masyarakat. Embung dengan kontruksi sederhana (tanpa memperkuat dinding) dimungkinkan akan lebih luas dari volume minimal tersebut.
Gambar 2. Sketsa Bentuk Embung Tampak Atas Dan Samping
2. Menggali Tanah
Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/saluran drainase/mata air untuk dapat dijadikan sebagai sumber pengisian air ke dalam embung. 3. Dinding pinggir embung
Dinding pagar embung dibuat miring atau tegak dengan kedalaman 2 s/d 2,5 m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul dibuat agak tinggi untuk menghindari kotoran yang terbawa air limpasan. 4. Memperkokoh dinding embung
a. Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retakdan air yang telah berada embung tidak bocor. Jika struktur tanah yang ada kuat dan memungkinkan air di embung tidak bocor, maka kegiatan ini tidak diperlukan. Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada bagianbagian tertentu yang rawan bocor. b. Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan yang bisa digunakan tergantung dari bahan/material yang mudah diperoleh di lokasi dan biaya yang tersedia. Adapun bahan/material yang dapat dipakai untuk dinding embung antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali, pasangan beton. Proses pembuatan dinding embung seperti membangun kolam,
kemudian permukaan dinding embung dapat dilapisi dengan adukan pasir dan semen. c. Jika diperlukan dasar embung dapat dipasangi batu bata/batu kali yang dilapisi semen agar tidak bocor. d. Untuk mengurangi longsor pada dinding embung, dapat dibuat tangga atau undakan
di
sekeliling
dinding
selain
dapat
juga
berfungsi
untuk
mempermudah pengambilan air. 4. Pembuatan saluran pemasukan ( inlet).
Pembuatan saluran pemasukan berupa sudetan dari saluran air ke embung sangatlah penting. Saluran pemasukan dibuat untuk mengarahkan aliran air yang masuk ke dalam embung, sehingga tidak merusak dinding/tanggul. Saluran pemasukan ini dapat dilengkapi dengan pintu pembuka/penutup berupa sekat balok yang mudah dibuka dan ditutup. 5. Membuat pelimpas air/saluran pembuangan ( outlet).
Pelimpas air sangat diperlukan bagi embung yang dibuat pada alur alami atau saluran drainase. Hal ini untuk melindungi bendung sekaligus mengalirkan air berlebih. Demikian pula pembuatan saluran pembuangan bagi embung. Secara skematis embung dapat direpresentasikan pada gambar berikut:
Gambar 5. Desain Sederhana Embung H. Pengawasan
Aparat Dinas Pengairan Aceh sebagai penanggung jawab kegiatan harus melakukan pengawasan selama proses pembangunan sejak perencanaan hingga konstruksi selesai.
I. Pembiayaan
Biaya disediakan melalui sumber anggaran APBA 2015, untuk Rangkaian kegiatan pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh) . Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan
biaya Rp. 260.000.000,- (Dua Ratus Enam Puluh Juta Rupiah) termasuk PPN. J. Form form pengawasan
Untuk lebih memperlancar jalannya pengawasan dari pekerjaan yang akan dilakukan
oleh
Kontraktor
Pelaksana,
berikut
adalah
form-form
pengawasan/supervisi yang akan dipakai di dalam pelaksanaan pengawasan pekerjaan.
Keselamatan dianggap sesuatu yang utama pada semua jenis pekerjaan konstruksi. Konsultan Supervisi mengharuskan Kontraktor Pelaksana untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja maupun kejahatan-kejahatan terhadap area pekerjaan, peralatan dan material, dan seluruh pekerja.
Kendali keselamatan pada masa konstruksi terdiri dan beberapa unsur kegiatan sebagai berikut: 1.
Orgasinasi Pengendalian Keselamatan (Safety Comitte)
2.
Rapat Organisasi Pengendalian Keselamatan
3.
Program Pengendalian Keselamatan 1. Organisasi Pengendalian Keselamatan Kontraktor Pelaksana diwajibkan membentuk Organisasi Pengendalian Keselamatan yang terdiri dan unsur Otoritas Keamanan, Pemilik Proyek, Konsultan Supervisi dan Kontraktor Pelaksana. Kontraktor Pelaksana juga menugaskan pelaksana senior mereka sebagai petugas pengendali keselamatan. Pelaksana senior tersebut bertanggungjaawab terhadap ketentuan
Kontraktor
Pelaksana.
Kontraktor
Pelaksana
akan
menyampaikan bagan organisasi pengendalian keselamatan dan merinci program keselamatan kerja kepada pihak pemilik proyek untuk dievaluasi. 2. Rapat Organisasi Pengendalian Keselamatan Segera setelah pembentukan organisasi pengendalian keselamatan, Konsultan Supervisi melaksanakan rapat organisasi yang dihadiri semua unsur terkait diatas. Didalam rapat tersebut diuraikan kondisi/informasi yang ada diiingkungan pekerjaan, sistem transportasi pelaksanaan
pekerjaan, prinsip pokok metode pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana dan keselamatan lokal. Pengendali Keselamatan dan pihak Kontraktor Pelaksana wajib menyampaikan ketersediaan perangkat yang menunjang program keselamatan sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia. 3. Program Pengendalian Keselamatan Program
Pengendalian
Keselamatan akan ditinjau oleh
Konsultan
Supervisi. Program pengendalian keselamatan ini meliputi:
Sarana transportasi menuju jalan umum,
Pengendalian lalulintas di lokasi pekerjaan,
Stabilitas alam dan lereng hasil galian,
Pekerjaan konstruksi di/dalam air,
Pekerjaan Pengelasan,
Lampu kerja di malam hari,
Pengendalian untuk meminimalkan dampak lingkungan sepanjang masa pekerjaankonstruksi merupakan tujuan utama.
Seluruh kegiatan investigasi tambahan diluar volume yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja kegiatan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh) akan menjadi beban dan tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi hanya membantu pihak Pemilik Proyek dalam memberikan saran dan pengawasan dan evaluasi teknis. Sepanjang pekerjaan investigasi tambahan dirasa pertu dan disetujui oleh Pemilik Pekerjaan, maka Konsultan Supervisi akan membantu Pemilik Proyek dalam pengawasan investigasi tambahan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana menyangkut hal-hal sebagai berikut:
Pencarian altenatif Borrow / Quarry Area
Pencarian altenatif source material untuk pekerjaan beton, dan
Hal-hal lain yang dipandang pertu oleh Pihak Pemilik
Konsultan Supervisi akan membantu pihak Pemilik Proyek dalam pekerjaanpekerjaan yang disebut diatas dengan tanggung jawab hasil pekerjaan ada di pihak Kontraktor Pelaksana.
Salah satu tanggung jawab personil Konsultan Supervisi, dalam hal ini Mekanikal & Elektrikal Engineer atau engineer lainnya, apabila dianggap
perlu oleh pihak Pemilik Proyek adalah mengadakan inspeksi, pengujian dan monitoring selama proses pembuatan di tempat fabrikasi. Konsultan Supervisi akan mengimplementasikan pekerjaan ini untuk meyakinkan bahwa pekerjaan Kontraktor Pelaksana berasal dari sumber yang memenuhi pekerjaan disyaratkan.
1.
E.3. ORGANISASI DAN PERSONIL
Berfungsinya sistem manajemen proyek sangat tergantung oleh struktur organisasi yang jelas. Hubungan kerja diantara PU, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan badan lain yang berkaitan dalam proyek pembangunan Embung Geunang Uyat ini dapat digambarkan pada Gambar 5.28 berikut. Hubungan kerja yang jelas juga akan mempermudah Konsultan Supervisi dalam menyiapkan berbagai prosedur, mendistribusikan berbagai informasi, menyelenggarakan berbagai rapat yang dibutuhkan sepanjang periode pekerjaan. Ketiga belah pihak utama dalam organisasi proyek terdiri Pemilik/Engineer , Konsultan Supervisi sebagai Wakil Engineer ( Engineer Representative ), dan Kontraktor Pelaksana sebagai Pelaksana. Organisasi
Konsultan
Supervisi
sebagai
Wakil
Engineer
( Engineer
Representative ) akan diuraikan secara detail pada Gambar 5.29. Secara singkat
organisasi Konsultan Supervisi akan dipimpin oleh seorang Ketua Tim yang membawahi berbagai tenaga ahli dengan berbagai keahlian yang dibutuhkan. Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap tenaga ahli akan diuraikan dalam bagian G.
Ketua Tim
PPK Pembangunan Embung Geunang Uyat
Inspector
:Hubungan Kerja diantara Pemilik Pekerjaan, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana
1.
Khusus
Untuk mencapai kerja yang maksimal dan dapat tercapai kondisi kerja yang baik, maka diperlukan koordinasi yang baik antara konsultan supervisi dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan proyek itu, serta hubungan antara konsultan dengan instansi lainnya yang membantu . Konsultan sebagai pihak pengawas dan kontraktor sebagai pihak pelaksana, masing-masing merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam penentuan lancar tidaknya pelaksanaan proyek. Selain itu Konsultan harus dapat bekerja sama sepenuhnya dengan lembaga pemerintah lainnya yang terkait dengan pekerjaan. Tugas-tugas yang akan didelegasikan adalah berupa tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah teknis dan kontrak, dimana tugas-tugas tersebut diuraikan dalam sub bab lain dari dokumen usulan teknis ini. Agar diperoleh hasil pengawasan pekerjaan yang maksimal dalam pekerjaan Supervisi Konstruksi ini, Tim Supervisi akan melaksanakan sistem pengawasan dan pembagian kerja yang sistematis dan terencana sebagaimana prinsip-prinsip dalam manajemen konstruksi. Untuk itu pemilihan personil yang berpengalaman dan pengelompokan personil dalam tim merupakan hal yang tak dapat dipisahkan untuk
mencapai sasaran diatas. Pemahaman atas lingkup supervisi yang akan dilaksanakan sangat mutlak diperlukan, khususnya jenis pekerjaan dalam kategori Task Concept . Kategori Task Concept
akan menuntut peranan dan tanggung jawab
Konsultan yang lebih mendalam dan berwenang penuh untuk penanganan supervisi pelaksanaan pekerjaan mencakup diantaranya pekerjaan perencanaan dan review design (jika diperlukan) berikut penyiapan gambar design dan estimasi biaya
konstruksinya serta terhadap pengawasan pekerjaan agar hasil akhir mutu pekerjaan sesuai dengan yang disyaratkan. Disamping itu pada akhir pekerjaan menyiapkan manual operasi dan pemeliharaan (jika diperlukan). Sedangkan kategori Assistance Concept , Konsultan cenderung akan lebih banyak membantu Pihak Proyek untuk pekerjaan pengawasan / supervisi dalam usaha menyelesaikan pekerjaan kontruksi sesuai dengan standar teknis yang diinginkan. Tugas / sasaran utama dalam pelaksanaan supervisi konstruksi adalah mencapai sasaran yang diinginkan, yakni mencakup : a.
Tercapainya Kualitas Pekerjaan , dimana hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan kualitas teknik yang diinginkan.
b.
Fungsi Bangunan yang Optimal , dalam hal ini bangunan konstruksi yang dibuat
sesuai dengan dimensi yang direncanakan dan dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. c.
Pengendalian Ketepatan Waktu Pelaksanaan , dimana pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan jadwal kontrak yang telah ditetapkan. d.
Pengendalian
Biaya
Pekerjaan ,
dimana
konsultan
supervisi
turut
mengendalikan sehingga biaya pekerjaan sesuai dengan kuantitas dan kualitas bangunan yang dibuat dan secara keseluruhan tidak melampauai dana yang telah disediakan. e.
Ketepatan Cara Pelaksanaan , dilakukan dengan cara yang tepat.
f.
Terjaminnya Keselamatan Kerja , dapat terjaga dengan baik.
g.
Hasil Akhir Pelaksanaan , diselesaikan dengan rapih.
h.
Diterima Lingkungan, tidak mengganggu lingkungan.
Disamping tugas utama tersebut, konsultan supervisi juga akan melaksanakan kegiatan : •
review design (jika diperlukan),
•
on the job training kepada staff proyek (jika diperlukan),
•
checking gambar konstruksi yang dibuat kontraktor,
•
evaluasi BOQ dan estimasi biaya konstruksi,
•
monitoring kemajuan pekerjaan dan pembayaran,
•
checking as built drawing ,
•
dokumentasi dan pengarsipan pelaksanaan konstruksi
•
dan lain-lain.
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan Pengawasan / supervisi adalah : A
Aspek Umum 1) Melakukan kaji ulang dan memberikan persetujuan terhadap semua usulan rencana, jadual dan dokumen terkait pekerjaan konstrksi dan pelaksanaan proyek yang telah dibuat oleh kontraktor. 2) Melakukan
penngecekan
untuk
memastikan
pertanggung
jawaban
kontraktor terhadap jadual dan rencana kerja yang telah disetujui. 3) Melakukan pengecekan dan memberikan persetujuan terhadap desain dan perhitungan desain yang disiapkan oleh kontraktor. 4) Melakukan pengecekan dan inspeksi kualitas dan kuantitas pekerjaan. 5) Melakukan pengawasan tambahan penyelidikan / penelitian lapangan (sesuai dengan keperluan) 6) Memberikan saran dan persetujuan terhadap jadual pengadaan dan jumlah bahan konstruksi seperti semen, dan lain-lain yang diusulkan oleh kontraktor.
7) Meberikan saran dan persetujuan terhadap metode pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan dan membantu melakuka verifikasi kemajuan kontrak dan pembayaran. 8) Melakukan inspeksi ke pabrik pembuat peralatan dan bahan-bahan konstruksi (sesuai dengan keperluan bila diperlukan). 9) Menyiapkan laporan-laporan inspeksi dan kegiatan pegawasan 10) Melakukan pangawasan dan persetujuan gambar purna laksana ( as built drawing ) yang telah dibuat dan diserahkan oleh kontraktor.
B
Aspek Khusus (Modifikasi Desain) Aspek khusus (modifikasi desain) bangunan yang perlu dikaji adalah : 1. Aspek Ukuran/ Dimensi Bangunan bangunan. 2. Aspek Pemilihan bahan / material yang digunakan. 3. Aspek Kekuatan konstruksi. 4. Aspek Stabilitas.
1.
Siklus dalam Pekerjaan Pengawasan
Kegiatan pengawasan (supervisi) dapat digambarkan berupa siklus dari suatu aktivitas ataupun sub aktivitas, seperti yang digambarkan dalam gambar dibawah ini.
Pe nja
De fini Ev alu asi Te
Ta rg et
Sk em a
De fini
Dia gra m Bal
Per uba han
An alis is
Pen ga mbil an
Alo kas i
La o Me tod e
An ali Pe nga ma
Pe ngo ntr
Ko mp
Ar us
Gambar E -1Siklus dalam pekerjaan pengawasan yang berbasis pada fungsi Manajemen Konstruksi
2.
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Konsultan Supervisi
Bagan alir (flow chart ) pekerjaan Supervisi Konstruksi dari Konsultan disajikan pada gambar dibawah ini.
Mulai
PEKERJAAN PERSIAPAN ⇒ ⇒ ⇒ ⇒ ⇒ ⇒ ⇒
Persiapan Administrasi Penyusunan Sistem Organisasi Koordinasi Intern Tim Pelaksana Penyusunan Rencana Kerja Penempatan Tenaga Ahli Dukungan Kantor Pusat Ketepatan Waktu Pelaksanaan
PEKERJAAN PENDAHULUAN Pengumpulan data Kontrak dan Dokumen Pelelangan
PENINJAUAN LOKASI/ FIELD ENGINEERING ⇒
T A S K C O N C E P T
⇒ ⇒ ⇒ ⇒ ⇒ ⇒
Identifikasi jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan untuk masing-masing konstruksi inventarisasi kondisi bangunan existing Klarifikasi kebutuhan konstruksi yang diperlukan. Review data dan masukan teknis dari SID Klarifikasi modifikasi desain Penajaman rencana kerja konsultan. Rangkuman evaluasi - sketsa desain - estimasi kuantitas bahan - estimasi biaya
EVALUASI DAN KAJI ULANG HASIL SID Membandingkan kondisi di lapangan dengan hasil Survei, investigasi dan desain (SID)
Y
Perbedaan signifikan?
KOORDINASI DENGAN TIM TEKNIS
PENENTUAN JENIS DAN MACAM REVIEW DESAIN
T
√ √ √ √ √
Penentuan dimensi dan analisa stabilitas struktur Penggambaran bangunan hasil review desain Perhitungan volume dan biaya pelaksanaan konstruksi Penyusunan spesifikasi teknis Usulan Addendum
PRA K ONSTRUKSI
√ √ √ √ √
Pre Construction Meeting Evaluasi Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK) Penyusunan Rencana Konstruksi (Construction Plan) Penyusunan Pedoman Kendali Mutu Pekerjaan Evaluasi Mutual Check 0% (MC-0).
PELAKSANAAN K ONSTRUKSI
A S S I S T A N C E C O N C E P T
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Melakukan pengukuran/ Uitzet Checking PM dan CP Evaluasi gambar kerja dan hasil analisis Check List Pengawasan Pekerjaan Pengendalian jadwal pelaksanaan Evaluasi rencana kerja dengan implementasi pelaksanaan Optimalisasi Volume dan biaya konstruksi Menyiapkan format Laporan Harian, Mingguan, Bulanan dan Menetapkan metode testing material dan alat Inspeksi dan kontrol kualitas material dan peralatan Kontrol kualitas pekerjaan Mengevaluasi kerja tambah/kurang Memberikan peringatan/ teguran/ sangsi Evaluasi usulan pembayaran termyn On the job training thd staff proyek Menyiapkan laporan progress
RUNNING TEST
MUTUAL CHECK (MC) 100%
PEMELIHARAAN
√ Supervisi selama masa pemeliharaan
SERAH TERIMA PEKERJAAN/
FINAL HAND OVER
Selesai
Gambar E -2 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Supervisi
3.
Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan yang
akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi. Pekerjaan ini lebih bersifat intern Konsultan dan dimaksudkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang sekiranya akan dapat mendukung kelancaran pekerjaan. Pekerjaan persiapan ini diantaranya adalah : a.
Persiapan Administrasi Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal dari Konsultan setelah
menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPK) / Kontrak dari Pemberi Kerja. Persiapan administrasi tersebut mencakup : •
pembuatan dokumen kontrak,
•
pengurusan surat ijin ke instansi terkait,
•
pembuatan surat tugas kepada personil yang akan terlibat dalam penanganan proyek,
•
surat permohonan data dan sebagainya. Persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera
mungkin sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya. Pekerjaan persiapan ini akan dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik yang telah cukup berpengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis, sehingga
diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang disediakan untuk itu. Segala sesuatu yang terkait dengan masalah administrasi tersebut akan selalu di bawah pengawasan Tim Leader yang bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh pekerjaan. b.
Sistem Pengorganisasian Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai
target yang diinginkan, maka konsultan akan menyusun struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan yang mencerminkan : •
Tugas dan tanggung jawab
•
Sistem koordinasi
•
Keterlibatan, maupun
•
Jalur komunikasi dan lain-lain Dibawah pimpinan Tim Leader seluruh kegiatan diatur seefektif mungkin
sehingga tercipta tim work yang padu dan solid, serta bertanggung jawab penuh terhadap semua hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan Supervisi Konstruksi ini. c. Koordinasi Intern Tim Pelaksana
Diskusi intern antar seluruh tim pelaksana dilakukan dibawah pimpinan Tim Leader. Diskusi intern akan membahas : •
Semua masalah yang ada
•
Kemungkinan masalah yang timbul
•
Merumuskan pemecahannya
•
Tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan
•
Prosedur pelaksanaan supervisi konstruksi serta menampung usulan-usulan tim pelaksana sebagai bahan masukan dan evaluasi pelaksanaan.
d. Penyusunan Rencana Kerja
Tingkat keberhasilan suatu proyek tidak hanya tergantung atas kemampuan dari para Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor perencanaan (kerja) akan memegang peranan kunci yang akan menentukan kelancaran dan kesempurnaan hasil yang akan dicapai. Dengan adanya rencana kerja diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang tindih pelaksanaan kegiatan, sehingga dukungan dari masing-masing personil akan memberikan hasil yang optimal. Mengingat pentingnya rencana kerja ini, Tim Leader akan memimpin langsung untuk membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan : •
Jadwal pelaksanaan supervisi pekerjaan
•
Jadwal penugasan masing-masing personil
•
Uraian tugas dari masing-masing personil
•
Hubungan kerja antar personil maupun dengan proyek dan kontraktor.
•
Peralatan yang akan dibutuhkan
•
Dukungan pendanaan
•
Dan sebagainya.
e. Penempatan Tenaga Ahli
Konsultan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menugaskan tenaga ahli yang cukup berpengalaman sesuai dengan bidang disiplin ilmu masing-masing untuk mengawasi, mengkoordinasi dan menganalisa aktivitas pekerjaan agar diperoleh standar kualitas yang cukup tinggi.
f. Dukungan Kantor Pusat
Kantor pusat konsultan di Jakarta sepenuhnya akan mendukung pelaksanaan pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh) dengan menyiapkan : •
Tenaga ahli supervisi
•
Finansial yang memadai
•
Dukungan administrasi
•
Sistem komunikasi, dan lain-lain
g. Ketepatan Waktu Pelaksanaan
Evaluasi dan analisa semua aktivitas kegiatan pelaksanaan konstruksi akan dilakukan konsultan supervisi secara kontinyu sehingga ketepatan waktu pelaksanaan sesuai dengan jadwal yang telah disediakan. Mengingat pelaksanaan pekerjaan cukup padat yakni harus sudah dapat diselesaikan dalam waktu 168 (seratus enam puluh delapan) hari, maka diperlukan suatu menejemen pengelolaan yang cermat dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat menghambat aktifitas pelaksanaan pekerjaan. Pengenalan terhadap item-item pekerjaan serta urut-urutan kerja serta keterkaitan item satu dengan yang lain harus dipahami. Dari hasil evaluasi dan analisa semua aktivitas kegiatan selanjutnya dituangkan dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan. 4.
Pekerjaan Pendahuluan Dalam Pekerjaan Pendahuluan kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi hal-
hal sebagai berikut : -
Penyusunan Bagan Organisasi Pekerjaan Supervisi
-
Pengumpulan data
-
Peninjauan kondisi lapangan
-
Evaluasi hasil Survai, Investigasi dan Desain (SID)
-
Melakukan kajian ulang (review design ) tahap awal
a.
Penyusunan Bagan struktur Organisasi Pekerjaan Supervisi Bagan struktur organisasi dimaksudkan agar semua pelaksanaan pekerjaan
dapat berjalan dengan baik karena telah terdifinisi masing-masing tugas, wewenang dan tanggung jawab antara semua pihak yang terkait, dalam hal ini pelaksanaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh).
Secara garis besar, pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan konstruksi ini adalah : 1.
PPTK
2.
Instansi terkait
3.
Konsultan Supervisi.
4.
Kontraktor Pelaksana. Bagan Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan yang akan diusulkan oleh Konsultan
Supervisi dalam pelaksanaan pekerjaan ini sebagaimana ditunjukkan dalam Sub Bab Organisasi dan Personil akan mencerminkan :
Hubungan kerja
Tugas, wewenang dan tanggung jawab
Mekanisme Kerja
Jalur instruksi
Jalur koordinasi
Jalur komunikasi
b.
Hubungan Kerja dan koordinasi dengan Proyek Tim Supervisi yang terdiri dari Ketua Tim, Tenaga Inspektor, Tenaga Teknis
(staff teknis) dan Tenaga Penunjang akan berada dan berkantor di dekat lokasi pekerjaan sebagai upaya untuk dapat memonitor secara langsung dan terus menerus mengenai perkembangan dan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor serta mengupayakan agar segala pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan standard mutu dan persyaratan/ spesifikasi teknis yang ada. Tim supervisi akan membuat laporan kemajuan yang akan disampaikan kepada Pemimpin Proyek yang mencakup aktivitas konsultan sendiri maupun aktivitas Kontraktor sebagai pelaksana fisik. Pekerjaan-pekerjaan ini juga mencakup hal-hal seperti :
pembuatan rekayasa lapangan,
Contract Change Order ,
Menganalisa klaim Kontraktor,
memeriksa pengajuan Sertifikasi Pembayaran Bulanan (Monthly Certificate ) lengkap dengan back up datanya,
serta penyiapan Professional (PHO). Professional Hand Over (PHO). Disamping itu Konsultan Supervisi akan membantu Pemimpin Proyek dalam
menyelesaikan perbedaan pendapat yang mungkin timbul dengan Kontraktor dan memberikan pendapat yang diminta atau tidak berdasarkan pertimbangan dan analisa obyektif terhadap semua tuntutan yang mungkin diajukan oleh Kontraktor. Koordinasi kegiatan Tim Pengawasan Lapangan akan dilaksanakan oleh Tim Supervisi yang dalam hal ini akan diwakili oleh Ketua Tim bersama-sama dengan . c.
Hubungan Kerja dan koordinasi dengan Kontraktor Hubungan koordinasi dengan kontraktor dilakukan melalui Pemimpin Proyek
atau Direksi yang ditunjuk. Dalam hubungan ini konsultan bertindak sebagai wakil dari Pengguna jasa atau biasa disebut dengan ‘ Engineer Representative ”. ”. Konsultan di dalam melaksanakan tugasnya akan memberikan saran-saran kepada Kontraktor mengenai masalah-masalah yang berkaitan dan timbul di dalam pelaksanaan pekerjaan. Selain itu konsultan akan membantu kontraktor dengan memberikan saransaran mengenai metode kerja, organisasi pelaksanaan, pemilihan dan penempatan staf/tenaga, pemilihan dan penempatan peralatan kerja yang digunakan dan
membantu monitoring pelaksanaan kerja dll. Terhadap masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di dalam pelaksanaan pekerjaan, akan didiskusikan secara bersama-sama antara konsultan, kontraktor, dan direksi lapangan termasuk di dalamnya apabila diperlukan adanya revisi desain (review design ) ataupun design ulang. Konsultan akan memberikan saran, alternatif pemecahan masalah serta rekomendasi di dalam upaya untuk pengambilan keputusan, dimana keputusan ini nantinya harus disetujui oleh Pengguna jasa (diwakili oleh Tim Teknis) sebelum dilaksanakan di lapangan. Periodik meeting , sedikitnya sedikitnya dilakukan sekali dalam seminggu.
Diadakan
bersama-sama dengan Kontraktor dan bilamana perlu dengan Pengguna jasa untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja minggu sebelumnya, serta membuat program kerja minggu berikutnya. b erikutnya. d.
Pengumpulan Data (Dokumen Kontrak dan dokumen lain) dan Pendalaman terhadap Dokumen Kontrak dan Dokumen Lain yang Terkait Konsultan Supervisi akan melakukan pengumpulan data dan dokumen yang
terkait dengan pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini yang utama adalah dokumen pelelangan dan dokumen kontrak. Disamping itu Konsultan juga akan mengumpulkan pedoman-pedoman dan standar pelaksanaan bangunan sipil dan perpipaan yang akan mendukung kelancaran dan peningkatan kualitas pekerjaan.
Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah memngumpulkan, memngumpulkan, memahami dan mempelajari: 1. Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh)
2. Laporan
hasil
Soil
Investigation
dilokasi
Pekerjaan
Supervisi
Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh) 3. Gambar Kerja, Spesifikasi Teknik Pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh)
4. Dokumen Perjanjian Pemborongan (Kontrak) pekerjaan fisik yang menjadi lingkup tugasnya. 5. Dokumen-dokumen lain yang terkait.
5.
Peninjauan Kondisi Lapangan / Field Engineering
Pada awal pelaksanaan pekerjaan, konsultan supervisi akan melaksanakan Survei lapangan untuk mengetahui kondisi existing. Survei pendahuluan ini, disebut sebagai Field Engineering atau Rekayasa Lapangan. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Rekayasa Lapangan oleh tim supervisi diantaranya sebagai berikut :
-
Melakukan identifikasi lapangan jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan untuk masing-masing konstruksi disesuaikan dengan hasil SID
-
Melakukan inventarisasi masalah-masalah di bangunan existing (jika ada) serta melakukan klarifikasi terhadap kebutuhan konstruksi yang diperlukan.
-
Melakukan kajian kembali terhadap data dan masukan teknis dari SID yang pernah dilakukan serta melakukan klarifikasi dengan kondisi existing untuk dapat mengevaluasi apakah diperlukan modifikasi desain atau tidak.
-
Melakukan penajaman rencana kerja konsultan. Selanjutnya Tim Supervisi akan membuat rangkuman evaluasi dengan
menampilkan sketsa desain serta estimasi kuantitas bahan yang diperlukan untuk konstruksi termasuk estimasi biayanya.
6.
Evaluasi Hasil SID
Berdasarkan hasil peninjauan kondisi lapangan yang dilengkapi dengan catatan mengenai karakteristik konstruksi yang perlu dibangun untuk masingmasing lokasi, selanjutnya dibandingkan dengan hasil Survei, investigasi dan desain (SID) untuk mengevaluasi apakah terdapat perbedaan yang cukup signifikan sehingga diperlukan adanya review desain terhadap beberapa konstruksi yang relatif vital.
7.
Redesain / Kajian Ulang
Tim Supervisi akan berkoordinasi dengan Direksi untuk menentukan jenis dan macam Review Desain yang akan dilakukan. Tim` Supervisi akan melaksanakan kegiatan Review Desain jika didapatkan beberapa hal sebagai berikut : -
Jika jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan belum ada Survei, investigasi dan desainnya.
-
Jika terdapat perbedaan kondisi lapangan dengan data yang terdapat dalam hasil SID.
-
Jika dipandang perlu dilakukan perubahan type dan konstruksi berdasarkan pertimbangan teknis. Konsultan supervisi dalam melaksanakan review desain akan selalu
berkonsultasi dengan direksi (Tim Teknis) yang ditunjuk oleh Kepala
a.
Review Desain
1.1.1.1.1. Elevasi mercu bendung
Elevasi mercu bendung ditentukan berdasarkan muka air rencana pada
bangunan sadap. Disamping itu kehilangan tinggi energi perlu ditambahkan untuk alat ukur, pengambilan, saluran primer dan pada kantong Lumpur.
Lebar Efektif bendung
Lebar efektif bendung di sini adalah jarak antar pangkalpangkalnya (abutment), menurut kriteria lebar bendung ini diambil sama dengan lebar ratarata sungai yang setabil atau lebar rata-rata muka air banjir tahunan sungai yang bersangkutan atau diambil lebar maksimum bendung tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil. Berikut adalah persamaan lebar bendung :
Dimana : Be
= Lebar efektif bendung (m).
N
= Jumlah pilar
Kp
= Koefisien kontraksi pilar.
Ka
= Koefisien kontraksi pangkal bendung
H1
= Tinggi energi diatas mercu (m).
Tinggi Muka Air Banjir di Atas mercu Bendung
Persamaan tinggi energi di atas mercu (H1) menggunakan rumus debit bendung dengan mercu bulat, yaitu :
Dimana : Q = debit (m3/det) Cd = koefisien debit g = percepatan gravitasi (m/det2) Be = lebar efektif bendung (m) H1 = tinggi energi di atas mercu (m)
Tinjauan gerusan di Hilir bendung
Tinjauan terhadap gerusan bendung digunakan untuk menentukan tinggi dinding halang (koperan) di ujung hilir bendung. Untuk mengatasi gerusan tersebut dipasang apron yang berupa pasangan batu kosong sebagai selimut lintang bagi tanah asli. Batu yang dipakai untuk apron harus keras, padat, awet dan mempunyai
berat jenis 2,4 Ton/m3. untuk menghitung kedalaman gerusan digunakan metode Lacey.
Dimana : R
= kedalaman gerusan di bawah permukaan air banjir (m)
Dm
= diameter rata-rata material dasar sungai (mm)
Q
= debit yang melimpah di atas mercu (m3/det)
f
= faktor lumpur Lacey Menurut Lacey, kedalaman gerusan bersifat empiris, maka dalam penggunaannya dikalikan dengan angka keamanan sebesar 1,5.
Gambar E -20 sketsa gerusan di Hilir bendung
Perhitungan Daya Dukung Tanah
Untuk menghitung daya dukung tanah digunakan Metode Terzaghi dengan persamaan sebagai berikut : •
Pondasi Menerus : Qu = C.Nc. + D.Nq + 0,5. γ .B.Nγ
•
Pondasi Bujur Sangkar : Qu
= 1,3 . C . Nc . + γ . D . Nq + 0,4 . γ . B . Nγ
Qa
= Qu / SF
dimana : Qu
= daya dukung tanah (ton/m2)
C
= kohesi tanah (ton/m2)
γ
= berat isi tanah efektif (ton/m3)
D
= dalam pondasi (m)
B
= lebar pondasi (m)
Nc, Nq, Nγ =
faktor daya dukung tanah
Qa
= daya dukung yang diijinkan (ton/m2)
SF
= faktor keamanan, diambil sebesar 3
Perhitungan daya dukung tanah ini untuk mengetahui apakah terjadi keruntuhan atau tidak bila dibangun pintu, bangunan pompa, gorong-gorong, jembatan dan tanggul.
Stabilitas Lereng
Dalam analisa stabilitas lereng terhadap bahaya longsor (gelincir) digunakan metode irisan bidang luncur, Methode Fellenius. Persamaan dari ini dirumuskan sebagai berikut :
∑ (c . l + (N − U − Ne) tan Φ)
Fs
=
Fs
>
1,1 (pembebanan tetap)
Fs
>
1,2 (pembebanan sementara)
∑( T + Te)
dengan : Fs
=
faktor keamanan
N
=
beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan bidang luncur (ton/m)
T
=
beban komponen tangemsial yang timbul dari berat setiap irisan bidang luncur (ton/m)
U
=
tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur (ton/m)
Ne
=
komponen horisontal beban seismic yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur (ton/m)
Te
=
komponen tangensial beban seismic yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur (ton/m)
l
=
panjang busur (m)
φ
=
sudut geser dalam bahan yang membentuk dasar setiap irisan bidang luncur
c
=
angka kohesi tanah pembentuk dasar setiap irisan bidang luncur (ton/m3)
σ
=
berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur (ton/m3)
Gambar E -21 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Bidang Luncur
dan
bernilai 0 bila perhitungan dalam kondisi normal (tidak ada gempa).
Analisa Penurunan Tanah
Penurunan tanah (settlemen t) pada tanah dasar akibat dari adanya beban diatas seperti tanggul, bangunan pompa dan lain-lain akan diestimasi dengan menggunakan Rumus Terzaghi sebagai berikut :
Z
=
h C
× Ln ×
α k + ∆ α k α k
dimana :
8.
Z
=
penurunan (m)
H
=
tebal lapisan yang dapat dimampatkan (m)
C
=
modulus kemampatan
αK
=
tegangan butiran awal ditengah lapisan (kg/m2)
∆αK
=
tambahan tegangan butiran akibat beban (kg/m2)
Tahap Pelaksanaan Supervisi Konstruksi
Tim supervisi yang dipimpin oleh Tim Leader akan secara kontinyu melakukan supervisi atas pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor, dimana
seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam dokumen kontrak pekerjaan fisik (spesifikasi). Sebelum pelaksanaan pekerjaan supervisi konstruksi dimulai, Konsultan Supervisi terlebih dahulu akan membuat suatu pedoman dasar pelaksanaan konstruksi agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat berjalan lancar dan sesuai dengan standar mutu yang diinginkan, hal ini mencakup antara lain :
a.
Penyusunan Rencana konstruksi (Construction Plan) Maksud dari penyusunan rencana konstruksi adalah agar pelaksanaan
konstruksi dapat berjalan lancar sesuai dengan schedule yang telah dibuat yang didukung oleh : •
Sarana jalan masuk dan jembatan yang memadai (kekuatan, kapasitas maupun lebar jalan/jembatan) untuk transportasi bahan dan peralatan konstruksi. Jika diperlukan rencana perbaikan yang dibutuhkan.
•
Terdifinisinya lokasi, kuantitas dan kualitas material konstruksi yang akan digunakan.
•
Tersedianya peralatan konstruksi yang diperlukan baik itu jenis, kapasitas maupun jumlahnya.
•
Tersedianya sumber daya manusia ( manpower ) dalam jumlah yang cukup serta mempunyai kemampuan teknis sebagaimana tuntutan jenis pekerjaan yang akan ditangani.
•
Terdifinisinya bangunan sementara yang diperlukan. Rencana Konstruksi ini akan dijabarkan lebih jauh dalam rangka membuat :
•
Rencana perbaikan jalan dan jembatan yang diperlukan
•
Rencana pembuatan bangunan sementara yang diperlukan
•
Jadwal Pelaksanaan Konstruksi
•
Jadwal, Jumlah dan Jenis Peralatan yang akan digunakan
•
Rute/rencana jalur pengangkutan material konstruksi
•
Jadwal, Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kerja yang dibutuhkan
•
Rencana Alokasi Pemakaian Bahan Konstruksi
•
Dengan adanya Rencana Konstruksi ini diharapkan dapat dihindari berbagai hal mencakup : ⇒
Terkonsentrasinya puncak kegiatan konstruksi pada satu waktu tertentu.
⇒
Terjadinya Idle peralatan konstruksi
⇒
Terlalu padatnya trafik pengangkutan material konstruksi
⇒
Dapat dihindari kerusakan jalan kerja serta gangguan terhadap lingkungan.
⇒
Kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat direduksi sekecil mungkin
b.
⇒
Dimungkinkan efisiensi biaya pelaksanaan konstruksi
⇒
Dan lain sebagainya.
Monitoring dan Kontrol Jadual Pelaksanaan Konstruksi Pada saat ini dikenal beberapa cara untuk mengontrol dan memonitor
jadwal kemajuan proyek antara lain: a) Diagram balok b) Diagram garis c) Teknik jaringan kerja d) Kurva - S e) Diagram skala waktu. Beberapa cara tersebut dapat dipakai bersama-sama atau dikombinasikan. Misalnya pembuatan master network plan cocok untuk kontrol jadwal seluruh proyek, sedangkan diagram balok dan diagram garis dapat dipergunakan untuk
aktivitas pekerjaan yang lebih mendetail dan terperinci. Variasi penggunaan caracara tersebut diatas dapat dikembangkan secara optimal.
c.
Monitoring dan Kontrol Jadual Keselamatan Kerja Pencegahan kecelakaan perlu diperhatikan didalam manajemen konstruksi.
Tidak hanya keselamatan manusia saja tetapi juga terhadap kondisi kerja yang mempengaruhi prestasi kerja dan pada akhirnya terhadap biaya proyek. Di negara-negara yang sudah maju masalah keselamatan amat ditekankan dan seringkali dicantumkan dalam spesifikasi oleh pihak pemilik. Secara umum ada beberapa prinsip dasar yang dapat dipergunakan pada setiap lokasi pekerjaan misalnya: memakai mesin dan peralatan yang baik. mempergunakan mesin/ peralatan yang sesuai dengan instruksi pembuatnya/pabriknya, dan tidak membebani lebih dari kapasitasnya. bekerja dengan teratur, hati-hati dan tidak simpang siur. meyakinkan diri bahwa semua instruksi harus diberikan secara singkat, jelas dan mudah dimengerti . tidak memperkenankan pekerja melakukan kegiatannya ditempat yang berbahaya tanpa alat peIindung/ pengamanan yang tepat.
memakai pertimbangan yang logis sebelum menugaskan suatu aktivitas kepada bawahan. mengadakan check dan recheck , apakah semua instruksi yang diberikan sudah ditaati. Atau dapat pula ditempatkan seorang Safety Engineer . Tugasnya adalah mengamati dan melokalisir akan kemungkinan timbulnya bahaya, sebelum, sedang dan sesudah pekerjaan selesai, misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya sementara seperti konstruksi acuan, jembatan-jembatan penolong, dimana para kontraktor cenderung sering mengabaikan kekokohannya. Kadang-kadang konstruksi bangunan sementara tersebut runtuh atau rusak sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan. Disinilah peranan Safety Engineer diharapkan dapat membantu mendeteksi dan melihat kemungkinankemungkinan akan bahaya keruntuhan konstruksi. Untuk ini dipertimbangkan adanya Asuransi Tenaga Kerja.
d.
Monitoring dan Kontrol Tata letak dan ukuran konstruksi Aspek ini mencakup dimana bangunan tersebut harus dibuat, apakah titik
tetap, koordinat dan level nya sudah sesuai dengan rencana. Pengawasan terha-
dap letak sesuatu bangunan/konstruksi bisa dari yang amat sederhana sampai kepada yang paling rumit. Dalam hal-hal yang khusus seperti ini peran ahli geodesi dan topography sangat menentukan. Disamping itu bangunan-bangunan konstruksi harus diperiksa kebenaran dimensi ukurannya. Apakah lebar, panjang dan tingginya cocok dengan gambar kerja. Untuk pekerjaan yang memiliki unsur-unsur bahan yang tak terlihat seperti ukuran ketebalan urugan.pasir, diameter tulangan
dan
jarak
jaraknya,
seorang
pengawas
wajib
meningkatkan
pengawasannya untuk mencegah " pencurian " ukuran. Pekerjaan yang sudah selesai dan ternyata tidak cocok dengan bestek harus dibongkar. Disini faktor integritas dari pengawas lapangan amat menentukan sekali.
e.
Kontrol Kuantitas (Quantity Control) dan Pengerjaan (Workmanship) Kontrol bahan mencakup produk-produk bahan dari alam maupun produk
produk bahan yang diolah oleh manusia ( artificial ). Semua persyaratanpersyaratan bahan diuji kualitasnya terhadap spesifikasi yang telah ditentukan dalam dokumen kontrol. Bilamana hasilnya dibawah standar dari apa yang telah ditetapkan di dalam dokumen kontrol, maka bahan produk pekerjaan seyogyanya tidak diterima,
dibongkar dan diulangi lagi sehingga memenuhi standar kualitas yang seharusnya. Dalam hal ini para pengawas lapangan harus mempunyai angka toleransi dalam melakukan Quantity control tersebut. Batasan toleransi tersebut dapat diangkapkan kepada pihak kontraktor atau dapat pula diatur secara tertulis, dimana pada periode- periode tertentu batasan tersebut dapat ditinjau kembali. Quantity control akan dilakukan dengan pengujian bahan/ material
dilapangan atau pengujian-pengujian tersebut dapat pula diselenggarakan di laboratorium dan akan dihadiri oleh pihak pengawas. Atau pengujian bahan/ material dapat pula dilakukan dengan peralatan-peralatan laboratorium yang dapat dibawa ke lapangan. Pada umumnya pekerjaan-pekerjaan pengujian diselenggarakan atas permintaan pihak pemilik pekerjaan. Seperti halnya dengan aspek sebelumnya, integritas kontraktor dan pengawas merupakan faktor yang paling utama dalam pengawasan ini. f.
Aspek Administratif Selain pekerjaan pengawasan di lapangan, tim pengawas lapangan juga akan
mengatur dan menyusun pekerjaan administrasi di kantor. Pekerjaan pokok di kantor adalah membuat laporan-laporan secara periodik dan tertulis sebagai bahan untuk pertemuan dan bahan untuk pemecahan masalah.
Pada dasarnya ada beberapa bagian tata usaha administrasi yang perlu ditangani, antara lain: Meninjau dan menginterpretasikan gambar-gambar kerja dan membuat koreksi seperlunya. Mendokumentasikan pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang. Membuat laporan kemajuan pekerjaan secara berkala. Memeriksa dan menyetujui permintaan pembayaran angsuran . Mengadakan inspeksi total sebelum berita acara penyerahan . Mengatur segala sesuatunya menjelang penyerahan akhir dan tindak lanjut pada waktu masa pemeliharaan. g.
Kontrol yang Sistematis Terhadap Kegiatan di Lapangan Dalam konteks yang lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi
kontrol manajamen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan setengah-setengah
atau
dengan
cara
perencanaan
yang
mendadak
akan
mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi masalah ini, diperlukan suatu kontrol yang sistimatik. Pengawas lapangan harus mengerti bagaimana cara menerapkan sistim kontrol yang baik dilapangan.
Kontrol yang sistimatis terhadap kegiatan dilapangan memiliki tiga tujuan yaitu: Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan yang terjadi, maka harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk mengatasinya. Memastikan bahwa. pekerjaan pengawasan berjalan secara benar sehingga peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi suatu kesalahan. Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan tidak dilampaui. Informasi keuangan dari laporan proyek dapat memberikan indikasi akan beres tidaknya pelaksanaan proyek di lapangan dan segi pemakaian/ pengeluaran uang. Bidang-bidang sasaran kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan dilapangan yaitu : pencapaian target kemajuan fisik pencapaian target keuangan pengadaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan. penempatan dan peranan sub-kontraktor, perencanaan dan kontrol.
pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi kerja lapaagan . pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian hubungan dengan pihak pemilik Tiap bidang tersebut diatas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai atau menunjukkan tendensi yang tidak menggembirakan. Apakah target yang ditentukan tiap bulannya terpenuhi atau tidak, salah satu cara mengevaluasinya seperti dijabarkan dalam format pada Tabel dibawah ini : Format pada table dibawah ini dapat dipakai secara efektif bilamana target yang ditentukan dapat dinyatakan dengan angka secara jelas. Tentunya tidak semua hal dapat dikuantitatifkan seperti misalnya bidang sasaran kegiatan pokok hubungan dengan pihak pemilik. Namun demikian pada kolom "Target Bulan Ini " dapat disusun pertanyaan-pertanyaan, yang didisain sedemikian rupa sehingga jawabannya bisa dikategorikan dari sangat baik, baik, sedang, kurang dan akhirnya kurang baik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut didisain sedemikian rupa dengan maksud mengemukakan kejadian aktual di lapangan. Paling tidak pengungkapan status yang sebenarnya akan situasi dan keadaan proyek dapat tergambarkan dengan jelas.
Dengan mengetahui keadaan dan situasi masalahnya dengan benar, maka langkahlangkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih tepat dan efektif.
h.
Alokasi Sumber Daya Pelaksanaan suatu proyek umumnya terdiri dari beberapa atau banyak
aktivitas atau kegiatan, dimana semua aktivitas tersebut memerlukan waktu, dana dan sumber-sumber daya. Sumber-sumber daya yang dimaksudkan dapat merupakan tenaga manusia, alat-alat, bahan-bahan yang diperlukan dan lain-lain. Pada umumnya dalam suatu jaringan kerja dimana penentuan lintasan kritisnya berdasarkan pada kendala waktu, masih diperlukan adanya pengaruh alokasi sumber daya tadi, sehingga mungkin dapat mempengaruhi lintasan kritis. Sebagai contoh suatu jadwal aktivitas-aktivitas menurut dasar mulai yang paling awal (earliest Start) dapat dilihat bahwa untuk setiap periode waktu terdapat satu atau beberapa aktivitas yang harus dilaksanakan. Oleh karena aktivitas itu aktivitas tersebut membutuhkan waktu dan sumber daya, maka pada setiap periode waktu di dalam jadwal dibutuhkan pula sumber daya yang dibutuhkan oleh semua aktivitas yang harus dilaksanakan pada periode waktu tersebut.
Bila
terdapat
konflik
(kebutuhan
somber
melampaui
kemampuan
penyediaannya) antara aktivitas A dan B, maka antara kedua aktivitas tersebut ditambahkan hubungan ketergantungan, dimana satu aktivitas bergantung pada aktivitas yang lain. Jika terdapat lebih dari dua aktivitas yang konflik, maka dipilih dua buah aktivitas saja yang harus ditambahkan hubungan ketergantungannya. Bilamana hal ini belum juga teratasi, maka cara tersebut diulang beberapa kali sampai tidak ada lagi aktivitas-aktivitas yang mengalami konflik. Dengan demikian penambahan waktu akibat alokasi somber terbatas tadi dapat diminimumkan. Misalnya pertambahan waktu penyelesaian proyek yang diakibatkan pertambahan hubungan ketergantungan diantara dua aktivitas yang mengalami konflik adalah IPD (Increase In Project Duration ) maka IPDAB dapat dihitung sebagai berikut IPD AB = EF A + D B − LF B
= EF A − ( LF B − D B )
Atau IPD AB = EF A − LS B
Iterasi diatas dilakukan :
i)
bila IPD AB = x > 0, berarti waktu penyelesaian proyek akan bertambah selama periode x.
ii)
bila IPD AB = x < 0, berarti waktu penyelesaian proyek tidak bertambah, karena kelonggaran waktu dari aktivitas B belum terlampaui.
Secara logika dapat dicari IPD AB yang minimum, apabila : a)
EF A minimum dan
b)
LS B maksimum
Oleh karena itu dipilih aktivitas A yang mempunyai EF A yang minimum dan aktivitas B yang mempunyai LS B maksimum; kemudian ditentukan bahwa aktivitas B bergantung pada aktivitas A atau aktivitas A harus dilaksanakan mendahului aktivitas B. Untuk jelasnya perlu diberikan contoh sederhana alokasi sumber-daya terbatas ini dengan menuliskan terlebih dahulu langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut : 1)
Menyusun jadwal dasar proyek dengan EF dan LS tiap-tiap aktivitas
2)
Menentukan harga EF min dan LS maks dari aktivitas-aktivitas yang mengalami konflik, dan menambahkan hubungan ketergantungan
diantara kedua aktivitas yang bersangkutan. 3)
Menyusun network yang baru dengan memperhatikan pula tambahan hubungan ketergantungan seperti tersebut pada butir 2.
4)
Menyusun jadwal yang baru berdasarkan network yang telah disusun pada langkah 3 menurut jadwal dasarnya
5)
Jika masih terdapat aktivitas yang konflik, langkah butir 2 sampai dengan 4 diulangi kembali sampai teratasi seluruhnya yang berarti alokasi sumber terbatas ini telah mencapai optimum
i.
Analisa Time Cost Trade Off Pada sub bab diatas telah diuraikan bagaimana membuat jadwal alokasi
sumber daya dihubungkan dengan jaringan kerja yang direncanakan, namun belurn mengetengahkan masalah hubungan antara waktu dengan biaya (cost ). Dalam bab ini akan dikemukakan di dalam perencanaan awal suatu proyek di samping varlabel waktu dan sumber daya, maka variabel biaya ( cost ) tak dapat dilupakan peranan pentingnya. Biaya ( cost ) merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen, dimana biaya yang mungkin timbul harus dikendalikan seminimum mungkin. Pengendalian biaya harus memperhatikan faktor waktu,
karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya-biaya proyek yang bersangkutan atau aktivitas pendukungnya. Sering terjadi suatu proyek harus diselesaikan lebih cepat daripada waktu normalnya dalam hal ini pengawas dihadapkan kepada masalah bagaimana mengawasi penyelesaian proyek dengan biaya yang minimal. Oleh karena itu perlu dipelajari terlebihb dahulu hubungan antara waktu dan biaya ( cost )/( time cost relation ship ). Dan analisa mengeanai pertukaran antara waktu dan biaya
disebut analisa pertukatran waktu dan biaya ( Cost )/( Time Cost Trade Off Analysis atau disingkat TCTO analysis ). a)
Hubungan antara Waktu (Time) dan Biaya (Cost)
Seperti telah kita kenal ada dua macam biaya proyek yaitu : a.
Biaya langsung (
) yaitu semua biaya yang dapat
dinyatakan keterlibatannya secara langsung didalam aktivitasaktivitas proyek seperti biaya bahan, pekerja dan peralatan. b.
Biaya tak langsung (
) yaitu semua biaya proyek
yang tidak dapat dinyatakan ketsrlibatannya secara langsung didalam aktivitas-aktivitas pendukung proyek seperti upah/ gaji, bunga investasi, bonus dan lain-lain.
Gambar E -22 Hubungan Antara Waktu Dengan Biaya
Apabila waktu penyelesaian suatu aktivitas dipercepat, maka biaya langsung akan bertambah sedangkan biaya langsung akan berkurang. Hubungan antara Waktu dan Biaya
Pertambahan biaya langsung (direct cost ) untuk mempercepat suatu aktivitas persatuan waktu disebut Cost-slope sehingga sehingga : Cost Slope
= biaya ( cost ) per satu satuan waktu, untuk memperpendek penyelesaian proyek/ aktivitas
=
perbandingan antara pertambahan biaya dengan percepatan waktu penyelesaian
=
crash cost - normal cost normal duration - crash duration
Cost Slope =
b)
∆C ∆t
Hal-hal khusus mengenai hubungan antara waktu dan biaya (
)
Gambar dibawah ini menunjukkan perilaku hubungan antara waktu dan biaya. Dalam hal ini kurva perkiraan digambarkan sebagal suatu garis lurus dan kurva yang sebenarnya digambarkan sebagai suatu garis yang terputus-putus. Dalam hal ini waktu dapat dikurangi dengan tambahan biaya yang relatif rendah. Waktu yang dibutuhkan untuk proyek ini dapat dikurangi dari titik L meajadi titik Vu, sedangkan biaya naik dari titik P hingga titik Q.
Gambar E -23
Hubungan Antara Waktu Dengan Biaya, Dimana waktu Dapat Dikurangi Dengan Penambahan Biaya Yang relative rendah
Untuk menentukan bentuk kurva waktu dan biaya yang sebenarnya (yang digambarkan oleh garis putus-putus) terutama dalam proyekproyek yang mempunyai ribuan aktivitas adalah rumit. Berdasarkan alasan ini maka dipergunakanlah garis perkiraan linier, yaitu garis lurus yang menghubungkan titik normal (normal point ) dengan titik cepat/jenuh ( crash point ). ). Meskipun hal ini mengandung ketidak tepatan kesalahan ini tidak besar artinya . Gambar E.23 memberikan perilaku hubungan waktu dan biaya yang sebaliknya dari yang ditunjukkan dalam Gambar E.22. Disini pengurangan waktu dari titik L menjadi titik K hanya dapat dicapai dengan menambah biaya dari titik P hingga titik Q. Biaya dalam hal ini bertambah dengan jumlah yang relatif lebih besar jika dibasdingkan dengan berkurangnya waktu. Jadi dapat dikatakan bahwa biaya untuk mempercepat selesainya aktivitas ini cukup mahal.
Gambar E -24
Hubungan Waktu Dengan Biaya, Dimana Waktu Dapat Dikurangi Dengan Penambahan Biaya Yang Relatif Tinggi
Bila dalam suatu proyek diharuskan mempercepat waktu penyelesaiannya dari waktu normalnya dimana aktivitas-aktivitas yang digambarkan dalam Gambar E.22 dan Gambar E.23 merupakan sebagian dari jalur kritisnya, maka pertama-tama usaha yang harus dilakukan adalah mempercepat aktivitas yang diperlihatkan dalam Gambar E.22 karena dengan demikian dapat mengurangi waktu dengan biaya yang relatif tidak mahal. Sebaliknya tindakan yang diperlihatkan dalam Gambar E.23 baru dipergunakan apabila semua aktivitasaktivitas lain yang mempunyai kurva hubungan waktu dan biaya yang lebih menguntungkan telah dipercepat maksimum.
c)
Pertukaran Waktu dan Biaya (
)
Dalam proses mempercepat penyelesaian proyek dengan melakukan penekanan (kompresi) waktu aktivitas, diusahakan agar pertambahan biaya (cost) yang ditimbulkan seminimum mungkin. Pengendalian biaya disini ditujukan pada biaya langrung ( direct cost ) karena biaya inilah yang akan bertanbah.
Diaemping itu hanus diperhatikan pula bahwa kompresi hanya dilakukan pada aktivitas-aktifitas yang berada didalam lintasan kritis. Apabila kompresi dilakukan pada aktivitas yang tidak berada dilintasan kritis maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan tidak akan berkurang. Kompresi dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang punyai cost slope terendah pada lintasan kritis. Selanjutnya langkah-langkah kompreai
dapat dituliskan sebagai berikut : 1.
Susunlah jaringan kerja proyek dengan nuliskan cost slope dari masing-masing aktivitas.
2.
Lakukan kompresi pada aktivitas yang ada pada lintasan kritis dan yang mempunyai cost slope terendah.
3.
Susunlah kembali jaringan kerjanya.
4.
Ulangi lagi langkah kedua. Langkah kedua akan berhenti bila terjadi tambahan lintasan kritis dan bila terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka langkah kedua dilakukan
secara
serentak
pada
semua
lintasan
kritis
dan
perhitungan cost slope nya dijumlahkan. 5.
Langkah keempat dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis dimana aktivitas-aktivitasnya telah jenuh seluruhnya (tidak mungkin
dikompres lagi) sehingga pengendalian biaya telah optimum ( crash ). Ada beberapa macam sistem Analisa TCTO (Time Cost Trade Off ) yang dikenal yaitu : Penekanan waktu dan biaya sistem Jalur Kritis. Penekanan waktu dan biaya sistem Cut Set Penekanan waktu dan biaya sistem Pegas yang kesemuanya bertujuan sama yaitu untuk memperoleh penyelesaian proyek menjadi lebih cepat dengan penambahan biaya yang minimum ( optimum duration with minimum cost ).
j.
Pengontrolan Proyek Rencana dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis, yang
dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu pekerjaan ( Work ) yang telah selesai dan disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanaan harus secara periodik dichek kembali ; 1)
apakah waktu yang direncanakan telah ditepati.
2)
akan ditepati atau dalam jangka panjang atau segera.
3)
nantinya akan ditepati ( jangka panjang ).
4)
a)
Jarak Waktu Kontrol
Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi 2 macam rentang waktu yaitu a. 1 sampai dengan 2 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang kritis atau yang mendekati kritis. b. 2 sampai dengan 4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis. b)
Cara Mengontro L
Dibedakan 3 cara mengontrol dan disajikan flow chart langkah-langkah cara mengontrol sebagai berikut :
Cara mengontrol untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai seperti pada gambar dibawah ini : Dapatkah pekerjaan ini dimulai?
Ok
Alasannya? Ada Keterlambat
Solusi Pemecah
Gambar E -25 FlowChart Cara Kontrol Untuk Sebuah Aktifitas Yang Akan
Dimulai
Pekerjaa n yang seharus
Apakah Pekerjaa n sesuai
Kenapa tidak mulai? Apa keterlambatann
Berapa lama terlambat
Tangani
Berapa lama terlambat? Kenapa? Apa prestasinya
Apa prestasi
Berapa lama perpanja
Tangani
Gambar
E -26 FlowChart Untuk Mengontrol Sebuah Aktifitas Yang
Seharusnya Sudah Mulai
Apakah pekerjaan yang seharusnya
Sisa waktu sampai dengan
Solusi
Gambar E -27 FlowChart Untuk Mengontrol Sebuah Aktifitas Yang
Seharusnya Sudah Selesai
c)
Penanganan (
)
Penanganan (Replanning ) harus dilakukan bila hasil test negatif . Dengan dasar bahwa akhir proyek tak dapat diubah atau tak boleh sampai terganggu terdapat 2 cara penanganan yaitu : Replanning dengan Percepatan Replanning dengan Perubahan
Dalam praktek biasanya replanning ini tak dapat dilaksanakan hanya dengan instruksi saja, melainkan sehubungan dengan ketergantungan yang komplek satu sama lain antara semua bagian dan personalia yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan
proyek.
Semua
yang
berkepentingan
dengan
proyek
harus
diikutsertakan. Rapat koordinasi proyek diadakan 1 kali seminggu dan bila perlu diadakan 2 kali seminggu tergantung jenis pekerjaan dan kompleksitas pekerjaan. Sebelum rapat perlu disiapkan semua data-data kemajuan fisik sampai saat terakhir harus lengkap. Data yang akurat menghasilkan decision yang jitu
Tujuan - dalam proses yang tidak diubah, termin-termin pekerjaan yang belum selesai harus dikejar, dengan : Meningkatkan Kapasitas o
menambah mesin-mesin/ peralatan
o
menambah orang.
Prestasi Tambahan o
Iemburan
o
kerja di hari libur
o
kerja around the clock
Replanning dengan perubahan yaitu dengan mengubah jaringan kerjanya sejauh seara teknis memungkinkan :
d)
o
beberapa aktivitas bisa dilakukan dalam waktu bersamaan
o
aktivitas yang bukan penghalang bisa dilaksanakan lebih dahulu
o
pekerjaan yang telah jadi routine dapat dipercepat.
Kurva-S (
)
Beberapa cara pemantauan (monitoring ) yang telah diuraikan sebelumnya menitik beratkan kepada pemantauan (monitoring ) aktivitas, prestasi yang dihubungkan dengan variabel waktu. Sedangkan pemakaian diagram Kurva-S lebih menitik beratkan untuk pemantauan pelaksanaan proyek ditinjau dari segi biaya dan prestasi kerja. Sumbu X merupakan skala waktu, sedang pada sumbu Y merupakan skala biaya/ prestasi. Diagram kurva-S merupakan representasi dari sebuah proyek, sub proyek atau kumpulan aktivitas yang dapat dibuatkan kurva-S nya. Cara membuatnya adalah selalu dikaitkan dengan jadwal aktivitas. Apabila kurva-S ini dikaitkan dengan Diagram Skala Waktu (TSD / Time Scaled Diagram ), maka
keduanya merupakan alat yang paling efektif untuk memonitor besaran waktu yang telah dipakai, prestasi kerja yang telah dicapai dan yang telah dibelanjakan. S-CURVE 100 90 80 ) % ( f i t a l u m u K i a l i N / a y a i B
70 60 50 40 30 20 10 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Waktu (Minggu) Kurva Saat Lambat (SL)
Kurva Saat Dini (EL)
Nilai Aktual
Biaya Aktual
Gambar E -28 Kontrol Dengan S-Curva
Bila terlihat kurva-S yang sebenarnya cenderung keluar batas SD dan SL, maka pengawas sudah dapat mengambil langkah-langkah penanganannya
Kurva-S bisa ditampilkan dengan kurva SD (Saat Dini) atau Earliest Cost Curve dan dengan kurva SL (Saat Lambat) atau Latest Cost Curve . Kedua kurva-S itu berfungsi membatasi perilaku kurva-S yang sebenarnya, yang berarti kurva-S yang sebenarnya akan terletak diantara kurva SD dan SL. Bila aktivitas-aktivitas dalam proyek banyak float -nya, maka bentuk kedua kurva SD dan SL akan makin
berjauhan. Sebaliknya bila float -nya makin sedikit, maka bentuk kurva SD dan SL makin mendekati dan bila semua aktivitas kritis (artinya tak ada float sama sekali = semua kritis) maka kurva SD dan SL menjadi satu-S saja. Disini perilaku perkembangan proyek dapat dilihat kecenderungannya secara dini. Sehingga berguna untuk pengawas di dalam mengevaluasi Proyek.
k.
Penyusunan Pedoman kendali Mutu Pekerjaan Guna memperoleh mutu yang handal dari pembangunan infrastruktur,
diperlukan langkah-langkah pendekatan terhadap segala aspek yang akan mempengaruhi tercapainya kehandalan mutu tersebut. Beberapa system standar yang diperlukan dalam rangka pencapaian kehandalan mutu konstruksi adalah :
Quality Assurance
Quality Control Circle
ISO 9000 & SNI terkait
Total Quality Management
Sistem Mutu menurut spesifikasi teknik
Dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan besarnya cakupan sektor yang harus ditangani dan ditetapkan indikatornya, dalam hal ini Konsultan akan membatasi pada pengendalian mutu pekerjaan konstruksi.
Penerapan system pengendalian mutu konstruksi dilakukan dengan membuat model sebagai checklist yang memuat semua aspek terkait, seperti tabel di bawah ini:
Indikasi penerapan mutu dalam pelaksanaan konstruksi akan diperoleh dari penilaian kinerja system mutu di atas yaitu : NKM = Σ mi x Bi x Bk
Dimana :
l.
o
NKM dibawah 50 %
:
o
NKM diantara 50 % - 75 %
:
o
NKM diatas 75 %
sangat baik
:
kurang baik baik
Aktivitas Pelaksanaan Supervisi Kegiatan supervisi pelaksanaan konstruksi yang akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi mencakup :
A)
Kegiatan Pra-Konstruksi
Kegiatan pra-konstruksi yang akan dilaksanakan pada umumnya menyangkut kegiatan proses tender kontraktor meliputi kegiatan penyiapan paket-paket pekerjaan; penyiapan dokumen lelang termasuk penyiapan gambar konstruksi, spesifikasi teknik maupun BOQ; prakualifikasi kontraktor; penjelasan pekerjaan; evaluasi calon pemenang serta penyiapan dokumen kontrak. B)
Kegiatan Saat Pelaksanaan Konstruksi
Selama pelaksanaan konstruksi, Konsultan akan melaksanakan aktivitas supervisi konstruksi pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan : -
Evaluasi jadwal pelaksanaan konstruksi yang telah disusun oleh kontraktor, sehingga ketepatan waktu pelaksanaan dapat dikendalikan.
-
Meneliti dan mengevaluasi semua usulan rencana kerja dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan implementasi proyek dan pekerjaan konstruksi yang diserahkan kontraktor untuk disetujui.
-
Mengoptimasikan volume dan biaya pelaksanaan konstruksi agar diperoleh biaya pekerjaan yang paling ekonomis.
-
Meneliti gambar konstruksi dan perhitungan yang disiapkan oleh kontraktor.
-
Menyiapkan format Laporan Harian, Mingguan, Bulanan dan Check List Pengawasan Pekerjaan, dalam hal ini dapat diterapkan
Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau disebut juga Rencana Mutu Kontrak (RMK). -
Menetapkan cara kerja test bahan konstruksi dan mengevaluasi hasil tesnya.
-
Meneliti dan menginspeksi kualitas material/bahan dan peralatan yang dipakai oleh kontraktor.
-
Memeriksa spesifikasi teknis untuk setiap kegiatan pelaksanaan konstruksi.
-
Mengevaluasi dan meneliti pekerjaan tambah/kurang jika diperlukan.
-
Memberikan pengarahan pada rencana pengadaan dan kuantitas dari bahan konstruksi.
-
Melakukan inspeksi ke pabrik penyalur bahan konstruksi dan peralatan jika diperlukan.
-
Menyiapkan laporan inspeksi, test dan aktivitas supervisi.
-
Pengawasan yang teliti dalam pelaksanaan konstruksi.
-
Terhadap Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan isi SPK atau Surat Perjanjian Kontrak (SPK) dikenakan sanksi atau teguran atau peringatan. Sebelum teguran dikeluarkan, Konsultan membuat surat pemberitahuan/instruksi kepada Kontraktor dan tembusan kepada Pemimpin Proyek. Apabila
Kontraktor
tidak
melaksanakan
isi
surat
pemberitahuan/instruksi dari Konsultan, maka Pemimpin Proyek akan mengeluarkan Surat Teguran I. Apabila Surat Teguran I tidak dilaksanakan oleh Kontraktor dalam waktu 3 (tiga) hari kerja, maka Konsultan membuat rekomendasi kepada Pemimpin Proyek untuk dikeluarkan Surat Teguran II. -
Mengevaluasi usulan dokumen pembayaran bulanan yang diajukan oleh kontraktor.
-
Memeriksa gambar terlaksana (as-build drawing) kontraktor.
-
On the job training kepada staff proyek dalam pelaksanaan kegiatan supervisi konstruksi.
-
Membuat progress pekerjaan kontraktor dalam bentuk audio visual. Penjabaran lebih lanjut terhadap pelaksanaan supervisi konstruksi
tersebut diuraikan dalam penjelasan berikut :
a).
Evaluasi Jadwal Kerja Kontraktor
Tim supervisi akan mengevaluasi rencana kerja ( Schedule ) kontraktor untuk disesuaikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi seperti waktu yang tersedia, kondisi cuaca, ketersediaan peralatan, ketersediaan tenaga kerja dan material. Selain itu urutan-urutan pekerjaan juga harus diperhatikan di dalam penyusunan rencana kerja yang akan dimintakan persetujuan kepada direksi yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar rencana kerja secara keseluruhan agar dapat diperoleh cara kerja yang efektif dan efisien. Jadwal Kerja Kontraktor yang dibuat juga tidak terlepas dari pedoman dasar yang telah dibuat yakni Rencana Konstruksi (Construction Plan ). Monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja ini harus terus menerus dilakukan untuk dapat tercapainya jadwal seperti yang diinginkan. Pada evaluasi jadwal kerja ini dapat dilakukan revisi-revisi dan perubahan atau pembaharuan apabila timbul keterlambatan pelaksanaan, untuk dapat dikejar dari sisa waktu yang telah disediakan.
b).
Evaluasi Perhitungan dan Gambar Konstruksi
Tim supervisi akan mengevaluasi analisis perhitungan selama desain atau desain rehabilitasi, serta gambar rencana konstruksinya sebelum kontraktor
memulai pelaksanaannya. Evaluasi ini dilakukan agar dalam pelaksanaannya sudah tidak ada kesalahan, baik daftar keamanan konstruksi, efisiensi biaya maupun kelayakan konstruksi. Tidak menutup kemungkinan pada tahapan evaluasi ini akan dilakukan koreksi, revisi modifikasi desain, agar didapatkan hasil yang lebih baik. Tim supervisi akan selalu melakukan koordinasi dengan Direksi untuk mendapatkan persetujuan hasil evaluasi.
c).
Tes Material
Tim supervisi, selain melaksanakan pengawasan pekerjaan lapangan secara visual, juga akan melakukan pengawasan kualitas material di laboratorium. Pengawasan ini dimaksudkan agar seluruh material yang dipakai untuk pekerjaan ini sesuai dengan persyaratan seperti yang diuraikan di dalam dokumen kontrak, khususnya spesifikasi teknik. Teknisi laboratorium beserta Supervisor Konstruksi akan memonitor pekerjaan-pekerjaan laboratorium seperti :
analisa test,
gradasi material,
test stability ,
test kompaksi/kepadatan,
analisa formula campuran,
soundness test untuk agregat, dan
test-test laboratorium lainnya.
d).
Evaluasi Kualitas dan Kuantitas Pekerjaan
Tim leader supervisi akan secara rutin dan terus-menerus melakukan pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor. Dalam pengawasan kualitas pekerjaan, konsultan akan melakukan checking terhadap metodologi pelaksanaan, kualitas bahan-bahan dan campuran yang dilakukan. Untuk beberapa pekerjaan khususnya konsultan akan meminta kepada kontraktor untuk melakukan test material maupun test laboratorium untuk mengetahui kekuatan material. Dan selanjutnya konsultan akan mengevaluasi hasil test laboratorium tersebut. Sedangkan untuk pengawasan kuantitas pekerjaan, konsultan supervisi akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
melakukan pemeriksaan kuantitas material
melakukan pemeriksaan terhadap pengukuran yang dilakukan baik sebelum
maupun
sesudah
pelaksanaan
konstruksi
( joint
measurement ).
e).
Supervisi Konstruksi
Pengawasan merupakan bagian pokok dari program kerja konsultan yakni berupa monitoring secara kontinyu segala pekerjaan kontraktor serta hasilnya. Metode pelaksanaan kerja kontraktor dimonitor agar sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki di dalam spesifikasi, dan apabila terdapat cara pelaksanaan yang menyimpang dari ketentuan yang ada, kontraktor harus dapat menjelaskan dan memberikan argumentasi bahwa metode pekerjaan yang diterapkan tidak akan mengurangi kualitas pekerjaan. Inspektor ataupun anggota tim supervisi yang lain akan membuat laporan harian mengenai pelaksanaan konstruksi, tenaga kerja yang ada, peralatan yang dipakai, estimasi kuantitas hasil pekerjaan dan bilamana perlu konsep dan sket gambar serta ukuran, serta total kuantitas, kondisi cuaca serta kondisi lokasi pekerjaan. Pekerjaan pengawasan akan dilakukan secara teliti dan terkendali untuk masing-masing item pekerjaan dengan menggunakan prosedur pengawasan yang lazim digunakan dan dengan
menggunakan tata cara dan flow chart yang berlaku. Pengawasan detail akan dilakukan terhadap pekerjaan utama. Selama kontraktor melaksanakan pekerjaan, tim supervisi akan selalu memonitor mengenai pembuatan profil konstruksi (Uitzet), pengukuranpengukuran awal, kualitas material, pemadatan, kadar air material, gradasi material, pekerjaan shoulder (bahu jalan), saluran tepi dan lain-lain. Tim supervisi akan secara bersama memonitor, memberikan saran-saran teknis apabila diperlukan dan tindakan alternatif yang biasa ditempuh apabila terdapat kesulitan-kesulitan pelaksanaan pekerjaan. Untuk pekerjaan struktur akan dilakukan monitoring terhadap kestabilannya, pelaksanaan campuran dan komposisi campuran dan lain-lain. Hasil pemantauan pekerjaan akan selalu dicatat dalam catatan Buku Harian Lapangan (BHL) yang dilakukan baik pada saat awal, selama dan setelah pekerjaan dilaksanakan. Pengukuran kuantitas hasil pekerjaan akan dilakukan bersama-sama Konsultan, Kontraktor dan pihak Pemimpin proyek/bagian proyek dimana pengukuran ini dilakukan setelah pekerjaan tersebut dan dapat diterima baik dari segi hasil pekerjaan (performance) maupun mutu, pelaksanaan pekerjaan. Prosedur pembayaran yang dilakukan akan mengikuti ketentuan yang disebutkan didalam dokumen kontrak, terutama menginduk pada spesifikasi (persyaratan khusus) atau pada buku
dokumen Kontrak fisik. Bagan alir (flow chart ) Proses Bagan Alir Kerja Lapangan tim supervisi disajikan pada gambar dibawah ini.
Gambar E -30 Bagan Alir Pekerjaan Lapangan
Tahapan dan Prosedur pengawasan dan pelaksanaan supervisi konstruksi untuk berbagai jenis kegiatan pekerjaan lapangan adalah sebagai berikut:
Penyelenggaraan pre construction meeting, dimaksudkan untuk mempelajari lebih dalam hal-hal yang kurang atau tidak jelas tentang isi dokumen kontrak beserta kelengkapannya serta penjelasan dari kontraktor atas Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang dianggap belum jelas. Dengan demikian keraguan atau beda pendapat dalam penafsiran pasal-pasal dokumen kontrak dapat dihindari, demikian pula ketidak jelasan tentang Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang dibuat oleh kontraktor dapat dipahami sehingga terdapat kesamaan dalam pemahaman. Disamping itu dalam pertemuan tersebut kontraktor diminta untuk menjelaskan program kerja pelaksanaan, struktur organisasi kerja di lapangan dan mekanisme kerja, efisiensi dan efektivitas program kerja yang telah disusun serta bagian-bagian pekerjaan yang akan diserahkan kepada sub-kontraktor. Dalam membuat RMP atau RMK kontraktor sekurang-kurangnya menjelaskan tentang uraian singkat pekerjaan, organisasi pelaksana kontraktor, rencana kerja pelaksanaan oleh kontraktor dilengkapi dengan bagan alurnya, standar
prosedur dan standar desain yang akan digunakan, inspeksi dan test yang akan dikerjakan. Pekerjaan Persiapan
Dalam pekerjaan persiapan ini, Konsultan akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap kegiatan kontraktor menyangkut : •
Penyiapan Kantor Lapangan Kontraktor, termasuk system sanitasi,
penerangan,
gudang
penyimpanan
material
konstruksi dan bengkel peralatan. •
Ruang kerja pengawas (Direksikeet)
•
Penyiapan papan nama proyek.
•
Penyiapan jalan kerja dan bangunan sementara.
•
Mobilisasi peralatan dan SDM.
•
Penyiapan gambar kerja.
•
Pengadaan dan pengujian bahan konstruksi.
Pekerjaan Pengukuran Lapangan (
)
Pekerjaan pengukuran ini dilakukan baik untuk pengukuran ulang maupun pengukuran tambahan untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis atas keadaan lapangan kondisi terakhir. Sebelum melaksanakan pengukuran,
kontraktor harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas Pekerjaan untuk memulai pekerjaan. Kontraktor harus memelihara benchmark (BM) yang telah ditunjuk dan bilamana diperlukan harus membuat penambahan patok-patok tetap sebagai patok bantu dalam melakukan kegiatan pengukuran. Kegiatan pengecekan patok benchmark serta kegiatan pengukuran, termasuk metode perhitungan hasil ukur maupun hasil gambar harus dilakukan sesuai dengan pedoman atau standar prosedur pengukuran yang berlaku dan disetujui. Selanjutnya hasil dari pengukuran ini akan digunakan untuk pembuatan Gambar Kerja serta pembuatan Mutual Check 0% (MC–0).
Pembuatan dan Pemeriksaan Gambar Kerja
Yang dimaksud dengan Gambar Kerja adalah gambar dari bagian-bagian disain konstruksi yang dibuat lebih jelas dengan skala gambar yang lebih besar, sehingga dapat memperlihatkan bagian-bagian yang terkecil, yang harus dikerjakan dan dapat digunakan secara langsung sebagai tuntunan para tenaga kerja trampil untuk melaksanakan pekerjaannya.
Gambar Kerja yang dibuat harus mengikuti ketentuan atau mengacu pada pedoman membuat gambar teknik yang berlaku (bentuk simbol-simbol gambar, ukuran huruf dan angka, maupun tanda-tanda lainnya). Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Gambar Kerja tersebut harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi pekerjaan.
Penyiapan Buku Harian Lapangan, Buku Pengawasan
Yang dimaksud dengan Buku Harian Lapangan (BHL) adalah buku yang disediakan oleh Kontraktor yang digunakan untuk mencatat kegiatan, peristiwa, kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan, yang terjadi setiap hari di lapangan pekerjaan. Yang dimaksud dengan Buku Pengawasan adalah buku yang disediakan oleh Kontraktor yang digunakan oleh Pengawas Pekerjaan untuk mencatat kegiatan, peristiwa atau kejadian yang menyangkut pengawasan pekerjaan yang terjadi setiap hari di lapangan. Termasuk disini adalah pemberian petunjuk dan pengarahan dari Konsultan agar pelaksanaan pekerjaan benarbenar berlangsung sesuai dengan ketentuan dalam kontrak dan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelaksanaan. Dalam Buku Harian, Kontraktor harus mencatat semua kegiatan, diantaranya adalah:
•
Penerimaan material konstruksi
•
Kegiatan pekerjaan konstruksi yang dilakukan
•
Penggunaan alat-alat kerja
•
Jumlah tenaga kerja
•
Progres pekerjaan yang telah dicapai
•
Kejadian-kejadian baik yang mengganggu maupun yang tidak mengganggu kegiatan lapangan
•
Keadaan cuaca atau hari hujan
•
Dan lain-lain kegiatan
Dalam Buku Pengawasan, Pengawas Pekerjaan/Konsultan akan mencatat semua kegiatan atau peristiwa yang berkaitan dengan pengawasan dan pengendalian pekerjaan, diantaranya adalah: •
Persetujuan rencana kerja kontaktor yang rinci, metode pelaksanaan, setting out/uitzet , pekerjaan yang selesai dan memenuhi persyaratan.
•
Petunjuk atau arahan bagi pelaksana pekerjaan, agar pelaksanaan pekerjaan atau mutu pekerjaan jangan sampai menyimpang.
•
Teguran atau peringatan kalau terjadi penyimpangan atau keterlambatan.
•
Penolakan terhadap bahan material yang akan digunakan atau hasil kegiatan yang tidak sesuai dengan persyaratan.
Disamping hal tersebut diatas, Konsultan akan menyiapkan format Laporan harian, Mingguan, Bulanan maupun checklist Pengawasan Pekerjaan untuk diisi oleh Kontraktor maupun Pengawas Pekerjaan, termasuk komentar Konsultan.
Pekerjaan Sementara atau Darurat
Konsultan supervisi akan melakukan pengawasan dan pengarahan kepada Kontraktor atas pekerjaan sementara atau darurat yang dilaksanakan. Berbagai pekerjaan sementara yang mungkin terjadi diantaranya adalah: •
Pekerjaan dewatering atau pengeringan
•
Pembuatan saluran pengelak
•
Pembuatan tanggul pengelak
•
Pembuatan/perbaikan jalan/jembatan
•
Pembuatan kerangka penyangga atau perancah
•
Dan lain-lain.
Penempatan dan Pengujian Bahan Konstruksi
Supervisi yang dilaksanakan Konsultan dalam kegiatan ini adalah agar Kontraktor dalam menempatkan/menyimpan bahan konstruksi pada tempat yang memenuhi persyaratan, sebelum bahan tersebut digunakan yakni aman, tidak mengganggu lingkungan dekat dengan tempat penggunaan bahan tersebut dan terlindung dari gangguan hujan dan sebagainya. Sedangkan pengujian bahan konstruksi dengan cara menerapkan tatacara dalam standar prosedur pengujian yang telah disepakati. Bahan yang akan digunakan harus lulus dari pengujian mutu bahan dan hasil pengujian dicatat dan disimpan dengan baik dan tertib karena akan menjadi bagian dari bukti pelaksanaan pekerjaan.
Pemeriksaan dan Pemasangan
Konsultan akan melakukan supervisi terhadap pemasangan profil yang dibuat dari kayu dan papan, disekitar atau dekat dengan rencana tapak bangunan yang menunjukkan araah sumbu atau trase dari bangunan yang akan dibangun, dan atau kedudukan elevasi tertentu sebagai pembanding elevasi bangunan yang akan dibangun, serta menunjukkan rencana bentuk bangunannya.
Pemasangan setting out/uitzet ini didasarkan pada gambar situasi dan denah serta gambar potongan dari bangunan yang akan dibangun. Kontraktor harus selalu memelihara kedudukan setting out/uitzet yang telah didirikan dan telah disetujui Pengawas Pekerjaan.
Pekerjaan Pondasi
Yang dimaksud dengan pekerjaan pondasi adalah konstruksi bangunan yang terletak dibagian bawah yang merupakan bangunan yang menyangga konstruksi diatasnya. Pada umumnya konstruksi pondasi terletak dibawah permukaan tanah. Mengingat pada pekerjaan pengairan konstruksi pondasi banyak yang terletak dibawah permukaan air, maka Konsultan akan memberi perhatian tersendiri terhadap pembangunan pondasi yang terletak dibawah air. Peletakan konstruksi pondasi harus benar-benar memperhatikan kondisi tanah setempat sesuai dengan hasil penyelidikan geoteknikal sebelumnya. Apabila ditemui bahwa kondisi tanah untuk peletakan pondasi berbeda dengan hasil penyelidikan tanah sebelumnya, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Pengawas Pekerjaan dan konsultan untuk dilakukan tindakan seperlunya.
Bilamana diperlukan, Kontraktor harus membuat bangunan sementara yang dibutuhkan (misal: dewatering, tanggul sementara, dll). Apabila ada penggalian tanah dan atau dewatering, Kontraktor harus menempatkan hasil galian dan pembuangan air sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lingkungan setempat. Dilihat dari bentuk konstruksi pondasi, pada umumnya terdiri dari : trapezium, plat beton (bentuk T terbalik), tiang pancang, sumuran, tiang strauss. Sedangkan dari jenis konstruksinya, pada umumnya terdiri dari: pasangan batu kali, konstruksi beton bertulang, konstruksi beton siklop. Untuk menjaga dan memelihara mutu pelaksanaan untuk setiap jenis konstruksi pondasi, Kontraktor harus melakukan tindakan :
•
Pondasi Pasangan Batu, mengikuti standar prosedur untuk:
Pembuatan campuran spesi
Penyusunan pasangan batu
•
Pondasi Konstruksi Plat Beton Bertulang, sesuai standar
prosedur untuk:
Pembuatan campuran beton
Pengadukan campuran beton
Pengecoran beton
Pengujian mutu beton
Pembuatan cetakan beton
Pemasangan besi beton
Pembongkaran cetakan beton
Pemeliharaan beton setelah dicor.
•
Pondasi Tiang Pancang Beton, sesuai dengan prosedur untuk:
Pembuatan tiang pancang beton bertulang
Pengangkutaan tiang pancang beton
Pemancangan tiang pancang beton
Pemasangan atau instalasi peralatan pancang
Penggunaan atau pengoperasian peralatan pancang
Pemotongan sisa tiang pancang
Uji beban tiang pancang
, sesuai dengan prosedur
•
untuk:
Pembuatan beton bertulang
Pembuatan sumuran dengan mesin bor
Standar prosedur penggunaan peralatan bor tanah
•
Pondasi Sumuran, sesuai dengan prosedur untuk :
Pembuatan sumuran dalam tanah
Pembuatan dinding sumuran
Pemasangan dinding sumuran ke dalam sumur tanah
Pembuatan dan pengecoran beton siklop
Penggunaan atau pengoperasian peralatan untuk pengangkatan dan pemasangan dinding sumuran.
Pekerjaan Galian Tanah
Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah penggalian tanah yang berada tidak didalam air, termasuk didalamnya galian tanah untuk penempatan suatu bangunan. Pengawasan yang dilakukan Konsultan dalam tahap persiapan mencakup kegiatan:
Melakukan pemeriksaan terhadap metode pelaksanaan yang disiapkan oleh Kontraktor, termasuk urutan dan jenis kegiatan yang akan dilakukan serta jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Melakukan pemeriksaan gambar kerja Kontraktor
Memeriksa kesiapan peralatan Kontaktor yang akan dipakai untuk menggali, mengangkut dan membuang hasil galian ( excavator, bulldozer, dumptruck , dll).
Melakukan pemeriksaan setting out/uitzet.
Memeriksa pekerjaan sementara (jika diperlukan).
Memeriksa rencana lokasi tempat pembuangan hasil galian.
Selama pelaksanaan pekerjaan penggalian, Konsultan akan melakukan supervisi dengan berpedoman atas standar prosedur yang berlaku mencakup kegiatan:
Galian tanah biasa, pasir atau lumpur
Peledakan atau pemecahan batu, termasuk perijinan dari instansi terkait.
Pengambilan dan pengangkutan hasil galian
Pengoperasian masing-masing peralatan yang digunakan
Penempatan hasil galian di tempat buangan.
Kemajuan pekerjaan yang dilakukan dibandingkan dengan metode pelaksanaan yang telah disusun dalam tahap persiapan dan apabila terjadi keterlambatan, Kontraktor diminta untuk melakukan revisi
terhadap jadwal pekerjaan dalam rangka mengejar keterlambatan yang terjadi.
Apabila pekerjaan penggalian dilakukan dengan tenaga manusia, Konsultan akan mengawasi agar tenaga yang dipekerjakan memang cukup terampil untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Hasil kerja penggalian harus sesuai dengan gambar kerja seperti yang telah direncanakan.
Apabila pengangkutan hasil galian menggunakan jalan umum, Konsultan akan selalu mengawasi agar Kontraktor selalu memelihara jalan umum tersebut dan hasil galian tidak tercecer di jalan.
Melakukan pemeriksaan terhadap Buku Harian Lapangan (BHL) yang dibuat oleh Kontraktor.
Pekerjaan Pemasangan Pipa
Yang dimaksud dengan pekerjaan pipa adalah pekerjaan pemasangan pipa untuk keperluan saluran air, termasuk perlengkapannya (sambungan, valve, dll). Untuk pekerjaan pemasangan pipa, Konsultan akan melakukan supervisi terhadap Kontraktor meliputi:
Bahwa pipa dan perlengkapan yang digunakan harus sesuai dengan standar yang disetujui.
Metode pemotongan dan penyambungan pipa harus dikerjakan sesuai dengan standar yang berlaku.
Penyetelan pipa harus sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknik yang disetujui.
Penempatan dan pemasangan pipa di tempat yang telah direncanakan harus sesuai dengan kedudukan setting out/uitzet dan gambar kerja.
Pipa yang telah dipasang harus dipelihara sesuai dengan standar yang berlaku.
Bilamana
pipa
dan
perlengkapannya
adalah
merupakan
produk
manufaktur, harus disertakan sertifikasi dari manufakturingnya.
Spesifikasi teknik yang disebutkan dalam sertifikat manufakturingnya telah memenuhi ketentuan dalam spesifikasinya (ukuran atau dimensi baik kapasitas dan tipenya, jenis bahan yang digunakan).
Kedatangan pipa sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Pondasi pipa telah dinyatakan benar dan siap dibebani.
Pemasangan angker atau jangkar dalam pondasi telah sesuai dengan gambar kerja.
Prosedur pengangkutan pipa sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Pemasangan pipa dan sambungannya memerlukan kecermatan sekali, maka prosedur pemasangannya harus sesuai dengan metode pemasangan dan spesifikasi teknik dan gambar kerja yang telah disetujui.
Pekerjaan Timbunan Tanah
Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah pemilihan jenis bahan timbunan, pengambilan tanah dari sumbernya (borrow area ), pemindahan atau transportasi tanah dari sumbernya ke tempat penimbunan, pemadatan tanah hingga memenuhi persyaratan yang ditetapkan (tanggul, embung saluran irigasi, tanggul banjir, dll). Dalam pekerjaan timbunan tanah, Konsultan akan melakukan supervisi mencakup hal-hal sebagai berikut: ⇒
Agar kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuanketentuan yang tercantum dalam pedoman spesifikasi teknik, khususnya untuk pekerjaan bidang pengairan yang berlaku.
⇒
Agar
pelaksanaan
konstruksinya.
pekerjaan
sesuai
dengan
disain/gambar
⇒
Pemadatan yang dilakukan sesuai dengan persyaratan pemadatan baik tingkat pemadatan maupun tebal masing-masing lapisan tanah timbunan yang diijinkan ataupun ketentuan stripping dan clearing sebelum dilakukan pemadatan.
⇒
Jika diperlukan, dilakukan trial test pemadatan lapangan
dengan
menerapkan standar prosedur pemadatan yang berlaku. ⇒
Uji mutu pemadatan di lapangan maupun di laboratirium.
⇒
Apabila Kontraktor menggunakan jalan umum untuk pengangkutan bahan timbunan, Konsultan akan selalu memonitor penggunaan jalan umum tersebut sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan tidak mengganggu lalu lintas.
⇒
Untuk menjaga atau memelihara mutu pekerjaan timbunan tanah, Konsultan akan melakukan tindakan/petunjuk kepada Kontraktor, yaitu:
Sebelum dilakukan penimbunan tanah perlu dilakukan pengambilan contoh tanah dari borrow area untuk dilakukan pengujian mutu bahan timbunan.
Agar diperkirakan bahwa volume yang terdapat dalam borrow area yang disiapkan telah mencukupi sesuai dengan yang
dibutuhkan.
Kontraktor agar selalu menjaga mutu bahan timbunan khususnya kandungan airnya, agar dihindari terkena air hujan yang berlebihan atau terlalu lama terkena sinar matahari.
Apabila pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah dilakukan oleh tenaga manusia, maka kontraktor harus mempekerjakan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam bidang pengambilan, perataan dan pemadatan timbunan.
Apabila pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah dilakukan dengan menggunakan peralatan berat, maka kontraktor agar menjaga kesiapan peralatan yang digunakan sesuai dengan manual OP peralatan tersebut.
Pemadatan timbunan yang dilakukan didekat bangunan atau struktur harus dulakukan dengan berhati-hati sekali.
Pekerjaan Bangunan Konstruksi
Yang dimaksud dengan bangunan konstruksi disini antara lain adalah:
Konstruksi pasangan batu
Konstruksi beton siklop
Konstruksi beton bertulang
Konstruksi bronjong
Sebelum pelaksanaan pekerjaan bangunan konstruksi, Konsultan akan memeriksa kesiapan pelaksanaan Kontraktor mencakup:
Jadwal Pelaksanaan pekerjaan yang lebih rinci.
Metode pelaksanaan untuk setiap kegiatan, khususnya kesiapan penggunanaan peralatan, ketersediaan bahan konstruksi, ketersediaan tenaga kerja yang trampil agar tercapai hasil yang optimal.
Kesiapan Gambar Kerja yang detail lengkap dengan gamabar penjelasan dari bagian-bagian konstruksi yang akan dikerjakan.
Kesiapan bangunan sementara (jika diperlukan)
Setting out/uitzet, telah dipasang dan telah sesuai
dengan posisi atau elevasi seperti dalam gambar rencana.
dan lain-lain.
Selama pelaksanaan konstruksi, Konsultan akan melakukan supervisi konstruksi antara lain adalah : •
Untuk Konstruksi Pasangan Batu
Dijaga agar Kontraktor dalam membuat perbandingan campuran spesi sesuai dengan spesifikasi teknik yang dipersyaratkan.
Ukuran dan pemasangan batu sesuai dengan standar prosedur yang berlaku dan sesuai dengan ganbar kerja maupun bentuk profil yang disiapkan.
Apabila dibuat siaran atau plesteran, campuran spesi untuk siaran atau plesteran sesuai dengan spesifikasi teknik dan pengerjaannya secara rapih dan bersih.
•
Untuk Konstruksi Beton Bertulang
Pembuatan cetakan beton harus memenuhi ketentuan dalam Gambar Kerja, dari bahan yang telah ditentukan dan dengan dimensi seperti dalam Gambar Rencana dan harus dipasang sesuai dengan setting out/uitzet yang telah disetujui.
Apabila harus menggunakan Perancah, maka konstruksi perancah ini harus cukup kuat.
Pemotongan, penyambungan dan pembengkokan besi beton harus dikerjakan sesuai dengan gambar kerja pembesian yang telah disetujui.
Penyetelan, pemasangan dan pengikatan besi beton harus dikerjakan secara rapih, sesuai dengan petunjuk dalam gambar kerja pembesian serta sesuai dengan standar desain pemasangan besi beton yang berlaku.
Kontraktor agar selalu menjaga perbandingan campuran beton sesuai dengan spesifikasi teknik, dan selalu melakukan test atau pengujian campuran beton pada waktu yang ditentukan dengan menggunakan metode pengujian seperti yang ditentukan dalam spesifikasi teknik.
Pengangkutan, pengadukan dan pengecoran beton harus dilakukan dengan secepatnya dan disuahakan dengan cara yang paling efektif.
Apabila
harus
dilakukan
penghentian
pengecoran
sebelum cetakan beton terisi penuh harus ditempat pemberhentian menurut standar yang berlaku.
Penggetaran beton harus dilakukan secara merata di semua bagian dan dengan menggunakan alat penggetar yang telah disetujui.
Kontraktor harus melakukan pemeliharaan setelah pengecoran
beton
dilakukan
dengan
cara
selalu
membasahi dengan air.
Pembongkaran cetakan beton dan perancah dilakukan setelah betonnya cukup keras dan cukup umur sesuai dengan metode pembongkaran yang berlaku.
•
Untuk Konstruksi Bronjong
Pembuatan anyaman kawat bronjong agar supaya sesuai dengan gambar kerja.
Penempatan atau pemasangan bronjong kawat ditempat pekerjaan sesuai dengan profil yang telah dipasang.
Pengisian batu dalam bronjong harus dikerjakan secara efektif dan sesuai dengan spesifikasi teknik.
Penutupan dan pengikatan bronjong harus dikerjakan sesuai dengan standar yang berlaku.
Pekerjaan Hidro Mekanikal
Yang dimaksud dengan pekerjaan hidro mekanikal adalah pekerjaan besi profil atau baja untuk keperluan bangunan bendung dan jaringan irigasi
Untuk pekerjaan besi profil atau baja, Konsultan akan melakukan supervisi terhadap Kontraktor meliputi: •
Bahwa profil yang digunakan harus sesuai dengan standar besi yang disetujui.
•
Metode pemotongan dan penyambungan profil besi (keeling atau las) harus dikerjakan sesuai dengan standar yang berlaku.
•
Penyetelan (montage ) kerangka besi harus sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknik yang disetujui.
•
Penempatan dan pemasangan kerangka besi di tempat yang telah direncanakan harus sesuai dengan kedudukan setting out/uitzet dan gambar kerja.
•
Kerangka besi yang telah dipasang harus dipelihara sesuai dengan standar yang berlaku.
•
Bilamana peralatan hidromekanikal adalah merupakan produk manufaktur, harus disertakan sertifikasi dari manufakturingnya.
•
Standar prosedur pemasangan peralatan hidromekanikal harus diikuti
Untuk pekerjaan pompa air, Konsultan akan melakukan supervisi dan pemeriksaan terhadap kebutuhan pompa air mencakup hal-hal sebagai berikut: •
Spesifikasi teknik yang disebutkan dalam sertifikat manufakturingnya
telah
memenuhi
ketentuan
dalam
spesifikasinya (ukuran atau dimensi baik kapasitas dan tipenya,
jenis
bahan
yang
digunakan
serta
alat
penggeraknya). •
Kedatangan pompa air sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
•
Pondasi serta rumah pompa telah dinyatakan benar dan siap dibebani pompa air.
•
Pemasangan angker atau jangkar dalam pondasi telah sesuai dengan gambar kerja.
•
Prosedur pengangkutan pompa air sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
•
Pemasangan pompa dan motornya memerlukan kecermatan sekali, maka prosedur pemasangannya harus sesuai dengan metode pemasangan dan spesifikasi teknik dan gambar kerja yang telah disetujui.
•
Bilamana pemasangan pompa air dilengkapi dengan rumah pompa, maka dalam rumah pompa ini harus disediakan peralatan pengangkat atau alat katrol (baik yang digerakkan secara manual atau tenaga listrik).
On The Job Training kepada Staff Proyek
Pelatihan ini akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi pada saat pelaksanaan konstruksi dan langsung dilakukan dilapangan. Hal ini menyangkut cara pengawasan konstruksi, prosedur pemeriksaan mutu konstruksi, dan lain sebagainya.
9.
Tahap Setelah Konstruksi
Setelah pelaksanaan pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan oleh Kontraktor, tugas dan tanggung jawab Konsultan Supervisi mencakup hal-hal sebagai berikut :
a.
Perhitungan Progres Pekerjaan Selesai (MC.100) Evaluasi progress pekerjaan yang terakhir atau MC-100, dilakukan
bersama-sama antara Pihak Proyek, Konsultan maupun Kontraktor dengan
melakukan peninjauan lapangan terlebih dahulu dan setelah itu dilakukan pembahasan atas progress yang telah dicapai. Dalam MC-100 hal-hal yang harus diperhatikan adalah: •
Kemungkinan adanya kelebihan/kekurangan volume pekerjaan pada bagian pekerjaan tertentu.
•
Kemungkinan
adanya
keterlambatan
waktu
penyelesaian
pekerjaan. •
Kemungkinan adanya bagian pekerjaan yang belum selesai 100 %, tetapi telah dianggap selesai.
•
Kemungkinan adanya pekerjaan yang telah selesai, tetapi belum dapat diterima Pengawas Pekerjaan, tetapi telah dihitung volumenya.
•
Kebersihan dan kerapihan lapangan yang dipersyaratkan belum terpenuhi.
•
Kemungkinan adanya pembongkaran dan pembersihan pekerjaan sementara yang belum dilakukan atau diselesaikan.
•
Kemungkinan
adanya
klaim
diselesaikan oleh Kontraktor.
b.
Pemeriksaan As Built Drawing
sub-kontraktor
yang
belum
Setelah pelaksanaan konstruksi selesai dikerjakan, sebagaimana mestinya kontraktor menyiapkan as-built drawings dari masing-masing bangunan. Dalam hal ini Konsultan supervisi akan melakukan pemeriksaan terhadap as-built drawings tersebut agar benar-benar sesuai dengan kondisi bangunan dilapangan baik itu mencakup dimensi, posisi, elevasi maupun detail-detail bagian bangunan lainnya. As-built drawings yang dibuat akan berperanan cukup penting karena akan dipakai sebagai dasar untuk pembayaran maupun keperluan dimasa mendatang.
c. Pekerjaan dalam Masa Pemeliharaan
Yang dimaksud dengan “Pekerjaan dalam masa pemeliharaan “ adalah: kegiatan yang harus dilakukan oleh Kontraktor, selama masa pemeliharaan yang bertujuan untuk tetap menjaga atau memelihara agar supaya bangunan beserta kelengkapannya yang telah diserahkan dalam tahap pertama, tetap dalam kondisi yang baik sesuai dengan yang telah disetujui. Selama masa ini Konsultan supervisi akan melakukan kegiatankegiatan: •
Melakukan pemeriksaan untuk semua pekerjaan yang perlu diperlihara dan dicatat hal-hal yang ada perubahan bentuk,
misalnya retak-retak, penurunan, longsor pengapuran atau pengecatan yang mengelupas. •
Membuat catatan-catatan agar Kontraktor melakukan perbaikan atau penyempurnaan atau penggantian bagian-bagian yang dianggap mengalami kerusakan atau perubahan atau yang belum sempurna dan harus diperbaiki selama masa pemeliharaan.
•
Membantu
Pemimpin
Proyek
dalam
menyusun
dokumen
penyerahan pekerjaan. •
Sebelum dilakukan penyerahan kedua, kondisi bangunan dan kelengkapannya harus dalam kondisi masih baik tanpa ada perubahan atau kerusakan.
d.
Penyerahan Pekerjaan Konstruksi (Provesional Hand Over) Pada
akhir
pekerjaan
konstruksi,
maka
kontraktor
akan
mengajukan permintaan PHO (Provesional Hand Over ) kepada Kepala Satker Sementara (Pengguna Jasa), Ketelibatan Tim Supervisi dalam hal ini adalah membantu memberikan penjelasan-penjelasan teknis mengenai pekerjaan, saran-saran teknis, informasi mengenai test laboratorium, kuantitas pekerjaan, gambar-gambar desain/revisi desain dll. Di samping itu Tim Supervisi juga akan membuat usulan pekerjaan-pekerjaan yang perlu
diperbaiki oleh kontraktor dalam bentuk daftar keruasakan yang masih menjadi tanggung jawab kontraktor selama periode pemeliharaan atau biasa disebut “ Defect and Defeciacies ” dan penyerahan berkas-berkas teknis dan administrasi kepada Pemimpin Proyek.
e. Serah terima Akhir (FHO) Pekerjaan
Sebagai tahap akhir pelaksanaan konstruksi adalah Serah Terima Akhir Pekerjaan (FHO) yang akan dilakukan dari Kontraktor kepada Pemimpin Proyek setelah masa pemeliharaan selesai. Sebelum dilakukan Serah Terima Akhir Pekerjaan (FHO), Konsultan Supervisi akan menyusun dokumen penyerahan pekerjaan yang telah sempurna dilaksanakan oleh Kontraktor, termasuk perbaikan-perbaikan selama masa pemeliharaan.
f. Administrasi
Seperti halnya pekerjaan pengawasan, pekerjaan administrasi harus diselenggarakan dengan tertib, karena prosedurnya administrasi ini sangat penting artinya didalam mendapatkan catatan-catatan secara tertulis mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Dalam kaitan ini, Tim Supervisi berkewajiban membuat seluruh prosedur pekerjaan fisik mengikuti dan mempunyai catatan-catatan baik pada saat pengajuan
pekerjaan oleh kontraktor (Request of Work ), catatan-catatan hasil pengawasan pengawasan baik secara visual di lapangan maupun hasil test laboratorium, termasuk juga perhitungan quantitas hasil pekerjaan sebagai bahan pembayaran, dimana catatan-catatan ini harus disimpan dan diarsipkan dengan tertib. Surat-menyurat dengan Kontraktor/Bagian Proyek baik yang menyangkut administrasi biasa maupun administrasi teknis akan diselenggarakan dengan baik dan tertib sesuai dengan ketentuan didalam Dokumen kontrak. Pengajuan Pembayaran Bulanan (Monthly Certificate ) oleh kontraktor akan dicocokkan dan dipelajari dengan melihat catatan-catatan harian inspektor lapangan dan hasil pengukuran dan perhitungan bersama ( joint measurement ). Diagram alir pengajuan dana pembayaran oleh kontraktor disajikan pada gambar dibawah ini.
Mulai
Pembuatan as-built Drawing
HARGA SATUAN
VOLUME
PERHITUNGAN BIA YA
PERSETUJUAN DIREKSI
BERITA ACARA
PENGAJUAN DANA PEMBAYARAN
Selesai
Gambar E -31 Diagram alir pengajuan dana pembayaran oleh kontraktor
Pembuatan Contract Change Order (perubahan Kontrak) akan disiapkan dan dibuat sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi yang dilengkapi alasan-alasan dan argumen tasi dilakukan perubahan, perhitunganperhitugan, sket/gambar-gambar, dan usulan mengenai perpanjangan waktu (apabila diperlukan) yang berkaitan dengan perubahan tersebut. Seluruh
dokumen kontrak, gambar-gambar hasil survei, gambar desain/redesain serta gambar-gambar kerja dan gambar terlaksana, catatan-catatan hasil pekerjaan pengawasan, test laboratorium, akan disimpan rapi di kantor Tim Leader dan dapat dilihat apabila diperlukan setiap saat. Setiap klaim yang diajukan oleh kontraktor, seperti permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan, permintaan pembayaran atas hasil pekerjaan akan selalu dipelajari dan dichek terhadap hasil monitoring pekerjaan, serta didiskusi terlebih dahulu sebelum diambil keputusan. Saran-saran teknis, rekomendasi, serta alternatif-alternatif terhadap pemecahan setiap masalah yang timbul, akan selalu diberikan oleh Tim supervisi kepada Kepala Satuan Kerja baik secara lisan maupun tertulis. Semua dokumen administrasi baik dokumen administrasi biasa maupun administrasi teknis termasuk kelengkapan-kelengkapannya akan diserahkan kepada Kepala Satuan Kerja pada akhir dari masa layanan konsultasi pekerjaan Tim Supervisi. Bagan Aliran ( flow chart ) Prosedur Perubahaan Kontrak (CCO) seperti terlihat pada gambar dibawh ini.
Mulai
TIDAK ADA PERUBAHAN KONTRAK
T
KONTRAK AWAL
PELAKSANAAN PEKERJAAN
KOMPARASI
PERHITUNGAN BIAYA PEKERJAAN
Ada Perbedaan?
Y
PERSETUJUAN KONSULTAN
PERSETUJUAN PROYEK
BERITA ACARA
KONTRAK BARU
Selesai
Gambar E -32 Bagan Alir Prosedur Perubahan Kontrak
Mulai
Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal Perencanaan Awal
KOMPARASI
T Tidak Ada Perpanjangan Waktu
Ada Perb edaan?
Y Perhitungan Sisa Volume Pekerjaan
Penyusunan Jadwal Perpanjangan Waktu
Permohonan Perpanjangan Waktu : - Alasan - Jadwal
Persetujuan Oleh Kons ultan
T Sesuai?
Y
Selesai
Gambar E -43 Bagan Alir Prosedur Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
g. Alih teknologi
Konsultan diharapkan dapat memberikan dukungan untuk alih teknologi dan meningkatkan kemampuan propesional Proyek dengan mengadakan kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut :
Pelatihan manajemen pelaksanaan proyek
Mengadakan pendidikan teknis praktis untuk supervisi konstruksi
Mengadakan pendidikan teknis praktis untuk pelaksanaan konstruksi
Pelatihan dan pendidikan untuk pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas bangunan pengendali banjir bendung dan jaringan irigasi.
B.
PROGRAM K KERJA
a.
Pola Kerja
Seperti yang telah disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja bahwa lingkup pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh)
meliputi aspek Umum Pengawasan dan Aspek Khusus Pengawasan
(Modifikasi Disain). Untuk mendukung kedua fungsi ini maka tim diklasifikasikan
menjadi Tim Disain dan Tim Lapangan. Secara umum rencana kerja konsultan pengawas harus berbasis pada Kerangka Acuan yang diberikan yaitu: Menyiapkan organisasi dan pengisian personil lapangan (tenaga ahli dan tenaga pembantu) sesuai dengan kriteria KAK untuk bisa melaksanakan fungsi manajemen proyek secara efektif. Melakukan pengendalian dan pengawasan pekerjaan secara terus-menerus melalui koordinasi yang meliputi approval , disapproval dan koreksi terhadap pelaksanaan kontrakator melalui mekanisme pelaporan progress pekerjaan. b.
Pola Kerja Tim Desain
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai tim desain, yaitu dengan tugas melakukan konfirmasi desain terhadap pekerjaan/ perubahan lapangan serta memecahkan berbagai masalah desain struktur/ konstruksi yang digunakan di lapangan dan jika diperlukan suatu perubahan yang signifikan, maka Konsultan harus memberikan rekomendasi disertai alasan-alasan yang mendukungnya. Selanjutnya Konsultan juga harus merekomendasikan terhadap desain bangunanbangunan utama yang telah dilakukan, disertai dengan alasan teknis yang mendukung.
Untuk dapat melakukan hal tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah: Pengumpulan data perencanaan Mereview : o
Gambar rencana
o
Kriteria desain
o
Dokumen perhitungan dan analisis
Melakukan redrawing usulan perubahan Selanjutnya jika usulan perubahan desain (Modifikasi Desain) disetujui oleh pihak pemberi tugas, maka hal ini harus disampaikan kepada pihak kontraktor untuk didiskusikan terkait dengan kemungkinan adanya pekerjaan tambah/ kurang.
♣
Pola Kerja Tim Pengawasan (Supervisi)
Pengawasan bisa dilakukan dengan menggunakan berita lisan, berita berbentuk laporan tertulis ataupun melalui pandangan mataya sendiri. Seorang pengawas selalu mengadakan check dan recheck, review, evaluasi kemajuan pekerjaan dan dengan memperbandingkan terhadap tolok ukur yang ada, misalnya terhadap gambar kerja dan R.K.S, dan lain sebagainya. Sebelum seseorang pengawas memutuskan untuk menolak atau menerima suatu hasil pekerjaan,
diperlukan standar ukuran yang dapat dijadikan pedornan. Langkah-langkah penting dalam pekerjaan supervisi proyek antara lain: menetapkan tolok ukur yang akan digunakan mengukur prestasi kerja membandingkannya dengan prestasi yang seharusnya atau tolok ukur yang ada. menanggulangi terhadap prestasi yang kurang cukup atau tidak memenuhi persyaratan. c.
Rencana kerja
Dalam meyelesaikan pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh) ini Tim Konsultan akan
menyusun langkah-langkah yang sesuai dengan persyaratan dalam KAK dan lebih mendetailkannya pada aplikasi lapangan. Adapun langkah / rencana kerja yang akan dilaksanakan meliputi: 1.
Persiapan
a.
Penyusunan RMK dan Konsultasi Awal dengan Tim Teknis.
b.
Persiapan Personil Kantor dan Perlengkapannya.
c.
Mobilisasi dan Pengujian peralatan.
2.
Pekerjaan Pendahuluan
a. 3.
4.
Peninjauan Lokasi /
a.
Identifikasi jenis-jenis kegiatan konstruksi.
b.
Inventarisasi kondisi bangunan eksisting.
c.
Klarifikasi modifikasi desain.
d.
Penajaman rencana kerja.
Evaluasi dan Kajian Ulang SID
a. 5.
6.
Pengumpulan data Kontrak dan Dokumen Pelelangan.
Membandingkan kondisi di lapangan dengan hasil SID.
Redesign
a.
Review Desain.
b.
Review Metode Konstruksi.
Tahap Pre Konstruksi
a.
Pre Construction Meeting.
b.
Evaluasi RMK.
c.
Construction Plan.
7.
8.
d.
Penyusunan Kendali Mutu.
e.
Evaluasi Mutual Chek 0% (MC-0).
Tahap Pelaksanaan Konstruksi
a.
Pengawasan Lapangan
b.
Kontrol Kuantitas
c.
Kontrol Kualitas (mutu bahan, mutu konstruksi, dll)
d.
Rapat Evaluasi Mingguan
e.
Rapat Evaluasi Bulanan
f.
Koordinasi Internal Team (Pemecahan Masalah)
g.
Sertifikat pembayaran prestasi pekerjaan
h.
Penyiapan gambar hasil pelaksanaan
Tahap dan Pelaporan dan Diskusi
Pada tahap ini konsultan menyerahkan laporan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan dan jumlah laporan masing-masing sesuai
persyaratan. Selain deliverable laporan juga dilakukan presentasi/diskusi hasil pekerjaan.
C.
ORGANISASI D DAN P PERSONIL
Keberhasilan pencapaian sasaran pekerjaan ini ditentukan oleh organisasi personil pelaksana yang tepat, terkoordinasi, dan proporsional sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing pelaksana. Dilain pihak juga harus berlangsung koordinasi yang baik antara pihak pelaksana dengan pihak pemilik pekerjaan. Team Leader sebagai koordinator harus mampu mengkoordinasi dan memberikan peranan yang seimbang kepada semua anggota tim selama peleksanaan pekerjaan. Sedangkan disisi lain Team Leader bertanggung jawab secara langsung terhadap kemajuan pekerjaan. Oleh karena itu, perlu ditentukan lingkup penugasan serta tanggung jawab yang jelas pada masing-masing personil pelaksana. Demikian pula perlu dirumuskan struktur organisasi pelaksana yang tepat untuk mendukung kelancaran pekerjaan. Hal ini secara rinci diuraikan dibawah ini dan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Dari diagram tersebut terlihat bahwa hubungan antara pemilik proyek dengan Konsultan yang diwakili oleh Team Leader, merupakan hubungan antara