1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sistemtransmisi dalam otomotif, adalah sistem yang menjadi penghantar energi dari mesin keroda. Dengan memutar pulley, roda dapat berputar dan menggerakkan sepeda motor. Transmisi diperlukan karena mesin pembakaran yang umumnya digunakan dalam sepeda motor merupakan mesin pembakaran internal yang menghasilkan putaran, terdapat dua sistem transmisi yang umum, yaitu transmisi manual dan transmisi otomatis. Transmisi manual merupakan salah satu jenis transmisi yang banyak dipergunakan dengan alasan perawatan yang lebih mudah. Biasanya pada transmisi manual terdiri dari 4 sampai dengan 6 speed. Transmisi otomatis adalah transmisi yang dapat membuat kita dapat merasakan sistem otomatis, bila kita sedang menggunakan system transmisi otomatis kita tidak perlu menginjak pedal kopling karena pada sistem transmisi ini pedal kopling sudah teratur secara otomatis. Transmisi otomatis adalah transmisi kendaraan yang pengoperasiannya dilakukan secara otomatis dengan memanfaatkan gaya sentrifugal. Transmisi yang digunakan yaitu transmisi otomatis “V”
belt atau yang dikenal dengan CVT (Continuous ( Continuous
Variable Transmission). Transmission). 1.2 Tujuan
1) Mengetahui arti dari CVT 2) Memahami mekanisme pada CVT 3) Mengetahui keuntungan dan kerugian dari CVT 4) Memahami cara perawatan dan hal-hal yang menyebabkan kerusakan pada CVT
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian CVT
CVT (Continously Variable Transmission) adalah system perpindahan kecepatan secara full otomatis sesuai dengan putaran mesin. Sistem CVT banyak kita jumpai pada motor matic seperti yamaha mio, honda vario, suzuki spin dan lainnya. Mesin ini tidak memakai gigi transmisi, tapi sebagai gantinya menggunakan dua buah pulley (depan dan belakang) yang dihubungkan dengan sabuk (v-belt). Mekanisme V-belt tersimpan dalam ruangan yang dilengkapi dengan sistim pendingin untuk mengurangi panas yang timbul karena gesekan sehingga bisa tahan lebih lama. Sistim aliran pendingin V-belt ini dibuat sedemikian rupa sehingga terbebas dari kotoran / debu dan air. Lubang pemasukan udara pendingin terpasang lebih tinggi dari as roda untuk menghindari masuknya air saat sepeda motor berjalan di daerah banjir. Dengan system ini nantinya pengendara tidak perlu menggunakan perpindahan gigi sehingga lebih mudah, tinggal memutar gas untuk menambah kecepatan dan mengendorkan untuk mengurangi kecepatan. Pulley depan berhubungan langsung dengan kruk as/poros engkol. Sedagkan pulley belakang berhubungan dengan final gear langsung ke roda belakang. Kedua pulley ini dapat melebar dan mengecil sehingga akan mendesak sabuk kearah luar. Lebar kecilnya pulley belakang tergantung tarikan dari pulley depan. Pada saat stationer posisi sabuk pulley depan kecil sedangkan pulley belakang besar sehingga perbandingannya menjadi ringan. Pada saat putaran menengah, posisi sabuk pulley depan dan belakang sama besar. Pada saat putaran tinggi sabuk pulley depan besar sedangkan sabuk pulley belakang kecil. Sehingga perbandingannya berat.
