BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Pada zaman sekarang, semakin banyak orang yang memiliki masalah dalam hidupnya dan diantara mereka berusaha mencari konseling dan terapi. Beberapa masalah yang dihadapi antara lain : masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang sehari – hari. Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan bantuan untuk masalah – masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang membicarakan masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu memperbaiki keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat untuk membicarakan masalah dan mendapatkan pemecahannya. Oleh karena itu psikoterapi sangatlah dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang memiliki masalah terutama masalah kesehatan jiwa. Ada banyak jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk berbagai problem pasien. Dengan pengecualian yang memungkinkan untuk sejumlah kecil metoda perilaku dan kognitif perilaku tertentu, yang diterapkan untuk beberapa problem khas tertentu pula, bukti akurat mengenai efektivitas psikoterapi belum ditemukan. Meskipun demikian, terdapat banyak pengalaman yang sangat menarik perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan bahwa banyak jenis psikoterapi dapat membantu pasien; hampir semua terapis melakukan edukasi, mengajajak pasien-pasien untuk menyatakan hal yang menjadi perhatian mereka, mendorong mereka untuk mencoba perilaku yang baru, dsb. sayangnya, indikasi spesifik untuk psikoterapi spesifik umumnya tidak tersedia. Beberapa ahli membantah bahwa banyak metode psikoterapi dalam dalam praktik sebetulnya sama. 1|Page
Para
ahli
lain
mengemukakan
bahwa
terapi
yang
terlatih
untuk
menggunakan teknik tertentu mungkin kurang penting untuk perbaikan kondisi pasien dibandingkan dengan sifat-sifat pribadi terapis yang memiiki empati yang akurat, kehangatan yang tidak posesif serta tulus. Penelitian yang membandingkan keefektifitasan antara peserta latih yang empatik dengan terapis yang sudah berpengalaman menunjukkan bahwa tidak banyak perbedaan hasil yang ditemukan. B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Psikoterapi ? 2. Apa yang dimaksud Psikoterapi Supportive ?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud Psikoterapi ? 2. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud Psikoterapi Supportive.
2|Page
BAB II PEMBAHASAN A.
Psikoterapi
1.
Definisi
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu. Ciri-ciri dari defenisi mengenai psikoterapi ini, seperti penjelasan dibawah ini: a. Interaksi Sistematis Psikoterapi adalah suatu proses yang menggunakan suatu interaksi antara kline dan terapis. Kata sistematis di sini berarti terapis menyusun interaksi-interaksi dengan suatu rencana dan tujuan khusus yang menggambarkan segi pandangan teoritis terapis. b. Prinsip-prinsip Psikologis Psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip penelitian, dan teori-teori psikologis serta menyusun interaksi teraupetik. c. Tingkah Laku, Pikiran dan Perasaan Psikoterapi
memusatkan
perhatian
untuk
membantu
pasien
mengadakan perubahan-perubahan behavioral, kognitif dan emosional serta membantunya supaya menjalani kehidupan yang lebih penuh perasaan. Psikoterapi mungkin diarahkan pada salah satu atau semua ciri dari fungsi psikologis ini. d. Tingkah Laku Abnormal, Memecahkan Masalah, dan Pertumbuhan Pribadi Sekurang-kurangnya ada tiga kelompok klien yang dibantu oleh psikoterapi. Kelompok pertama adalah orang-orang yang mengalami
3|Page
masalah-masalah tingkah laku yang abnormal, seperti gangguan suasana hati, gangguan penyesuaian diri, gangguan kecemasan atau skizofrenia. Untuk beberapa gangguan ini, terutama gangguan bipolar dan skizofrenia, terapi biologis umumnya memegang peranan utama dalam perawatan. Meskipun demikian, selain perawatan biologis, psikoterapi membantu pasien belajar tentang dirinya sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan memudahkannya menanggulangi tantangan hidup dengan lebih baik. Kelompok kedua adalah orang-orang yang meminta bantuan untuk menangani hubungan-hubungan yang bermasalah atau menangani masalah-masalah pribadi yang tidak cukup berat dianggap abnormal, seperti perasaan malu atau bingung mengenai pilihan-pilihan karir. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang mencari psikoterapi karena psikoterapi dianggap sebagai sarana untuk memperoleh petumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterapi adalah sarana untuk penemuan diri dan peningkatan kesadaran yang akan membantu mereka untuk mencapai potensi yang penuh sebagai manusia.
