PEDOMAN RUANG PELAYANAN RAWAT INAP
PEMERINTAH KOTA SAMARINDA DINAS KESEHATAN KOTA SAMARINDA UPT PUSKESMAS BANTUAS 2018
Pedoman ruang pelayanan rawat inap ini telah disetujui dan resmi digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan pelayanan di ruang rawat inap Puskesmas Bantuas
pada
tanggal 01 Januari 2015.
Koordinator Ruang Pelayanan Rawat Inap
. dr. Devy Skripsiani
Mengetahui, Kepala UPT Puskesmas Bantuas
dr. Wawan Aprian Noor NIP: 19840402 201101 1 003
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .............................................................................................................................ii DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... iii BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1 B. Tujuan Pedoman ................................................................................................................... 1 C. Sasaran Pedoman ................................................................................................................. 2 D. Ruang Lingkup Pedoman................................................................................................... 2 E. Batasan Operasional............................................................................................................ 2 F. Landasan Hukum .................................................................................................................. 3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN .............................................................................................. 3 A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ................................................................................. 3 B. Distribusi Ketenagaan ........................................................................................................ 3 C. Jadwal Kegiatan..................................................................................................................... 3
BAB III
STANDAR FASILITAS...................................................................................................... 4 A. Denah Ruangan .....................................................................................................................4 B. Standar Fasilitas....................................................................................................................4
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN ...................................................................................... 6 A. Lingkup Kegiatan .................................................................................................................. 6 B. Metode ......................................................................................................................................6 C. Langkah Kegiatan ................................................................................................................. 6 D. Hasil Akhir Layanan ............................................................................................................ 6
BAB V
LOGISTIK ............................................................................................................................7
BAB VI
KESELAMATAN SASARN KEGIATAN/ PROGRAM ................................................. 8
BAB VII
KESELAMATAN KERJA ................................................................................................... 9
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU .................................................................................................. 10 BAB IX
PENUTUP ........................................................................................................................... 11
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama diseluruh dunia. Dengan tema ini, pelayanan kesehatan dan kelompok profesional kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus menampilkan akuntabilitas sosial mereka dalam memberikan pelayanan yang mutakhir kepada konsumen yang berdasarkan standar profesionalisme, sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat. Sebagai konsekuensinya peningkatan kinerja memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang berdasarkan standar tertulis. Dalam pelayanan keperawatan di Rawat Inap, standar sangat membantu perawat untuk mencapai asuhan keperawatan yang berkualitas, sehingga harus berfikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan
keperawatan
yang
berkualitas
tinggi.
Namun
keberhasilan
dalam
mengimplementasikan standar sangat tergantung pada individu itu sendiri, usaha bersama dari semua staf serta
partisipasi dari seluruh anggota profesi. Standar
digunakan terutama pada tiga proses evaluasi yaitu menilai diri sendiri, inspeksi dan akreditasi. Pelayanan Rawat Inap di Puskesmas perlu di tingkatkan dan dikembangkan secara
berkesinambungan
dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan
pelayanan,
pengobatan, perawatan, ke pasien baik dengan penyakit menular atau penyakit tidak menular. Dalam rangka mendukung visi dan misi Puskesmas Bantuas dalam mengoptimalkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat maka Ruang Pelayanan Rawat Inap perlu menyusun program yang jelas dan matang. Hal tersebut terkait dengan profesionalisme tenaga keperawatan yang merupakan tolak ukur dalam meningkatkan produktifitas. Guna keperluan tersebut, maka pengelolaan khusus terkait mutu profesional tenaga kesehatan, mutu pelayanan dan sarana prasarana pendukung pelayanan Ruang Rawat Inap perlu direncanakan dengan baik. Ruang Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Bantuas berpedoman pada standar DepKes RI Tahun 1998 yang menerangkan pengolahan dan penatalaksanaan Ruang Rawat Inap beserta persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakannya. Sekilas tentang Profile Ruang Rawat Inap Puskesmas Bantuas : Nama
: Rawat Inap Puskesmas Bantuas
Alamat
: Jalan Al-Hasnie RT. 05, Kelurahan Bantuas Kecamatan Palaran Samarinda Kalimantan Timur, Kode Pos. 75253
No. Telp
: 08115843319
e-mail
:
[email protected]
Jam Pelayanan
: 24 Jam
Melayani
: Pasien Umum, pasien dengan KTP/KK Samarinda dan pasien dengan Jaminan BPJS
B.