2
Komponen-komponen CVT
Gambar 2.1 Komponen CVT Keterangan gambar : A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat D. Secondary fixed sheave(pulley tetap) E. Secondary sliding sheave (pulley bergerak) F. Primary drive gear shaft G. Clutch housing/Rumah kopling H. Clutch carrier I. V-belt J. Primary fixed sheave
2.2 Mekanisme pada Sistem CVT
1) Konstruksi dan Fungsi system CVT Sistim CVT terdiri pulley primary dan pulley secondary yang dihubungkan dengan V-belt. a. Bagian Pulley Primary (Pulley Pertama)
3
Gambar 2.2 Pulley Primary Pada bagian poros engkol terdapat collar yang dikopel menyatu dengan fixed sheave (kita sebut F sheave), yaitu bagian pulley yang diam dan cam. Adapun sliding sheave (kita sebut S sheave) piringan pulley yang dapat bergeser terdapat pada bagian collar. Untuk menarik dan menjepit V-belt terdapat rangkaian slider section. Piringan pulley yang dapat bergeser ( S sheave ) akan menekan V-belt keluar melalui pemberat (roller weight) karena gaya centrifugal dan menekan S sheave sehingga bentuk pulley akan menyempit mengakibatkan diameter dalam pulley akan membesar. b. Bagian Pulley Secondary (Pulley Kedua)
Gambar 2.3 Pulley Secondary
4
Terdiri dari piringan yang diam ( fixed sheave ) berlokasi pada as primary drive gear melalui bearing dan kopling centrifugal (clutch carrier) terkopel pada bos di bagian fixed sheave. Piringan pulley yang dapat bergeser / sliding sheave menekan V-belt ke piringan yang diam (F sheave ) melalui tekanan per. Rumah kopling terkopel menjadi satu dengan as drive gear. Pada saat putaran langsam kopling centrifugal terlepas dari rumah kopling sehingga putaran mesin tidak diteruskan ke roda belakang. Fungsi dan Cara Kerja Komponen CVT
a. Slider Fungsi
: Meredam gesekan dan getaran antara cam dan primary
sliding sheave Cara kerja
: Ketika puli primer berputar, slider yang terbuat dari
material non logam akan meredam getara yang terjadi akibat a danya tumbukan dan gesekan antara cam dan primary sliding sheave b. Cam Fungsi
: Tumpuan Weight/pemberat, meneruskan putaran dari
poros engkol ke primary sliding sheave Cara kerja
: Cam akan menumpu weight ketika weight terlempar
karena adanya gaya centrifugal c. Weight Fungsi
: Menggerakkan/mendorong primary sliding sheave ketika
putaran menengah-tinggi Cara kerja
: Ketika puli primer berputar, weight akan mengalami gaya
centrifugal sehingga weight akan terlempar dan bergerak menjauhi titik pusat (poros engkol). Gerakan weight menjauhi titik pusat mengakibatkan puli menyempit dan diameter v-belt pada puli primer akan bertambah besar
5
d. Primary sliding sheave Fungsi
: Sebagai tumpuan V-belt, primary sliding sheave dapat
bergerak maju dan mundur berdasarkan kecepatan putaran mesin Cara kerja
: ketika putaran lambat, primary sliding sheave tetap (tidak
bergerak maju). Pada putaran menengah-tinggi weight terlempar, sehingga mendorong primary sliding sheave bergerak maju/menyempit. Ketika putaran mesin menurun, gaya centrifugal weigh akan menurun dan primery sliding sheave akan mundur akibat tertarik secondary sheave melalui perantara v-belt. e. Collar Fungsi
: Bantalan geser primary sliding sheave
f. Primary fixed sheave Fungsi
: sebagai tumpuan v-belt, pada sisi luarnya terdapat sudu-
sudu yang berfungsi untuk mendinginkan seluruh komponen cvt Cara kerja
: ketika puli primer berputar, sudu-sudu pada puli primer
akan mengalirkan udara dar luar cvt g. Kopling satu arah Fungsi
: Meneruskan putaran dari gear kick starter menuju poros
engkol Cara kerja
: Ketika kick starter diinjak, gear kick starter akan berputar
dan bergerak maju dan menggerakkan poros engkol h. V-belt Fungsi
: Meneruskan putaran dari puli primer menuju puli
sekunder i. Secondary fixed sheave Fungsi
: Tumpuan v-belt
Cara kerja
: jika v-belt bergerak maka secondary fixed sheave akan
tertarik/ikut berputar
6
j. Secondary sliding sheave Fungsi
: tumpuan v-belt, secondary sliding sheave dapat bergerak
maju (mengembang) dan mundur (menyempit) Cara kerja
: pada putaran lambat secondary sliding sheave tetap(tidak
