Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan
Studi Kasus Pengelolaan Keragaman Karyawan Analisis Konflik PT Drydocks World Graha Batam-Indonesia Bambang Andjar Prasetyono – MM Angk.8/12211016
12
Analisis Konflik PT Drydock World Graha. Studi Kasus “Pengelolaan Keragaman Karyawan di Perusahaan Multinasional” I.
Landasan Teori 1.1 Keragaman Karyawan di Area Kerja
Keragaman karyawan merupakan sebuah sisi yang harus menjadi perhatian dan tugas seorang manajer dalam perusahaan era modern. Gender, budaya, ras-suku, latar-belakang pendidikan-ekonomi, agama, dan keterbatasan fisik merupakan beberapa atribut keragaman yang secara umum ada pada sebuah perusahaan. Seorang manajer yang sukses adalah seorang manajer yang dapat mengelola dan menyatukan keragaman tersebut dalam rangka kesuksesan tujuan perusahaan.
Gambar 1. Sumber Keragaman dalam Area Kerja (Jones 2008)
Dalam atribut keragaman tersebut perhatian serta isu penting yang sering muncul adalah pada hal-hal yang berkaitan dengan: 1. Persamaan kesempatan perkembangan karir; 2. Ketidak adilan dalam perlakuan; 3. Potensi keragaman untuk kemajuan perusahaan (yang secara umum sering tidak diperhatikan oleh manajemen); Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
2
4. Bias individu. Sebuah metafora; “glass ceiling” menggambarkan bahwa adanya sebuah penghalang yang tak terlihat bagi ras, warna kulit tertentu, kaum minoritas serta wanita untuk dapat menduduki suatu jabatan penting tertentu dalam perusahaan. Dalam era modern abad ke 21 ini, salah satu hal baru yang muncul dalam elemen keragaman karyawan adalah Orientasi Seksual, yaitu hadirnya GLBT (gay, lesbian, bisexual, transgender ) dalam lingkungan kerja, yang mana hal ini semakin tidak
terhindarkan seiring dengan perubahan gaya hidup, moral dan menipisnya nilai agama. Dalam kasus GLBT di lingkungan kerja, beberapa perusahaan besar di Amerika serta Eropa (Eastman KODAK, SC Johnson & Sons,Inc, Raytheon, IBM) telah memperhatikan hal ini sebagai sebuah hal penting dalam pengeloaan perusahaan yang efektif dengan training-training khusus serta pembentukan grup GLBT di perusahaan tersebut. 1.2 Peran Manajer yang Efektif dalam Keragaman Karyawan
Seorang manajer perusahaan pelu mengetahui dan memahami keragaman karyawan dalam lingkungan kerja serta dinamikanya. Peran seorang manajer merupakan sebuah hal kritikal dalam mengarahkan keragaman karyawan dalam penciptaan nilai serta tujuan perusahaan secara keseluruhan. Jones (2008) menyatakan bahwa peran kritikal manajerial meliputi aspek-aspek: a. Interpersonal; yaitu sebagai figur pemimpin, kepala dan penghubung; b. Informational; yaitu dalam fungsi pengawasan, juru bicara dan penyebar informasi; c. Decisional; yaitu sebagai enterpreneur , penanggung jawab terhadap gangguan yang
terjadi di lingkungan kerja, negoisator, dan pengatur alokasi sumber daya. Secara garis besar peran efektif seorang manajer adalah, pertama: menjaga Keadilan yang merata (distributive justice) meliputi upah dan kenaikannya, promosi jabatan, pada sumber-sumber penting sebuah organisasi sebagai suatu kontribusi individu dan bukan berdasarkan karakteristik perseorangan yang mempunyai kecenderungan tidak terkontrol. Kedua : memastikan prosedur dari proses keadilan tersebut ( procedural justice) meliputi
prosedur penilaian kinerja, penentuan promosi, dan penentuan pemutusan hubungan kerja sebagai sebuah aturan yang adil dan tidak memihak.
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
3
1.3 Good Business Sense sebagai hasil dari Manajemen Keragaman Karyawan
Jones (2008), menyatakan bahwa keragaman dapat memberikan kontribusi positif kepada manajemen sebuah perusahaan berupa : 1. Keragaman sudut pandang dan cara pendekatan terhadap sebuah permasalahan yang menyangkut situasi perusahan; 2. Ide-ide kreatif dan lebih variatif untuk kemajuan perusahaan; 3. Kesuaian layanan untuk pelanggan yang juga beragam; 4. Meningkatkan faktor retensi untuk elemen organisasi yang bernilai tinggi; 5. Pemahaman terhadap keragaman sangat dibutuhkan oleh perusahaan lain.
1.4 Pentingnya Pemahaman terhadap Persepsi
Persepsi adalah merupakan sebuah faktor penting dalam interaksi keragaman dan dapat menjadi penyebab utama terjadinya konflik. Jones (2008) mendefinisikan persepsi sebagai: suatu proses dimana seseorang memilih, mengelola serta mendefinisikan hal-hal yang dilihat, didengar, disentuh, dibaui dan dirasakannya yang selanjutnya memberikan arti terhadap hal-hal tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Persepsi sesorang terhadap suatu hal dapat sangat berbeda, digambarkan oleh
sebuah cerita mengenai 6 (enam) orang buta yang sama sekali belum mengetahui bentuk seekor gajah dan berkesempatan untuk memegang dan menyentuh gajah secara langsung.
Gambar 2. Persepsi
Persepsi yang keliru dapat menyebabkan perlakuan yang tidak adil dalam lingkungan kerja. Jones (2008) menyatakan bahwa kekeliruan persepsi yang terjadi umumnya dapat berupa :
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
4
a. Stereotype , yaitu anggapan sederhana tetapi biasanya sangat tidak tepat mengenai seseorang dan kelompok orang dari golongan tertentu; b. Bias, yaitu secara sistemik dan dengan tendensi tertentu, menggunakan informasi dari pihak-pihak lain yang pada akhirnya menghasilkan persepsi yang keliru. Persepsi yang keliru seperti disebutkan di atas akan menimbulkan diskriminasi yang berlebihan dan dapat berakibat pada berkurangnya kesempatan bagi potensi keragaman karyawan dalam perkembangan organisasi dan perusahaan, perlakuan yang tidak etis serta melawan hukum, pelanggaran terhadap aturan dan prosedur perusahaan, dan pada akhirnya akan menghadapkan perusahaan, organisasi atau seseorang pada tuntutan hukum. Konflik yang terjadi antara atribut-atribut yang disebutkan dalam bagian 1.1 di atas, ditambah dengan persepsi yang keliru merupakan masalah serius yang harus mendapatkan perhatian khusus dari manajemen untuk segera dapat dicarikan solusi serta dapat diindikasikan sebagai sebuah “cacat” dalam sistem manajemen perusahaan. Di Indonesia, secara umum konflik dalam keragaman ini timbul akibat perbedaan budaya baik yang sifatnya karena ke-suku-an maupun secara lebih luas yang bersifat kebangsaan, dimana masuknya pemodal / investor luar negeri menjadi salah satu pembawa masuknya tenaga kerja asing, yang pada akhirnya menjadi sebuah potensi keragaman dalam sebuah perusahaan, dalam artian positif maupun negatif.
II.
Latar Belakang Kasus
PT Drydocks World Graha sebagai obyek dari makalah ini adalah sebuah perusahaan galangan kapal penanaman modal luar negeri berlokasi di pulau Batam, Indonesia, dengan investor dari Uni Emirat Arab (lihat Lampiran II). Perusahaan ini mempekerjakan tidak kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) orang pekerja lokal (Indonesia) dan asing, dengan status kekaryawanan tetap, kontrak, dan outsource. Pekerja asing dalam perusahaan tersebut berjumlah sekitar 300 (tigaratus) orang, berasal dari India, Bangladesh, Myanmar, Vietnam, Philipina, Malaysia, Singapura dan Belanda. Pada umumnya pekerja asing ini menduduki jabatan penting tertentu (minimal mandor) dengan bawahan pekerja lokal Indonesia.
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
5
Pada tanggal 22 April 2010, ribuan karyawan perusahaan galangan kapal, PT Drydocks World Graha yang berlokasi di Tanjung Udang, Batam, turun ke jalan-jalan di Batam untuk berdemonstrasi dan melakukan aksi pembakaran dan pengrusakan terhadap fasilitas perusahaan. Media memberitakan paling tidak 9 (sembilan) orang terluka dan puluhan mobil dibakar. Konflik bermula dari umpatan seorang supervisor asal India dalam sebuah rapat Internal perusahaan, akibat kekesalannya yang berhubungan dengan masalah pekerjaan dengan mengatakan bahwa orang Indonesia “ stupid ”. Lebih buruk lagi, pernyataan tersebut diulangnya dengan penekanan “99% Indonesian stupid”. Hal ini telah menyulut emosi karyawan lokal Indonesia dalam forum tersebut, dan mendorong karyawan lainnya bergerak untuk mengeroyok supervisor ini, dan akhirnya mulai melakukan pengejaran kepada pekerja asing lainnya. Berita konflik menyebar dengan sangat cepat serta menimbulkan gelombang kerusuhan di Batam. Pihak kepolisian, Tentara Nasional Indonesia Angakatan Darat (TNI-AD) sampai harus menurunkan pasukan untuk meredam kerusuhan yang melebar menjadi sweeping Warga Negara Asing (WNA) yang berada di Batam.