2. Tujuan Psikoterapi
a. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Psikodinamik menurut Ivey, et al (1987) adalah : membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama. b. Tujuan psikoterapi dengan pendekatam psikoanalisis menurut Corey (1991) dirumuslan sebagai : membuat sesuatu yag tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupakan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual. c. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada peribadi, menurut Ivey, et al (1987) adalah : untuk memberikan jalan
4|Page
terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik. d. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, dijelaskan oleh Ivey, et al (1987) sebagai berikut : untuk menghilangkan kesalah dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan perilaku yang khusus dilakukan oleh klien. Corey (1991) menjelaskan mengenai hal ini sebagai berikut : Terapi perilaku bertujuan secara umum untuk menghilangkan perilaku yang malasuai (mal adaptive) dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif. e. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Corey, et al (1987) sebagai berikut : Agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Corey (1991) merumuskan tujuan Gestalt sebagai berikut : membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya. unutk merangsangya meneriama tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
3. Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
a. Perbedaan Pada : Pendekatan pemberian bantuan Konseling : 1) Pemberian dorongan (supportive) 2) Pemberian pemahaman secara reedukatif (insight-reedukative) Psikoterapi : 1) Pemberian pemahaman secara rekonstruksi (insght-recontructive) Menurut Hansen : b. Perbedaan Pada : Intenstas masalah
5|Page
Konseling : 1) Problem ringan: ketidakmatangan, ketidaksatabilan emosioanl dll 2) Individu normal 3) Peran dalam kehidupan 4) Kecemasan normal dan krisis situasional dalam sehari-hari Psikoterapi : 1) Problem berat: konflik yang serius, gangguan perasaan 2) Individu kurang normal Vance dan Volsky 3) Konflik interpersonal yang mendalam 4) Orang mengalami tekanan emosional kronis Nugent c. Menurut : Schneiders, Vance dan Volsky, Hansen, Nugent Perbedaan Pada : Cara penanganan : Konseling : 1) Lebih berorientasi pada klien, mementingkan hubungan dengan pendekatan humanistik 2) Psikolog Psikoterapi : 1) Berorientasi pada terapi, menggunakan teknik yang spesifik dengan psikoanalisis/ behavioristik dan penanganan medis 2) Psikiater
4. Pendekatan Psikoterapi Terhadap Mental Illnes
Dalam ilmu psikologi, ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk terapi. Semua metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian para pakar psikologi dari berbagai penjuru dunia. Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa dikategorikan dalam lima pendekatan, yaitu: a. Psychoanalysis & Psychodynamic Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara
memahami akar masalah
yang biasanya
6|Page
tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif. Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi). Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya. b. Behavior Therapy Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa “ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan”. Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu
7|Page
konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman. Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya. c. Cognitive Therapy Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck. Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive
Shifting.
Cognitive
Analytic
Therapy
(CAT)
dan
sebagainya. d. Humanistic Therapy Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik,
seorang
psikoterapis
berperan
sebagai
fasilitator
perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan
8|Page
klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri. Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy. e. Integrative / Holistic Therapy Yang sering saya temui adalah seorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, saya menggunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu klien saya. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.
5. Bentuk Utama Psikoterapi
Sampai saat ini, sebagaimana dikemukakan Atkinson, terdapat enam teknik atau bentuk utama psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog, antara lain: a. Teknik Terapi Psikoanalisa Bahwa di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik
ini
mempunyai
pengaruh
kuat
pada
perkembangan
kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psiko-analisis Freud. Menurutnya, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, chatarsis, asosiasi bebas, dan analisa mimpi. Teknik freud ini selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.
