BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Protoplasma adalah bagian hidup dari sebuah sel yang dikelilingi oleh membran plasma. Ciri khas semua organisme adalah memiliki protoplasma, yaitu substansi majemuk yang terdiri dari berbagai bahan meliputi air, garamgaram mineral, dan banyak senyawa organik, di antaranya adalah karbohidrat, protein, dan lipid. Protoplasma bersifat pekat (kental), jernih (terang), dan koloid polifasis. Para cendekiawan sepakat bahwa hidup berada di dalam protoplasma, seperti yang semula dikemukakan oleh Dujardin 1835, Purkinje 1839, yang menemukan protoplasma pada hewan. Baru kemudian Mohl 1854, membawa pengertian yang sama bagi tumbuhan. Komposisi protoplasma adalah tetap, jadi bukan sebagai senyawa. Sifat-sifat kimia, fisik dan biologis protoplasma suatu jenis organisme berbeda dengan sifat kimia, fisik, dan biologis protoplasma organisme lain. Kita membedakan benda hidup dari benda mati berdasarkan pada sifatsifat yang dimiliki oleh protoplasma, yaitu: sebagai tempat berlangsungnya regulasi proses biokimia, tanggap terhadap rangsangan, tumbuh dan berkembang biak. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari protoplasma? 2. Apa saja komponen-komponen penyusun protoplasma? 3. Bagaimana fungsi protoplasma? 4. Bagaimana sifat fisika dari protoplasma? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian protoplasma 2. Mengetahui komponen-komponen penyusun protoplasma 3. Mengetahui bagaimana fungsi protoplasma
4. Mengetahui sifat fisika dari protoplasma
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Protoplasma 1. Pengertian Protoplasma Menurut Para Ahli a. Johannes Purkinje (1787-1869) Seorang ahli fisiologi Biokimia menggunakan istilah protoplasma (protos=pertama;plasma=cairan) bagi substansia yang menyerupai gelatin (1840), meskipun arti dari istilah tersebut mungkin agak berbeda dengan artinya pada penggunaan selanjutnya. b. Felix Dujardin (1801-1860) Seorang ahli zoologi perancis mengamati adanya material yang menyerupai gelatin didalam sel-sel binatang (1835) dan menggunakan istilah sarcode (Sarx:daging) bagi material tersebut. Substansi ini kemudian juga dijumpai pada sel-sel tumbuhan hidup. c. Hugo Von Mohl (1805-1872) Seorang ahli Botani dari Jerman, menemukan bahwa sel-sel tumbuhtumbuhan tersusun dari substansia hidup (1846) dan menggunakan istilah protoplasma bagi substansia tadi, yang sampai saat ini masih kita ikuti.
2. Pengertian Protoplasma Secara Umum Protoplasma (Latin, Proto=Pertama, plasma=substansi). Secara umum protoplasma merupkan substansi dasar kehidupan yang terdapat pada semua sel makhluk hidup yang memegang peranan penting dalam proses biosintesa dan bioenergi. Protoplasma bersifat pekat (kental), jernih (terang) dan koloid polifasis. Dari reaksi-reaksi kimia yang terjadi antara senyawa-senyawa inilah yang mengakibatkan adanya gejala-gejala kehidupan di protoplasma. Gejala kehidupan itu misalnya metabolisme, tumbuh, bergerak, berkembang biak, sirkulasi zat dan lain-lain. Misalnya respirasi, fotosintesis, sintesis lemak. Protoplasma dapat dibagi atas:
a. Nukleoplasma b. Sitoplasma, yaitu suatu cairan atau plasma yang terdapat antara membran plasma dengan membran nukleus. Sitoplasma terdiri atas 2 bagian, yaitu matrix (tampak transparan, homogen dan menyerupai koloid) dan organel. 3. Macam-macam organel a. Membran sel Membran sel merupakan lapisan yang melindungi inti sel dan sitoplasma. Membran sel membungkus organel-organel dalam sel. Membran sel juga merupakan alat transportasi bagi sel yaitu tempat masuk dan keluarnya zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel. Struktur membran ialah dua lapis lipid (lipid bilayer) dan memiliki permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui membran sel. Komponen penyusun membran sel antara lain adalah
phosfolipids,
protein,
oligosakarida,
glikolipid,
dan