Gambar 3. Akibat Kerusuhan
Konflik ini merupakan akumulasi dari persepsi pekerja lokal Indonesia terhadap perbedaan perilaku perusahaan dengan pekerja asing. Dimana praktek pembedaan dalam gaji dan fasilitas antara tenaga kerja Indonesia dan tenaga kerja asing sudah terjadi sejak awal dalam perusahaan galangan kapal ini.
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
6
Selama ini pekerja di galangan kapal tersebut harus memenuhi alat keselamatan kerjanya dengan dana mereka sendiri, upah mereka juga murah dan dipotong oleh agen karena sebagian adalah pekerja outsourcing dan tidak ada jaminan kesehatan. Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), yang membawahi sekitar lima ribu buruh di salah satu anak perusahaan Drydock di Batam telah mengusahakan untuk meminta adanya perbaikan sistem kerja di PT Drydocks World Graha ini. Diketahui juga, bahwa diskriminasi terhadap buruh Indonesia jelas-jelas dirasakan. Diskriminasi itu, antara lain, terjadi pada gaji dan fasilitas. Untuk level yang sama, gaji dan fasilitas yang diterima buruh ekspatriat selalu lebih baik daripada buruh Indonesia. Mandor perusahaan galangan kapal, misalnya, jika posisi itu ditempati buruh ekspatriat, yang bersangkutan akan mendapat fasilitas tempat tinggal dan sejumlah kebutuhan bulanan, seperti sabun cuci. Fasilitas seperti ini tidak akan didapatkan buruh Indonesia. Soal gaji pada level penyelia dengan ijazah sarjana (S-1), bagi buruh Indonesia sekitar Rp 1,2 juta sampai Rp 1,5 juta per bulan. Sementara buruh asing bisa mendapatkan gaji 10 kali lipatnya dan juga tidak sedikit buruh asing yang bekerja di level mandor sampai penyelia yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Selain itu ternyata fakta lain menyatakan terdapat perbedaan yang mencolok di antara tiga komisi; tenaga asing, tenaga tetap, dan tenaga kontrak. Dalam level pekerjaan yang sama, tenaga kerja asing digaji dengan standar dolar Singapura, sedang pekerja tetap Indonesia menggunakan rupiah yang nilainya di bawah tenaga kerja asing. Perbandingan gaji tenaga kerja asing dengan pekerja lokal dalam level yang sama sangat jauh. Gaji tenaga kerja asing, minimal 4.500 dolar Singapura (sekitar Rp30.000.000) , sedang pekerja Indonesia, yang sudah berpengalaman lima tahun, hanya diberi upah Rp5-7 juta. Tenaga Kerja Indonesia mayoritas ditempatkan di bagian pesuruh dan pertukangan, sedangkan level mandor dan penyelia sebagian diisi buruh asing. Padahal, dari segi akademik, tenaga Kerja Indonesia seharusnya dapat mengisi posisi pada semua (level) itu. Informasi yang didapat dari beberapa media dari hasil wawancaranya dengan pekerja, diketahui bahwa PT Drydocks Graha ini tidak mematuhi undang-undang yang mengatur dengan jelas perekrutan tenaga kerja oleh Investasi Asing di Indonesia. Selain itu sistem kerja yang dimuat pada Pasal 45 Huruf (a) Undang-undang Ketenagakerjaan No 13/2003 juga tidak dipatuhi. Pasal ini mengatur bahwa pemberi tenaga kerja asing (perusahaan) Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
7
wajib menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga pendamping untuk alih teknologi dan alih keahlian. Sementara Pasal 45 Huruf (b) menyebutkan, pemberi tenaga kerja asing wajib melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki tenaga kerja asing tersebut. Pada perusahaan PT Drydocks ini, tenaga kerja asing tidak didampingi asisten lokal. Kalaupun didampingi, tenaga kerja asing tidak melakukan alih teknologi apa pun. Sehingga, pengabaian terhadap pasal dalam Undang-undang ketenagakerjaan ini juga menjadi salah satu pemicu konflik di perusahaan ini. III.
Analisa Kasus
Menurut data dari Kementrian tenaga kerja dan transmigrasi pada tahun 2009, jumlah Tenaga Kerja Asing di Indonesia kurang lebih 90.000 (sembilan puluh ribu) orang, berasal dari Cina, Jepang, Korea, India, dan negara-negara lainnya. Dengan semakin meningkatnya arus tenaga kerja asing ke Indonesia, maka situasi-situasi multinasional atau multikultural yang rawan terhadap konflik keragaman akan semakin banyak tercipta. Keragaman dengan potensi konflik dapat memiliki konsekuensi yang positif, juga dapat memiliki konsekuensi yang negatif. Konsekuensi yang positif telah disampaikan dalam bagian 1.3, sedangkan beberapa konsekuensi yang negatif adalah : a.
menurunnya produktifitas;
b.
melemahnya semangat kerja;
c.
meningkatnya rasa tidak puas;
d.
meningkatnya ketegangan dalam organisasi.
