MORFOLOGI ANGGREK
Oleh:
Nama : Desi Ariana Syahid
NIM : B1J012145
Rombongan : II
Kelompok : 5
Asisten : Risna Wahyuningsih
LAPORAN PRAKTIKUM ORCHIDOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis di Asia Tenggara yang kaya akan anggrek alam. Di hutan Indonesia terdapat sekitar 5.000 jenis anggrek alam atau sekitar 16 % dari jenis anggrek alam yang ada di dunia. Jumlah jenis anggrek akan terus bertambah dengan penemuan-penemuan baru di hutan-hutan maupun hasil persilangan. Anggrek merupakan salah satu suku yang cukup banyak jenisnya. Sebagian besar keragamannya terpusat di kawasan tropis dan subtropis. Anggota suku ini secara alami tumbuh mulai dari hutan dataran rendah hingga hutan dataran tinggi dan pada berbagai jenis hutan seperti hutan primer dan hutan sekunder. Tumbuhan ini sangat beragam ditinjau dari habitat, ukuran, serta morfologinya (Sastrapradja et al., 1977).
Menurut Sarwono, (2002) anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari famili Orchidaceae yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot, atau hiasan taman. Tanaman anggrek yang sedemikian banyak jumlahnya, secara morfologi hampir sama, hanya lingkungan hidupnya saja yang berbeda, tergantung habitat asalnya. Anggrek memiliki banyak keragaman bentuk. Secara morfologi, tanaman anggrek terdiri dari daun, batang, akar, bunga, dan buah. Secara morfologi pula bentuk tiap-tiap bagian itu berbeda-beda ditiap spesies anggrek. Variasi tersebut bisa terjadi akibat adanya perbedaan tempat atau lingkungan hidup anggrek. Untuk membedakan antara anggrek dengan tumbuhan lain dapat dilihat dari sifat-sifat yang khas pada organ vegetatifnya, yaitu akar, batang, dan daun, maupun organ generatif yaitu bunga, buah, dan biji (Sarwono, 2002).
Suku anggrek-anggrekan merupakan satu suku tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal dari daerah tropik. Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal dan berdaging (sukulen) membuat anggrek tahan menghadapi tekanan ketersediaan air, sehingga anggrek dapat hidup pada kondisi ketersediaan air yang rendah. Anggrek tidak dapat ditemukan di daerah gurun karena perakarannya tidak intensif. Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi tidak langsung sehingga anggrek biasa ditemukan di alam sebagai tumbuhan lantai hutan atau di bawah naungan. Sebagai tanaman hias, anggrek tahan di dalam ruang (Sastrapradja et al., 1977).
Tujuan
Tujuan praktikum morfologi organ vegetatif yang meliputi akar, batang, dan daun adalah dapat membedakan akar, batang, dan daun anggrek yang berkaitan dengan cara hidupnya, yaitu anggrek tanah dan anggrek epifit.
MATERI DAN METODE
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah alat tulis, kertas gambar, dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah Dendrobium sp., Vanda sp dan Mokara sp.
Metode
Cara kerja dalam praktikum adalah:
Anggrek spesies Dendrobium sp., Vanda sp dan Mokara sp. disiapkan.
Organ akar, batang, daun, bunga dan tipe pertumbuhan masing-masing spesies diamati.
Morfologi masing-masing spesies kemudian digambar, diberi keterangan dan klasifikasi.
Masing-masing spesies anggrek didokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar 1. Morfologi Dendrobium sp.
Gambar 2. Morfologi Vanda sp.
Gambar 3. Morfologi Mokara sp.
Pembahasan
Anggrek merupakan tumbuhan kelima terbanyak jumlah jenisnya di dunia. Diketahui 5.000 jenis berada di Indonesia. Sekitar kawasan Sumatera ditemukan 1.118 spesies anggrek, 458 jenis diantaranya merupakan anggrek endemik Sumatera terutama pada daerah pegunungan di Bukit Barisan (Musa et al., 2013). Jenis anggrek tumbuh dari kutub utara sampai daerah khatulistiwa dan terus ke selatan, pada semua benua kecuali Antartika. Sebagian besar jenisnya ditemukan di daerah tropis. Indonesia sendiri diyakini memiliki tak kurang dari 5000 jenis anggrek yang tersebar di berbagai pulau dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai Papua. Struktur tanaman anggrek terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Sifat-sifat khas tanaman dari famili orchidaceae ini dapat terlihat dari karakter akar, batang, daun dan bunganya (Suryowinoto, 1976).