bergerak maju), ketika pada putaran menengah dan tinggi secondar y sliding sheave akan mengembang karena tertarik puli primer melalui perantara v belt. Pada saat decelerasi v-belt akan menyempit kembali karena tertekan oleh pegas pengembali k. Pegas Pengembali Fungsi
: Mengembalikan secondary sliding sheave pada posisi
semula Cara kerja
: Pegas pengembali mendorong secondary sliding sheave
ketika decelerasi l. Kopling centrifugal Fungsi
: menghubungkan putaran puli sekunder dengan clutch
housing Cara kerja
: pada saat putaran lambat, gaya centrifugal kanvas kopling
belum mampu melawan pegas kopling, sehingga kanvas belum mengembang. Pada putaran mulai berjalan di atas ±2.550 rpm kanvas sudah mulai mengembang dan bergesekan dengan rumah kopling. Pada saat ini roda sudah mulai berputar m. Torque cam Fungsi
: Menaikkan torsi roda belakang ketika kendaraan mendaki
dan akselerasi spontan Cara kerja
: Besarnya beban yang dialami roda belakang
mengakibatkan puli sekunder menyempit dan diameter v-belt membesar. n. Clutch housing Fungsi
: Meneruskan putaran kopling menuju poros gigi reduksi
7
Cara kerja
: ketika kopling mengembang, kanvas kopling akan ikut
berputar 2) Cara Kerja System Penggerak CVT a. Putaran Langsam
Jika mesin berputar pada putaran rendah, daya putar dari poros engkol diteruskan ke pulley primary => V-belt => pulley secondary => dan kopling centrifugal. Dikarenakan tenaga putar belum mencukupi, maka kopling centrifugal belum mengembang. Hal itu disebabkan gaya tarik per pada kopling masih lebih kuat dari gaya centrifugal. Sehingga kopling centrifugal tidak menyentuh rumah kopling dan roda belakang tidak berputar. b. Saat Mulai Berjalan
Pada saat putaran mesin bertambah kurang lebih 3.000 rpm, maka gaya centrifugal bertambah kuat dibandingkan dengan tarikan per sehingga mengakibatkan sepatu kopling mulai menyetuh rumah kopling
8
dan mulai terjadi tenaga gesek. Dalam kondisi ini V-belt di bagian pulley primary pada posisi diameter dalam (kecil) dan di bagian pulley secondary pada posisi luar (besar) sehingga menghasilkan perbandingan putaran/torsi yang besar nenyebabkan roda belakang mudah berputar. Kopling centrifugal menyentuh rumah kopling. Kopling centrifugal mulai mengembang dari putaran 2.550 ke 2.950 rpm. Kopling terkopel penuh pada putaran 4.700 ke 5.300 rpm. c. Putaran Menengah
Pada saat putaran bertambah, pemberat pada pulley primary mulai bergerak keluar karena gaya centrifugal dan menekan primary sliding sheave (piringan pulley yang dapat bergeser) system fixed sheave (piringan pulley yang diam) dan menekan V-belt kelingkaran luar dari pulley primary sehingga menjadikan diameter pulley primary membesar dan menarik pulley secondary ke diameter yang lebih kecil. Ini dimungkinkan karena panjang V-beltnya tetap. Akhirnya diameter pulley primary membesar dan diameter pulley secondary mengecil sehinggga diameter pulley menjadi sama besar dan pada akhirnya putaran dan kecepatan juga berubah dan bertambah cepat. d. Putaran Tinggi
9
Putaran mesin lebih tinggi lagi dibandingkan putaran menengah maka gaya keluar pusat dari pemberat semakin bertambah. Sehingga semakin menekan V-belt ke bagian sisi luar dari pulley primary (diameter membesar) dan diameter pulley secondary semakin mengecil. Selanjutnya akan menghasilkan perbandingan putaran yang semakin tinggi Jika pulley secondary semakin melebar , maka diameter V-Belt pada pulley semakin kecil , sehingga menghasilkan perbandingan putaran yang semakin meningkat. e. Cara Kerja Kopling Centrifugal Kopling
terkopel:
sepatu
kopling
bergerak
keluar
dan
memindahkan tenaga melalui gaya centrifugal.Torsi Cam/penambah torsi/torsi cam dapat membuat sliding sheave / piringan yang dapat bergeser secara otomatis bekerja jika torsi/gaya putar yang besar diperlukan. Gear Reduksi, Untuk menghasilkan total perbandingan putaran yang ideal antara poros engkol dan roda belakang diperlukan gear reduksi dengan dua kali reduksi. Tipe pertama roda gigi miring/helical gear untuk mengurangi noise, adapun untuk gear maen axle dan gear drive axle dengan tipe roda gigi lurus/spur gear. Untuk gear reduksi ini menggunakan pelumasan yang ada didalam gearbox yang terpisah dengan rumah v-belt dan rumah rem.