9|Page
b. Teknik Terapi Perilaku Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku. c.
Teknik Terapi Kognitif Perilaku Teknik modifikasi perilaku individu dan mengubah keyakinan maladatif. Terapis membantu individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistik.
d. Teknik Terapi Humanistik Teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesunguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centeredtherapy). Gangguan psikologis diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau orang lain. e.
Teknik Terapi Eklektik atau Integratif Yaitu memilih teknik terapi yang paling tepat untuk klien tertentu. Terapis
mengkhususkan
diri
dalam
masalah
spesifik,
seperti
alkoholisme, disfungsi seksual, dan depresi. f.
Teknik Terapi Kelompok dan Keluarga Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus yang membantu pasangan suami-istri, atau hubungan arang tua-anak, untuk mempelajari cara yang lebih efektif, untuk berhubungan satu sama lain dan untuk menangani berbagai masalahnya.
10 | P a g e
6. Jenis-Jenis Psikoterapi
a. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas: 1) Psikoterapi Suportif : Suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu
kenyamanan
hidup
terhadap
gangguan
psikisnya.
Tujuan:
Mendukung
fungsi-fungsi
ego,
atau
memperkuat
mekanisme defensi yang ada
Memperluas
mekanisme
pengendalian
yang
dimiliki
dengan yang baru dan lebih baik.
Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara
atau
emosional,
pendekatan: hipnosis,
bimbingan,
desensitisasi,
reassurance, eksternalisasi
katarsis minat,
manipulasi lingkungan, terapi kelompok. 2) Psikoterapi Reeducative: Terapi Reeducative: Untuk mencapai pengertian tentang konflikkonflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana
untuk
menyesuaikan
diri.
Tujuan: Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits)
tertentu
dan
membentuk
kebiasaan
yang
lebih
menguntungkan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll. 3) Psikoterapi Reconstuctive: Terapi Reconstuctive : Untuk mencapai pengertian tentang konflikkonflik yang letaknya dialam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.
11 | P a g e
Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain : Psikoanalisa freud dan Psikoanalisa non freud psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalisa dengan cara : asosiasi bebas, analisis mimpi, hipoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi main, terapi kelompok analitik. Tujuan : Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik. b. Menurut “dalamnya”, psikoterapi terdiri atas: 1) ”superfisial”, yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada “permukaan”, yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yangdirepresi. 2)
“mendalam” (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam alam nirsadar atau materi yang direpresi.
c. Menurut teknik perubahan yang terutama digunakan Psikoterapi dibagi menurut teknik perubahan yang digunakan antara lain :
psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant
conditioning, modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll. d.
Menurut konsep teoretis tentang motivasi dan perilaku, psikoterapi dapat dibedakan menjadi: 1)
Psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi)
2) Psikoterapi
kognitif
(problem
diatasi
dengan
mengkoreksi
sambungan kognitif automatis yang “keliru” 3) Psikoterapi
evokatif,
analitik,
dinamik
(membawa
ingatan,
keinginan, dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran).
12 | P a g e
Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar, sedangkan
psikoterapi
dinamik
berdasar
pada
konsep-konsep
psikoanalitik Freud dan pasca-Freud. e. Menurut setting-nya psikoterapi terdiri atas : 1. Psikoterapi individual 2. Psikoterapi kelompok (terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, terapi kelompok) Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara
pasangan,
misalnya
komunikasi,
persepsi,dll.
Terapi
keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga dan sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan serta prognosis pasien. Untuk itu seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada setiap sesi terapi. Terapi
kelompok,
dilakukan
terhadap
sekelompok
pasien
(misalnya enam atau delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang berbeda, atau dengan
problem
penyalahgunaan
yang zat,
dll.
sama,
misalnya
Diharapkan
gangguan
mereka
dapat
makan, saling
memberikan dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi problem yang dihadapi. f.