Anggrek memiliki beberapa karakteristik yang unik dan banyak kehadiran mereka beragam mungkin disebabkan hubungan mereka dengan jamur mikoriza. Arsitektur akar memiliki makna fungsional dalam hal serapan hara oleh tanaman , mikoriza bergantung pada kebugaran tanaman. Perubahan dalam jumlah akar rambut dan panjang dianggap adaptasi terhadap berbagai ketersediaan sumber daya nutrisi. Spesies tanaman dengan panjang rambut akar lebih efisien dalam mengakses nutrisi dari substrat dibandingkan spesies dengan rambut akar yang lebih sedikit atau pendek. Tebal tanaman berakar dengan rambut akar kurang berkembang adalah sangat tergantung pada jamur mikoriza (Sathiyadash et al., 2012).
Klasifikasi Dendrobium sp. menurut Cronquist (1981) adalah:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae Juss
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium sp.
Dendrobium sp. sebagian besar bersifat epifit, namun ada pula yang hidup sebagai litofit. Pola pertumbuhan Dendrobium sp. termasuk simpodial, yaitu mempunyai pertumbuhan pseudobulb terbatas. Anggrek Dendrobium sp. disukai masyarakat karena rajin berbunga dengan warna dan bentuk bunga yang bervariasi dan menarik (Bechtel et al., 1992). Keunggulan anggrek Dendrobium sp. dari anggrek lainnya adalah mudah berbunga tanpa memerlukan perlakuan khusus. Anggrek hibrida untuk Dendrobium sp. berwarna lembayung muda, putih, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Anggrek hibrida Dendrobium sp. hasil pemuliaan modern memiliki warna kebiruan, gading, atau jingga tua sampai merah tua. Dendrobium sp. dapat berbunga beberapa kali dalam setahun. Tangkai bunganya panjang dan dapat dirangkai sebagai bunga potong (Puchooa, 2004).
Anggrek Dendrobium sp. adalah salah satu genus anggrek yang terbesar yang terdapat di dunia ini. Diperkirakan anggrek ini terdiri dari 1.600 spesies. Bentuk bunga Dendrobium memiliki sepal yang bentuknya hampir menyamai (berbentuk) segitiga, dasarnya bersatu dengan kaki tugu untuk membentuk taji. Petal biasanya lebih tipis dari sepal, labelum berbelah, dan menurut bentuk bunga inilah maka jenis Dendrobium bisa dibedakan dalam beberapa golongan. Temperatur yang dikehendaki bagi anggrek Dendrobium pada malam hari minimum 15°C dan siang hari 25°C (Sugeng, 1985).
Klasifikasi Vanda sp. menurut Cronquist (1981) adalah:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae Juss
Genus : Vanda
Spesies : Vanda sp.
Vanda adalah genus dalam keluarga anggrek (Orchidaceae), meskipun tidak besar jumlah spesiesnya (sekitar lima puluh spesies), Vanda merupakan salah satu jenis anggrek yang paling populer di tengah-tengah masyarakat. Genus ini dan spesiesnya dianggap sebagai yang paling sangat berkembang dari semua anggrek dalam Orchidaceae. Anggrek inihidup secara epifit, tapi kadang-kadang ada yang lithophytic atau terestrial. Daerah penyebarannya adalah di India, Himalaya, Asia Tenggara, Indonesia, Filipina, Nugini, Cina selatan dan utara Australia. Genus ini memiliki pertumbuhan monopodial dengan daun yang sangat bervariasi sesuai dengan habitat. Beberapa memiliki bentuk daun datar, biasanya luas, daun bulat telur, sementara yang lain memiliki bentuk silinder, daun berdaging. Batang anggrek ini sangat bervariasi dalam ukuran, ada tanaman yang kecil dan tanaman dengan panjang sampai beberapa meter. Tanaman dapat menjadi cukup besar dalam habitat dan pembudidayaan, dan spesies epifit memiliki sangat besar, dengan sistem akar udara (Bechtel et al., 1992).
Klasifikasi Mokara sp. adalah:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae Juss
Genus : Mokara
Spesies : Mokara sp.
Anggrek Mokara mempunya tipe monopodial. Anggrek monopodial memiliki pertumbuhan ke arah terminal. Anggrek tipe ini memiliki akar napas dan tidak memiliki pseudobulbus. Anggrek Mokara merupakan hasil persilangan inter-genik antara Arachnis x Ascocentrum x Vanda yang memiliki jumlah warna terbanyak dibanding anggrek lainnya. Mokara memiliki diversitas luar biasa dalam bentuk bunga dan warna. Bunganya dijuluki sebagai anggrek tersenyum 'smile orchid'. Hal itu karena delikasi dan warnanya yang menyerupai bintang laut, Mokara terkenal sebagai bunga yang digunakan untuk karangan bunga dalam pernikahan. Tanaman dan bunganya sangat bagus bentuk serta ukurannya, warna bunga yang mekar memiliki rentang warna dari putih, kekuningan seperti mawar kuning dan berwarna gelap seperti crimson ungu (Ali et al., 2014).
Macam-macam cara hidup anggrek di habitatnya adalah sebagai berikut :
Anggrek terrestrik
Anggrek terrestrik adalah anggrek yang hidup di permukaan tanah, dan menyerap makanan dari tanah. Daunnya biasanya lebar, relatif tipis helaiannya, tidak sukulen atau ulet seperti kulit. Daun-daunnya berwarna hijau, mempunyai kemampuan mengambil gas CO2 dari udara dan mengambil zat-zat anorganik tanah. Akarnya mempunyai rambut-rambut akar yang panjang (Moeso, 1987).
Anggrek tanah memiliki karakteristik seperti tumbuh dan berbunga di tanah. Media tumbuhnya biasanya merupakan campuran bahan organik yang kaya akan unsur hara. Di hutan, anggrek terestrial tumbuh pada lantai hutan yang gelap atau dapat juga pada padang rumput yang mendapatkan sinar matahari penuh. Jenis anggrek terestrial umumnya banyak ditemukan pada hutan dataran tinggi dan hanya sebagian kecil yang tersebar di dataran rendah yang panas. Contoh anggrek terestrial adalah sebagian besar Paphiopedilum, Spathoglottis, Bromhedia, Macodes, Corybas, Cryptostylis, Diuris, Eulophia, Tetramicra, Thelymitra, Caladenia, Calanthe, Phaius, Acanthephippium, Calypso, dan Cypripedium (Frankie, 2008).
Anggrek Epifit
Anggrek epifit adalah anggrek yang biasa hidup di atas batang, dahan, atau ranting-ranting tanaman yang masih hidup atau yang telah roboh dan sudah mati. Anggrek epifit diperkirakan hasil evolusi dari anggrek tanah. Perubahan lingkungan ini membeutuhkan penyesuaian pada daun, akar, dan batang. Daunnya biasanya berhijau daun, menjadi sukulen atau tebal seperti kulit, dan merupakan penampung cadangan makanan dan air. Mulut daun kryptopore, setidak-tidaknya menyulitkan penguapan air pada musim kemarau. Akarnya tidak berambut, hanya berambut pendek sekali pada bagian yang menempel pada batang tanaman yang ditumpanginya. Pada akar ada jaringan velamen yang memudahkan akar menyerap air hujan yang jatuh pada kulit pohon inang. Alat ini pun penting untuk pernapasan. Biasanya anggrek epifit pada akarnya terdapat jamur (mycorrhiza), yang hidupnya simbiotik dengan tanaman anggrek. Jamur mengambil zat-zat organik dari humus, mengubahnya, kemudian diberikan kepada anggrek seperti vitamin-vitamin, sedangkan anggrek yang berdaun hiaju memberikan hasil asimilasi berupa gula, kepada jamur. Contoh anggrek epifit yaitu Vanda, Phalaenopsis, dan Dendrobium. Anggrek yang memanjat diduga merupakan bentuk transisi antara anggrek tanah dan anggrek epifit (Moeso, 1987).
Anggrek Saprofit
Anggrek saprofit adalah anggrek yang sudah menyesuaikan hidupnya tumbuh di atas humus atau bahan-bahan organik. Anggrek saprofit sudah hilang kemampuannya mengambil gas CO2 udara dan zat-zat anorganik tanah. Akibatnya, seluruh bagian yang di atas tanah berwarna putih. Daun hijau yang berfungsi untuk asimilasi fotosintesis tidak atau kurang diperlukan lagi, daun mereduksi menjadi putih, kecil-kecil, kemudian menjadi sisik-sisik putih, hingga akhirnya hilang sama sekali. Akar anggrek ini juga bersimbiosis dengan jamur, seperti pada epifit, yang dinamakan mycorrhiza (mucor atau mycor, artinya jamur; rhiza atau rhizus artinya akar). Di Indonesia maupun di lain tempat tidak banyak anggrek saprofit. Contoh anggrek saprofit yaitu Epipogium, Didymoplexis, dan Galeola. Anggrek saprofit bisa terlihat bunganya saja yang berwarna putih tanpa daun sama sekali. Anggrek saprofit dianggap sebagai bentuk transisi dari anggrek terrestrik ke anggrek saprofit (Moeso, 1987).
Anggrek amoebofit
Ada anggrek-anggrek yang pada suatu ketika dijumpai seperti pada anggrek saprofit, yang tumbuh dan berkembang mengeluarkan bunga saja. Bagian tanaman di atas tanah masih dapat mempunyai hijau daun. Kemudian bunganya layu, bagian di atas tanah mati dan hilang semua. Anggrek ini beristirahat, bertahan dihidupnya melalui musim kering dalam bentuk umbi yang terdapat didalam tanah. Awal musim hujan anggrek amoebofit akan tumbuh kembali, berkembang mengeluarkan daun saja yang hijau, berasimilasi, dan membentuk umbi baru. Lain waktu daunnya rontok, setelah melalui periode istirahat, mulai berbunga kembali. Anggrek amoebofit dijumpai hanya berbunga saja atau berdaun saja. Nervillia adalah salah satu anggrek amoebofit (Moeso, 1987).
Anggrek yang hidup di tempat becek atau rawa-rawa
Anggrek air adalah anggrek yang hidup mutlak di dalam atau di permukaan air. Jenis anggrek yang betul-betul hidup demikian belum diketahui, kecuali anggrek-anggrek yang hidup di tempat becek, atau rawa-rawa, atau di pulau-pulau terapung di danau. Termasuk yang disebut ini didapatkan Spiranthes dan Dipodium paludosum, (Griff.) Rchb. F, hidup di rawa-rawa secara fakultatif, tetapi menurut Backer Vanda hookeriana Rchb. f. selalu hidup di rawa-rawa (Moeso, 1987).
Anggrek Litofit
Tanaman ini tumbuh pada cadas atau batu pada lereng gunung atau tepi pantai. Akar-akar anggrek litofit biasanya banyak dan tebal. Akar akan menjalar dan memenuhi batu atau cadas tempat tumbuhnya. Anggrek litofit sangat menyukai media atau tempat tumbuh yang memiliki drainase baik dan tidak tergenang. Contoh anggrek litofit adalah Vandopsis lissochiloides, Arachnis flosaeris, sebagian Paphiopedilum, sebagian Bulbophyllum (Frankie, 2008).
Akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak, dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering, akar tampak berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang sudah tua akan berwarna coklat tua dan kering. Akar anggrek berfilamen, yaitu lapisan luar yang terdiri dari beberapa lapis sel berongga dan transparan, serta merupakan lapisan pelindung pada sistem saluran akar. Filamen ini berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi dan evaporasi, menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta membantu melekatnya akar pada benda yang ditumpanginya. Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap) oleh filamen dan ujung akar, tetapi hanya air dan hara yang diserap melalui ujung akar saja yang dapat disalurkan ke dalam jaringan tanaman. Oleh karenanya, tidak efektif bila penyiraman hanya dilakukan dengan membasahi tanah (Widiastoety, 1990).
Menurut Soedjono (1997) menyebutkan bahwa batang anggrek beranekaragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudobulb). Berdasarkan pertumbuhannya, batang anggrek dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Tipe Simpodial
Anggrek tipe ini mempunyai beberapa batang utama dan berumbi semu (pseudobulb) dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Pertumbuhan batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal. Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh tunas anakan yang tumbuhnya disampingnya. Tunas anakan tersebut tumbuh dari rhizome yang menghubungkannya dengan tanaman induk. Tangkai bunga dapat keluar dari ujung pseudobulb atau dari sampingnya, contoh seperti genus Dendrobium, Oncidium dan Cattleya.
b. Tipe Monopodial
Anggrek tipe monopodial mempunyai batang utama dengan pertumbuhan tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi. Tangkai bunga keluar di antara dua ketiak daun, contohnya genus Vanda, Aranthera dan Phalaenopsis.
Akar anggrek umumnya berfungsi untuk mengambil, menyerap dan menghantarkan hara ke dalam tanaman. Fungsi lain dari akar anggrek adalah sebagai alat untuk menempelkan diri pada tempat atau media tumbuh. Selanjutnya ditambahkan bahwa akar anggrek bervelamen, artinya lapisan luar akarnya terdiri dari beberapa lapis sel, berongga dan transparan. Velamen ini berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi, menyerap air, melindungi bagian dalam akar, serta membantu melekatkan akar pada benda yang ditumpanginya. Akar anggrek epifit seringkali merupakan akar udara atau akar nafas yang menggantung bebas atau menempel pada struktur tempat anggrek menempel. Akar ini dicirikan oleh warna hijau atau hijau kemerahan pada ujungnya, sedangkan bagian lainnya berwarna putih hingga abu-abu, abu-abu kecoklatan karena tertutupi oleh velamen. Akar anggrek umumnya berbentuk silindris, berdaging lunak, dan berujung runcing. Anggrek simpodial memiliki akar yang tumbuh pada pangkal batang semu, sedangkan pada anggrek monopodial akar muncul pada ruas-ruas batang (Lestari, 1985).
Bentuk daun anggrek terdiri dari bermacam-macam bentuk. Terdiri dari daun yang berbentuk bulat telur (Renanthera coccinea), bulat telur terbalik, artinya bagian daun yang bagian atas lebar dan bagian pangkal kurang lebar, memanjang seperti pita atau serupa daun tebu. Daun jenis Coelogyne dan Spathoglottis mendekati bentuk daun kunyit, sedangkan daun genus Dendrobium dan Phalaenopsis berbentuk bulat memanjang (Lestari, 1985).
Tebal daun beragam, dari tipis sampai berdaging dan kaku, permukaannya rata. Daun tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang. Bagian tepi tidak bergerigi (rata) dengan ujung daun terbelah. Tulang daun sejajar dengan tepi daun dan berakhir di ujung daun. Susunan daun berseling-seling atau berhadapan. Warna daun anggrek hijau muda atau hijau tua, kekuningan dan ada pula yang bercak-bercak. Anggrek memiliki daun atau tulang daun yang berwarna dan disanalah terletak keindahan jenis-jenis anggrek daun itu (Siregar et al., 2005).
Bunga anggrek tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum bunga pada satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Karangan bunga pada beberapa spesies letaknya terminal, sedangkan pada sebagian besar letaknya aksilar. Bunga anggrek memiliki beberapa bagian utama yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan ovarium (bakal buah). Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal dorsal, sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki tiga buah petal, petal pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal. Petal ketiga mengalami modifikasi menjadi labellum (bibir). Labellum terdapat gumpalan-gumpalan yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi. Warna bunga tananam anggrek sangat bervariasi dan berfungsi untuk menarik serangga hinggap pada bunga untuk mengadakan polinasi (penyerbukan). Berdasarkan beberapa laporan, lebah madu merupakan serangga pollinator yang umum pada tanaman anggrek (Lestari, 1985).
Colum (tugu) yang terdapat pada bagian tengah bunga merupakan tempat alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Ujung columnya terdapat anter atau kepala sari yang merupakan gumpalan serbuk sari atau pollinia. Pollinia tertutup dengan sebuah cap (anther cap). Stigma (kepala putik) terletak di bawah rostellum dan menghadap ke labellum. Ovarium bersatu dengan dasar bunga dan terletak di bawah colum, sepal dan petal (Soedjono, 1997).
Buah anggrek merupakan buah lentera, replum, setelah masak pecah ditengah-tengahnya. Buah anggrek terlihat mempunyai 6 rusuk, tiga antaranya berasal dari rusuk sejati, sedangkan tiga lainnya tempat melekatnya tau bersatunya dua tepi daun buah yang berlainan. Di tempat bersatunya tepi daun buah ini terjadinya biji-biji anggrek. Bunga anggrek mengandung ribuan sampai jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklat. Pembiakkan dengan biji lebih sukar dibandingkan dengan cara-cara lainnya, karena biji anggrek sangat kecil dan mudah diterbangkan angin, selain itu, biji anggrek keadaannya tidak sempurna karena tidak mempunyai lembaga atau cadangan makanannya, maka pembiakkan dengan biji yang dilakukan orang bertujuan untuk mendapatkan jenis baru. Biji diperolehnya dari penyerbukan serbuk sari pada putik. (Widiastoety, 1990).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa:
Bagian-bagian anggrek adalah akar, batang, pseudobulbus, daun dan bunga.
Bunga anggrek terdiri dari sepal dorsal, sepal lateral, petal, labellum, dan gynostemium.
Saran
Saran yang dapat diberikan dalam melakukan praktikum morfologi anggrek adalah dalam mengamati dan menggambar bagian morfologi tiap spesies anggrek harus teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan organ masing-masing spesies anggrek.
DAFTAR REFERENSI
Ali, Md. Hossen, P. K. Dash, Md. M. Islam, M. Ahmed & T. Mondal. 2014. Effect of NPK Spray Formulation on Growth of Two Cultivar of Orchid (Mokara sp.). IOSR Journal of Agriculture and Veterinary Science (IOSR-JAVS), 7 (5): 31-42.
Bechtel, H., P. Cribb, dan E. Launert. 1992. The Manual of Cultivated Orchids Species. London. Blandford Press.
Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants. New York. Columbia University Press.
Frankie, H. 2008. Anggrek Hibrida Ragam dan Perawatannya. Jakarta. Gramedia.
Lestari, S. S. 1985. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Semarang. Aneka Ilmu.
Moeso, S. 1987. Mengenal Anggrek Alam Indonesia. Jakarta. Penebar Swadaya.
Musa, F., F., Syamsuardi, Arbain, A. 2013. Keanekaragaman Jenis Orchidaceae (Anggrek-anggrekan) Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Talang Sumatera Barat. J. Bio. UA 2(2): 153-160.
Puchooa. 2004. Comparison of different culture media for the in vitro culture of Dendrobium (Orchidaceae). Int. J. Agric. Biol. 1560 8530 : 884 888.
Sarwono, B. 2002. Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. Jakarta. Agro Media Pustaka.
Sastrapradja, S., Irawati & R. E. Nasution. 1977. Evaluasi dan Pemanfaatan Anggrek-Anggrek Alam Indonesia. Buletin Kebun Raya. III (1): 17-20.
Sathiyadash, K., Muthukumar, T., Uma, E., Pandey R. R. 2012. Mycorrhizal association and morphology in orchids. Journal of Plant Interactions, pp238-247.
Siregar, C., A. Listiawati, & Purwaningsih. 2005. Spesies Anggrek. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pariwisata: Kalimantan Barat (LP3-KB).
Soedjono, S. 1997. Pemuliaan Tanaman Anggrek. Puslit Hortikultura Badan Litbang Pertanian: Jakarta.
Sugeng, S. S. 1985. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Semarang. Aneka Ilmu.
Suryowinoto, M. 1976. Mengenal Anggrek Alam Indonesia. Jakarta. Penebar Swadaya.
Widiastoety, D. 1990. Meningkatkan Pertumbuhan Vegetatif Anggrek dengan Ergostim. Buletin Penelitian Hortikultura. XIX (1): 101-106.