Definisi Pelat Satu Arah dan Pelat Dua Arah SELASA, NOVEMBER 08, 08, 2011 ADI ATMADILAGA 1 COMMENT
Sistem perencanaan tulangan Pelat Beton pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu : 1.
Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya disebut : pelat satu arah/ one arah/ one way slab) slab )
2.
Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat dua arah/two arah/two way slab)) slab
Apabila Lx >= 0,4 Ly seperti gambar dibawah , pelat pelat dianggap sebagai menumpu menumpu pada balok B1,B2,B3,B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya. Dengan demikian pelat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen setiap arah yang timbul.
Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar di atas pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dapat dipandang sebagai pelat sebagai pelat satu arah (arah arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
1) Penulangan pelat satu arah a) Konstruksi pelat satu arah.Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja.Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan. Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi . (seperti terlihat pada gambar di bawah). Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat binddraad . Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.
Gambar di atas adalah pelat dengan tulangan pokok 1 arah b) Simbol gambar penulangan.Pada pelat kantilever, karena momennya negatif, maka tulangan pokok (dan tulangan bagi) dipasang di atas. Jika dilihat gambar penulangan Tampak
depan (gambar (a)), maka tampak jelas bahwa tulangan pokok dipasang paling atas (dekat dengan tepi luar beton), sedangkan tulangan bagi menempel di bawahnya. Tetapi jika dilihat pada gambar Tampak A tas (gambar (a)), pada garis tersebut hanya tampak tulangan horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas atau menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan penggambaran dan simbolsimbol sbb :
2) Penulangan pelat 2 arah a) Konstruksi pelat 2 arah.Pelat dengan tulangan pokok 2 arah ini akan dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling sejajar. Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang (lx) dan bentang (ly), maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling tegak lurus(bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan lagi. Tetapi pada pelat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur 1 arah saja, sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan bagi, seperti terlihat pada gambar dibawah. Bentang (ly) selalu dipilih > atau = (lx), tetapi momennya Mly selalu < atau = Mlx, sehingga tulangan arah (lx) (momen yang besar ) dipasang di dekat tepi luar (urutan ke-1)
Simbol gambar di atas sama dengan simbol pada gambar penulangan 1 arah. Perlu ditegaskan : untuk pelat 2 arah, bahwa di daerah lapangan hanya ada tulangan pokok saja (baik arah lx maupun arah ly) yang saling bersilangan, di daerah tumpuan ada tulangan pokok dan tulangan bagi. pustaka : Balok dan pelat beton bertulang, Ali Asroni
Mendisain Struktur Beton Untuk mendisain sebuah struktur beton, baik itu bangunan gedung, jembatan, bendungan, jalan layang, tandon air, dan lain-lain. Maka akan banyak faktor yang berpengaruh dalam jalannya pendisainan tersebut. Contohnya pada struktur gedung , beban mati pelat lantai, beban hidup manusia, beban mati plafon, ubin dan lain-lain akan berpengaruh terhadap pendisainan pelat lantai, balok anak maupun balok induk juga kolom nya. Untuk struktur bawah seperti fondasi diperlukan data tanah yang akan berpengaruh terhadap model pondasi yang akan digunakan. Melihat diri saya yang masih belajar untuk S1 di Universitas Islam Sultan Agung dan masih semester 6, tentu pengetahuan saya masih sangat dangkal mengenai pendisainan struktur beton ini. Sehingga maklumlah kalo para pembaca merasa kurang, dapat melihat buku-buku mengenai desain struktur yang sudah banyak berada di pasaran . Pertama-tama dalam merencanakan suatu struktur, hal yang paling utama adalah beban yang bekerja pada struktur tersebut. Perencanaan untuk pelat kantilever tentu berbeda dengan pelat yang digunakan untuk pelat lantai pada interior rumah. Pelat lantai sendiri memiliki perbedaan, yang umum digunakan. Antara lain :
Pelat terjepit pada satu sisi ( biasanya adalah kantilever/sunshiding pada jendela)
Pelat terjepit pada dua sisi (misalnya bordes tangga, balkon.dll)
Pelat terjepit pada tiga sisi (misalnya pada bordes tangga dan balkon,dll)
Pelat terjepit pada empat sisi (misalnya pelat lantai dalam rumah)
Untuk perencanaan pelat lantai itu sendiri, tentu berbeda antara pelat terjepit pada satu sisi, dua sisi, tiga sisi, dan empat sisi. Kenapa kok berbeda ? ya tentu berbeda, karena gaya dalam yang dihasilkan akibat masing-masing jepitan juga berbeda, sehingga akan berpengaruh terhadap penulangan yang sering kita sebut untuk penulangan pelat lantai sebagai “one way slab” dan “two way slab” .