Menurut nama pembuat teori atau perintis metode psikoterapeutiknya, psikoterapi dibagi menjadi : Psikoanalisis Freudian, analisis Jungian, analisis transaksional Eric Berne, terapi rasional-emotif Albert Ellis, konseling non-direktif Rogers, terapi Gestalt dari Fritz Perls, logoterapi Viktor Frankl, dll.
13 | P a g e
g. Menurut teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi misalnya : 1) Narkoterapi 2) Hypnoterapi 3) Terapi musik 4) Psikodrama 5) Terapi permainan dan peragaan (play therapy) 6) Psikoterapi religius 7) Latihan meditasi. h.
Yang belum disebutkan dalam pembagian di atas namun akhir-akhir ini banyak dipakai antara lain: 1) Konseling 2) Terapi interpersonal 3) Intervensi krisis.
7. Proses Psikoterapi Praktis ( Secara Garis Besar )
Dalam psikoterapi, begitu banyak variabel yang berperan sehingga kita dapat
kehilangan
arah
dan
terhalang
oleh
faktor-faktor
yang
mempengaruhi proses, baik dari sisi pasien, dokter maupun sifat hubungan antara dokter-pasien. Dari sisi pasien, faktor yang dapat mempengaruhi proses, antara lain adanya motivasi, fenomena transferensi, resistensi, mekanisme defensi, dsb. Transferensi adalah suatu distorsi persepsi pada pasien, yang secara nirsadar menganggap seorang terapis sebagai figur yang bermakna pada masa lalunya. Bila hal ini diketahui atau disadari oleh terapis, justru dapat digunakan sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan psikoterapi. Resistensi (berbeda dengan definisi menurut ilmu kedokteran umum yang berarti daya tahan organisme terhadap penyakit) yaitu perlawanan pasien
terhadap
usaha-usaha
untuk
mengubah
pola
perilakunya,
memberikan suatu tilikan, membuat unsur nirsadar menjadi sadar. Mekanisme defensi, yaitu mekanisme nirsadar untuk mengelakkan
14 | P a g e
pengetahuan sadar tentang konflik dan ansietas yang berkaitan dengan hal itu. Dari pihak dokter atau terapis, hal yang sama dapat pula dialami, yaitu kontra-transferensi (salah persepsi terapis terhadap pasiennya), resistensi, dsb., disertai teknik dan ketrampilan yang dimiliki oleh sang terapis, turut mempengaruhi proses terapi. Secara garis besar, untuk psikoterapi yang terstruktur, terdapat kerangka umum yang terencana, sehingga seseorang dapat lebih terarah dan mantap dalam usaha untuk mencapai tujuan terapeutik yang bermakna. Kerangka kerja umum tersebut hendaknya cukup luwes dan luas (holistik), yang dapat mencakup berbagai orientasi dan disiplin. Adapun kerangka proses psikoterapi tersebut dibagi menjadi : 1) Fase Awal: Tujuannya membentuk hubungan kerja dengan pasien. Tugas Terapeutik : a) Memotivasi pasien untuk menerima terapi b) Menjelaskan dan menjernihkan salah pengertian mengenai terapi (bila ada) c) Meyakinkan pasien bahwa terapis mengerti penderitaannya dan bahwa terapis mampu membantunya d) Menetapkan secara tentatif mengenai tujuan terapi. Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: a) Tidak ada motivasi terapi dan tidak dapat menerima fakta bahwa ia dapat dibantu b) Penolakan terhadap arti dan situasi terapi c) Tidak dapat dipengaruhi, terdapat hostilitas dan agresi, dependensi yang mendalam d) Berbagai resistensi lain yang menghambat terjalinnya hubungan yang sehat dan hangat. Masalah kontratransferensi dalam diri terapis, antara lain:
15 | P a g e
a) Tidak mampu bersimpati, berkomunikasi dan saling mengerti secara timbal balik b) Timbul iritabilitas terhadap penolakan pasien untuk terapi dan terhadap terapis c) Tidak mampu memberi kehangatan kepada pasien d) Tidak dapat menunjukkan penerimaan dan pengertian terhadap pasien dan masalahnya. 2) Fase Pertengahan: Tujuannya: menentukan perkiraan sebab dan dinamik gangguan yang dialami pasien, menerjemahkan tilikan dan pengertian (bila telah ada), menentukan langkah korektif. Tugas terapeutik: a) Mengeksplorasi
berbagai
hubungan
interpersonal
melakukan
psikoterapi
frustrasi yang
terhadap
menimbulkan
dinamik,
gunakan
lingkungan
dan
ansietas.