Pada kasus PT. Drydock ini, konsekuensi negatifnya berbuntut menjadi kerusuhan dan berhentinya produktifitas perusahaan. Kasus ini menjadi menarik, karena peristiwa ini menjadi isu nasional yang menjadi perhatian khusus Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Pusat, turun tangannya pemerintah daerah berserta perangkat Kementrian Departemen Tenaga Kerja dalam usaha penyelesaiannya, menjadi pemberitaan besar di media massa, serta membuka mata masyarakat akan fenomena tenaga kerja Indonesia di negerinya sendiri Pada kertas kerja ini, kasus diatas akan dianalisa berdasarkan perspektif dan kerangka teori “Managing Diverse Employees in a Diverse Environment” yang merupakan Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
8
bagian satuan acara perkuliahan Manajemen Kontemporer Lanjutan program magister manajemen STEKPI kelas Reguler Angkatan 8 Semester Ganjil tahun 2012-2013. Akan pula dianalisa, faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya konflik antara tenaga kerja asing dan tenaga kerja indonesia di perusahaan ini dan bagaimana tindakan atau sistem manajemen yang seharusnya diterapkan oleh PT. Drydocks dalam mengatasi konflik ini. Sehingga diharapkan, kasus ini dapat membuka mata kita akan dinamika keragaman dalam perusahaan dan penangulangannya. Sesuai dengan skema yang diterapkan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah ini; Bapak Asep Imam.,SE.,MM, maka analisa akan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu pertama: analisa dari perspektif penulis, sekaligus penyaji presentasi, dan kedua: analisa dari hasil diskusi atau pertanyaan yang muncul dari sesi presentasi di kelas. 3.1 Analisa dari Perspektif Penulis
Bagian ini akan berisi perspektif kasus berdasarkan pemahaman kasus dan teori, opini serta logika manajemen umum dari penulis yang dituangkan dalam presentasi yang telah disajikan di depan kelas (lihat Lampiran I). 3.1.1 Penyebab Utama Kasus
Ada 3 (tiga) hal yang menjadi penyebab utama dari timbulnya kasus ini; Pertama : terjadinya diskriminasi yang sangat besar di PT Drydocks ini, berupa perbedaan
fasilitas dan gaji, antara tenaga kerja Indonesia dan tenaga kerja asing. Seperti di sebutkan dalam bagian sebelumnya, bahwa tenaga kerja Indonesia di perusahaan ini bahkan harus menyisihkan sebagian dari gajinya untuk melengkapi alat-alat keselamatan kerja, sesuatu hal yang seharusnya bukan menjadi bagian tanggung jawab karyawan. Hal ini diperburuk dengan perbedaan yang cukup besar dalam hal angka gaji tenaga kerja Indonesia, bila dibandingkan dengan angka gaji tenaga kerja asing dalam suatu posisi pekerjaan yang sama. Di samping itu, sebagian besar tenaga kerja Indonesia merupakan tenaga “alih daya” atau outsourcing yang mempunyai posisi tawar sangat rendah terhadap pemotongan gaji bertingkat dari perusahaan sub-kontraktor-nya Kedua : sebagian besar posisi-posisi kunci dalam perusahaan di dominasi oleh tenaga
kerja asing. Mandor, penyelia, dan manajer lini banyak dijabat oleh tenaga kerja asing, sementara tenaga kerja Indonesia dalam posisi sebagai pesuruh, tukang, staff, teknisi dan posisi bawahan lainnya.
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
9
Hal ini, terlepas dari unsur skill, akademis serta pengalaman kerja tenaga kerja, telah menciptakan sebuah situasi exclusivism yang kontras, apalagi tenaga kerja asing lebih suka berkumpul dengan kelompoknya dibanding bersosialisasi dengan kelompok tenaga kerja Indonesia, walaupun kelompok tersebut adalah bagian dari tim kerjanya. Ketiga : PT Drydocks tidak menerapkan Undang-undang Ketenagakerjaan No 13/2003
terutama pada Pasal 45 ayat 1 huruf (a) dan (b) (lihat Lampiran III). Dalam pasal tersebut (pasal 45 ayat 1 huruf (a)) telah diatur bahwa pemberi tenaga kerja asing (perusahaan) wajib menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga pendamping untuk alih teknologi dan alih keahlian. Sementara Pasal 45 ayat 1 Huruf (b) menyebutkan, pemberi tenaga kerja asing wajib melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki tenaga kerja asing tersebut. Di PT Drydock World Graha ini, tenaga kerja asing tidak didampingi asisten lokal. Kalaupun didampingi, tenaga kerja asing tidak melakukan alih teknologi apa pun. Keadaan ini membuktikan bahwa pihak manajemen yang mewakili owner mempunyai kebijakan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia dengan alasannya sendiri, dan diduga dalam rangka melindungi kepentingan investasinya. 3.1.2
Proses Terjadinya Konflik dalam Kasus
Tiga hal tersebut dalam bagian 3.1.1 telah menciptakan sebuah konflik horisontal sekaligus vertikal dalam lingkungan kerja di PT Drydock World Graha ini. Konflik horisontal tercipta pada tingkat karyawan atau tenaga kerja, antara yang berasal
dari luar negeri serta tenaga kerja lokal Indonesia. Sedangkan konflik vertikal tercipta antara pihak manajemen perusahaan dengan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja lokal Indonesia. Dan bila dilihat secara lebih dalam, PT Drydock telah melakukan tindakan melawan hukum, dengan tidak menerapkan peraturan yang ditetapkan dalam Undangundang Ketenagakerjaan. Suatu tindakan yang dapat digolongkan dalam tindak pidana. Secara khusus, penulis hanya akan menganalisa bagian konflik horisontal dan vertikal, dalam hubungannya dengan teori manajemen mengenai Pengelolaan Keragaman Karyawan dalam Keragaman Lingkungan (Kerja) dan logika umum manajemen.