10
f. Torsi Cam / Cam Penambah Torsi
Cam penambah torsi / torsi cam dapat disebut dengan nama Sensor torque perangkat ini dapat membuat sliding sheave / piringan yang dapat bergeser secara otomatis bekerja jika torsi gaya putar yang besar diperlukan,
misalnya
pada
kondisi
mendaki
atau
penambahan
kecepatan. g. Gear Reduksi Untuk menghasilkan total perbandingan putaran yang ideal antara poros engkol dan roda belakang diperlukan gear reduksi dengan dua kali reduksi. Tipe pertama roda gigi miring/helical gear untuk mengurangi noise, adapun untuk gear main axle dan gear drive axle dengan tipe roda gigi lurus/spur gear. Untuk gear reduksi ini menggunakan pelumasan yang ada didalam gearbox yang terpisah dengan rumah V- belt dan rumah rem. 3) Sistem Pendinginan Pada Rumah V-belt dan Bagian Sliding Sheave a. Pendingin v-belt Suhu dalam rumah v-belt sangat panas, adapun panas yang ditimbulkan disebabkan oleh : - panas v-belt itu sendiri (adanya koefisien gesek/sliping pada bagian pulley)
11
- koefisien gesek dari kopling centrifugal-panas karena mesin - lain-lain, oleh karena itu pendinginan mutlak harus diberikan, sehingga diperlukan kipas pendingin dan sirkulasi udara yang baik untuk mengurangi panas yang timbul. Panas yang timbul secara berlebihan akan merusak v-belt dan mempengaruhi umur dari v-belt. Begitu juga kebersihan udara pendingin juga tidak kalah pentingnya, oleh karenanya dilengkapi dengan saringan udara untuk menyaring debu dan kotoran lain. b. Pelumasan tipe basah dan tipe kering untuk bagian sliding Penggerak system v-belt terdiri dari banyak bagian yang bergeser, untuk itu sangat penting dilindungi dari keausan dan juga agar dapat memberikan perbandingan ratio yang sesuai. Sehingga factor pelumasan sangat penting. Untuk pelumasan basah pada bagian-bagian secondary, as, bearing dan untuk pelumasan kering pada bagian pemberat dan sliding bos. 2.3 Keuntungan dan Kerugian Motor CVT
- Keuntungan Sistem CVT 1. Memberikan perubahan kecepatan dan perubahan torsi dari mesin ke roda belakang secara otomatis. 2. Perbandingan rasio pulley yang sangat tepat tanpa harus memindahan pulley. 3. Tidak akan terjadi hentakan saat perpindahan diameter pulley 4. Perpindahan percepatan & kecepatan yang sangat lembut - Kerugian CVT 1. Untuk start pertama dibutuhkan putaran yang tinggi 2. Pembukaan gas cenderung besar, karena dibutuhkan putaran tinggi untuk bisa berjalan dan berpidah rasio 3. Penggunaan bensin lebih boros
12
4. Karena lebih banyak bekerja pada putaran tinggi dimungkinkan mesin lebih cepat rusak jika tidak mendapatkan perawatan yang lebih 5. Pada saat jalan menurun, ENGINE BRAKE yang terjadi sangat kecil, sehingga cenderung mengerem dan rem akan terbakar. 6. Karena kecilnya ENGINE BRAKE ini akan menimbulkan motor sulit dikendalikan saat jalan menurun. untuk itu tidak disarankan menggunakan motor matic di kondisi jalan menanjak dan menurun bagi yang belum berpengalaman 2.4 Perawatan dan Hal-hal yang Menyebabkan Kerusakan Pada CVT Perawatan Motor CVT
Orang seringkali salah kaprah dalam cara merawat motor matic yang baik. Seringkali perawatan motor matic yang dilakukan orang-orang tidak bisa masuk semua lini sehingga dipastikan ada salah satu, dua, atau bahkan lebih komponen motor yang rusak. Nah lalu tentunya diperlukan pedoman khusus agar dalam merawat motor matic bisa masuk dalam semua sektor penting yang ada pada motor sehingga motor tetap bisa awer. Perawatannya pun terbilang gampang-gampang susah dan berbeda dengan motor bebek biasa. Berikut adalah beberapa cara merawat motor matic yang mungkin bisa anda terapkan: 1. Cara merawat motor matic yang pertama adalah selalu panasi motor matic anda sebelum digunakan. Lakukan hal ini antara 5-10 menit sebelum siap dipakai. 2. Kondisikan kecepatan motor anda secara stabil. Jangan melakukan pengegasan yang tiba-tiba. Demikian juga sebaliknya, jangan langsung menurunkan kecepatan pada saat anda berjalan dengan kecepatan tinggi. 3. Hindari tangki bahan bakar kosong.