Bila
asosiasi,
analsisi
karakter, analisis transferensi, interpretasi mimpi. Pada terapi perilaku, kita menilai faktor-faktor yang perlu diperkuat dan gejala-gejala yang perlu dihilangkan. b) Membantu pasien dalam mengatasi ansietas yang berhubungan dengan problem kehidupan. Resistensi pada pasien dapat tampil dalam bentuk: a) Rasa bersalah terhadap pernyataan dan pengakuan adanya gangguan dan kesulitan dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan. b) Tidak mau, atau tidak mampu (bila ego lemah), menghadapi dan mengatasi ansietas yang berhubungan dengan konflik, keinginan dan ketakutan Masalah kontratransferensi dalam diri terapis dapat berupa: a) Terapis mengelak dari problem pasien yang menimbulkan ansietas dalam diri terapis b) Ingin menyelidiki terlalu dalam dan cepat pada fase permulaan
16 | P a g e
c) Merasa jengkel terhadap resistensi pasien.
3) Fase akhir: Tujuannya yaitu: terminasi terapi. Tugas terapeutiknya antara lain: a) Menganalisis elemen-elemen dependensi hubungan terapis – pasien b) Mendefinisikan kembali situasi terapi untuk mendorong pasien membuat keputusan, menentukan nilai dan cita-cita sendiri. c) Membantu pasien mencapai kemandirian dan ketegasan diri yang setinggi-tingginya. Resistensi pada pasien dapat berupa: a) Penolakan untuk melepaskan dependensi b) Ketakutan untuk mandiri dan asertif Masalah kontratransferensi pada terapis: a) Kecenderungan untuk mendominasi dan terlalu melindungi pasien b) Tidak mampu mengambil sikap atau peran yang non direktif sebagai terapis
8. Bentuk -Bentuk Utama Dalam Terapi
a. Terapi Supportive : Suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. b. Terapi Reeducative : Untuk mencapai pengertian tentang konflikkonflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri. Tujuan: Mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
17 | P a g e
c. Terapi Reconstuctive : Untuk mencapai pengertian tentang konflikkonflik yang letaknya dialam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru. Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain : Psikoanalisa freud dan Psikoanalisa non freud psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalisa dengan cara : asosiasi bebas, analisis mimpi, hipoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi main, terapi kelompok analitik. Tujuan : Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik. Beberapa jenis psikoterapi suportif semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis katarsis, persuasi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling) kembali memodifikasi tujuan dan membangktikan serta memprgunakan potensi kreatif yang ada. Cara-cara psikoterapi reduktif antara lain : 1) Terapi hubungan antar manusi (relationship therapy) 2) Terapi sikap (attitude therapy) 3) Terapi wawancara ( interview therapy) 4) Analisan dan sinthesa yang distributif (terapi psikobiologik Adolf meyer) 5) Konseling terapetik 6) Terai case work 7) Reconditioning 8) Terapi kelompok yang reduktif 9) Terapi somatic
18 | P a g e
9. Efektivitas Psikoterapi
Dari pelbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih unggul daripada yang lain. Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor: a. Tujuan yang ingin dicapai b. Motivasi pasien c. Kepribadian dan ketrampilan terapis d. Teknik yang digunakan.