kolesterol. Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel. b. Mitokondria Mitokondria memiliki membran rangkap, membran luar dan membran dalam. Di antara kedua membran tersebut terdapat ruang antar membran. Membran dalam berlekuk-lekuk disebut krista yang berfungsi untuk memperluas bidang permukaan agar proses penyerapan oksigen dan pembentukan energi lebih efektif. Pada bagian membran dalam terdapat enzim ATP sintase yang berfungsi
sebagai tempat sintesis ATP. Fungsi mitokondria ini adalah tempat respirasi aerob. c. Ribosom Ribosom merupakan organel pen-sintesis protein. Ribosom sering menempel satu sama lain membentuk rantai yang disebut poliribosom atau polisom. Antar unit ribosom diikat oleh mRNA. d. Aparatus Golgi Aparatus Golgi (Badan Golgi) berupa tumpukan kantung-kantung pipih, berfungsi sebagai tempat sintesis dari sekret (seperti getah pencernaan, banyak ditemukan pada sel kelenjar), membentuk protein dan asam inti (DNA/RNA), serta membentuk dinding dan membran sel. Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik
dan
banyak
dijumpai
pada
organ
tubuh
yang
melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan Golgi. Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang bernama Camillo Golgi menyebutkan beberapa fungsi badan golgi antara lain: 1) Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain. 2) Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma. 3) Membentuk dinding sel tumbuhan. 4) Tempat untuk memodifikasi protein.
5) Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel. 6) Untuk membentuk lisosom. 7) Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom. e. Sentrosom dan Sentriol Sentrosom merupakan organel yang disusun oleh dua sentriole yang berbentuk seperti bintang. Sentriol berbentuk seperti tabung dan disusun oleh mikrotubulus yang terdiri atas 9 triplet, terletak di dekat salah satu kutub inti sel. Sentrosom yang berperan dalam proses
pembelahan
sel
(Mitosis
maupun
Meiosis)
dengan
membentuk benang spindel. Benang spindel inilah yang akan menarik kromosom menuju ke kutub sel yang berlawanan. f. Retikulum Endoplasma Retikulum Endoplasma (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel hewan eukariotik. Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma meliputi separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”). Ada tiga jenis retikulum endoplasma: 1) RE kasar (REK) Dipermukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein. 2) RE halus (REH)
Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel. 3) RE sarkoplasmik RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam pemicuan kontraksi otot. g. Lisosom Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi. Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom. Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-
mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio manusia. Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut). h. Mikrotubulus dan Mikrofilamen (sitoskeleton) Mikrotubulus berbentuk seperti benang silindris, disusun oleh protein yang disebut tubulin. Sifat mikrotubulus kaku sehingga diperkirakan berfungsi sebagai ‘kerangka’ sel karena berfungsi melindungi dan memberi bentuk sel. Mikrotubulus juga berperan dalam pembentukan sentriol, silia, maupun flagela. Mikrofilamen mirip seperti mikrotubulus, tetapi diameternya lebih kecil. Bahan yang membentuk mikrofilamen adalah aktin dan miosin seperti yang terdapat pada otot. Dari hasil penelitian diketahui ternyata mikrofilamen berperan dalam proses pergerakan sel, endositosis, dan eksositosis. Gerakan
Amuba merupakan contoh peran dari
mikrofilamen.
B. Komponen Protoplasma Protoplasma pada semua sel terdiri atas dua komponen utama, komponen anorganik dan komponen organik. Komponen-komponen anorganik terdiri atas air, garam-garam mineral, gas oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia. Komponen organik terutama terdiri atas karbohidrat, lipida, protein, dan beberapa komponen-komponen spesifik seperti enzim, vitamin, dan hormon.
