Sejarah Sistem Pendidikan di Indonesia
I.
LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang ada sejak manusia itu ada, memiliki suatu perkembangan yang dinamis sesuai dengan jiwa zaman (zeitgist) dalam suatu masa tertentu. Pendidikan mengikuti pola kehidupan dalam hal ini yang menjadi latar belakang adalah masyarakat dan sistem kebudayaan. Sehingga tidak jarang peralihan atau pergantian dari suatu sistem kekuasaan akan mengakibatkan pula perubahan substansi dalam bidang pendidikan. Dari zaman prasejarah, zaman kuno, zaman pertengahan sampai pada zaman modern pendidikan mengalami suatu perubahan secara dinamis sampai pada rezim orde baru di bawah kekuasaan Soeharto. Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan Setelah Rezim orde baru mengalami keruntuhan pada tahun 1998 maka dimulaialah suatu zaman perubahan (Reformasi) yang tentu saja ikut merubah tatanan sistem pendidikan di Indonesia. Ketidakteraturan politik, ekonomi, sosial dan budaya Indonesia pada saat itu hingga sekarang mengalami perubahan – perubahan secara signifikan. Seiring dengan hal tersebut, pendidikan juga tidak terlepas dari dampak perubahan politik. Untuk mengkaji dan mengidentifikasi permasalahan tersebut, maka kami mencoba memaparkan hasil tinjauan pustaka mengenai perkembangan pendidikan pada jaman reformasi hingga sekarang.
II.
TUJUAN A. Mahasiswa dapat mengetahui system pendidikan pada masa reformasi B. Mahasiswa dapat mengetahui perubahan kurikulum selama masa reformasi sampai saat ini
Kurikulum Tahun 2004 ( KBK )
I.
LATAR BELAKANG Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi kurikulum. Kemunculan KBK seiring dengan munculnya semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah diantaranya lahirnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintahan dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom serta lahirnya Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan di Masa Depan. Disamping itu, rendahnya kualitas pendidikan merupakan faktor pendorong lain perlunya perubahan kurikulum dalam konteks reformasi pendidikan. Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tangtangan dan ketidakpastian,diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perubahan yang mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang sudah tidak efektif dan tidak mampu lagi mempersiapkan anak didik untuk dapat bersaing dengan bangsa lain didunia. Salah satu perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan kurikulum sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan Untuk kepentingan tersebut pemerintah memprogramkan kurikulum berbasis kompetensi sebagai acuan atau pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
II.
KARAKTERISTIK KBK sebagai sebuah kurikulum memiliki karakteristik utama yaitu A. Menekankan pencapaian kompetensi siswa, yang harus dicapai siswa. B. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi siswa (normal, sedang, dan tinggi). C. Berpusat pada siswa. D. Orientasi pada proses dan hasil. E. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual. F. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, tetapi hanya fasilitator. G. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci : A. Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Ini mengandung pengertian bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi menekankan kepada ketercapaian kompetensi. B. Berorientasi pada hasil belajar (Learning outcomes) dan keberagaman. Ini artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang selanjutnya dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan sudah tercapai atau belum. Proses pencapaian hasil belajar itu tentu saja sangat tergantung pada kemapuan siswa. Sebab diyakini, siswa memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda. KBK memberikan peluang yang sama kepada seluruh siswa untuk dapat mencapai hasil belajar. C. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. Artinya, sesuai dengan keberagaman siswa, maka metode yang digunakan dalam proses pembelajaran harus bersifat multimetode. multimetode.
D. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Artinya, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi. E. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi juga bagaimana cara mereka menguasai pelajaran tersebut.
III.
Tujuan Memandirikan atau memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik melalui pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan pada Umumnya. Memberi peluang bagi kepala sekolah , guru , dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum ,pembelajaran , manajerial , dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas , dan profesionalisme yang dimiliki Guru dan yang berorientasi pada potensi siswa. Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi perannya dimasa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup.
Kurikulum Tahun 2006 ( KTSP )
I.
LATAR BELAKANG Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dapat dikatakan sebagai suatu pengembangan kurikulum dari Kurikulum sebelumnya Kurikulum Berbasis Kompetensi. Perbedaannya adalah mengacu pada desentralisasi sistem pendidikan, artinya Pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Sehingga masing – masing satuan pendidikan (sekolah/madrasah) berhak untuk menyusun dan membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan siswa dan kepentingan lingkungannya. Tetapi sesuai dengan rambu – rambu pemerintahan pusat. Pada sistem ini, menerapkan unsur teoritis dan praksis. Tetapi lebih menekankan usur praksis dari pada teoritis, karena setiap kebijakan yang dibuat oleh satuan pendidikan dalam menentukan metode pembelajaran dan jenis mata ajar disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan sekitar. Sehingga muncul yang namanya mulok sekolah, yang adalah satu atau beberapa mata pelajaran yang disesuaikan dengan adat istiadat daerahnya.
II.
KARAKTERISTIK KTSP sebagai sebuah kurikulum memiliki karakteristik utama yaitu A. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Melalui otonomi yang luas, seolah dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan dan tanggungjawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional dan profesional. B. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi Orang tua peseta didik dan mayarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Masyrakat dan orang tua menjalin kerja sama unntuk membantu sekolah sebagai nara sumber pada berbagai kegiatan sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. C. Kepemipinan yang Demokratis dan Profesional Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum, kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru yang direkrut sekolah adalah pendidik profesional dalam bidangnya masing-masing. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan mengimplementasikan proses “bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelakanaanya. D. Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan suatu sekolah
yang dapat dibanggakan. Tetapi masing-masing berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
III.
PRINSIP A. B. C. D. E. F.
IV.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan pesrta didik serta lingkungan. Beragam dan terpadu. Tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Menyeluruh dan berkesinambungan. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Tujuan A. Untuk pendidikan dasar, diantaranya meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. B. Untuk pendidikan menengah, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. C. Untuk pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Kurikulum Tahun 2013
I.
LATAR BELAKANG Kurikulum Tahun 2013 meruplakan inovasi baru, karena tidak berdasarkan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Materi pada kurikulum ini disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri, tetapi masih memperhatikan unsur-unsur utama daerah lokal. Sehingga terjadi perubahan besar-besaran didalam sistem pendidikan, baik sekolah, guru, dan murid. Kurikulum ini masuk dalam masa percobaan di tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan. Seingga di tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Kemudian diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan.
II.
ASPEK PENILAIAN A. Pengetahuan Aspek pengetahuan merupakan aspek yang ada di dalam materi pembelajaran untuk menambah wawasan siswa di suatu bidang. Di dalam struktur kurikulum ini, jenjang SD memiliki bobot pengetahuan sebanyak 20% dan 80% aspek karakter, jenjang SMP memiliki bobot pengetahuan 40% dan 60% aspek karakter, dan jenjang SMA memiliki bobot pengetahuan 80% dan 20% aspek karakter. Kurikulum 2013 memang diintegrasikan dengan pendidikan karakter yang sebelumnya telah dicanangkan pemerintah sebelum terbentuknya kurikulum ini. B. Keterampilan Aspek keterampilan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat, melaksanakan, dan mengerjakan suatu soal atau proyek sehingga siswa dapat terlatih sifat ilmiah dan karakter yang merujuk pada aspek keterampilan. Aspek keterampilan dapat berupa keterampilan pengerjaan soal, keterampilan pengerjaan dan pelaksanaan proyek, keterampilan membuat teks, dan keterampilan dalam menjawab soal lisan. C. Sikap dan Perilaku Aspek penilaian sikap dan perilaku merupakan aspek penilaian dengan menilai sikap dan perilaku peserta didik selama proses pembelajaran. Aspek penilaian ini dinilai oleh guru dalam jurnal harian, harian, teman teman sejawat sejawat dalam sebuah lembaran lembaran nilai, nilai, dan oleh diri sendiri. sendiri.
III.
MATA PELAJARAN A. Sekolah Tingkat Dasar Semua mata pelajaran di Sekolah Dasar disajikan secara terpadu integratif.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Matematika Bahasa Indonesia Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Seni Budaya dan Prakarya (Termasuk Muatan lokal) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Termasuk Muatan lokal) Bahasa Daerah (Sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing)
B. Sekolah Tingkat Menengah Pertama 1.
2.
Kelompok A (Wajib) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Matematika Bahasa Indonesia Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Sosial Bahasa Inggris Kelompok B (Wajib) Seni Budaya (Rupa/Musik/Tari/Teater) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Prakarya dan Kewirausahaan (Rekayasa/Kerajinan/Budidaya/Pengolahan) Bahasa Daerah (Sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing)
C. Sekolah Tingkat Menengah Atas 1.
2.
3.
IV.
Kelompok A (Wajib) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Matematika Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Sejarah Indonesia Kelompok B (Wajib) Seni Budaya (Rupa/Musik/Tari/Teater) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Prakarya dan Kewirausahaan (Rekayasa/Kerajinan/Budidaya/Pengolahan) Kelompok C (Peminatan) Berisi mata pelajaran lintas minat
LAPORAN BELAJAR Penilaian menggunakan huruf dan angka dengan skala 1 sampai 4
Angka
Huruf
1.00-1.33
D
1.34-1.66
C-
1.67-2.00
C
2.01-2.33
C+
2.34-2.66
B-
2.67-3.00
B
3.01-3.33
B+
3.34-3.66
A-
3.67-4.00
A
V.
CONTOH RAPOR HASIL BELAJAR