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
10
Konflik dapat dipahami sebagai sebuah proses yang terdiri atas lima tahapan : potensi pertentangan atau ketidakselarasan, Persepsi dan personalisasi, maksud, perilaku, dan akibat. Tahap 1 : Potensi Pertentangan atau Ketidakselarasan
Tahap pertama dalam proses konflik adalah munculnya kondisi-kondisi perbedaan atau dikriminasi yang menciptakan peluang bagi pecahnya konflik. Kondisi-kondisi ini, dalam PT Drydocks diwakili oleh perbedaan fasilitas, gaji, posisi serta perbedaan perlakuan manajemen Tahap 2 : Persepsi atau Personalisasi
Yaitu tahap dimana isu-isu awal konflik ini dipersepsikan secara keliru oleh sebagian besar dari anggota kelompok atau sebagian kecil orang dengan pengaruh besar dalam kelompok. Seperti dibahas dalam bagian 1.1 mengenai Persepsi, dalam perusahaan PT Drydocks telah terjadi : a.
Stereotype, dimana definisi secara keliru dilakukan oleh seorang tenaga kerja asing
dengan sebuah perkataan yang merendahkan,mengenai tingkat “kecerdasan” suatu bangsa (dalam hal ini bangsa Indonesia), yang kemungkinan sesuatu hal yang lumrah dan biasa dilakukan di negaranya, akan tetapi menjadi hal yang sangat menyakitkan bila disampaikan secara perkataan kepada orang Indonesia; b. Bias, generalisasi sebuah tindakan (di sini dapat diartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang salah) yang dilakukan seseorang, yaitu seorang supervisor berkebangsaan India menjadi sebuah tindakan atau kesalahan yang seolah-olah akan pun dilakukan oleh seluruh tenaga kerja asing pada PT Drydocks ini. Tahap 3 : Maksud ( Intention)
Maksud atau intentions adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam kasus ini, diskriminasi oleh perusahaan yang dialami oleh tenaga kerja Indonesia telah menyebabkan tindakan yang sebenarnya dimaksudkan untuk mendapatkan perhatian dari manajemen puncak perusahaan, agar segera dilakukan perbaikan.
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
11
Salah satu contoh tindakan yang dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia adalah penghindaran (avoiding) berujung kepada pembangkangan, dan diskriminasi balik kepada tenaga kerja asing di perusahaan PT Drydocks World Graha ini. Tahap 4 : Perilaku
Meliputi pernyataan, aksi dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Secara jelas adalah aksi yang dilakukan oleh si Supervisor India, reaksi dari para koleganya yang tenaga kerja Indonesia, pengejaran tenaga kerja asing oleh tenaga kerja Indonesia, pembakaran fasilitas perusahaan, pembakaran mobil dan tindakan anarkis lain. Tahap 5 : Akibat
Jalinan aksi reaksi antara pihak yang berkonflik dalam tahap 4 di atas menghasilkan konsekuensi yang bersifat destruktif ( disfungsional) dimana kerusuhan tersebut telah melumpuhkan aktifitas perusahan. PT Drydock baru bisa menjalankan aktifitas, itupun hanya sekitar 70% (tujuhpuluh persen) di akhir bulan April 2010. 3.1.3
Kesenjangan atau Gap
Dalam kerangka manajemen keragaman, bagian terpenting dalam tahapan tersebut di atas adalah pada bagian dimana potensi konflik dan keragaman dalam perusahaan mendapatkan perlakuan dan perhatian yang cukup serta mengarahkannya secara positif demi kemajuan dan perkembangan perusahaan. Kasus PT Drydocks World Graha ini, mempunyai aspek kesenjangan atau gap yang perlu mendapatkan perhatian khusus yaitu: komunikasi, struktur serta variabel pribadi yang dominan. Kesenjangan komunikasi antara tenaga kerja di PT Drydocks ini jelas menjadi hal yang
membuat potensi keragaman berjalan ke arah yang negatif. Tidak adanya komunikasi yang baik antara tenaga kerja asing dan tenaga kerja Indonesia, kecenderungan stereotype untuk mengisi kekurangan informasi antar kelompok, berkelompok sesuai dengan asal negara, perbedaan nilai dan keyakinan yang tidak dipahami, adalah faktor-faktor yang “luput” dari perhatian manajemen PT Drydocks pada semua tingkatan.