Apa sih one way slab itu ? “One way slab” atau penulangan satu arah yaitu tulangan utama atau tulangan pokok hanya bekerja pada satu arah saja. Misalnya ada arah x dan y , jadi tulangan pokok itu bekerja pada arah x saja dan arah y kita menggunakan tulangan bagi.
Kapan kita menggunakan sistem penulangan “one way slab” ? Sistem One way slab digunakan ketika momen yang bekerja pada pelat tidak seimbang antara arah x dan y . misalnya pada kantilever, karena dijepit di satu sisi saja, jadi misal hanya ada arah x saja sedangkan arah y sama dengan nol. berlaku juga untuk pelat yang dijepit di dua sisinya yang saling berhadap-hadapan. pada pelat lantai yang dijepit di tiga sisinya juga masih bisa menggunakan sistem penulangan one way slab.
Kalau Penulangan Two Way Slab itu bagaimana ? Penulangan Two Way Slab itu ketika momen pelat pada arah x dan y itu sama atau hampir sama besar. Hmmmm, Contohnya pada pelat yang berbentuk persegi dan dijepit di keempat sisinya, dengan ukuran balok yang sama pada keempat sisinya.
Lalu bedanya apa dengan One Way Slab ? Jadi kalo two slab kita pakai tulangan pokok pada semua arah baik x dan y, sehingga tidak ada tulangan bagi nya pada two way slab ini.
Tulangan bagi itu apa sih ? Tulangan bagi itu ya cuma sekedar tulangan sekunder istilah nya , bukan tulangan primer. Jadi tulangan bagi itu dimensi tulangannya bisa lebih kecil atau jarak antar tulangannya bisa lebih lebar .
Jadi kalo pelat terjepit di empat sisinya harus selalu pakai penulangan Two Way Slab ? Ya enggak juga, kalo pelatnya persegi panjang kan momennya beda tuh antara x dan y. (untuk perencanaan selanjutnya, silahkan baca PPIUG atau PPIURG 1983 untuk pembebanan, dan PBI 1971 dan peraturan lainnya juga SNI 91, SNI 2002)
Nah sekarang tentang balok beton bertulang Untuk mendisain sebuah balok pasti sama dengan mendisasin struktur yang lain,
Gimana sih nentuin dimensi balok yang tepat ? Untuk menentukan dimensi balok yang tepat tentu saja tergantung dari beban yang bekerja di atas balok. Apabila beban nya terlalu berat, maka daerah tekannya semakin besar, momennya juga besar. Jadi kalo dalam rumus rho max lebih besar dari rho maka dimensi balok harus diperbesar.
Kenapa nggak tulangannya aja diperbanyak ? Ya, karena semakin banyak tulangannya workability ketika pemasangan tulangan dan pemadatan semakin susah. Juga semakin jauh tulangan itu dari lokasi tegangan tarik (pada cover) maka semakin kecil konstribusinya untuk ikut menahan momen. belum lagi daerah tekan yang besar bisa-bisa mengakibatkan keruntuhan tekan pada balok yang akibatnya cukup fatal karena pelat lantai dan balok runtuh (lebih fatal keruntuhan tekan pada kolom karena berarti keruntuhan semua bangunan).
Jadi untuk mendimensi balok itu pakai sistem coba-coba ya ? Ya bisa dibilang begitu, tapi kan selama ini ada rumus sederhana untuk menentukan tinggi balok dengan rumus 1/10 atau 1/12 bentang, lalu dicek daerah tekan, rho max, dan fs=fy yaitu tulangan leleh duluan sebelum beton retak, karena kalau beton retak duluan maka bangunan lebih cepat runtuh dan tanpa peringatan.
Kan balok itu umumnya menahan momen yang bekerja pada daerah tarik, lalu kenapa ada tulangan di bagian tekannya juga ?
Memang tulangan itu kita gunakan untuk menahan tarik karena beton tidak dapat menahan tarik karena sifat getasnya ketika diberi tegangan tarik. Tulangan tekan itu sendiri digunakan untuk keperluan memasang tulangan geser (begel) dan juga kata dosen saya yang sudah S3 , tulangan tekan dapat berpengaruh terhadap umur beton, akibat adanya faktor kelelahan (fatigue) yang dapat mengakibatkan lendutan berlebihan seiring dengan berjalannya waktu.
