BAB I PENDAHULUAN
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara. Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan. Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Sedangkan kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi(landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi. Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa
mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup. Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukan pengkajian khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah beserta dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya.
BAB II PENGERTIAN
Pencemaran adalah masuknya energi atau bahan ke dalam lingkungan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang merusak lingkungan, kesehatan, dan keberadaan manusia dan organisme lainnya. Timbulnya pencemaran ini selain karena proses alam, seperti hujan asam dan gunung merapi, juga di sebabkan oleh aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Secara umum, pencemaran terdiri dari pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah, dan juga pencemaran suara. Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan subpermukaan, kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Pencemaran tanah adalah masuknya bahan atau zat yang menurunkan kualitas tanah. Penyebab pencemaran tanah berasal dari zat kimia (limbah industri, pupuk buatan, dan deterjen), sampah organik yang di buang kesungai, parit, atau kolam yang akan mengalami pembusukan, insektisida yang digunakan untuk memberantas hama, tumpahan minyak, serta sampah plastik yang dapat menurunkan porositas tanah. Keprihatinan atas pencemaran tanah berasal terutama dari risiko kesehatan, dari kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi, uap dari kontaminan, dan
dari kontaminasi sekunder persediaan air dalam dan mendasari tanah. Jenis kontaminasi atau pencemaran biasanya muncul dari pecahnya tanki penyimpanan bawah tanah, aplikasi pestisida, perkolasi air permukaan terkontaminasi untuk strata bawah permukaan, minyak dan bahan bakar dumping, pencucian limbah dari tempat pembuangan sampah atau debit langsung dari limbah industri untuk tanah. Bahan kimia yang paling umum terlibat adalah minyak hidrokarbon, pelarut, pestisida, timah dan lainnya logam berat. Ini terjadinya fenomena ini berkorelasi dengan tingkat industrialisasi dan intensitas penggunaan kimia. Diobati limbah lumpur, yang dikenal di industri sebagai biosolids, telah menjadi kontroversial sebagai pupuk untuk tanah. Karena merupakan produk sampingan dari pengolahan limbah, umumnya mengandung kontaminan seperti organisme, pestisida, dan logam berat dibandingkan tanah lainnya.
BAB III BAHAN PENCEMAR TANAH
Pupuk buatan, obat pembasmi hama seperti pestisida, herbisida, bila digunakan secara berlebihan dapat menimbulkan pencemaran tanah, merubah sifat fisis, sifat kimia dan sifat biologis tanah, sehingga menganggu pertumbuhan tumbuhtumbuhan. Sampah dan bahan buangan dan benda padat yang makin meningkat jumlahnya dapat menjadi bahan pencemar tanah, apalagi yang sukar diuraikan oleh bakteri pengurai. Timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun, Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari karena lindi (air sampah), bau dan estika. Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia. banyak dari gas SO2 yang dihasilkan dari perubahan bahan bakar batu bara atau bensin berakhir dengan sulfat yang masuk ke dalam tanah atau tertampung di atas tanah. Tanah juga sebagai tempat penampungan banyak limbah-limbah dari rembesan penumpukan tanah (landfill), kolam lumpur (lagoon), dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa kasus, lahan pertanian dari bahan-bahan organik berbahaya yang dapat mengurai juga merupakan tempat pembuangan yang menyebabkan pencemaran tanah terjadi. Mikroorganisme tanah melalui aktivtasnya dapat menghilangkan CO dari atmosfir. Oleh karena itu tanah merupakan tempat penampungan dari karbon monoksida. Degradasi kimia dari pestisida telah dibuktikan secara eksperimen dalam tanah yang telah disterilkan dari semua aktivitas mikroba. Sejumlah pestisida mengalami reaksi fotokimia, yaitu suatu reaksi yang berlangsung dengan terjadinya
absorbsi dari cahaya. Dari reaksi ini dihasilkan terutama isomer-isomer dari pestisida yang terlibat reaksi. Akhir-akhir ini telah dapat dibuktikan bahwa Rhizosphere merupakan bagian yang paling penting dari tanah dalam kemampuannya untuk menyelenggarakan biodegradasi dari sampah-sampah. Rhizosphere adalah lapisan dari tanah di mana akar-akar tanaman secara umum beraktivitas. Ini merupakan lapisan dimana biomassa meningkat dan sangat penting bagi sistem akar tanaman dan bergabungnya mikroorganisme-mikroorganisme
dengan
akar
tanaman.
