MAKALAH Demam Berdarah Dengue (DHF) Dosen Pengampu : Ns. Anny R.M., M.Kep Sp. J
Disusun oleh : Kelompok 3
1. Maya Dwi W.
7. Qoni’atun Na’imah Na’imah
2. Mohamad Ihsan
8. Rani Ika Safitri
3. Noor Arofah
9. Rizki Aristania
4. Novelia Candra N.
10. Yuli R. Aryuanda
5. Nur Ima
11. Zaenal Muttaqin
6. Panji Badra K.
12. Zuliyatun Nadliroh
S1 KEPERAWATAN 3B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS Jalan Ganesha 1 Purwosari, Kudus Tahun Ajaran 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun secara khusus untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Penyakit Tropis . Makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Rusnoto S.K.M, M,Kes (Epid) selaku Ketua Stikes Muhammadiyah Kudus 2. Ns. Anny R, M.kep Sp. J selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Penyakit Tropis dan dosen pembimbing dalam penyusunan makalah ini. 3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Kudus, 3 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB II PEMBAHASAN A. Devinisi DHF B. Penyebab DHF C. Tanda & Gejala DHF D. Klasifikasi E. Pemeriksaan Diagnostik F. Patofisiologi G. Penatalaksanaan H. Asuhan Keperawatan Pada ADF I. Pencegahan
BAB III PENUTUP Kesimpulan Saran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Menularnya nyamuk (Aedes Aegypti) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat, karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antar negara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan. Kasus DBD di Kaltim tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010 Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus, menurut Rita potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain. Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membran, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung cairan dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.
B. Tujuan 1. Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada usia pra sekolah tentang penyakit DHF 2. Memberikan gambaran tentang diagnosa keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinfeksi virus dengue. 3. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF 4. Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF 5. Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarga secara langsung.
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh
aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. B. Penyebab
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. C. Tanda dan gejala
1. Meningkatnya suhu tubuh 2. Nyeri pada otot seluruh tubuh 3. Suara serak 4. Batuk 5. Epistaksis 6. Disuria 7. Nafsu makan menurun 8. Muntah 9. Ptekie (bintik-bintik merah) 10. Ekimosis 11. Perdarahan gusi 12. Muntah darah 13. Hematuria masih 14. Melena
D. Klasifikasi 1. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas terdapat manifestasi perdarahan ( tourniquet positif ). 2. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain. 3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah ,tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi ). 4. Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur .
E. Pemeriksaan diagnostik 1. Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih )
Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm 3 atau kurang ) . 2. Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test ) . 3. Rontgen Thorac = Effusi Pleura.
F. Pathofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang endotoxin selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan interleukin 1 menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil, demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress merangsang keluarnya histamine menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi lambung, terjadi mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat sehingga menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.
G. Penatalaksanaan DHF :
1. Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari ) 2. Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres.
3. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB. 4. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat.
H. Pathway
Arbovirus
beredar dalam aliran darah
infeksi virus dengue
mengaktifasi
(melalui nyamuk aedes aegepty)
system
komplemen
Peningkatan
Hipotalamus
suhu tubuh
Membentuk
dan
melepaskan
zat
C3a,C5a Peningkatan reabsorbsi Na dan H2O
Permeabilitas membran
Renjatan
hipovolemik
dan
hipotensi Kekurangan
Agregrasi trombosit
Kebocoran Plasma
Trombositopenia
Cairan ekstravaskuler
Perdarahan
Resiko Perubahan
Menuju abdomen
Acites
perfusi jaringan
Mual , muntah
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
volume cairan
I. ASKEP DHF 1. Pengkajian
a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat, masyarakat, maupun rekam medis. b. Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :
Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnosa medis, dan segala sumber informasi yang diperoleh.
c. Keluhan utama, yaitu alasan yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang ke rumah sakit. d. Riwayat kesehatan. 1. Riwayat penyakit sekarang. Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit. Riwayat penyakit yang pernah diderita 2. Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF. 3. Pemeriksaan fisik, terdiri dari : Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus ).
e. Riwayat imunisasi. Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari. f.
Riwayat gizi. Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Pola kebiasaan.
Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
Eliminasi
urine
perlu
dikaji
apakah
sering
buang
air
kecil,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
h. Pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
Hb dan PCV meningkat ( ≥20%) .
Trambositopenia (≤100.000/ml).
Leukopenia.
Ig.D. dengue positif
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2. Diagnosa
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan. d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.
3. Intervensi
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. Tujuan : Mempertahankan suhu tubuh normal dengan kriteria hasil suhu tubuh 35,50-37,00c. Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot hilang. Intervensi :
Ukur tanda-tanda vital ( suhu ). Rasional : Suhu 38,90c-41,10c, menunjukkan proses penyakit infeksi akut.
Berikan kompres hangat. Rasional : Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi.
Tingkatkan intake cairan. Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung, membrane mukosa tetap lembab, turgor kulit baik. Kriteria hasil : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membran mukosa tetap lembab.
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam. Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardia.
Observasi dan cata intake dan output. Rasional : Menunjukkan status volume sirkulasi,terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi.
Timbang berat badan. Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal.
Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam. Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan. Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil atau meningkat. Intervensi :
Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi. Rasional : Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia.
Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahan. Rasional : Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan.
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama. Rasional : Mengawasi penurunan berat badan.
Pertahankan kebersihan mulut klien. Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral.
Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit. Rasional : Meningkatkan motivasi klien untuk makan.
d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan. Tujuan : Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda vital stabil, nadi 8-100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh aksila 35,5-37,0 c, tekanan darah 95-1a20/50-70 mmHg. Intervensi :
Kaji dan catat tanda-tanda vital. Rasional : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi.
Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki. Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi.
J. Pencegahan
3M: 1. Menguras 2. Mengubur 3. Menutup
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan /syok dan kematian. Yang biasanya di tandai dengan adanya demam, hepatomegaly, perdarahan dan syok. Dengan derajat menurut patokan WHO : 1. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif. 2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan 3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah. 4. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
B. Saran
Pencegahan terhadap infeksi virus dengue harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah resiko-resiko yang dapat menimbulkan masalah yang tidak di inginkan.
DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, EGC: Jakarta. Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit EGC Jakarta. ,
Suriyadi, dan Rita Yuliani, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2, Sagung Seto, Jakarta.