Saya denger-denger ada desain balok T (T beam) dan balok persegi panjang biasa, apa sih bedanya ? kalo peraturan lama seperti PBI 1971 dan SNI 1991 masih menggunakan balok persegi panjang biasa untuk mendisain, sedangkan SNI 2002 ada yang menggunakan balok persegi panjang dan T beam dan ada juga L beam untuk balok yang menahan pelat pada ujung (exterior). Jadi kalo mendesain dengan balok T dimana balok dan plat lantai dicor monolit, karena daerah tekan semakin kecil akibat balok memiliki sayap yang ikut menahan tekan sehingga tulangan tarik yang dihasilkan lebih sedikit daripada menggunakan disain balok persegi panjang.
Ow gitu ya, Oke deh. lanjut ke disain kolom aja deh Pada disain kolom sedikit berbeda dengan balok dan pelat, kalau balok dan pelat mereka dapat beban tegak lurus alias sumbu balok dan pelat itu tegak lurus sama arah gravitasi bumi pada umumnya. Kalau kolom kan sejajar , jadi yang diperhitungkan tentu saja gaya axial (gaya normal) dan Momen. Untuk mendisain sebuah kolom diperlukan kecermatan yang tinggi karena keruntuhan kolom berarti keruntuhan seluruh bangunan. Bayangkan saja apabila ada satu saja kolom yang runtuh, saya pernah lihat di siaran National Geographic Channel , gedung hotel dan perkantoran lantai 7 di Singapura runtuh karena saah satu kolomnya runtuh. Setelah ditelusuri dengan forensic test ternyata adalah penambahan beban pada tingkat atas yang melebihi perhitungan beban dan umur bangunan yang tua sehingga tingkat fatigue nya juga sudah besar. Karena adanya tingkat kelelahan struktur ini (fatigue) maka pada umunya gedung dirancang berumur 50 tahun saja.
Kok ada gedung yang belum 50 tahun sudah runtuh ya ? Bisa saja karena spesifikasi mutu tidak terpenuhi atau ada penambahan beban diluar perencanaan awal, contoh beban-beban tambahan , misal tidak dirancang untuk tempat mendarat helikopter tetapi digunakan untuk mendarat helikopter, atau tidak dirancang menahan gempa tapi mendapat gaya gempa . Direncanakan untuk menampung 1000 orang tetapi terdapat 2000 orang.
Kalau begitu saya buat kolom yang besar saja ya ? walaupun balok runtuh tapi kan bangunan keseluruhan tidak runtuh ? Boleh-boleh saja kalau anda punya banyak uang, karena kolom semakin besar berarti harga semakin mahal dan pondasi semakin besar , dalam dan mahal.
Kalo keruntuhan tekan sama keruntuhan tarik pada kolom itu bedanya apa ? Kalo keruntuhan tekan itu hampir sama ketika anda tes sample beton di lab, jadi keruntuhan tekan itu terjadi tiba-tiba dan berbahaya. Kalau keruntuhan tarik ada tanda-tandanya ketika tulangan kolom tertarik dan leleh, kolom terlihat retak-retak dahulu dan sedikit berubah bentuk sehingga anda dapat siaga sebelum terjadi keruntuhan.
Kalo tulangan dua sisi dan empat sisi itu gimana ? Tulangan dua sisi pada kolom digunakan akibat eksentrisitas yang melebihi batas yang ditetapkan sehingga tulangan hanya digunakan pada sisi x atau y saja. Umumnya pada eksentrisitas yang melebihi batas ini, dimensi kolom juga dibuat persegi panjang tidak persegi. Kalau tulangan 4 sisi itu biasanya digunakan untuk kolom dengan eksentrisitas kecil.
Penulangan Balok Kantilever Balok kantilever adalah balok yang salah satu ujungnya terdapat tumpuan jepit dan ujung lain menggantung (bebas). Balok kantilever yang menahan beban gavitasi menerima momen negatif pada keseluruhan panjang balok tersebut. Akibatnya tulangan balok kantilever ditempatkan pada bagian atas atau sisi tariknya seperti yang diperlihatkan pada gambar A. Untuk batang seperti pada gambar, momen maksimum terjadi pada penampang di bagian peletakan. Akibatnya sejumlah besar tulangan diperlukan pada titik ini. Tulangan tidak tidak dapat hanya sampai pada tumpuan, harus dipanjangkan atau diangkur pada beton di se belah luar tumpuan. Perpanjangan ini disebut sebagai panjang penyaluran (development length). Panjang penyaluran ini tidak harus lurus seperti yang diperlihatkan pada gambar, karena tulangan akat dikaitkan pada 90 derajat atau 180 derajat.