Tujuan Pedoman 1. Tujuan Umum Tercapainya Ruang Rawat Inap sebagai unit pelayanan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi kedokteran dan keperawatan secara efektif dan efisien agar tercapai pelayanan kesehatan yang optimal, serta dapat dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan. 2. Tujuan Khusus 1) Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang tepat. 2) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien serta mempunyai keinginan yang terus menerus untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan. 3) Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk kesembuhan yang optimal sehingga dapat memuaskan pasien. 4) Memberikan pelayanan kepada pasien dengan ramah, sopan, dan hangat sehingga memberikan kesan yang positif. 5) Memberikan pelayanan Informasi kesehatan dengan tepat pada pasien dan keluarga, sehingga dapat memenuhi hak pasien dan keluarga.
C.
Sasaran Pedoman 1. Kepala UPT Puskesmas Bantuas dan Pembuat Kebijakan 2. Penanggung Jawab Ruang Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Bantuas 3. Tim Pelaksana Layanan Rawat Inap Puskesmas Bantuas
D.
Ruang Lingkup Pelayanan 1. Ruang Lingkup pelayanan di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bantuas yang berkaitan dengan profesi lainnya terdiri dari : a. Staf Medis (Dokter Umum)
b. Staf Perawat c. Staf Bidan d. Staf Farmasi e. Staf Gizi 2. Ruang Lingkup unit kerja yang terkait pelayanan di Ruang Rawat Inap Puskesmas Bantuas adalah : a. Unit Gawat Darurat b. Rawat Jalan
E.
Batasan Operasional Rawat Inap Puskesmas Bantuas buka selama 24 jam Non Stop yang menerima pasien
dari Ruang Pelayanan Rawat Jalan dan Ruang Pelayanan Unit Gawat Darurat Puskesmas Bantuas.
F.
Landasan Hukum Sebagai dasar dikeluarkannya surat keputusan ini adalah ketentuan dalam bidang
kesehatan terutama yang menyangkut hak pasien dan keluarga, serta kewajiban staf Puskesmas Bantuas yang terlibat dalam pelayanan pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien sebagai berikut : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan; 4. Keputusan Menteri Kesehatan Repblik Indonesia Nomor 370/ MENKES/ SK/ III/ 2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Instalasi Rawat Inap Kesehatan.
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A.
Kualifikasi Sumber Daya Manusia Syarat kompetensi dan administrasi petugas pemberi layanan di ruang pelayanan rawat inap, untuk melakukan pemeriksaan dan pengkajian, pelaksana asuhan keperawatan, pelaksana tindakan, dan pendamping rujukan pasien adalah sebagai berikut : Nama Jabatan
Jenis tenaga
1. Memiliki Surat Tanda Registrasi 2. Memiliki Surat Izin Praktek
Dokter umum
Koordinator Pelayanan Teknis
Perawat
DIII Keperawatan
Memiliki Surat Tanda Registrasi
Perawat
DIII Keperawatan
Memiliki Surat Tanda Registrasi
DIII Kebidanan
Memiliki Surat Tanda Registrasi
Bidan
S1 Profesi Dokter
Syarat administratif
Penanggungjawab Ruang Rawat Inap
Pelaksana Pelayanan Teknis
B.
Kualifikasi Pendidikan
Distribusi Ketenagaan Seluruh tenaga kesehatan di dalam ruang pelayanan rawat inap Puskesmas Bantuas masih tergabung di dalam ruang pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Bantuas. Pola pengaturan ketenagaan ruang rawat inap sama dengan pola pengaturan ketenagaan ruang pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD) yaitu : 1. Untuk Shift I (Dinas Pagi) : yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) – 3 (tiga) orang Kategori : 1 orang Penanggung Jawab Shift (Perawat) 1- 2 orang Pelaksana (Bidan / Perawat) 2. Untuk Shift II (Dinas Sore) : yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) – 3 (tiga) orang Kategori : 1 orang Penanggung Jawab Shift (Perawat) 1- 2 orang Pelaksana (Bidan / Perawat) 3. Untuk Shift III (Dinas Malam) : yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) – 3 (tiga) orang Kategori : 1 orang Penanggung Jawab Shift (Perawat) 1- 2 orang Pelaksana (Bidan / Perawat)
C.
Pengaturan Jaga Rawat inap Puskesmas Bantuas dalam pengaturan jam dinas dibagi menjadi 3 shift dimana pada shift I dinas mulai jam 07.30 wita s/d jam 14.30 wita, shift 2 dinas mulai Jam 14.30 wita s/d jam 21.30 wita dan shift 3 dinas mulai 21.30 wita s/d jam 07.30 wita. Pengaturan jadwal jaga perawat dan bidan di ruang Rawat Inap sama dengan Pengaturan jadwal jaga perawat dan bidan di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Bantuas, yaitu : 1. Pengaturan Jadwal Jaga Perawat dan Bidan
Pengaturan jadwal dinas perawat dan bidan dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Kepala Perawatan dan disetujui oleh Kepala Puskesmas.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat dan bidan pelaksana UGD setiap satu bulan.
Untuk tenaga perawat/bidan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat/bidan tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
Setiap tugas jaga / shift harus terdapat perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal DIII Keperawatan dan memiliki sertifikat tentang kegawatdaruratan.
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi (Shift I), dinas sore (Shift II), dinas malam (Shift III), libur dan cuti.
Apabila ada tenaga perawat/bidan jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat/bidan yang bersangkutan harus memberitahu Kepala Perawatan: 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Kepala Perawatan, diharapkan perawat/bidan yang bersangkutan sudah mencari perawat/bidan pengganti,
apabila
perawat/bidan
perawat/bidan
pengganti,
maka
yang Kepala
bersangkutan Perawatan
tidak
akan
mendapatkan
mencari
tenaga
perawat/bidan pengganti yaitu perawat/bidan yang hari itu libur.
Apabila ada tenaga perawat/bidan tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka Kepala Perawatan akan mencari perawat/bidan pengganti yang hari itu libur. Apabila perawat/bidan pengganti tidak didapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.
BAB III STANDAR FASILITAS
A.
Denah Ruang Ruang rawat inap Puskesmas Bantuas masih tergabung dengan gedung Rawat Jalan yang terletak di bagian timur gedung rawat jalan. Denah ruang pelayanan rawat inap Puskesmas Bantuas adalah sebagai berikut :
Keterangan : 1. Toilet
6
2. Mesin Cuci 5
3. Wastafel 4. Bed Rawat Inap 4
Dewasa 5. Meja Pasien
5
6. Bed Rawat Inap Anak
4
5
4
3
3
1
1 2
B.
Standar Fasilitas Ruang pelayanan rawat inap Puskesmas Bantuas memiliki standar sebagai berikut: 1. Sarana (Ruangan) Ruangan yang dipersiapkan memenuhi syarat dari segi keamanan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bagi pasien dan pendamping, yaitu :
- Ruangan mudah dijangkau, nyaman, dan aman. - Aliran udara/ventilasi optimal dalam rangka pencegahan penyakit bersumber udara.
- Pencahayaan cukup, baik dari sinar matahari atau dengan bantuan lampu.