13
Segera lakukan pengisian bahan bakar bila bensin sudah mulai habis. Hal ini untuk menghindari terjadinya pengroposan pada dinding dalam tangki. 4. Mengganti Oli secara Berkala Oli mesin merupakan kebutuhan motor yang harus dipenuhi, termasuk motor matic. Sebaiknya Anda selalu mengecek oli mesin motor Anda dan menggantinya berkala sesuai pemakaian agar oli senantiasa baru. Apabila oli mesin sudah kotor dan tidak diganti maka dampaknya adalah akan merusak mesin Anda. Mengganti oli mesin dilakukan apabila telah menempuh jarak 3000 km atau 3 bulan sekali untuk selalu menjaga kebersihan mesin motor Anda. Sedangkan untuk oli gardan harus diganti apabila telah menempuh jarak 6000 km 5. Perhatikan juga kondisi ACCU dan businya. Ini merupakan komponen penting dari motor matic anda angar tidak mogok dan tetap nyaman dikendarai. 6. Periksa roler dan v-belt. Periksa roller secara berkala dan pastikan ketebalan roller tidak kurang dari 17,5 mm. Sedangkan batas maksimal untuk v-belt adalah ketika motor kita sudah menempuh 25000 km. Segera ganti komponen ini bila sudah tidak layak. Pennggantian spare part apapun usahakan menggunakan spare part yang asli yang direkomendasikan. 7. Periksa ruang transmisi dan oli shockbreaker. Dalam ruang transmisi biasanya banyak debu yang menempel di sana. Selalu perhatikan dan bersihkan bila ruang transmisi sudah mulai kotor. Ganti juga Oli Shockbreaker secara berkala. 8. Servis motor matic anda secara berkala di bengkel resmi yang ditunjuk. Penyebab kerusakan pada motor CVT
14
Dan berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi Penyebab Kerusakan Pada Komponen CVT Motor Matic, yang perlu Anda cermati untuk menghindari kerusakan lebih parah dan banyak makan biaya:
1. Kebiasaan Buruk Pengendara Beberapa jenis motor matic yang ada di Indonesia, terkadang memiliki torsi yang besar di putaran bawah. Keadaan demikian memang sangat cocok untuk pengguna perkotaan yang biaya mengendarai motor secara stop and go. Namun tenaga yang besar diputaran bawah ini juga sering membuat pengendara berlebihan dalam pengoperasiannya. Menarik gas dan mengerem secara tiba-tiba, dan dilakukan terus-menerus sungguh sangat menyiksa kinerja buka-tutup pulley, gesekan belt, dan roller. Indikasi kerusakan ini adalah, ketika motor dari keadaan diam kemudian ber akselerasi maka terdengar suara kasar dan gerakan roda belakang tersendat bergetar, hal itu dikarenakan roller aus, bentuknya sudah tidak bulat. Alangkah baiknya sesuaikan riding style dengan memutar handle gas dengan bijak, ulur hingga rpm naik secara perlahan jangan langsung full thortle atau tarikan gas penuh. 2. Kurangnya Perawatan pada Komponen CVT Perlu diperhatikan bahwa Komponen CVT Motor Matic wajib dilakukan perawatan, baik pembersihan maupun pelumasan (cleaning & greasing) secara berkala. sistem CVT merupakan transmisi kering dan tidak tertutup secara penuh. Oleh karenanya kotoran, debu, bahkan air bisa masuk melalui lubang kipas pendingin. Oleh karena itu, pengguna harus melakukan cleaning filter pada block CVT dengan membuka cover CVT, kemudian ganti atau bersihkan saringan busa dari debu dan kotoran. 3. Komponen CVT Terendam Banjir Jika motor matic anda pernah terendam banjir, segera lakukan perawatan CVT di bengkel. Bongkar CVT dan cleaning semua part yg terendam air untuk menghindari korosi. Lakukan perawatan greasing atau pemberian stem vet yg baru pada saft pulley. Cek juga seal pulley apakah ada yang bocor. Karena seal ini sangat penting peranannya menjaga grease