Balok Kantilever (Gambar A) Hingga saat ini hanya batang statis tertentu yang telah banyak dibicarakan, namun situasi yang sering terjadi untuk balok dan pelat adalah menerus di atas bebar apa perletakan seperti pada gambar B. Karena tulangan diperlukan pada daerah tarik balok, tulangan tersebut ditempatkan pada bagian bawah ketika momen positif dan pada bagian atas ketika momen negatif. Ada beberapa cara dalam mengatur letak t ulangan untuk menahan momen positif dan negatif pada beban menerus. Salah satu pengaturan adalah yang mungkin diperlihatkan pada gambar B.
Pelat Menerus Menunjukkan Penenpatan Tulangan secara Teoritis untuk Diagram Momen yang Diberikan (Gambar B)
CANTILEVERED SLAB
Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun bebanhidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur. Pelat merupakanstruktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau melengkung) yang tebalnya jauh lebihkecil dibanding dengan dimensi struktur yang lain.Segi statika, kondisi tepi ( boundary condition ) pelat dibagi menjadi : Tumpuan bebas ( free ) Bertumpu sederhana ( simply supported ) Jepit Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat (Szilard, 1974), yaitu plat kaku, membran, plat flexibel, plat tebal.Kantilever yaitu struktur memproyeksikan, seperti balok, yang didukung di satu ujung dan yang membawa beban di ujung lain atau sepanjangpanjangnya. Kantilever adalah struktur penting dalam desain jembatan dan crane.Plat kantilever merupakan plat dengan tulangan pokok satu arah yang dijumpai jika plat beton lebih dominan menahan beban yangberupa momen lentur pada bentang satu arah saja. Plat kantilever termasuk dalam jenis plat One Way Slab . One way slab yaitu plat satu arah,suatu plat yang memiliki panjang lebih besar atau tiga kali atau lebih dari lebar yang bertumpu menerus melalui balok-balok.Maka hampir semua beban lantai dipikul oleh balok-balok yang sejajar. Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantaiyang umum dan dasar adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar). Dimana permukaan pelat itu dibatasi oleh dua balok yangbersebelahan pada sisi dan dua gelagar pada kedua ujung. Pelat satu arah adalah pelat yang panjangnya dua kali atau lebih besar dari padalebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju ke balok-balok dan sebagian kecil saja yang akan menyakur secara langsung ke gelagar.Kondisi pelat ini dapat direncanakan sebagai pelat satu arah dengan tulangan utama sejajar dengan gelagar atau sisi pendek dantulangan susut atau suhu sejajar dengan balok-balok atau sisi panjangnya.
Referensi makalah : http://www.slideshare.net/reskiaprilia/pelat-beton-bertulang-36024668
Macam-macam metode struktur plat lantai gedung Dewasa ini pembangunan gedung di indonesia maupun dunia telah berkembang sangat pesat, hampir di setiap sudut kota dapat k ita saksikan bermacam bentuk gedung pencakar langit sedang dibangun, masing-masing pelaku pembangunan bersaing untuk bisa menghasilkan produk sebagus mungkin dalam waktu super cepat, karena hal ini sangat erat kaitanya dengan penghematan biaya proyek sekaligus memberikan daya saing tinggi bagi yang telah berhasil membuat inovasi teknologi terbaik, termasuk dalam hal pembuatan struktur gedung entah itu pondasi, kolom, balok, plat lantai atau bagian struktur lainya yang telah ada bermacam metode pilihan, nah.. berbicara soal lantai, berikut ini ada macam-macam metode struktur plat lantai pada gedung bertingkat khususnya beton bertulang
Macam-macam metode struktur plat lantai gedung Metode konvensional Seluruh struktur plat lantai dikerjakan ditempat, bekisting menggunakan plywood dengan perancah scaffolding. ini merupakan cara lama yang paling banyak digunakan namun membutuhkan waktu lama serta biaya tinggi, kondisi ini kemudian menyebabkan banyak pekerja proyek berlomba-lomba melakukan inovasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sekaligus biaya termurah. Metode half slab Disebut half slab karena separuh struktur plat lantai dikerjakan dengan sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di pabrik lalu dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang, selanjutnya dilakukan pemasangan besi tulangan bagian atas lalu dilakukan pengecoran separuh plat ditempat, kelebihanya yaitu adanya pengurangan waktu serta biaya pekerjaan bekisting. Namun tidak semua bagian plat gedung bisa dibuat dengan sistem half slab, contohnya area plat kantilever bagian pinggir biasanya tetap dipasang dengan sistem konvensional, area toilet juga sebaiknya dibuat secara konvensional untuk menghindari kebocoran. Metode Full precast Bisa dibilang bahwa ini merupakan sistem paling cepat, namun yang perlu diperhatikan jika menggunakan metode ini adalah segi kekuatan alat angkat, misalnya kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dari total berat beton precast, dari segi waktu pengerjaan akan lebih cepat karena pengerjaan beton precast dapat dilakukan di pabrik sejak dini lalu tinggal dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang. Metode Bondek Tulangan bawah dihilangkan dan fungsinya digantikan oleh plat bondek, dengan begini diharapkan ada penghematan besi tulangan dan bekisting dibawahnya. tulangan atas bisa dibuat dalam bentuk batangan atau diganti dengan besi wiremesh agar lebih cepat dalam pemasangan.
Desain Balok Kantilever 11 Replies
Salah satu follower @juragan_sipil di twitter menawarkan sebuah permasalahan sederhana dalam desain balok kantilever beton bertulang. Balok kantilever adalah balok yang salah satu tumpuannya adalah jepit, sementara ujung yang lain bebas. Kira-kira soalnya seperti ini:
Nah, di sini saya punya 2 poin sekaligus asumsi: 1. Apakah sudah termasuk berat sendiri? Kita asumsikan SUDAH. Jadi kita ngga usah hitung lagi berat sendirinya. 2. Beban hidup dan mati di atas, apakah diaplikasikan di sepanjang balok? Kita asumsikan IYA. Beban dan bekerja di sepanjang balok. 3. Kombinasi pembebanan tidak ditentukan. Jadi, kita asumsikan menggunakan kombinasi pembebanan sesuai ACI/SNI. Tahap I. Analisis Struktur Karena baloknya kantilever, maka momen lenturnya negatif, artinya serat atas mengalami tarik, serat bawah mengalami tekan. Jadi, yang kita desain kali ini adalah tulangan tarik atau tulangan atas. 1. Momen di ujung batang (tumpuan) akibat beban mati dan beban hidup.
Dengan cara yang sama, 2. Menghitung momen ultimit dengan Kombinasi Pembebanan,
—
— Jadi,
Tahan II. Desain Tulangan Balok Teori dan prosedurnya bisa dibaca di sini 1.
, dan Untuk
, maka
2. Asumsi, jarak antara serat terluar sampai tulangan tarik adalah mmmm… 50 mm. Jadi, 3. 4. Kebutuhan tulangan,
5. Tulangan minimum,
–> OK kebutuhan tulangan masih lebih besar,
gunakan 6. Tulangan maksimum, Atau, –> OK, masih lebih kecil dari tulangan maksimum. 7. Tinggal pilih, mau pake diameter berapa. D16, As = 201 mm2 –> jumlah yang dibutuhkan 4.39 dibulatkan ke atas menjadi 5. (5D16, As = 1005 mm2) D19, As = 283 mm2 –> jumlah yang dibutuhkan 3.12 dibulatkan ke atas menjadi 4. (4D19, As = 1132 mm2) D22, As = 380 mm2 –> jumlah yang dibutuhkan 2.33 dibulatkan ke atas menjadi 3. (3D22, As = 1140 mm2)
8. Kita akan memilih 5D16, karena itu yang paling mendekati luas tulangan yang diperlukan (883.93 mm2).
9. Cek ulang kapasitas penampang. Hitung dulu tinggi blok tekan, a
10. Hitung ulang 11. Hitung momen nominal penampang,
12. Bandingkan momen nominal penampang, harus lebih besar daripada momen ultimit.
OK kan?
Rahasia: pada step #8 di atas, kalo mau pake D19, sebenarnya kita bisa pake 3 buah D19, hasil baginya cukup dekat ke 3… yaitu 3.12. Walaupun As-nya nanti menjadi 3×283 = 849 mm2 (lebih kecil dari yg diperlukan, 883.93 mm2), tapi kalau kita teruskan ke langkah #9 sampai selesai dengan menggunakan 3D19, akan diperoleh momen nominal 73.17 kNm (masih lebih besar daripada momen ultimit) Bukankah yang lebih penting dalam desain LRFD, tahanan nominal harus > beban/gaya ultimit.