LP REMATIK PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN REUMATIK (ARTRITIS TREUMATOID) PADA LANSIA
I.
KONSEP PENYAKIT A. Pengertian Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit jaringan ikat. B. Etiologi
Faktor genetik
Faktor lingkungan
Infeksi : mendadak dan timbul dengan di sertai gambaran inflamasi mencolok. Yang di sebabkan oleh bakteri dan virus.
HSD ( Heat Shock Protein ) Sekelompok protein berukuran sedang ( 60 sampai 90 KDA)
Respon Stress
C. Klasifikasi. Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu : 1. Osteoartritis. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan r awan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, – sendi tangan dan deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi sendi besar yang menanggung beban. 2. Artritis Rematoid. Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik. Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas. 4. Artritis Gout (Pirai). Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause. D. Manifestasi Klinis Ada beberapa gambaran klinis yang lazim di temukan pada seseorang penderita Rematoid Artritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klikis yang bervariasi. 1. Gejala – gejala konstitusional Lelah, anoreksia, BB menurun dan demam terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya. 2. Poliartritis simertis Terutama pada sendi perifer : termasuk sendi – sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi – sendi interfalag distal. Hampir semua sendi diantrodial dapat terserang. 3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam Dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi – sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam. 4. Artritis Erosif Merupakan ciri khas penyakit ii oada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakbatkan erosi ditepi tulang.
5. Deformitas Kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau devisiasi jari, sublukisasi sendi metakarpofalangeal, deformitas bautennoiere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai. Pada kaki terdapat prostusi (tonjolan) kaput metatarsal. Sendi – sendi yang besar juga dapat di serang akan mengalami penguragan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. 6. Nodul – nodul rematoid Adalah masa subkutan yang di temukan pada sekitar sepertiga orang dewasa pasien
E. Patofisiologi Rematoid Artritis kira 2 ½ kali lebih sering menyerang perempuan daripada laki-laki. Insidens meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan. Insidens puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun. Penyebab Rematoid Artritis masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Penyakit ini tidak dapat ditunjukkan memiliki hubungan pasti dengan genetic. Terdapat kaitan dengan penanda genetic seperti HLA – DW4 dan HLA – DR5 pada orang KAUKASIA. Namun pada orang Amerika, Afrika, Jepang, dan Indian hanya di temukan kaitan dengan HLA – DW4. Destruksi jaringan sendi terjadi malalui 2 cara. Pertama : destruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase dan enzim – enzim hidrolitik lainnya. Enzim – enzim ini memecah kartilago, ligament, tendon, dan tulang pada sendi serta dilepaskan bersama – sama dengan radikal oksigen dan metabilit asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan synovial. Proses ini diduga adalah bagian dari respons autoimun terhadap antigen yang di produksi secara local. Destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus rematoid. Panus merupakan jaringan granulasi vascular yang terbentuk dari sinovium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi. Di sepanjang pinggir panus terjadi destruksi kolagen dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel di dalam panus tersebut.
F. Patofisiologi.
Umur jenis kelamin genetik suku kegemukan Kerusakan fokal tulang rawan pembentukan tulang baru pada sendi yang progresif tulang rawan, sendi dan tepi sendi
Perubahan metabolisme tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
G. Pemeriksaan Penunjang 1.
Pemeriksaan sinar X Sinar X di gunakan untuk mengevaluasi penderita penyakit rematik. Pemeriksaan sinar X dapat menunjukkan abnormalitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang abnormal dan osleopenia (mineralisasi tulang yang menurun)
2.
Artrosentesis (aspirasi cairan synovial dengan jarum) Artrosentesis ini di lakukan untuk mendapatkan sampel cairan sinoial da untuk merasakan nyeri, biasanya pada sendi lutut dan bahu.
3.
Pemeriksaan darah Pemeriksaan laboratorium serum dalm bidang reumatologi didasarkan pada asumsi bahwa penyakit reumatik merupakan gangguan auto i mun.
4.
Scan radionuklida Identifikasi peradangan sinovium
H. Penatalaksanaan a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum j elas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis. b. Perlindungan sendi Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio). c.
Diet Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d.
Dukungan psikososial Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e.
Persoalan Seksual Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f.
Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat di pakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh
timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikularmemegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting. g.
Operasi Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
II.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN 1. AKTIVITAS/ISTIRAHAT Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari. Keletihan Tanda: Malaise Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot 2. KARDIOVASKULER Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun 3. INTEGRITAS EGO Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan ketidak berdayaan Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain 4. MAKANAN ATAU CAIRAN Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat : mual. Anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah Tanda: Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa 5. HIGIENE Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada orang lain. 6. NEUROSENSORI Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan Tanda: Pembengkakan sendi 7. NYERI / KENYAMANAN Gejala: fase akut dari nyeri Terasa nyeri kronis dan kekakuan 8. KEAMANAN Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Kekeringan pada mata dan membran mukosa 9. INTERAKSI SOSIAL Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. DIAGNOSA 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol INTERVENSI RASIONAL mandiri - kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal - berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
- biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi - dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak - anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi - berikan masase yang lembut kolaborasi beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat (aspirin) -membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program - matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri - pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi. - Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi - Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan - Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot - Meningkatkan relaksasi, mengurangi - tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi 2. DIAGNOSA 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot. Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan. INTERVENSI RASIONAL • Perahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. • Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
• Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi,berdiri dan berjal an. • Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untukmenggunakan alat bantu. • Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid. • Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan. • Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. • Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas. • Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh. •untuk menekan inflamasisistemik akut 3. DIAGNOSA 3 : Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang. Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan keselamatan fisik. INTERVENSI RASIONAL •Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang ta mpak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam • Memantau regimen medikasi •Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan me mberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya •Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluaraga dari kekhawatiran yang konstan. •Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas
5. DIAGNOSA 5: Defisit perawatan diri b/d nyeri Kriteria Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secaea mandiri. INTERVENSI RASIONAL •Kaji tingkat fungsi fisik • Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan progran latihan
• Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan • Identifikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya;lift, peninggiandudukan toilet, kursi • Mengidentifikasi tingkat bantuan /dukungan yang diperlukan • Mendukung kemandirian fisik/emosional •Menyiapkan meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri • Memberikan k esempatanuntuk dapat melakukan aktivitas seccara mandiri