1. Komponen Anorganik a. Air Merupakan
persenyawaan
anorganik
yang
terbanyak
pada
protoplasma (60-95%), tergantung pada jenis sel (sel yang muda lebih banyak mengandung air), umur, tempat hidup (makhluk hidup yang hidup di dalam air lebih banyak mengandung air). Air memiliki fungsi: 1) Pelarut bahan-bahan anorganik 2) Media dispersi yang baik untuk sistem koloid pada protoplasma. 3) Stabilisator suhu 4) Pelarut elektrolit 5) Media transport 6) Media yang baik untuk proses metabolisme
b. Garam-garam Mineral Garam-garam yang terdapat pada protoplasma ada dalam bentuk ion bebas ada juga yang terikat pada molekul lain misalnya, dengan molekul protein atau lemak. Secara umum, garam-garam mineral memiliki dua fungsi yaitu: 1) Fungsi osmosis, dalam arti bahwa konsentrasi total garam-garam terlarut berpengaruh terhadap pelaluan air melintasi membran sel. 2) Fungsi yang lebih spesifik, yaitu peran seluler setiap ion terhadap struktur dan fungsi dari partikel-partikel seluler dan makromolekul. Berbagai
jenis
garam-garam
mineral
sangat
penting
untuk
kelangsungan aktivitas metabolisme sel, misal-nya ion Na+ dan K+, ion Na+ dan K+, berperan dalam memelihara tekanan osmosis dan keseimbangan asam basa cairan sel. Retensi ion-ion menghasilkan peningkatan tekanan osmosis sebagai akibat masuknya air ke dalam sel. Beberapa ion-ion anorganik berperan sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim, misalnya ion magnesium dan ferrum. Fosfat anorganik digunakan dalam sintesis ATP yang mengsuplai energi kimia untuk
proses kehidupan dari sel melalui proses fosforilasi oksidatif. Ion-ion kalsium dijumpai dalam sirkulasi darah dan di dalam sel. c. Senyawa anorganik yang berbentuk Gas Gas yang terdapat pada protoplasma berbentuk larutan; gas Oksigen (O2), Nitrogen (N2) dan gas asam arang (CO2). Gas O2 pada suhu 250C dan tekanan atau atmosfir pada air murni dapat larut 2,83 ml O2/100 ml air. Kelarutan gas CO2 dalam air agak lain. Beberapa molekul gas CO2 yang larut dapat bereaksi dengan air. d. Asam dan Basa Asam dan basa anorganik yang terdapat pada protoplasma, misalnya asam klorida (HCl), dan basa kalium hidroksida (KOH).
2. Komponen Organik a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan komponen yang sangat vital untuk prosesproses fisiologi di dalam sel makhluk hidup. Berdasarkan fungsinya, dikelompokkan menjadi: 1) Karbohidrat yang sederhana sebagai sumber energi di dalam sel 2) Karbohidrat yang berantai panjang sebagai cadangan energy 3) Karbohidrat yang berantai panjang sebagai komponen struktural organel dan bagian sel lainnya. Karbohidrat dibagi atas 4 kelompok besar, yaitu : 1) Monosakarida (Triosa (3 C), Tetrosa (4 C), Pentosa (5 C), Heksosa (6 C) 2) Disakarida (mengandung 2 molekul monosakarida; sukrosa, maltose dan laktosa) 3) Oligosakarida (golongan ini merupakan zat-zat yang menghasilkan 3-10 monosakarida pada hidrolisa) 4) Polisakarida
(Amilum,
Glikogen, Inulin,
Selulosa,
Heteropolisakarida (Kitin, Chondroitin sulfat, heparin, mucoprotein dan glycoprotein)
b. Lipida Lipida merupakan persenyawaan organik yang banyak terdapat pada sel makhluk hidup yang mempunyai sifat tidak larut di dalam air tetapi dapat larut pada pelarut organik misalnya eter, kloroform, alkohol panas dan benzen. Lemak bersifat non polar dan hidrofobik. Pada sel makhluk hidup lemak berfungsi sebagai struktural misalnya komponen membran plasma, hormon, vitamin. Juga berfungsi sebagai sumber energi dan cadangan energi sel makhluk hidup. Lipida dapat diekstraksi dari jaringan sel tumbuhan maupun hewan dengan menggunakan pelarut lemak. Hasil ekstraksi menghasilkan campuran lemak yang kompleks antara lain; trigliserida, wax, fosfolipida, glikolipida, bermacm-macam sterol dan senyawa-senyawa lainnya. Macam-macam lipida yang terdapat pada sel makhluk hidup yaitu: 1) Lipida sederhana; ester alkohol/ Trigliserida yang asam lemak dan alkohol. 2) Lipida
Gabungan;
ester
asam
lemak
yang
pada
hidrolisa
menghasilkan asam lemak, alkohol dan zat-zat lain. Lipida gabungan yang
terdapat
pada
protoplasma;
fosfolipida,
spingolipida,
glikolipida, gangliosida, lipoprotein, karatinoid. 3) Turunan Lipida; steroid, struktur dasar molekulnya cincin C-17 yaitu siklopentano
perhidopenatron.