- Lantai rata, mudah dibersihkan, dan tidak icin. 2. Prasarana Ruang pelayanan rawat inap memiliki kelengkapan prasarana sebagai berikut : Jenis Meubelair
Nama Perlengkapan
Jumlah
Bed Rawat Inap Dewasa
3
Bed Rawat Inap Anak
1
Meja Pasien Rawat Inap
3
Lemari arsip
1
Bed periksa
1
Set pemeriksaan kesehatan
Sphygmomanometer dan manset
1
pasien
anak
Pencatatan dan pelaporan
Perlengkapan lain
Stetoskop
1
Termometer Air Raksa
1
Termometer Digital
1
ATK
1 set
Formulir resep
1
Blanko cek laboratorium
1
Formulir rujukan
1
Formulir Status Rawat Inap
1
Blanko pelayanan BPJS
1
Wastafel
2
Tirai
3 set
AC
1
Hand Sanitizer
2
Tissue
1
Tempat Sampah
1
Jam dinding
1
Tiang Infuse
4
Bed Screen
1
Kursi Roda
2
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A.
Pelaksanaan Penerimaan Pasien 1. Pasien tiba diruang perawatan setelah di lakukan tindakan dan anamnese di ruangan pelayanan umum atau Unit Gawat Darurat (UGD). 2. Keluarga mengisi formulir inform consent persetujuan rawat inap. 3. Perawat melakukan verifikasi pasien ( nama, tanggal lahir ,alamat, jenis kelamin dan No. RM ) sambil mencocokkan dengan status pasien. 4. Perawat melakukan asesmen/pengkajian keperawatan awal (berdasarkan usia/ kelompok / kasus pasien ). 5. Perawat melakukan orientasi pada pasien dan keluarga tentang petugas yang akan merawat, asuhan keperawatan dan kebidanan, waktu konsultasi dan visite dokter, hak dan kewajiban pasien, fasilitas ruangan. 6. Dokter melakukan assesment medis awal di lembar anamnese dan pemeriksaan fisik oleh dokter yang terdiri dari : a. Subyektif : yang terdiri dari keluhan utama pasien, anamnesa. b. Objektif : yang terdiri dari pemeriksaan fisik head to toe , tanda tanda vital. c. Assesmant : diagnosis yang di dapatkan , diagnosa banding bila ada. d. Planning/Advise : tindakan /pengobatan yang diberikan. 7. Perawat melakukan pengkajian sesuai dengan masalah pasien. 8. Tentukan diagnosa pasien, buat rencana keperawatan / medis berdasarkan skala prioritas (mulai dari kedaaan umum pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang). 9. Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan medis, pemberian terapi dan tindakan pelayanan selanjutnya atau kolaborasikan dengan tim medis lain bila diperlukan. 10. Informasikan / berikan edukasi kepada keluarga/ pasien untuk ikut dalam pengambilan keputusan untuk pelayanan selanjutnya dan didokukmentasikan.
BAB V LOGISTIK
A.
Pengertian Manajemen ruangan rawat inap dan unit pelayanan lain yang terlibat dalam penggunaan asesmen pasien merupakan penyelenggaraan pengurusan bahan habis pakai dan formulir-formulir pendukung terhadap kebutuhan asesmen pasien dan barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di puskesmas secara teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat dan tepat dengan biaya seefisien mungkin. Logistik di layanan Puskesmas Bantuas merupakan bahan yang diperlukan untuk melakukan pelayanan di ruang rawat inap yang terdiri dari bahan medis habis pakai, obat emergensi dan non-emergensi. Pengelolaan logistik rawat inap harus mengikuti kebijakan dan standar procedure operational (SPO) yang ditetapkan. Ketersediaan logistik dilakukan monitoring dan evaluasi secara periodik.
B.
Tujuan 1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan. 2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional di atas tercapai, dengan biaya yang rendah. 3. Tujuan keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akuntansi.
C.
Syarat Manajemen Logistik 1. Sirkulasi pengeluaran bahan atau barang berdasar metode FIFO (First In First Out ). 2. Fasilitas penyimpanan terstandar (bersih dan suhu sesuai). 3. Stok bahan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu. 4. Menjaga kualitas bahan tetap terjamin. 5. Adanya sistem pencatatan.
D.
Kegiatan Logistik di Ruang Rawat Inap Pemesanan bahan/ barang bahan habis pakai secara periodik dan sesuai dengan kebutuhan ruangan. Kebutuhan dan adanya logistik untuk pelaksanaan kegiatan ruang pelayanan rawat inap direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini puskesmas. Pengadaan logistik disesuaikan dengan prioritas dan pengalokasian anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A.
Pengertian Keselamatan Pasien (Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk penilaian resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, sertai implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B.
Tujuan Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh tindakan pelayanan yang tidak seharusnya atau seharusnya dikerjakan tetapi tidak dilaksanakan. Selain itu agar tercipta budaya keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C.
Tata Laksana Keselamatan Pasien Secara Umum Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan pasien puskesmas. Adapun tujuh langkah tersebut adalah : 1. Membangun
kesadaran
akan
nilai
keselamatan
pasien.
Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. 2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien. 3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal potensial bermasalah. 4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien rawat inap. 5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. 7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
D.
Tata Laksana Keselamatan Pasien di Rawat Inap 1. Keselamatan pasien Rawat Inap merupakan prioritas utama hal ini terkait dengan resiko jatuh pada lansia. 2. Ketepatan identifikasi pasien. 3. Identifikasi pasien dengan bertanya langsung sebelum melakukan tindakan. 4. Sistim pelaporan baik hasil pemeriksaan laboratorium maupun konsultasi tentang keadaan pasien melalui metode SBAR. 5. Menuliskan semua hasil pemeriksaan yang didapat pada rekam medik. 6. Kepatuhan hand hygiene petugas medis dan penggunaan APD sebelum melakukan tindakan medis.
E.
Standar Keselamatan Pasien Dalam melaksanakan keselamatan pasien, standar keselamatan pasien harus diterapkan. Standar tersebut adalah sebagai berikut : 1. Hak pasien. 2. Mendidik pasien dan keluarga. 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan. 4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien. 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. 6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien. 7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien.
F.
Langkah-Langkah Penerapan Keselamatan Pasien di Puskesmas Bantuas 1. Menetapkan instalasi kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasien Puskesmas. 2. Menyusun program keselamatan pasien Puskesmas jangka pendek 1-2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien Puskesmas. 4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien Puskesmas bagi jajaran manajemen dan karyawan. 5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien). 6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien puskesmas seperti tersebut di atas. 7. Menerapkan standar keselamatan pasien puskesmas (seperti tersebut di atas) dan melakukan self assesment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien puskesmas. 8. Program khusus keselamatan pasien Puskesmas. 9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien Puskesmas dan kejadian tidak diharapkan.
G.
Pengertian 6 Sasaran Keselamatan Pasien di Puskesmas 1. Ketepatan Identifikasi Pasien a. Identifikasi pasien (Patient Identification) adalah prosedur pencatatan identitas diri pasien yang masuk, termasuk bayi yang baru lahir, yang dapat dilakukan dengan sistem barcode. b. Identifikasi pasien dewasa adalah pencatatan identifikasi diri pasien dan pemberian tanda berupa gelang nama pada tangan yang memuat minimal : nama pasien, nomor rekam medis atau tempat dan tanggal lahir. c. Identifikasi bayi baru lahir adalah pencatatan identitas diri bayi dan pemberian tanda berupa gelang nama pada tangan bayi yang memuat nama ibu bayi, nomor rekam medis bayi, tempat tanggal lahir. Disertai cap kaki bayi kiri dan kanan dan cap ibu ari tangan kanan dari ibu bayi pada lembar identifikasi bayi. 2. Peningkatan Komunikasi Efektif Antar Perawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya Komunikasi verbal antar perawat dan staf yang terkait lainnya, yang mampu mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien selama dalam perawatan di Puskesmas melalui pemberian informasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima pesan.
3. Peningkatan Keamanan Obat dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert Medication) Obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang secara signifikasi berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat.
4. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Hand Hygiene) a. Cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. b. Cuci tangan antiseptik/ prosedural adalah proses menghilangkan/ mematikan mikroorganisme transient . c. Cuci tangan bedah adalah proses menghilangkan/mematikan mikroorganisme transient dan mengurangi flora resident . 5. Pengurangan Risiko Pasien Cidera Akibat Jatuh Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai atau ke tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istiharat maupun pada saat terbangun yang disebabkan oleh berbagai kondisi penyakit stroke, epilepsi, kejang, penyakit kronis lainnya atau karena terlalu banyak aktifitas atau akibat kelalaian perawat, pemberian obat-obatan diuretik, laksatik, sedatif, psikotropik dan obat anti depresan.
Puskesmas Bantuas wajib menerapkan standar keselamatan pasien dan pendamping pasien dalam setiap kegiatan di ruang pelayanan Rawat Inap. Program upaya pengobatan harus memperhatikan keselamatan dengan cara melakukan identifikasi terhadap potensi yang mungkin terjadi yaitu :
-
Kesalahan diagnosis
-
Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
-
Kesalahan pemberian terapi
-
Kesalahan pemberian resep
-
Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
-
Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik
-
Insiden tertusuk jarum bekas pakai
-
Limbah medis berceceran
-
Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien
-
Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
-
Menggunakan peralatan tidak steril
Untuk mencegah terhadap potensi yang mungkin terjadi seperti yang telah disebutkan diatas maka dilakukan : -
Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien
-
Umpan balik dari unit pelayanan tentang kesesuaian identifikasi pasien dengan Rekam Medis
-
Monitoring secara berkala oleh tim mutu Puskesmas Bantuas
Adapun untuk Penanganan/ tindak lanjut hasil identifikasi, temuan audit internal, pelaporan dan keluhan atau pengaduan dibahas dan ditindak lanjuti oleh Tim Mutu dalam Rapat Tim Mutu atau Rapat Tinjauan Manajemen dan hasil rapat dilakukan umpan balik kepada penanggung jawab ruang pelayanan rawat inap.
BAB VII KESELAMATAN KERJA
Setiap kegiatan yang dilakukan di Ruang Pelayanan Rawat Inap Puskesmas dapat menimbulkan bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam pelayanan Rawat Inap maupun lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi/ mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Program keselamatan kerja di Puskesmas Bantuas wajib dilakukan oleh seluruh tenaga secara bertanggung jawab dan berkesinambungan dengan mengikuti dan mengacu kepada kebijakan dan SOP tentang keselamatan pasien (Patient Safety). Petugas secara periodik melakukan evaluasi program keselamatan kerja sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Setiap kejadian yang berkaitan dengan keselamatan kerja harus dilaporkan kepada tim untuk d ilakukan evaluasi dan tindak lanjut agar tidak terjadi hal yang sama. Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu : 1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang. 2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain. 3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai. 4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan. 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
A.
Bentuk-Bentuk Pengawasan dan Pengendalian Mutu Pencatatan dan pelaporan 1. Pencatatan dan pelaporan pengadaan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan. a. Bon pemesanan barang/alat habis pakai. b. Pencatatan pemesanan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan diterima oleh bagian umum untuk di verifikasi dan diserahkan ke bagian pengadaan. c. Pencatatan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan yang belum terealisasi. 2. Pencatatan dan pelaporan tentang pelayanan pasien. a. Dokumen rekam medis pasien. b. Buku laporan kegiatan harian. 3. Pencatatan dan pelaporan tentang perlengkapan peralatan di unit pelayanan. a. Membuat inventaris peralatan di unit pelayanan b. Dilaporkan kepada atasan langsung ( Kepala Ruangan) 4. Langkah-langkah dalam proses pengendalian Empat langkah dasar yang harus dilakukan : 1) Membuat standar untuk pelaksanaan yaitu: a. Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan serta jasa yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolok ukur). b. Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang diwujudkan dalam ukuran bentuk. c. Standar biaya adalah harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang digunakan untuk mengukur biaya lain. d. Standar prosedur adalah sebagai cara yang benar untuk kegiatan seharihari dalam proses penyelenggaraan pelayanan. 2) Melatih tenaga keperawatan untuk memahami dan melaksanakan standarstandar yang telah ditetapkan. 3) Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang dilakukan kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-benar dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya. 4) Menetapkan tindakan perbaikan/koreksi untuk mengatasi penyimpangan dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan data kegiatan terdahulu.
B.
Sistem Pengendalian Efektif Sistem pengendalian efektif meliputi : 1. Terkoordinasi dengan arus kerja, dan dapat memberikan informasi langsung kepada atasan langsung. 2. Terfokus pada titik strategis, sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orangorang yang dikendalikan. 3. Objektif dan menyeluruh, sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orangorang yang dikendalikan. 4. Fleksibel. Sistem harus dibuat mudah, sehingga mudah diterapkan. 5. Secara ekonomi realistis, untung rugi pengendalian harus diperhitungkan secara realistis. 6. Secara organisasi harus realistis, jika sistem tidak realistis (standar yang ditetapkan terlalu tinggi), maka bawahan cenderung membuat laporan bias. 7. Akurat/tepat yaitu informasi yang dihasilkan oleh sistem harus benar. 8. Tepat waktu, informasi harus didapatkan dalam suatu waktu tertentu, sehingga dapat dilakukan koreksi bila diperlukan. 9. Sistem harus dapat diterima oleh semua pegawai.
C.
Indikator Keberhasilan Pelayanan 1. Terselenggaranya pelaksanaan indikator mutu klinis (IMK) di ruang pelayanan rawat inap adalah angka kejadian plebitis. 2. Pengukuran indikator dan definisi operasional yang dilakukan : Kejadian plebitis selama masa perawatan Judul
Kejadian plebitis selama masa perawatan
Dimensi Mutu
Keselamatan dan efektifitas
Tujuan
Tidak terjadi plebitis selama masa perawatan
Definisi Operasional
Jumlah kejadian baru plebitis yang terjadi selama periode waktu tertentu
Frekuensi
Pengumpulan data setiap bulan
Periode Analisa
1 bulan sekali
Numerator Denominator
Jumlah kejadian baru plebitis yang terjadi selama periode waktu tertentu Jumlah pasien yang mempunyai resiko plebitis selama periode tertentu
Sumber Data
Ruang Pelayanan Rawat Inap
Standar
0%
Penanggung jawab pengumpulan data
Petugas Pelayanan Rawat Inap
BAB IX PENUTUP
Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap di Puskesmas Bantuas ini diharapkan : 1. Dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak yang terkait. 2. Diharapkan dengan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari semua pihak yang terkait, pedoman ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan demi terwujudnya peningkatan mutu pelayanan Puskesmas Bantuas sesuai dengan visi dan misi serta untuk mewujudkan Program Peningkatan Mutu Puskesmas Bantuas. Demikian Pedoman Pelayanan Ruang Rawat Inap Puskesmas Bantuas ini disusun dan disahkan sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan rawat inap di Puskesmas Bantuas yang berkualitas dan berkesinambungan. Seluruh karyawan puskesmas harus mengikuti pedoman ini dengan sebaik-baiknya. Pedoman ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu pencermatan dan masukan akan dapat menyempurnakan pedoman ini.