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
12
Selanjutnya, adalah kesenjangan struktural dalam PT Drydocks berupa Organisasi yang sesuai dengan komposisi serta jumlah tenaga kerja, kesamaan tujuan anggota dalam organisasi, sistem imbalan (upah, gaji) yang adil, serta gaya kepemimpinan yang adaptif. Dalam organisasi eksisting PT Drydocks ini, sebagian besar anggotanya adalah tenaga kerja lokal Indonesia dengan berbagai tingkatan keahlian serta pendidikan. Akan tetapi tidak ada satupun tenaga kerja Indonesia yang menduduki jabatan penting, bahkan ditingkat Supervisor maupun Manajer Lini, apalagi di tingkatan manajerial menengah dan puncak. Di sini, tenaga kerja Indonesia sama sekali tidak mendapatkan kesempatan (terwakili) untuk menyuarakan aspirasinya yang berhubungan dengan perbaikan sistem kerja, kondisi kerja, apalagi yang menyangkut upah atau kesempatan apresiasi terhadap karir dan prestasi kerja. Semua jabatan penting dalam perusahaan PT Drydocks ini diduduki oleh tenaga kerja asing, yang sangat tipis kemungkinannya dapat mewakili aspirasi dari bawahannya yang merupakan tenaga kerja Indonesia. Hal ini menjadikan organisasi akan mempunyai arah yang tidak sejalan, dimana manajemen mempunyai tujuan yang lebih abstrak untuk kemajuan perusahaan dan karirnya, sementara di tingkatan bawahan berkutat dengan perjuangan untuk peningkatan upah, keamanan dan keselamatan kerja, unsur-unsur dasar yang belum terpenuhi di PT Drydocks ini, Sistem pengupahan yang diterapkan dirasa tidak adil bagi tenaga kerja Indonesia dan cenderung mempraktekkan diskriminasi. Mata uang gaji yang dipakai dibedakan antara tenaga kerja asing (dolar Singapura), dan tenaga kerja Indonesia (rupiah) menjadi bukti nyata kesenjangan tersebut. Seluruh bagian dari kesenjangan struktural ini merupakan manifestasi dari gaya kepimpinan yang kaku dan “pilih kasih” , sebuah gaya kepemimpinan yang ketinggalan jaman serta tidak lagi menjadi acuan gaya manajemen kontemporer yang lebih terbuka, walaupun masih menjaga bagian-bagian penting sebagai hal “ confidential”. Akhirnya unsur variabel pribadi merupakan sisi lain yang menjadi kesenjangan yang perlu mendapatkan perhatian. Ketidak-matangan emosi, intelektual serta spriritual quotient tenaga kerja Indonesia, merupakan kesenjangan variabel pribadi yang (harus diakui) mendominasi angkatan kerja Indonesia hari ini. Reaksi terhadap suatu aksi yang provokatif dalam kasus ini (perkataan si Supervisor India), tidak selalu harus ditanggapi dengan
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
13
emosional misalnya, cukup dengan pengumpulan bukti, saksi serta laporan tertulis kepada manajemen, maka diharapkan akan ada tindakan manajemen terhadap yang bersangkutan. Yang terjadi pada kasus ini adalah reaksi yang luar biasa, menjadi reaksi massal dan berakibat pada tindakan anarkis destruktif, tanpa memikirkan lebih jauh akibatnya kepada kelompok dan atau diri sendiri. Sebuah ketidak-matangan emosi yang berakibat fatal. 3.2 Analisa dan Tanggapan dari Anggota Kelas
Analisa dan tanggapan dari anggota kelas disampaikan pada sesi setelah penulis melakukan presentasi bahan kuliah Manajemen Kontemporer Lanjutan dengan topik yang sama. Tanggapan dari Sdr. Andy Iriawan S. :
Menurut Saudara Andi Iriawan, adalah tugas dari bagian Human Resource Department untuk dapat memprediksi, merencanakan serta mengeliminir potensi keragaman dalam perusahaan sebagai bagian dari tugas manajerialnya, sehingga efek dari konflik yang terjadi tidak banyak mempunyai pengaruh disfungsional yang merugikan. Tanggapan dari Sdr. Kussantosa:
Menanggapi tanggapan dari Saudara Andy, Saudara Kussantosa menyatakan tidak sependapat. Menurut Saudara Kussantosa, dalam manajemen modern, peran seorang manajer atau seseorang yang sudah mempunyai tanggung jawab terhadap sebuah tim atau kelompok yang terdiri dari beberapa orang adalah juga sebagai Manajer HR (Human Resource) bagi bawahannya, Dia akan menilai kinerja, menampung aspirasi, me-motivasi, dan memikirkan karir dari bawahan tersebut. Termasuk di dalamnya mengelola potensi keragaman yang ada, menyampaikan serta menjaga aturan organisasi dan sebagian besar dari tugas-tugas yang berhubungan dengan aspek seseorang sebagai pemimpin sebuah organisasi dalam perusahaan. Tanggapan dari Penulis :
Pada dasarnya penulis, sependapat dengan saudara Kussantosa. Menurut penulis, semakin besar ukuran sebuah organisasi, maka span of control dari seorang manajer akan semakin melebar dengan potensi kehilangan kontrol pada suatu kondisi tertentu. Pendelegasian wewenang (delegation of authority) menjadi sangat penting dalam kondisi seperti di atas. Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
14
Dalam hal ini para manajer di semua tingkatan dapat menjadi agent bagi pendistribusian informasi, kebijakan dan aturan yang datang dari manajemen puncak, mengelola potensi keragaman maupun menjadi manajer HR bagi masing-masing bawahannya. Sedangkan fungsi utama dari Human Resource Management (HRM) sendiri berkembang menjadi penentu kebijakan ketenaga kerjaan, pengembangan karyawan, rencana karir, retensi serta kesejahteraan, yang dengan bantuan dan pasokan informasi dari manajer dari seluruh tingkatan, dapat menetukan kebijakan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik keragaman perusahaan tersebut . Di beberapa perusahaan di Indonesia pun, istilah Human Resource sudah mulai digantikan dengan istilah Human Capital, sebagai tanda pentingnya manusia sebagai modal berjalannya sebuah usaha bisnis, dan bukan sekedar sumberdaya. IV.
Kesimpulan
Kasus ini menjadi perhatian nasional dan pemerintah merasa perlu turun tangan untuk mendapatkan penyelesaian yang seimbang dalam konteks perlindungan terhadap investasi asing di Indonesia. Dalam konteks dan pemahaman terhadap manajemen, dapat disimpulkan bahwa ada 2 (dua) aspek yang perlu mendapatkan perhatian serta beberapa tindakan yang diperlukan untuk mengelola keragaman dalam sebuah organisasi atau perusahaan agar konsekuensi yang bersifat disfungsional dapat di eliminir dan mengurangi konflik horisontal-vertikal seperti yang terjadi pada kasus PT Drydocks ini. Termasuk, tapi tak terbatas di dalamnya adalah pemahaman mengenai keragaman dalam lingkungan, pengenalan terhadap cara pengelolaannya, akibat yang dapat ditimbulkan dan cara-cara spesifik dalam mencari jalan keluar dari persoalan. Aspek dan tindakan tersebut antara lain adalah : a. Penjelasan terhadap aturan dan prosedur yang berlaku.
Yang dimaksud sebagai aturan dan prosedur dalam hal ini adalah aturan dan prosedur yang adil, seimbang, obyektif dengan tidak mengorbankan kepentingan karyawan serta kepentingan perusahaan. Cara yang ditempuh dapat bermacam-macam. Salah satunya adalah menggelar forum internal terbatas dan terjadwal mulai dari manajemen puncak, bertahap kepada manajemen menengah, manajemen lini, supervisor sampai mandor. Dalam forum tersebut harus Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
15
dijelaskan secara detil kebijakan baru, penjelasan kebijakan lama yang sudah tidak relevan, aturan kepegawaian, undang-undang yang berlaku, remunerasi dan semua hal yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan berbagai potensi konflik dan keragaman yang ada dalam perusahaan. b. Mengurangi Perbedaan semaksimal mungkin Mengurangi perbedaan dan bukan menghilangkannya. Dalam bagian 1.1 Landasan
teori telah disampaikan bahwa perbedaan atau lebih spesifik keragaman karyawan juga mempunyai sisi “terang” yang bila di kelola dengan baik akan membawa konsekuensi yang positif bagi perusahaan, sekaligus mengurangi potensi konflik yang merugikan dan melebar kepada tindakan anarkis. Mengurangi perbedaan dapat juga memberikan perspektif penyamaan persepsi antar anggota organisasi. Mengurangi perbedaan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Jones (2008), memberikan beberapa cara yang dapat menjadi referensi bagi seorang manajer dalam lingkungan kerjanya. •
Review secara Struktural
Review dari aspek ini dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan, misalnya : Peninjauan ulang visi dan misi organisasi atau perusahaan yang mungkin sudah berlaku sejak 10 (sepuluh) tahun yang lalu dan belum dirubah, apakah struktur organisasi yang sekarang berlaku masih cocok untuk perkembangan bisnis perusahaan, apakah sistem remunerasi masih sesuai dengan tingkat inflasi atau KHL (Koefisien Hidup Layak), apakah sebagian besar manajemen menengah mempunyai gaya kemimpinan yang otoriter, bagaimana dengan team-work organisasi dan lain sebagainya. •
Meningkatkan Komunikasi dan Pemahaman terhadap Keragaman
Komunikasi yang baik antara anggota organisasi merupakan hal yang terkait dengan Pemahaman terhadap keragaman. Semakin anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan bebas tanpa dihalangi oleh “tembok” personalisasi, persepsi yang keliru, kedaerahan, kesukuan, kewarganegaraan, maka diharapkan seluruh persoalan dapat disampaikan dengan lebih “cair” dengan koridor tujuan kolektif organisasi, sehingga penyelesaian yang optimal dapat tercapai dengan segera.
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
16
•
Mentoring dan Pelatihan
Pelatihan khusus mengenai organisasi biasanya mencakup perilaku organisasi itu sendiri, keragaman anggota organisasi, bentuk-bentuk organisasi spesifik terhadap lingkungan kerjanya, pengelolaan organisasi dan anggotanya, hal mana merupakan pengayaan terhadap kemampuan manajerial seorang anggota organisasi dan anatu perusahaan yang sangat diperlukan dalam mengelola keragaman dalam lingkungan kerja. Sedangkan mentoring, (seharusnya) merupakan bagian dari tugas rutin seorang manajer senior untuk membimbing manajer yang lebih junior dari hari ke hari di dalam lingkungan perusahaan, berdasarkan pengalaman dan interaksi yang dialaminya. Mentoring adalah cara yang dianggap paling tepat untuk mempercepat learning curve pemahaman terhadap perbedaan cara, manusia, dan sistem yang berlaku dalam sebuah lingkungan, bagi seorang karyawan dalam tanggung jawabnya sebagai manajer tingkat awal. •
Pemanfaatan Event
Event yang dimaksud di sini adalah suatu acara dalam sebuah organisasi, biasanya bersifat informal, yang mengumpulkan seluruh anggota organisasi (bahkan beserta keluarganya)
dan faktor eksternal organisasi (misalnya pelanggan, regulator ) sebagai bentuk perayaan terhadap suatu peristiwa penting tertentu ataupun inisiatif pemimpin puncak perusahaan atau program terjadwal bagian human capital. Event ini (dalam skala tertentu ) merupakan suatu forum yang efektif dalam rangka
mengurangi perbedaan antara anggota organisasi. Dalam forum ini anggota organisasi dapat berkomunikasi dengan bebas, membentuk persamaan persepsi, bertukar saran, bahkan kepada hubungan yang lebih erat di luar hubungan kerja. Bentuk-bentuk event yang dapat direferensikan adalah barbeque party, employee gathering, family gathering, team outing, team building dan outbond.
Demikian sebuah ulasan kasus manajemen kontemporer yang dituangkan ke sebuah kertas kerja dalam kerangka topik pengelolaan keragaman karyawan di lingkungan yang beragam, sebagai bentuk pemahaman penulis terhadap teori manajemen dengan ditambah dengan logika umum manajemen, dibumbui dengan sedikit pengalaman dan interaksi dalam lingkungan kerja. Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
17
Daftar Pustaka
Buku :
Jones, Gareth R. dan Jennifer M. George, “Contemporary Management”,5
th
Edition,2008,
McGraw-Hill International Edition, New York, USA
Internet :
1. http://pangean.wordpress.com/2010/04/23/apa-sebenarnya-yang-terjadi-di-pt-drydockbatam/ 2. http://baltyra.com/2010/04/23/breaking-news-drydocks-world-graha-yang-membara/ 3. http://adinugroho5.wordpress.com/2010/11/18/dampak-dampak-negative-perusahaanmultinasional-mnc-serta-penanggulangannya/ 4. http://www.bbc.co.uk/indonesia/mobile/berita_indonesia/2010/04/100423_batam.shtm l?page=5 5. http://www.tribunnews.com/2010/04/26/kesenjangan-gaji-dan-fasilitas-jadi-pemicu 6. http://www.drydocksworld-southasia.com 7. Riani Dwi Astuti, Sri Mulyani, Shalita Anindya,Makalah : Studi Kasus Konflik Pada PILKADA Kabupaten Mojokerto, 2010
Kertas Kerja Manajemen Kontemporer Lanjutan: Studi Kasus PT Drydocks World Graha- Batam
18