Rhizosphere
dapat
mengandung 10 x biomassa mikroba per satuan volume lebih banyak daripada tanah yang tidak mempunyai lapisan rhizophere. Populasinya bervariasi sesuai dengan karakteristik dari tanah, tanaman dan karakteristik akarnya, kandungan uap air, dan eksposure pada oksigen. Bila suatu daerah terespose oleh senyawasenyawa bahan pencemar, mikroorganisme dapat beradaptasi terhadap biodegradasi dan bisa tetap tinggal di daerah tersebut.
BAB IV DAMPAK PENCEMARAN TANAH
IV.1. Dampak pencemaran tanah pada kesehatan Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentananpopulasi yang terkena. Kromium,
berbagai
macam
pestisida
danherbisida merupakan
bahan karsinogenik untuk semua populasi.Timbal sangat berbahaya pada anakanak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan
tidak
dapat
diobati.
PCB dan
siklodiena
terkait
pada
keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian. IV.2. Dampak Pencemaran Tanah pada Ekosistem Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan
perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik
danantropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah
tersebut rendah, bagian bawahpiramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut. Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memilikiwaktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahanbahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
BAB V PENANGGULANGAN PENCEMARAN TANAH
V.1. Remediasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan venting (injeksi). Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit. V.2. Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Hal yang perlu diketahui dalam melakukan remediasi, yaitu: 1. Jenis pencemar (organic atau anorganik), 2. Terdegradasi atau tidak, berbahaya atau tidak, 3. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari lingkungan tersebut, 4. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan fosfat (P), 5. Jenis tanah, 6. Kondisi tanah (basah, kering) 7. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut, 8. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera atau bisa ditunda).
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Atau bioremediasi adalah penggunaan mikriirganisme untuk menurangi polutan di lingkungan. Bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik atau anorganik polutan. Yang termasuk polutan-polutan antara lain : -
Logam-logam berat,
-
petrolum hidrokarbon, dan
-
senyawa-senyawa organic terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain.
Tujuan bioremediasi adalah untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Kelebihan teknologi ini adalah : 1. Relatif lebih ramah lingkungan, 2. Biaya penanganan yang relative lebih murah, 3. Bersifat fleksibel. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut,
yang disebut dengan biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Pendekatan
umum
untuk
meningkatkan
kecepatan
biotransformasi/biodegradasi adalah dengan cara : 1.
Seeding : mengoptimalkan populasi aktivitas mikroba indigenous (bioremediasi
intrinsic)
dan
atau
penambahan
mikroorganisme
exogenous (bioaugmentasi. 2.
Feeding : memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi (biostimulasi) dan aerasi (bioventing).
Bioremediasi terbagi 2 : 1. In situ : dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar
2. Ex situ : tanah tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan yang lebih terkontrol. Lalu diberi perlakuan khusus dengan memakai mikroba. Bioremediasi ex-situ bisa lebih cepat dan mudah dikontrol. Dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih beragam. Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi: 1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb. 2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di
lokasi tercemar,
yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus. 3. Penerapan immobilized enzymes. 4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar. Kunci sukses bioremediasi adalah : 1. Dilakukan karakterisasi lahan (site characterization) : a. sifat dan struktur geologis lapisan tanah. b. lokasi sumber pencemar. c. perkiraan banyaknya hidrokarbon yang terlepas dalam tanah. d. sifat-sifat lingkungan tanah : derajat keasaman (pH), temperatur tanah, kelembaban hingga kandungan kimia yang sudah ada, kandungan nutrisi, ketersediaan oksigen. e. mengetahui keberadaan dan jenis mikroba yang ada dalam tanah. 2. Treatability study. a. Sesudah data terkumpul, kita bisa melakukan modeling untuk menduga pola distribusi dan tingkat pencemarannya. Salah satu teknik modeling yang kini banyak dipakai adalah bioplume modeling dari US-EPA. Di sini, diperhitungkan pula faktor perubahan karakteristik pencemar akibat reaksi biologis, fisika dan kimia yang dialami di dalam tanah. b. Rekayasa genetika terkadang juga perlu jika mikroba alamiah tak memuaskan hasilnya.
c. Treatability study juga akan menyimpulkan apakah reaksi dapat berlangsung secara aerobik atau anaerobik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen” yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba” memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya. Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat
lebih
efisien
dalam
mengurangi
polutan.
Mikroorganisme
rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan minyak". Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponenkomponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan. Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut: 1. Biostimulasi. Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut. 2. Bioaugmentasi Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan adalah
sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi. 3. Bioremediasi Intrinsik Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar. Kelas
zat
kimia
yang
sering
diolah
dengan
bioremediasi
menjadi peluang kedepan untuk pengembangan green business yang berbasis pada teknologi bioremediasi dengan : 1. System One Top Solution (close system). 2. Dengan pendekatan multi-proses remediation technologies, artinya pemulihan (remediasi) kondisi lingkungan yang terdegradasi dapat diteruskan sampai kepada kondisi lingkungan seperti kondisi awal sebelum
Kontaminasi
ataupun
pencemaran
terjadi.
