeriksaan ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah, pemeriksaan petanda tumor (tumor marker), pemeriksaan CTScan/MRI bila diperlukan. I. Penatalaksanaan 1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010). 2. Terapi bedah atau operasi Bila tumor ovarium disertai gejala akut seperti torsi, maka tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terelbih dahulu dengan seksama. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium
termasuk
tuba
fallopi,
maka
disebut
salpingo-
oophorectomy. Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista. Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005: 23) yaitu: 1) Apabila
kistanya kecil (misalnya,
pemeriksaan keganasan,
sonogram biasanya
tidak dokter
sebesar permen) dan pada
terlihat
tanda-tanda
melakukan
operasi
proses dengan
laparoskopi. 2) Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak.
apakah sudah
J. Perawatan Post Operasi Menurut Johnson (2008), perawatan post operasi yang perlu dilakukan antara lain: a. Perawatan luka insisi/post operasi Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain: 1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi. 2) Luka harus dikaji setelah operasi sampai hari pasca operasi sampai klien diperbolehkan pulang. 3) Luka mengeluarkan cairan atau tembus, pembalut harus segera diganti. 4) Pembalutan dilakukan dengan teknik aseptik. b. Pemberian cairan Pada 24 jam pertama klien harus puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit
yang
diperlukan
agar
tidak
terjadi
hipotermia,
dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ lainnya. Cairan yang dibutuhkan biasanya dekstrose 5-10%, garam fisiologis,
dan ranger laktat
(RL) secara bergantian. Jumlah
tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kirakira 20 tetes per menit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikan
transfusi
kebutuhan. c. Diet
darah
atau
pocked-cell
sesuai
dengan
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah klien flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral, sebenarnya pemberian sedikit minuman
sudah boleh
diberikan 6-10 jam pasca operasi berupa air putih atau air teh yang jumlahnya dapat dinaikkan pada hari pertama dan kedua pasca operasi. Setelah infuse dihentikan, berikan makanan bubur saring, minuman, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makanan biasa. d. Nyeri Dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obatobatan anti sakit dan penenang seperti suntikan intramuskuler (IM) pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morpin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus atau obat-obatan lainnya. e. Mobilisasi Mobilisasi
segera
sangat
berguna
untuk
membantu
jalannya penyembuhan klien. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai 6-10 jam pertama pasca operasi setelah klien sadar.
Latihan
pernafasan
dapat
dilakukan
sambil
tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua pasien dapat latihan duduk selama 5 menit dan tarik nafas dalam-dalam. Kemudian posisi tidur diubah menjadi setengah duduk atau semi fowler. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari klien dianjurkan belajar duduk sehari, belajar berjalan dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca operasi. f. Kateterisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman pada klien. Karena itu dianjurkan pemasangan kateter tetap (balon kateter) yang terpasang 24-48 jam atau lebih lama
tergantung jenis operasi. Dengan cara ini urine dapat
ditampung dan diukur dalam kantong plastik secara periodik. Bila tidak dipasang kateter tetap dianjurkan untuk melakukan pemasangan kateter rutin kira-kira 12 jam pasca operasi, kecuali bila klien dapat berkemih sendiri.
g. Pemberian Obat-obatan 1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi 2) Obat-obatan pencegah perut kembung 3) Obat-obatan lainnya h. Perawatan Rutin Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan dan
pengukuran adalah: 4) Tanda-tanda
vital,
meliputi:
tekanan
darah
(TD),
pernafasan, dan suhu. 5) Jumlah cairan yang masuk dan yang keluar. 6) Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus.
nadi,
K. Komplikasi Menurut Wiknjosastro (2007), komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya: a. Akibat pertumbuhan kista ovarium Adanya
tumor
di
dalam
perut
bagian
bawah
bisa
menyebabkan pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan
rasa
berat
dalam
perut
serta
dapat
juga
mengakibatkan edema pada tungkai. b. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon. c. Akibat komplikasi kista ovarium 1) Perdarahan ke dalam kista Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan
kista membesar,
pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan
terjadi dalam jumah yang banyak
akan
terjadi
distensi yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut. 2) Torsio atau putaran tangkai Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba
fallopi
atau
ligamentum
rotundum
pada
uterus.
Jika
dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis
dan kematian. Torsi biasanya
unilateral
dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa
dan
yang tidak
melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling
sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya
meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan,
adneksa dilepaskan
(detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis. 3) Infeksi pada tumor Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen. 4) Robek dinding kista Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
pada
saat
bersetubuh.
Jika
robekan
kista
disertai
hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung
ke
uterus
ke
dalam
rongga
peritoneum
dan
menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut. 5) Perubahan keganasan Setelah tumor
diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya asites dalam
hal ini mencurigakan.
Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
Pathways Kista Ovarium
DAFTAR PUSTAKA Benson, R. 2008. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: Penerbit EG
Chyntia, E. 2010. Pahami Kista Anda Akan Terbebaskan. Yogyakarta: Maximus Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis: Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell Mansjoer, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Manuaba, I.B. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC Manuaba, I.B.G. 2009. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: Penerbit EGC Owen, E. 2005. Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2009. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono