BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sidat adalah sumberdaya perairan yang bernilai ekonomis penting dengan karakteristik untuk mendiami beberapa kondisi perairan termasuk perairan tawar, estuari, dan laut. Selama hidupnya melewati melewati beberapa siklus hidup. Pada fase larva di daerah laut terbuka, fase juvenil di daerah paparan benua hingga estuari, fase sidat muda di daerah hilir sungai, dan fase dewasa berada di daerah hulu sungai termasuk danau dan sumber mata air. Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, family Anguillidae, seluruhnya berjumlah 19 spesies. Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia. Ikan sidat merupakan ikan nokturnal, sehingga sehingga keberadaanny k eberadaannya a lebih mudah ditemukan pada malamhari. Ikan sidat mempunyai banyak keunggulan. Konon, tekstur dagingnya yang lembut mampu menyembuhkan berbagai penyakit, terutama penyakit kulit. Pertambahan penduduk dunia meningkatkan kebutuhan akan sumber protein makanan daging dan ikan. Penangkapan ikan yang hampir tidak terkendali dandampak pencemaran laut oleh limbah rumah tangga, industri atau tumpahan minyak yang semakin meluas, mengurangi dan memutus siklus kehidupan ikan diperairan diseluruh dunia sehingga menjadikan perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan semakin besar dan tajam. Seiring dengan tingginya permintaan perminta an konsumsi sidat di negara-negara negara-negara maju, seperti Amerika, negara-negara Eropa, Jepang, Hongkong, Taiwan, dan China, populasi sidat tropis pun terancam. Menyusul penangkapan berlebihan di alam negara nontropis, permintaan impor sidat tropis meningkat. Padahal, hingga saat ini sidat belum dapat dibudidayakan dari telur. Yang terjadi, sidat-sidat sidat-sidat anakan ditangkap dari laut atau sungai lalu dibesarkan di kolam budidaya. Sidat-sidat Sidat-sidat itu kemudian diolah di restoran-restoran
1 | Ikan Sidat
mewah bertarif mahal. Meskipun mahal, permintaan sidat tidak pernah menurun seperti di Eropa, Amerika, Taiwan, dan Jepang, konsumsi ikan sidat cukup tinggi. Sidat laut yang banyak diburu pemilik restoran Jepang kini di ambang kepunahan. ikan yang berkembang biak di laut selatan sekitar Segara Anakan itu termasuk dari 45 jenis ikan yang terancam punah. Hingga kini para ahli dan peneliti sidat belum mampu membesarkan sidat dari ukuran larva di laboratorium. Untuk mencegah kepunahan sidat terutama perlu melakukan penangkaran ikan sidat agar keberlangsungan pertumbuhan populasi ikan sidat meningkat.
1.2
2
Tujuan y
Untuk mengetahui tingkat populasi dan penyebab kepunahan ikan sidat
y
Untuk mengetahui apa saja yang dilakuakan pada penangkaran ikan sidat
| Ikan Sidat
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Ikan Sidat
Orang Indonesia biasa menyebutnya ikan sidat (belut laut tropis) atau bahasa latinnya anguilla sp. Indonesia merupakan tempat asal usul beragam spesies Ikan sidat (Anguilla sp.) yang tersebar di seluruh dunia. Ikan Sidat mempunyai bentuk tubuh menyerupai ular, panjang dapat mencapai 50-125 cm, sirip punggung dan sirip dubur menyatu dengan sirip ekor, sisik sangat kecil yang terletak di dalam kulit, kepala lebih panjang dibandingkan jarak antara sirip punggung dengan anal. Ikan sidat juga bersifat katadromus yaitu masa menjelang dewasa ikan sidat hidup di air tawar kemudian bermigrasi untuk bertelur atau berkembang biak di air laut. Ikan ini toleran terhadap salinitas, temperatur dan tekanan yang berbeda-beda.
Sumber : http://js-kit.com/blob/2wuhwmQEyhh4uRg43RMGN2.jpg)
Gambar 2.1 Ikan Sidat Taksonomi Ikan Sidat Kingdom
:
Animalia
Subphylum
:
Vertebrata
Subkingdom
:
Bilateria
Infraphylum
:
Gnathostomata
Infrakingdom
:
Chordonia
Superclass
:
Osteichthyes
Phylum
:
Chordata
Class
:
Osteichthyes
3
| Ikan Sidat
Subclass
:
Actinopterygii
Family
:
Anguillidae
Infraclass
:
Actinopteri
Genus
:
Anguilla
Order
:
Anguilliformes
Species
:
Suborder
:
Anguilloidei
2.2
Anguilla
marmora
Daerah Penyebaran Berdasarkan
pemetaan yang dilakukan oleh
BPPT,
dapat diketahui bahwa
daerah spawning ground di perairan Indonesia terkonsentrasi di Perairan Mentawai, Sumatera Barat. Melalui arus laut, larva ikan sidat tersebut diketahui banyak ditemukan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi dan di Segara Anakan, Cilacap. dikarenakan daerah-daerah tersebut memiliki perairan mangrove yang memang merupakan habitat ikan sidat sebelum menjadi dewasa dan siap kembali bermigrasi ke laut dalam. Di Indonesia terdapat 7 jenis yg memiliki nilai ekonomi diantaranya, yaitu: 1. Anguilla celebensis dan Anguilla borneensis, yang merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi 2. Anguilla interioris dan Anguilla obscura yang berada di perairan sebelah utara Pulau Papua 3. Anguilla bicolor pasifica yang dijumpai di perairan Indonesia bagian utara (Samudra Pasifik) 4. Anguilla bicolor pasifica yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa), sedangkan 5. Anguilla marmorata merupakan jenis sidat kosmopolitan yang memiliki sebaran sangat luas di seluruh perairan tropis. Ikan yang sekilas mirip belut ini juga banyak terdapat di wilayah perairan Poso dan Manado, Sulawesi, serta di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
4
| Ikan Sidat
2.3
Manfaat Ikan Sidat
Di Jepang dan Eropa, sidat digemari karena memiliki kandungan protein, terutama vitamin A. Kandungan vitamin A sidat 45 kali lipat dari kandungan vitamin A susu sapi. Kandungan vitamin B1 sidat setara dengan 25 kali lipat kandungan vitamin B1 susu sapi. Kandungan vitamin
B2
sidat sama dengan 5 kali lipat kandungan vitamin
B2
susu sapi. Dibandingikan salmon, sidat mengandung DHA (Decosahexaenoic acid, zat wajib untuk pertumbuhan anak) sebanyak 1.337 mg/100 gram sementara ikan salmon hanya 748 mg/100 gram. Sidat memiliki kandungan EPA (Eicosapentaenoic Acid) sebesar 742 mg/100 gram sementara salmon hanya 492 mg/100 gram. Kandungan energi ikan sidat lebih besar dari telur ayam yang mencapai 270 kkal/100 g, sementara vitamin A yang terkandung didalamnya tujuh kali lipat lebih banyak dari yang terkandung dalam telur ayam hingga mencapai 4700 IU/100 g. 2.4
Tinjauan Kelangkaan
Seiring maraknya permintaan dipasar internasional, penyelundupan benih ikan sidat ke negara lain terus terjadi, diantaranya ke Jepang. Sidat (unagi) telah dikonsumsi orang Jepang sejak abad ke 7. Sebagai makanan yang kaya protein, kalsium, vitamin A dan E, sidat dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Sidat banyak dikonsumsi dan digemari pada waktu musim panas. Khawatir, dengan teknologi budidaya sidat di Indonesia yang belum berkembang luas, bukan tidak mungkin masyarakat Jepang k elak akan mencuri start dalam pembudidayaan ikan sidat secara luas. Indonesia adalah negeri produsen benih ikan yang besar dan kaya. Tetapi, jika potensi itu tidak dimanfaatkan optimal, bisa dipastikan rakyat Indonesia sulit memperoleh nilai tambah dari perikanan. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia sebaiknya memperluas pemasaran ikan sidat ke pasar-pasar dalam negeri. Kalau pasar ekspor dengan mudah bisa ditembus, seharusnya pasar dalam negeri justru tidak melihat potensi ini. Akibatnya, banyak terjadi penyelundupan benih sidat Indonesia ke Jepang dan China, khususnya karena adanya SK Mentan no 214/Kpts/Um/V/1973 dan dikuatkan Permen Kelautan dan Perikanan no 18/Men/2009 yang melarang pengiriman benih sidat ke luar wilayah RI. Pasal dalam aturan itu hanya mengizinkan ekspor sidat dengan
5
| Ikan Sidat
panjang 35cm dan atau berat sampai 100 gram per ekor atau berdiameter 2,5cm, dan dimaksudkan agar elver alam sebagai sumber benih budidaya sidat harus dipelihara dulu sampai ukuran tertentu untuk memberi nilai tambah kepada nelayan sebelum diekspor. Hanya saja sangat disayangkan karena aturan yang sudah bagus itu tidak dibarengi dengan solusi teknis bagaimana melakukan pembesaran sidat, maka aturan itu sulit diaplikasikan dan membuka peluang ekspor ilegal benih sidat (elver) ke luar wilayah RI. Harga elver tentu saja tak sebanding dengan harga sidat dewasa, dimana 1kg elver yang isinya lebih dari 5.000 ekor hanya dihargai beberapa puluh ribu rupiah saja. Ikan sidat yang bermukim di laut juga mengalami ancaman kepunahan. Ikan yang biasanya bermigrasi ke muara sungai dan danau pada musim bertelur ini menjadi incaran para nelayan. Saat ini juga banyak muara sungai yang terputus dengan laut sehingga migrasinya terhambat. Pembangunan cekdam yang tinggi menjadi ancaman bagi migrasi ikan tersebut. Misalnya ikan dari Pantai Muara yang akan bermigrasi ke Lubuk Minturun. Ikan itu akan kesulitan karena banyak cekdam yang harus di lewati. 2.5
Status Ikan Sidat
Dalam beberapa tahun terakhir, populasi sidat populer dunia seperti Anguilla Japonica, Anguilla anguilla dan Anguilla rostrata mulai menurun drastis karena konsumsi berlebihan, ditambah siklus hidup yang rumit menyebabkan stok benih budidaya ikan ini masih mengandalkan hasil tangkapan alam. Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature) spesies yang hampir punah yaitu jenis Anguilla anguilla (Eropa)
dan yang kurang diperhatikan yaitu Anguilla bengalensis (africa), Anguilla bicolor ( Australia; Bangladesh; India; Indonesia ; Myanmar; Nepal; Sri Lanka) Anguilla nebulosa 1
(Bangladesh; India ; Indonesia; Malawi; Mozambique; Sri Lanka) (Anonymous , 2010). Kepunahan beberapa jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi terjadi seiring dengan menurunnya kualitas-kawasan pembiakan di Laguna, diperkirakan bahwa pada 2030 mendatang banyak spesies akan punah. Anguilla borneensis merupakan spesies yang hanya ada di Indonesia dan statusnya sudah endemis atau terancam punah. Wilayah Indonesia memang sangat memungkinkan sebagai tempat favorit sidat,
6
| Ikan Sidat
karena karakter ikan sidat yang suka bertelur di wilayah gugusan pulau.Selain itu banyaknya gunung dan danau merupakan surga bagi ikan ini.
2.6
Penangkaran Sidat Laut
Ikan sidat (Anguilla sp) membutuhkan lokasi laut dalam untuk berpijah, setelah dari telur menjadi berbentuk larva, ia kemudian terbawa ke pantai menjadi glass eel (anakan sidat) dan menjadi elver yang mulai hidup di air payau, ia mulai tumbuh dewasa dan mencari air tawar sungai dan kembali lagi ke laut dalam untuk berpijah sekali sebelum mati. Ikan sidat yang bermukim di laut mengalami ancaman kepunahan. Ikan yang biasanya bermigrasi ke muara sungai dan danau pada musim bertelur ini menjadi incaran para nelayan. Saat ini juga banyak muara sungai yang terputus dengan laut sehingga migrasinya terhambat. Pembangunan cekdam yang tinggi menjadi ancaman bagi migrasi ikan tersebut. Misalnya ikan dari Pantai Muara yang akan bermigrasi ke Lubuk Minturun. Ikan itu akan kesulitan karena banyak cekdam yang harus di lewati. Beda
dengan di Jepang yang membangun fish way sehingga pembangunan
apapun tidak mengganggu habitat ikan tersebut. Sejumlah kegiatan konservasi saat ini mulai dilakukan untuk mencegah kepunahan berbagai jenis ikan tersebut. Sungai-sungai yang menjadi habitat ikan dizonasi menjadi zona inti, zona penyangga dan zona eksploitasi. Di Indonesia Kawasan Segara Anakan merupakan ekosistem unik bagi siklus hidup ikan sidat untuk tumbuh dan berkembang. Namun terjadinya sedimentasi di laguna Segara Anakan menyebabkan terganggunya populasi biota perairan termasuk ikan sidat, sehingga perlu dilakukan konservasi agar tidak terjadi kelangkaan. Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Cilacap bekerjasama dengan
Badan
Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), mengadakan Sosialisasi Program Difusi Teknologi Pembesaran Benih Ikan Sidat Kawasan Segara Anakan, Selasa (11/5) di Kantor Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan.
BPPT
digandeng Pemkab Cilacap, karena telah
berhasil membuat paket teknologi pembenihan dan pemeliharaan ikan sidat ukuran 50 gram dengan bahan baku pakan dari material lokal yang mudah didapat dan murah.
7
| Ikan Sidat
Teknologi inilah yang akan diterapkan di Kawasan Segara Anakan tepatnya di Desa Panikel Kecamatan Kampung Laut. Selain mengadaan Sosialisasi, Program Difusi Teknologi Pembesaran Benih Ikan Sidat juga akan melatih pegawai atau tenaga lapangan yang nantinya akan memantau atau mengawasi kegiatan lapangan secara berkelanjutan; serta Penyiapan
Bangunan
Pusat benih Ikan Sidat di Desa Panikel Kecamatan Kampung Laut. Kegiatan sosialisasi rencananya akan menghadirkan pembicara dari BPPT, antara lain Dr. Odilia Rovara, M.Si yang akan menyampaikan materi Mengenal Sumberdaya Ikan Sidat; Ir. Iwan Eka Setiawan, M.Si dengan materi Peluang Usaha Sumberdaya Ikan Sidat di Kawasan Segara Anakan; dan Ir. Dedy Yaniharto, M.Sc yang akan menyampaikan materi Tahapan Program Difusi Alih Teknologi Pemeliharaan
Benih
Ikan Sidat Teradaptasi di Segara
3
Anakan (Anonim , 2010).
2.7
Aspek Biologi
Ikan Sidat mempunyai bentuk tubuh menyerupai ular, panjang dapat mencapai 50-125 cm, sirip punggung dan sirip dubur menyatu dengan sirip ekor, sisik sangat kecil yang terletak di dalam kulit, kepala lebih panjang dibandingkan jarak antara sirip punggung dengan anal. Ikan sidat juga bersifat katadromus yaitu masa menjelang dewasa ikan sidat hidup di air tawar kemudian bermigrasi untuk bertelur atau berkembang biak di air laut. Ikan ini toleran terhadap salinitas, temperatur dan tekanan yang berbeda-beda. Ikan sidat dikelompokkan dalam spesies diadromous yang bersifat katadromous, yakni bermigrasi dari habitat air tawar ke air laut. Pada saat bereproduksi ikan sidat akan menuju ke laut, disana telur akan menetas dan berkembang. Tetapi ketika beranjak dewasa ikan-ikan sidat akan kembali ke hulu sungai. Stadia glass eel (larva) ikan sidat lebih menyukai air laut dan bersifat osmoregulator kuat. Sedangkan elver (benih sidat) yang sudah mengalami pigmentasi penuh lebih menyukai perairan tawar. Ikan sidat ketika berada di laut akan meminum banyak sekali air laut, lalu memompa kelebihan garam dengan insang dan mengekskresikan urin dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini
8
| Ikan Sidat
dilakukan untuk mengkompensasikan kehilangan air yang terjadi secara osmosis. Sedangkan ketika berada di air tawar ikan sidat akan sedikit minum dan banyak mengeluarkan urin yang hipoosmotik dengan cairan tubuhnya untuk menyeimbangkan perolehan air. Ikan Sidat merupakan salah satu contoh ikan Peruaya, ruaya merupakan satu mata rantai daur hidup bagi ikan untuk menentukan habitat dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan. Ruaya pemijahan ikan katadrom (K atadrom : ikan yang beruaya dari air tawar ke laut hanya untuk berpijah) pergerakannya searah dengan arus pada waktu ia berada dalam sungai tetapi apabila sudah sampai di laut pergerakannya aktif untuk mencapai daerah pemijahan. Contoh ikan yang melakukan ruaya pemijahan yaitu ikan sidat yang terdapat di Eropa atau Amerika Serikat. Ikan Sidat Eropa ( Anguilla anguilla) pada saat mulai mengadakan ruaya pada Bulan Desember berumur 9 12 tahun ikanikan sidat yang hidup dalam kolam atau perairan tertutup lainnya ini akan keluar mencari sungai sungai yang menuju ke laut. Perjalanan di sungai umumnya dilaksanakan pada waktu malam hari karena itu tingkah lakunya belum banyak diketahui. Selama perjalanan sampai ke tempat pemijahan tidak pernah makan dan perubahan yang terdapat dari perjalanan itu antara lain tubuhnya menjadi kurus, matanya semakin besar sampai empat kali daripada sebelumnya, hidungnya semakin lancip, warnanya berubah menjadi warna perak dan garis tengah telurnya semakin besar. Ikan sidat ini memijah di Laut Sargasso pada bulan Nopember tahun berikutnya. Pemijahan tersebut terjadi pada kedalaman 400 m dibawah permukaan laut dengan o
suhu antara 16 17 C. Selain di Eropa, ikan sidat ini juga dijumpai di Jepang, Australia dan Indonesia, tetapi tempat berpijahnya ikan-ikan sidat tersebut masih belum diketahui dengan pasti. Ada dugaan ikan sidat di Indonesia berpijahnya di Samudera Selatan Pulau Jawa berdasarkan adanya larva ikan tersebut di Pantai Selatan Jawa seperti Pelabuhan Ratu dan Cilacap. Ikan-ikan dari Famili Galaxide dan Gobiidae yang hidup di Sungai juga katadrom melakukan ruaya pemijahan pergi ke laut yang tidak jauh dari pantai dan
9
| Ikan Sidat
dibagian yang dangkal. Kelompok ikan belanak baik yang hidupnya di dalam danau atau yang didaerah pantai juga kalau berpijah pergi ke laut yang tidak jauh dari pantai.
2.8
Saran
Sidat laut sulit untuk dibudidayakan dan ditangkarkan karena masih mengalami kendala sebab sampai saat ini belum bisa dilakukan pemijahan buatan (karena siklus hidup yang rumit), persyaratkan pemijahan dilakukan di perairan laut dalam setelah benur lahir dan menjadi benih, anakan sidat akan berenang ke muara sungai. Jepang yang memiliki teknologi tinggi pun sampai saat ini belum bisa melakukan pemijahan buatan. Sehingga kebutuhan benih untuk budidaya harusdidatangkan dari alam. Maka sidat termasuk hewan yang harus direstoking untuk menjaga kelestariannya di alam, strategi untuk pengelolaan sidat laut diantaranya: 1.
Ikan sidat termasuk dalam kategori katadromus, ikan sidat tumbuh di perairan tawar (sungai dan danau) hingga mencapai dewasa, setelah dewasa beruaya ke laut dalam untuk melakukan reproduksi, larva hasil pemijahan akan berkembang, dan secara berangsur-angsur terbawa arus ke perairan pantai. Ikan Sidat yang telah mencapai stadia elver (glass eel ) akan beruaya dari perairan laut ke perairan tawar melalui muara sungai, sehingga perlu dipikirkan dari awal, upaya-upaya konservasi di lokasi-lokasi tertentu yang merupakan jalur ruaya reproduksi ikan sidat sehingga proses rekruitment ikan tersebut tidak terganggu.
2.
Untuk mengarahkan agar kegiatan penangkapan ini tidak bersifat destruktif bahkan
mengancam
kelestariannya
maka
perlu
diperkenalkan
teknik
penangkapan yang sederhana dan ramah lingkungan. 3.
Melakukan penebaran (stocking) ke perairan umum, kegiatan ini perlu di awali dengan uji coba pada perairan yang luasnya terbatas dan dikaji dampaknya terhadap populasi jenis ikan lain yang ada di perairan tersebut. Dari kajian ini diharapkan akan diperoleh informasi mengenai dampak (positif atau negatif) dari kegiatan stocking tersebut. Stocking benih ikan sidat ini nantinya diharapkan mampu meningkatkan produksi ikan sidat dari perairan umum.
10 | Ikan Sidat
4.
Data tentang penyebaran dan potensi ikan sidat perlu dikumpulkan dan dianalisis. Pada saat ini data-data hasil penelitian tersebar di beberapa perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian serta lembaga lainnya, bertujuan untuk melakukan pemetaan distribusi dan potensi ikan sidat di Sulawesi Tengah, peta tersebut minimal menginformasikan tentang penyebaran jenis, kelimpahan dan stadia ikan sidat yang ada di perairan Sulawesi Tengah.
5.
Perlu perda tentang pengelolaan sidat, termasuk aturan tentang batasan dan waktu penangkapan misalnya pada musim bertelur, dilarang melakukan penangkapan untuk menjaga perkembangbiakannya, karena adakecenderungan penangkapan sidat sudah tidak terkendali, misalnya saat ini sidat untuk yang bertelur pun jadi sasaran penangkapan.
6.
Perlu dibuat tempat khusus untuk memelihara glass eel dan elver sampai menjadi sidat dewasa, sidat dewasa selanjutnya dilepas ke danau, sungai dan perairan umum lainnya. Hal ini penting karena pada stadia glass eel dan elver akibat penurunan kualitas lingkungan serta adanya pemanfaatan perairan untuk kepentingan lainnya dapat menyebabkan ruayanya terganggu, sehingga jumlah anak sidat yang memasuki muara sungai akan mengalami penurunan, hal ini dapat mengancam populasi sidat di suatu perairan.
Beberapa
penelitian
menyebutkan perubahan ruaya sidat dapat terjadi akibat perubahan iklim, penurunan kualitas linkungan dan pencemaran sungai termasuk pemanfaatan perairan untuk kepentingan lain yang dapat mengganggu migrasinya, misalnya jumlah glass eel yang memasuki sungai-sungai merupakan proses yang paling rawan. Saat itu, tingkat kematian cukup tinggi dan biasanya yang bertahan sampai ikan menjadi dewasa tidak kurang dari 40 persennya. Bahkan sumber lain menyebutkan 18 spesies sidat dunia awal penyebarannya dari Indonesia kemudian menyebar ke daerah lain akibat pengaruh iklim dan penurunan kualitas lingkungan perairan. 7.
Diharapkan keberadaan species sidat ini dapat menjadi perhatian semua pihak, workshop, penelitian terus menerus perlu dilakukan khususnya bagaimana memijahkan dan menggalakkan budidaya.
11 | Ikan Sidat