B. Psikoterapi Supportive
1. Definisi
Terapi Supportive : Suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya. Psikoterapi suportif (atau supresif atau non spesifik). Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) menawarkan dukungan kepada pasien oleh seorang tokoh yang berkuasa selama periode penyakit, kekacauan atau dekompensasi sementara. Pendekatan ini juga memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi
rasa
bersalah,
malu
dan
kecemasan
dan
dalam
menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.
19 | P a g e
2. Tujuan
Tujuan psikoterapi jenis ini ialah: a. Menguatkan daya tahan mental yang dimilikinya b. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri. ( Maramis, 2005) c. Meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan (Anonym , 2001) d. Mengevaluasi situasi kehidupan pasien saat ini, beserta kekuatan serta
kelemahannya,
untuk
selanjutnya
membantu
pasien
melakukan perubahan realistik apa saja yang memungkinkan untuk dapat berfungsi lebih baik (Tomb, 2004). Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau kombinasi, termasuk : a. b.
kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah pemuasan kebutuhan tergantungan
c.
mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya
d.
membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai contohnya, hobi)
e.
istirahat dan penghiburan yang adekuat
f.
menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin
g. h.
perawatan di rumah sakit jika diindikasikan medikasi untuk menghilangkan gejala
Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psokogenik. Terapi ini dapat dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan yang paling menjanjikan untuk perbaikan. Semua dokter kiranya harus dapat melakukan psikoterapi suportif jenis : katarsis, persusi, sugesti, penjaminan kembali, bimbingan dan penyuluhan
20 | P a g e
(konseling). Oleh karena itu, hal ini akan dibicarakan secara singkat di bawah ini. 3. Cara-Cara Psikoterapi Suportif antara lain sebagai berikut :
a. Ventilasi atau kataris Membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang penuh pengertian (empati) dan dengan
anjuran.
Jangan
terlalu
banyak
memotong
bicaranya
(menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran, impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa. b. Persuasi atau bujukan (persuasion) penerangan yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta baik-baiknya atau fungsinya gejala-gejala itu. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan hilang. c. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan. Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi
21 | P a g e
sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesar besarkan gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis. d. Penjaminan kembali ( reassurance) atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien e. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya. f. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi. g. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker) kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian,
22 | P a g e
tujuannya ialah hanya hendak menangani masalah situasi pada tingkat realistik (nyata). h. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak. i.
Hipno-terapi dan narkoterapi Hipnoterapi : Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika pasien atau memungkinkan pasien menggunakan menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk asosiasi baru. Narkoterapi : Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek (umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur pasien diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali. Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi. Pemakaian
narkoanalisa
di
luar
bidang
pengobatan
(umpamanya
untuk
pengusutan perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral, maupun teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak selalu benar, tetapi mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk narkoanalisa bukan merupakan “serum kebenaran” yang sungguh-sungguh, seperti apa yang pernah dihebohkan oleh surat kabar dan oleh majalah) j.
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok untuk membuat perubahan tersebut.
23 | P a g e
k. Terapi
prilaku : Teknik ini menggunakan prinsip belajar untuk
memodifikasi perilaku individu, antara lain desensitisasi, sistematik, flooding, penguatan sistematis, pemodelan, pengulangan perilaku yang pantas dan regulasi diri perilaku.
24 | P a g e
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan
Telah diuraikan dasar-dasar psikoterapi secara singkat dan terbatas. Psikoterapi memang merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang bermanfaat untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem kesehatan pada umumnya. Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namun memerlukan waktu yang tidak sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis yang juga tidak kalah pentingnya. Untuk dokter umum yang bertugas sebagai ujung tombak dalam sistem pelayanan kesehatan di tanah air, psikoterapi penting untuk dipelajari, walaupun memerlukan waktu yang khusus dan cukup lama untuk mempelajari kembali karena terdiri atas teknik-teknik dan metode tertentu. Oleh karena itu, minimal konseling dan psikoterapi suportif hendaknya dapat dipahami dengan baik. Psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; bila serang dokter tidak memahaminya, bukan hanya tidak akan menambah efektivitas terapinya, melainkan setidaknya diharapkan dapat
menghindarkan
hal-hal
yang
dapat
merugikan
pasiennya.