Steroid
yang
terdapat
pada
protoplasma sek hewan; hormon kelamin, vitamin D, cholesterol, kortikosteron dan estradiol. c. Protein Protein merupakan polimer dari asam amino. Asam amino yang terdapat pada protoplasma yaitu: 1) Asam amino netral; glysin, alanin, valine, leusin, isoleusin, serin, theonin 2) Asam amino asam; asam aspartat, asam glutamate 3) Amida asam amino; Aspargin, Glutamin
4) Asam amino basa; Histidin, Arginin, Lysin 5) Asam amino aromatik; Phenylalanin, Tirosin, Tryptofan. 6) Asam amino yang mengandung sulfur; Cysteine, Methionin 7) Asam amino sekunder; Prolin Hydroksiprolin 8) Asam amino esensial dan non esensial Ada 10 macam asam amino essensial; L-methionin, L-Threonin, Lvalin, L-Leosin, L-isoleusin, L-Lisin, L-Arginin, L-Phenilalanin, LThriptophan dan Histidin. Bila asam amino berhubungan dengan ikatan peptida maka terbentuklah dipeptida, tripeptida, polipeptida. Protein merupakan polimer dari asam amino yang berantai panjang. Penggolongan Protein berdasarkan komposisi kimia yang dihasilkan pada proses hidrolisa yaitu: 1) Protein Sederhana (bila dihidrolisa hanya menghasilkan asam amino; misalnya; albumin dan globulin) 2) Protein gabungan; bila dihidrolisa menghasilkan asam amino dan persenyawaan lainnya; glikoprotein (protein dan karbohidrat), nukleoprotein, kromoprotein (protein dan bahan zat warna; haemoglobin dan haemiosianin), lipoprotein, fosfoprotein (gugusan fosfat dan asam amino; kasein pada susu), metaloprotein (protein yang mengandung metal) Penggolongan Protein pada protoplasma adalah: 1) Protein Primer (struktur molekulnya terdiri dari asam amino yang tersusun secara linier dengan ikatan peptida) 2) Protein sekunder (struktur molekulnya terdiri dari beratus-ratus asam amino yang tersebar secara spiral) 3) Protein tersier (struktur molekulnya terdiri dari beberapa rantai polipeptida yang dihubungkan dengan ikatan sulfur; misal; globulin) 4) Protein quarter (struktur molekulnya mengandung 2 ikatan atau lebih peptida yang berikatan dengan ikatan kovalen yang lemah; misal; haemoglobine) d. Asam Nukleat
Ada 2 macam asam nukleat yang terkenal; ARN (Asam Ribosa Nukleat) dan ADN (Asam Deoksiribosa Nukleat). Fungsi Asam Nukleat yaitu: 1) Mengontrol aktivitas biosintesa pada sel 2) Membawa informasi genetik Struktur ARN dan ADN merupakan polimer nukleotida. Hasil hidrolisa nukleotida menghasilkan gula (ribosa/deoksiribosa), basa nitrogen (purin (adenin dan guanin) dan pirimidin (sitosin, timin dan urasil).
C. Fungsi Protoplasma Untuk
mengatur
kegiatan
transportasi sel
yang
sifatnya
selektif
permeable. Protoplasma berfungsi sebagai pengontrol semua aktivitas atau kerja sel yang ada di dalam tubuh serta memegang peranan penting dalam proses biosintesa dan bioenergi. Karena tugas protoplasma yang intensif, maka di dalam protoplasma terdapat nukleoplasma dan sitoplasma, selain itu juga protoplasma juga memilik banyak kandungan, seperti air, lemak, protein, garam mineral, dan lain sebagainya. Protoplasma yang berupa larutan koloid merupakan substansi yang hidup, hal ini menunjukkan bahwa didalam protoplasma berlangsung proses kehidupan dan memiliki sifat-sifat kehidupan, yaitu : 1. Irritabilitas adalah protoplasma sensitif terhadap rangsangan dan memiliki kemampuan untuk mengadakan reaksi terhadap rangsangan tersebut. Misalkan bahwa didalam sel ada benda asing yang masuk, maka lisosom akan menghasilkan enzim untuk menghancurkannya. Sel leukosit mampu mengadakan fagositosis bila terdapat benda asing didekatnya. 2. Konduksi adalah kemampuan menghantarkan rangsangan dari tempat timbulnya rangsangan ke tempat terjadinya reaksi. Contoh: apabila rangsangan sampai di dendrit, maka badan sel dan axon akan mampu meneruskan rangsangan itu sampai ke otot dan protoplasma otot juga mampu mengadakan reaksi berupa kontraksi otot.