Usaha mencapai total grenning program ini dapat dilanjutkan dengan rehabilitasi lahan dengan melakukan kegiatan phytoremediasi dan penghijauan (vegetation establishement) untuk lebih efektif dalam mereduksi, mengkontrol atau bahkan mengeliminasi hasil bioremediasi kepada
tingkatan
yang
sangat
aman
lagi
buat
lingkungan.
Biaya teknologi Bioremediasi di Indonesia berada didalam kisaran 20200 USD per meter kubik bahan yang akan diolah (tergantung dari jumlah dan konsentrasi limbah awalserta metoda aplikasi), jauh lebih murah dari harga yang harus dikeluarkan dengan teknologi lain seperti incinerasi dan soil washing (150-600 USD). Bagi
industri,
penanganan
lahan
bioremediasi memberikan nilai strategis :
tercemar
dengan
teknologi
1.
Effisiensi, kesadaran bahwa banyak sumber daya alam kita adalah non-renewable resources (ex. minyak dan gas), dengan teknologi ramah lingkungan yang cost-effective (seperti bioremediasi) akan secara langsung berimplikasi kepada pengurangan biaya pengolahan.
2.
Lingkungan, ketika suatu perusahaan begitu konsern dengan lingkungan, diharapkan akan terbentuk sikap positif dari pasar yang pada akhirnya seiring dengan kesadaran lingkungan masyarakat akan mengkondisikan masyarakat untuk lebih memilih “green Industry” dibanding industri yang berlabel “red industri” atau mungkin “black industry”, evaluasi kinerja industri dalam pengelolaan lingkungan hidup (Proper) sudah mulai dilakukan oleh pemerintah (KLH), diharapkan kedepan, akan terus dikembangkan menjadi pemberian sertifikasi ISO 14001, hasilnya adalah perluasan pasar dengan "greening image".
3.
Environmental Compliance, ketaatan terhadap peraturan lingkungan menunjukan bentuk integrasi total dan aktif dari industri terhadap regulasi
yang
dibangun
oleh
pemerintah
untuk
kepentingan
masyarakat luas. Sikap ini juga akan memberi penilai positif dari masyarakat
selaku
konsumen
terhadap
perusahaan
tertentu.
Pemerintah, melalui Kementrian Lingungan Hidup, membuat Payung hukum yang mengatur standar baku kegiatan Bioremediasi untuk mengatasi permasalahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan perminyakan serta bentuk pencemaran lainnya (logam berat dan pestisida) disusun dan tertuang didalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.128 tahun 2003 tentang tatacara dan persyaratan teknis dan pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis (Bioremediasi).
BAB VI KASUS PENCEMARAN TANAH
VI.1. Pencemaran Tanah di New York (Love Canal) Love Canal yang merupakan kasus yang paling terkenal pencemaran tanah. Pada musim dingin bersalju tahun 1976, kimia limbah mulai merembes di atas tanah di taman bermain sekolah dan masyarakat di Niagara Falls, New York. Daerah ini mengalami insiden tinggi kelahiran lahir mati, keguguran dan cacat lahir. Pejabat segera menyadari bahwa ada lebih dari 400 zat beracun dalam air, udara dan tanah, banyak dari zat-zat tersebut menyebabkan kanker. Ternyata, kawasan itu telah digunakan sebagai tempat pembuangan limbah kimia sebanyak lebih dari 22.000 ton limbah beracun ssejak beberapa abad yang lalu, ketika tak seorang pun menyadari dampak berbahaya itu terjadi pada dekade kemudian. VI.2. Pencemaran Tanah di Chernobyl Salah satu kasus paling terkenal dari pencemaran tanah terjadi di Chernobyl, sebuah kota kecil di Rusia. Sebuah pembangkit tenaga nuklir meledak pada bulan April 1986, yang menyebabkan peningkatan tujuh kali lipat dalam cacat lahir, peningkatan yang ditandai dalam kanker yang diwariskan kepada generasi mendatang, kematian dan mutasi ternak dan pertanian tercemar. Diperkirakan bahwa 40 persen dari Chernobyl masih dihuni akibat kontaminasi radiasi yang sepuluh kali tingkat normal di beberapa tempat. VI.3. Pencemaran tanah di Cina Cina adalah bangsa yang berkembang pesat, mungkin lebih cepat dari izin keamanan. Diperkirakan bahwa secara nasional 12 juta ton gandum telah tercemar oleh logam berat. Ini membuktikan adanya kandungan logam berat dalam tanah yang terdapat di Cina. VI.4. Pencemaran tanah di