Dalam melakukan wawancara dalam praktek sehari-hari dengan pasien, beberapa hal yang perlu diingat antara lain bahwa wawancara mengandung makna terapeutik selain untuk pengambilan data dalam upaya penegakan diagnosis. Komunikasi antara dokter-pasien adalah penting. Dalam berhadapan dengan
pasien,
hendaknya
kita
senantiasa
membina
hubungan
interpersonal dengan optimal, mengerti dan sadar apa yang kita bicarakan, bagaimana cara penyampaiannya, bilamana, serta dalam konteks apa kita menyampaikan pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan kita. Hendaknya kita perlu belajar memantau hal-hal tersebut agar ucapan-ucapan dan sikap
25 | P a g e
kita terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan profesional dan sesedikit mungkin tercampur oleh unsur-unsur yang berasal dari respons emosional subyektif kita. Ketrampilan yang perlu dilatih terus-menerus ialah dalam mendengarkan dengan cermat (empathic listening). Dengan mendengar dengan teliti, disertai observasi yang cermat, serta didasari oleh pengetahuan yang memadai tentang psikologi, psikopatologi dan proses-proses kejiwaan, kita akan mendapat gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang pasien. Setelah melakukan wawancara dengan pasien, hendaknya kita dapat membuat konklusi tentang keadaan mental pasien {seberapa cemas, apakah ia dalam keadaan depresi, bingung (confuse), marah, atau bahkan tidak mengerti harus berbuat apa}; setelah itu tentunya kita harus mengetahui langkah apa yang harus kita perbuat untuk menolongnya.
26 | P a g e
KATA PENUTUP Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan
penulisan
makalah
di
kesempatan – kesempatan
berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Balikpapan, 02 Mei 2014
Penyusun
27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
o
Maramis, W. F. 2004. “ Catatan I lmu Kedokteran Jiwa “ . Airlangga University Press: Surabaya.
o
Semiun. Yustinus. 2006. “ K esehatan Mental “ . Yogyakarta. Kanisius
o
Setio, M. 2007 . “ Buku saku psikiatri: Residen Bagian Psikiatri UCLA “ . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
o
Fernando (2013) “Psikoterapi” diakses dari http://fernandotb.wordpress.com/ 01
Mei 2014 Jam 18:19 Wita o
Google : “ Supportive Psychotherapy” diakses dari http://en.wikipedia.org/ 01
Mei 2014 Jam 16:48 Wita o
Nanang
Suparman
(2009)
“Psikoterapi
Suportif”
diakses
dari
:
http://www.lahargokembaren.com/ 01 Mei 2014 Jam 14:18 Wita o
Nuer
Harrlah
(2012)
“Psikoterapi
Suportif”
diakses
dari
:
http://nueholder.blogspot.com/ 01 Mei 2014 Jam 15:09 Wita o
Putri (2012) “Psikoterapi” diakses dari http://putrijah.blogspot.com/ 01 Mei 2014 Jam 15:26 Wita
o
Putri
Sudiantoro
(2013)
“Psikoterapi”
diakses
dari
:
http://putrisudiantoro.blogspot.com/ 01 Mei 2014 Jam 17:55 Wita o
Reffa Ariesta (2014) “Psikoterapi” diakses dari http://repastrepost.blogspot.com/ 01 Mei 2014 Jam 19:10 Wita
o
Ryan
Abdi
(2012)
“Psikoterapi
Suportif
“
diakses
dari
http://ryanabdi.blogspot.com/ 01 Mei 2014 Jam 18:02 Wita o
Vonny April (2012)
“Psikoterapi dalam Psikologi” diakses dari
http://kuliah-psikologi-vonny.blogspot.com/01 Mei 2014 Jam 14:02 Wita o
Yumi (2009) “Psikoterapi” diakses dari http://yumizone.wordpress.com/ 01 Mei 2014 Jam 15:19 Wita
28 | P a g e