3. Metabolisme, yaitu adanya berbagai fungsi enzim dalam protoplasma, berlangsungnya proses penyusunan dan penguraian senyawa kimia untuk aktifitas hidupnya. Dari masing-masing senyawa organik yaitu protein, lemak dan karbohidrat akan di oksidasi elalui siklus Krebs untuk menghasilkan ATP. 4. Gerak, yaitu adanya gerak siklosis dan Brown 5. Tumbuh, yaitu dalam protoplasma terjadi proses tumbuh, yaitu dengan adanya duplikasi DNA dan kromosom pada fase interfase dan profase awal. 6. Reproduksi, yaitu protoplasma selalu aktif untuk menambah jumlahnya melalui sitokinesis dan kariokinesis.
D. Sifat-sifat Fisika Protoplasma 1. Sistem koloid Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar. Cairan sel berupa koloid dengan ukuran 0,0001-1 mikron. Dengan adanya sistem koloid ini memungkinkan sitoplasma mengalami perubahan kepekatan yaitu fase sol dan fase gel dan sebaliknya. 2. Gerak Brown Gerk Brown adalah gerakan terus menerus dari suatu partikel zat cair ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan stasioner atau sepenuhnya diam. Hal ini, pertama kali dibuktikan dan dicetuskan oleh Robert Brown seorang botanis Skotlandia pada tahun 1827. Molekul-molekul dalam protoplasma selalu dalam keadaan bergerak. Gerakannya secara bebas dan acak tidak menentu, hal ini biasa disebut dengan gerak brown. Gerak brown dipenaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu, maka gerakannya semakin cepat. 3. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Efek tyndall terjadi karena adanya gerak Brown. Adanya gerak Brown akan menyebabkan adanya pemantulan cahaya yang mengenai sistem koloid. 4. Siklosis Siklosis adalah suatu gerakan protoplasma yang berupa aruas melingkar (rotasi). Yaitu gerak aliran sitoplasma pada tumbuhan. Gerak ini terjadi karena dipangaruhi oleh tekanan, suhu, PH, dan kekentalan. Gerak siklosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Sirkulasi yaitu aliran plasma yang arah pergerakannya lebih dari satu arah tanpa pola tertentu. b. Rotasi yaitu aliran plasma yang bergerak ke satu arah dan bergerak sepanjang dinding sel. 5. Difusi dan Osmosis Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi (hipertonis) ke bagian yang berkonsentrasi rendah (hipotonis). Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tetapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Dengan kata lain osmosis adalah perpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi rendah (hipotonis) ke bagian yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis).
BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan Protoplasma (Latin, Proto = Pertama, plasma = substansi). Secara umum protoplasma merupkan substansi dasar kehidupan yang terdapat pada semua sel makhluk hidup yang memegang peranan penting dalam proses biosintesa dan bioenergi. Protoplasma pada semua sel terdiri atas dua komponen utama, komponen anorganik dan komponen organik. Komponen-komponen anorganik terdiri atas air, garam-garam mineral, gas oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia. Komponen organik terutama terdiri atas karbohidrat, lipida, protein, dan beberapa komponen-komponen spesifik seperti enzim, vitamin, dan hormon. Protoplasma berfungsi sebagai pengontrol semua aktivitas atau kerja sel yang ada di dalam tubuh serta memegang peranan penting dalam proses biosintesa dan bioenergi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arwin dan Tri Jalmo. 2002. Biologi Umum. Bandar Lampung: Universitas Lampung Campbell Dan Reece. 2008. Biology edisi 8. Jakarta: Erlangga Lumowa, Sonja Verra Tinneke. 2016. Biologi sel. Universitas Muhammadiyah Malang Subowo. 2012. Biologi Sel. Bandung: CV Angkasa