15
tetap melumasi saft dalam pulley. Jika seal bocor maka saft kering dan terancam korosi atau bahkan aus atau patah. Biasanya komponen yang terserang adalah saft aus, sheave atau selubung saft retak dan berlubang. Begitu juga yang terjadi pada Roller yang peyang. Jika sudah seperti ini maka gerakan pulley akan goyang dan pulley bekerja ekstra berat ubtuk mengembang. Dampaknya akan berimbas kepada penurunan kinerja CVT dan ongkos perbaikan dan penggantian part yang mahal. Oleh karena itu alangkah baiknya hindari genangan air yang dalam saat anda mengendarai motor matic. 4. Usia Pakai V-BELT Matic V-Belt
yang
sudah
berumur,
merupakan
faktor
penyebab
menurunnya kinerja tranmisi matic. Lakukan penggantian belt setidaknya setiap 25000km, atau lihat kondisi fisik permukaan belt. Karena jika sudah longgar, aus, atau retak akan membahayakan pengendara jika sewaktuwaktu putus di jalan. 5. Penggantian Oli Gear Terlambat Oli gardan atau oli gear, pada umumnya matic ber cc kecil di Indonesia kapasitas oli gardan adalah 100 cm 3 atau sekitar 0,1 liter. Pada buku manual sepeda motor matic biasanya sudah tertulis jangka waktu dan jarak tempuh untuk melakukan penggantian oli gear. Jangan sampai kehabisan oli gear karena akan menyebabkan reduksi pada gear. Jika ini terjadi, maka kerugianlah yang akan di dapat.
16
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungs iuntuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda untuk diteruskan ke penggerak akhir. Konversi ini mengubah kecepatan putar yang tinggi menjadi lebih rendah tetapi lebih bertenaga, atau sebaliknya. Transmisi otomatis dari rasio rendah ke tinggi untuk memaksimalkan torsi mesin sesuai dengan perubahan yang terjadi pada saat b erkendara.
17
DAFTAR RUJUKAN
Gustian,
rendi.
2013.
Cara
kerja
dan
CVT ,
devinisi
(online),
(http://rendigustiantsm2.blogspot.co.id/2013/05/cara-kerja-dan-definisicvt.html) diakses pada 12 Oktober 2015 Aries.
2013.
sistem
cvt
pada
motor
(online),
matic,
(http://pertamax.mywapblog.com/sistem-cvt-pada-motor-matic.xhtml) diakses pada 12 Oktober 2015 Saldam. 2013. Materi SMK TSM Transmisi Otomatis CVT Continuously Variable Transmission, (online), (http://haka2884.blogspot.co.id/2013/11/materismk-tsm-transmisi-otomatis-cvt.html) diakses pada 12 Oktober 2015 Tompul.
2011.
konstruksi
kerja
dan
cara
kerja
CVT ,
(http://xlusi.com/kontruksi-dan-cara-kerja-cvt.html) diakses
(online), pada
12
Oktober 2015 Hakim,
lukman.
Mengulas
permasalahan
kenapa
motor,
(online),
(http://otomotifmotormatic.blogspot.co.id/2013/04/mengulas permasalahan-kenapa-motor.html) diakses pada 12 Oktober 2015 Arham,
amirul.
2013.
Transmisi
Motor
matic,
(online),
(http://amirularham03.blogspot.com/2013/04/transmisi-motormatic.html) diakses pada 12 Oktober 2015 Otozones. 2015.
Penyebab kerusakan pada komponen CVT motor matic,
(online),
(http://otozones.blogspot.com/2015/01/penyebab-kerusakan-
pada-komponen-cvt-motor-matic.html) diakses pada 12 Oktober 2015 Edwin.
2013.
Transmisi
Otomatis,
(online),
(http://edwinautomotif.blogspot.com/p/transmisi-otomatis.html) diakses pada 12 Oktober 2015
18