MANAJEMEN PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN PAI
A. Pendahuluan
Suatu kegiatan yang tidak memiliki tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Ibarat orang bepergian yang tak tentu arah, maka hasilnya pun tak lebih dari pengalaman selama perjalanan. Tujuan dalam pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran , yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Jadi tujuan merupakan deskripsi pola-pola perilaku /performance yang diinginkan dapat didemontrasikan siswa.1 Tujuan pembelajaran harus dapat memberi gambaran yang jelas tentang bentuk prilaku yang diharapkan dimiliki siswa. Dengan tujuan yang jelas akan lebih mudah menentukan kegiatan dan isi termasuk sarana dan prasarana, sehingga dapat meminimalisir penyelewengan-penyelewengan yang dapat menghambat pencapaian tujuan. Guru sebagai pemeran utama dalam proses pembelajaran mempunyai tugas penting yakni menyusun rencana pembelajaran. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar. Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara
1
Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran,( Bandung: CV Wacana Prima), 2008.10
jelas dan tegas. Di bawah ini akan kami bahas lebih lanjut mengenai manajemen tujuan pembelajaran PAI. Dengan harapan dapat menambah pengetahuan bagi kami khususnya dan rekan-rekan agar dapat merumuskan tujuan pembelajaran secara tegas dan jelas, sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang benar-benar terfokus pada tujuan yang telah dirumuskannya. Agar pembahasan ini terarah dan sistimatis, maka kami susun dengan sistimatika sebagai berikut:
1. Pendahuluan, sebagai penghantar dalam makalah ini. 2. Pengertian tentang manajemen tujuan pembelajaran PAI 3. Urgensi manajemen tujuan pembelajaran PAI 4. Prosedur dan teknik manajemen tujuan pembelajaran PAI 5. Kesimpulan.
B. Pengertian Manajemen Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Sebelum lebih jauh menjelaskan apa yang menjadi tujuan pembelajaran PAI, terlebih dahulu dijelaskan tentang pengertian dari “tujuan” tersebut. Menurut bahasa tujuan adalah arah, maksud atau haluan.2 Dalam bahasa Arab tujuan diistilahkan dengan “ghayât, ahdhâf, atau maqâshid” sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “goal, purpose,objectives atau aim”3 Sedangkan menurut istiliah, para ahli memberikan pengertian tujuan pembelajaran yang beragam. Menurut Sumiati dan Asra : Tujuan Pembelajaran atau dikenal juga dengan tujuan instruksional pada dasarnya merupakan rumusan tentang bentuk-bentuktingkah laku yang akan dimiliki siswa setelah melakukan proses belajar, atau setelah mengikuti proses pembelajaran.4 Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli.5 Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi 2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995) 1077 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002) 15 4 Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung : CV Wacana Prima, 2008) 86 5 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) 64 3
dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.6 Lebih simple Zakiyah Daradjat dkk., memberikan pengertian sebagai “sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai”.7 Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa : (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Sedangkan tujuan pembelajaran PAI adalah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. 8 Orang yang berkepribaian muslim disebut muttaqin, Karena itu pembelajaran PAI berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa. Hal ini sejalan dengan bab II pasal 3 Undang-Undang RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nsional yang menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.9 H. M. Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses pembelajaran PAI adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses
6
Omar Hamalik.2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-2, h. 29 8 Ibid, hal. 72 9 UU RI, Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, 7
kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.10 Al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada : a. Membentuk insan purna yang akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. b. Membentuk insan purna yang memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat11 Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat diambil suatu rumusan bahwa tujuan pembelajaran PAI adalah suatu proses yang dilakukan untuk membentuk manusian yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan pada ajaran al-qur’an dan sunnah. Maka tujuan dalam kontek ini adalah terbentuknya insan kamil setelah proses pembelajaran
10
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), Cet. I, h. 224 Fatiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan versi Al-Ghazali, [trj. Fathurrahman]: (Bandung : Al-Ma’arif, 1986) cet. Ke-11, h. 24 11
C. Urgensi Manajemen Tujuan Pembelajaran PAI Setiap usaha tentu mengalami permulaan dan akan mengalami akhir. Ada kalanya usaha terhenti karena gagal sebelum mencapai tujuan, tetapi usaha tersebut belum dapat disebut berakhir. Karena pada umumnya suatu usaha baru berakhir setelah tujuan akhir tercapai. Oleh karena itu tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Ahmad D. Marimba menjelaskan fungsi tujuan sebagai berikut :
Fugsi pertama adalah mengakhiri usaha, Fungsi kedua, mengarahkankan usaha, tanpa adanya
antisipasi atau pandangan ke arah tujuan, maka penyelewengan akan
banyak terjadi, dan kegagalan-kegagalan akan selalu diambang pintu. Fungsi ketiga, Sebagai titik tolak untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Baik tujuan baru maupun tujuan lanjutan dari tujuan pertama. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dari satu segai tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, sementara dari segi lain tujuan dapat mempengaruhibdinamika suatu usaha. Fungsi keempat, member nilai (sifat) pada usahausaha tersebut. Ada usaha-usaha yang bertujuan lebih luhur dari pada usaha-usaha lainnya, ada usaha yang bertujuan labih besar dari yang lain, di samping ada juga usaha yang bertujuan lebih dari itu.12
12
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1998) Cet. Ke-8, h. 45
D. Teknik Merumuskan Tujuan Pembelajaran PAI Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teachercentered). Namun seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Selanjutnya, W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Berbicara tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran. Bloom mengklasifikasikan perilaku individu ke dalam tiga ranah atau kawasan, yaitu: (1) kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dakamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension),
penerapan
(application),
penguraian
(analysis),
memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation); (2) kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending),
sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan (3) kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari: kesiapan (set), peniruan
(imitation,
membiasakan
(habitual),
menyesuaikan
(adaptation)
dan
menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya. Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk merumuskan tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005)
menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan
pembelajaran, yaitu: (1) preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan (2) analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas. Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor. Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu (1) perilaku terminal, (2) kondisi-kondisi dan (3) standar ukuran. Hal senada dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Berkenaan dengan perumusan tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2) menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan Telah dikemukakan di atas bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas. Dalam hal ini Hamzah B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang tata bahasa, karena dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan proses berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran. Pada bagian lain, Hamzah B. Uno (2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format ABCD. A=Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), B=Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), C=Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai, dan D=Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)
Sumber:
Nana Syaodih Sukmadinata. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses W. James Popham dan Eva L. Baker.2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terj. Amirul Hadi, dkk). Jakarta: Rineka Cipta. W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo.
Yang menarik untuk digarisbawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan). ).Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagiguru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat)manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikanm a k s u d k e gi a t a n b e l a j a r m e n g a j a r k e p a d a s i s w a , s e h i n g g a s i s w a d a p a t m e l a k u k a n perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian. Dalam Permendiknas RI No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikanwaktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, sertamenyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Sementara itu,Fitriana Elitawati (2002) menginformasikan hasil studi tentang manfaat tujuan dalam proses belajar mengajar bahwa perlakuan yang berupa pemberian informasi secara jelasmengenai tujuan pembelajaran khusus kepada siswa pada awal kegiatan proses belajar-mengajar, ternyata dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa.Memperhatikan penjelasan di atas, tampak bahwa tujuan pembelajaran
merupakan salahsatu komponen penting dalam pembelajaran, yang di dalamnya dapat menentukan mutudan tingkat efektivitas pembelajaran.
Desain pembelajaran adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT 1994). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang mendefinisikan desain pembelajaran sebagai suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen.
Menurut Harjanto (2008) desain pembelajaran dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan yaitu: (1) apa tujuan pengajaran (2) apa/bagaimana kegiatan dan sumber belajar (3) bagaimana evaluasinya. Artinya salah satu hal yang penting dalam proses perancangan atau desain pembelajaran adalah melakukan perumusan tujuan pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai.
Setiap guru perlu memahami dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran, karena rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa belajar.
Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
II.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dibuat suatu rumusan masalah yaitu: “Apakah Perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran?”.
III.
Tujuan dan manfaat
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Perumusan Tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran. Manfaat penulisan makalah ini adalah dapat membuat Perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran. B. Pembahasan
Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran menurut Hernawan (2005) terbagi atas beberapa tingkatan yaitu: 1. Tujuan Pembelajaran yang paling umum, yaitu tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional kita menurut UU No 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional yaitu: “Pendidikan Nasional bertujuan menceraskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (pasal 4)”. 2. Tujuan institusional, berisi rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pebelajar setelah mengikuti pendidikan pada suatu tingkat pendidikan tertentu. Misalnya tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu: “Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. (Bab II, Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990). 3. Tujuan Kurikuler adalah rumusan dari setiap mata pelajaran /bidang studi/mata kuliah. Misalnya tujuan kurikuler mata pelajaran IPA pada pendidikan dasar Contoh: “Pebelajar memiliki pengetahuan tentang lingkungan alam serta keterampilan, wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 4. Tujuan pembelajaran umum. 5. Tujuan pembelajaran khusus.
Menurut Harjanto (2008), perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau subtopik tertentu. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa perumusan instruksional berfungsi sebagai tercapainya hasil belajar berupa perubahan tingkah laku dan kriteria untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dalam merumuskan tujuan instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar. Menurut Bloom dkk dalam Hernawan (2005) jenis belajar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang akan diuraikan sebagai berikut. 1. Domain afektif yaitu yang berkenaan dengan kemampuan otak dan penalaran siswa,. Taksonomi ranah tujuan kognitif menurut Bloom memiliki 6 tingkatan yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi 2. domain afektif berkenaan dengan sikap dan nilai tampak pada berbagai tingkah laku. Taksonomi ranah tujuan afektif menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: menerima, menanggapi, menghargai, mengatur diri dan menjadikan pola hidup. 3. domain psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau keaktifan pisik. Taksonomi ranah tujuan psikomotorik menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, bertindak secara mekanis dan gerakan yang kompleks.
Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan instruksional umum (TIU) adalah hasil belajar yang diharapkan yang dinyatakan secara umum dan berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam kelas. Tujuan instruksional umum (TIU) merupakan serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus. sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah laku khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.
Kegunaan TIU dalam proses belajar mengajar menurut Harjanto (2008) adalah: 1. Memberikan kriteria yang pasti untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik. 2. Memberikan kepastian mengenai kemampuan yang diharapkan dari peserta didik. 3. Memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektifitas pengajaran. 4. Menentukan petunjuk dalam menentukan materi dan strategi instruksional. 5. Petunjuk bagi peserta didik tentang apa yang dipelajari dan apa yang akan dinilai dalam mengikuti suatu pelajaran. 6. Peserta didik akan mengorganisasikan usaha dan kegiatannya untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.
Masih menurut Gronlund dalam Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan umum instruksional (TIU) terlebih dahulu menyusun jenis hasil belajar yang diharapkan dan jenisjenis hasil belajar yang dapat digunakan sebagai sumber dalam perumusan tujuan insrtruksional umum (TIU) yaitu harus memperhatikan hal-hal seperti berikut: 1. Mencakup tujuan yang diharapkan secara umum tentang apa yang dapat dicapai dalam proses pengajaraan dalam satu waktu tertentu. 2. Tidak terlepas dari konteks tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan yang diatasnya.
3. Selaras dengan mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar. 4. Cukup realistis dengan keadaan kemampuan peserta didik waktu yang tersedia dan fasilitas yang ada. 5. Mempunyai indikasi yang kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik.
Adapun contoh tujuan instruksional umum(TIU) menurut Hernawan (2005) pada pokok bahasan Pesawat Sederhana, mata pelajaran IPA kelas V SD adalah: “Siswa memahami pengertian dan fungsi pesawat sederhana seerta mampu menerapkannya dalam pekerjaan sehari-hari”. Contoh tujuan instruksional umum (TIU) menurut Agung (2009) pada pokok bahasan Fluida, mata pelajaran Fisika kelas XI SMA adalah: “Siswa akan dapat menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”.
Tujuan instruksional yang kedua adalah tujuan instruksional khusus (TIK). TIK merupakan penjabaran dari TIU. Menurut Bryl Shoemakar dalam harjanto (2008), Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah pernyataan yang menjelaskan rencana perubahan dari seseorang yang belajar tentang apa yang diinginkan jika ia menyelesaikan suatu pengalaman belajar. Dengan demikian dapat diartikan perumusan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah perumusan perubahan tingkah laku/kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu
Menurut Suparman (2004), merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan: (1) dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan instruksional selanjutnya (perumusan TIK merupakan titik permulan sesungguhnya dari proses pengembangan instruksional). (2) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai). (3) Arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional.
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang komponen perumusan TIK.
1. Audience = A Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TIK. Contohnya: siswa kelas 1, siswa kelas 6 dan sebagainya. 2. Behavior = B Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata
kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat, merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya. 3. Condition = C Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus menyediakan data) atau “dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut). 4. Degree = D Yaitu tingkat ukuran yag dicapai untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau tiga karakteristik ersebut) atau “siswa dapat menjelaskan dua alas an penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja).
Menurut Suparman (2004) komponen dalam TIK yaitu ABCD tidak selau tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD dan biasanya dalam praktek sehari-hari TIK hanya mengandung dua komponen yaitu A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B, dan D. berikut diberikan contoh TIK dengan rumusan komponen selengkapnya, yaitu: “Jika diberi kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling sedikit 80% benar”. Dari contoh TIK ini komponen tersusun sebagai CABD dimana diberikan kalimat aktif merupakan komponen Condition, mahasiswa merupakan komponen Audience, dapat menterjemahkannya merupakan komponen Behavior dan 80% benar merupakan komponen degree.
Kriteria dalam merumuskan TIK berdasarkan unsur-unsur/komponen dalam TIK menurut Harjanto (2008) adalah sebagai berikut: (1) menggunakan kata kerja oprasional (2) berorientasi kepada peserta didik (3) berbentuk tingkah laku (4) hanya memuat satu perubahan tingkah laku. Sehingga contoh TIK menurut Agung (2009) “Siswa kelas XI IPA akan dapat menjelaskan minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli,”. Dari TIK ini komponen tersusun sebagai ABDC dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat menjelaskan merupakan komponen Behavior dan minimal dua merupakan komponen degree dan diberikan merupakan komponen Condition,
Masih menurut Harjanto (2008) lankah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan
instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya.
Berikut disajikan contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar (Heriawan:2005). Mata Pelajaran
: Ilmu Sosial
Kelas/semester
: IV/1
Kompetensi dasar
: Memahami cirri-ciri geografis Indonesia
Materi Pokok
: kenampakan Alam Indonesia
Indikator pencapaian hasil belajar
:
1. Menemukan pada peta letak nama laut dan samudra yang mengelilingi Indonesia 2. Mengidentifikasi pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia 3. Menemukan pada peta letak dan nama cagar alam, sungai, gunung, danau, selat, teluk dan tanjung di Indonesia. Kemudian indicator-indikator dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran. Contoh TIK yang dapat dibuat berdasarkan tiga indicator di atas, yaitu: Siswa kelas VI dapat : 1. Menyebutkan minimal 5 nama pulau di Indonesia 2. Menyebutkan 2 samudra di Indonesia 3. Menujukkan pada peta letak 5 pulau besar 4. Menunjukkan pada peta laut yang mengelilingi Indonesia 5. Menunjukkan pada peta samudra yang mengelilingi Indonesia 6. Meyebutkan minimal 3 nama sungai-sungai yang ada di propinsi Aceh 7. Meyebutkan nama sgunung-gunung yang ada di propinsi Aceh 8. Dan seterusnya. Berikut disajikan juga contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar (Agung:2009). Mata Pelajaran
: Fisika
Kelas/semester
: XI/2
Kompetensi dasar
: Menganalisa hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pokok Indikator pencapaian hasil belajar
: Fluida :
1. Memformulasikan hukum dasar fluida static
2. Menerapkan hukum dasar fluida statik pada masalah fisika sehari-hari 3. Memformulasikan hukum dasar fluida dinamik 4. Menerapkan hukum dasar fluida dinamik pada masalah fisika sehari-hari Kemudian indikator-indikator dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran. Contoh TIK yang dapat dibuat berdasarkan empat indicator di atas, yaitu: Jika diberikan hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Siswa kelas XI SMA akan dapat : 1. menyebutkan minimal 2 hukum dasar Fluida statik 2. menjelaskan hukum utama hidrostatika dengan benar. 3. menjelaskan tekanan hidrostatika dengan benar 4. menjelaskan hukum Pascal dengan benar 5. memberikan minimal 2 contoh hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari 6. menjelaskan hokum Archemedes dengan benar 7. memberikan minimal 2 contoh hukum Archemedes dalam kehidupan seharihari 8. menjelaskan masalah benda mengapung, melayang dan tenggelam 9. Dan seterusnya. C. Kesimpulan
perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau subtopik tertentu. Dalam merumuskan tujuan instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar yang dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsurunsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Laankah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya. Daftar Pustaka
Agung, Annerlie Putri. 2009. Perangkat pembelajaran Fisika Kelas XI. Baturaja: SMAN 4 OKU Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:Rineka Cipta
Hernawan, Asep Herrry. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Morrison, Ross & Kemp. Designing Effective Instruction, 2007, Jonh Wiley & Sons,Inc. USA
Seels, B. B., & Richey, R. C., Instructional Technology: the definition and domains of the field, 1994, Association for Educational Communications and Technology, Bloomington, IN.
Suparman, M Atwi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka