Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat dan hidayahnya kepada kita semua. Dan kepada nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat kelak.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Helmi Syaifuddin selaku dosen mata kuliah Al-Madkhal ila ilmi Adab Al-araby. Karena dengan bimbingan beliau penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Teori Pendekatan Mimetik" , yang membahas bagaimana teori pendekatan mimetik itu.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan di kemudian hari. Untuk menyempurnakan tulisan ini.
Malang, 29 November 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I - Pendahuluan 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
BAB II - Pembahasan 4
A. Pengertian Pendekatan Mimesis (Mimetik) 4
B. Sejarah Singkat Mimetik 9
C. Tokoh–tokoh Teori Mimetik 9
BAB III - Penutup 11
Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I - Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam kajian tentang pendekatan pada kritk sastra, tentu banyak cara atau metode pendekatan yang bisa digunakan dalam melakukan kajian kritik sastra, diantaranya ada pendekatan ekspresif, pendekatan objektif, pendekatan pragmatik, dan juga pendekatan mimesis atau mimetik.
Namun pada makalah ini hanya akan penulis ulas sedikti tentang pendekatan yang hanya fokus pada pendekatan mimesis atau mimetik. Terkait apa sih pedekatan mimesis atau mimetik itu, sejarah singkatnya, dan tokoh-tokoh pendekatan dari pendekatan mimesis atau mimetik tersebut.
Dan akhirnya penulis berharap semoga sekelumit penjelasan tentang pendekatan mimesis atau mimetik tersebut dapat bermanfaat yang mana menembah pengetahuan pembaca terkait kajian pendekatan pada kritik sastra, dan sungguh tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh Karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di sebutkan di atas, maka dapat di tarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pendekatan mimetik itu ( pengertian pendekatan mimetik )?
2. Siapa saja tokoh yang mengemukakan pendekatan mimetik?
3. Apa saja yang di bahas dalam pendekatan mimetik?
BAB II - Pembahasan
A. Pengertian Pendekatan Mimesis (Mimetik)
Istilah mimetik berasal dari bahasa Yunani yaitu mimesis yang berarti "meniru", "tiruan" atau "perwujudan". Secara umum mimetik dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan dari dunia kehidupan nyata. Mimetik juga dapat diartikan sebagai suatu teori yang dalam metodenya membentuk suatu karya sastra dengan didasarkan pada kenyataan kehidupan sosial yang dialami dan kemudian dikembangkan menjadi suatu karya sastra dengan penambahan skenario yang timbul dari daya imajinasi dan kreatifitas pengarang dalam kehidupan nyata tersebut.
Pengertian mimetik menurut para ahli:
Plato Mengungkapkan bahwa sastra atau seni hanya merupakan peniruan (mimesis) atau pencerminan dari kenyataan.
Aritoteles Ia berpendapat bahwa mimesis bukan hanya sekedar tiruan, bukan sekedar potret dan realitas, melainkan telah melalui kesadaran personal batin pengarangnya.
Raverzt Berpendapat bahwa mimesis dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan yang mengkaji karya sastra yang berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realita suatu kenyataan.
Abrams Mengungkapkan pendekatan mimetik adalah pendekatan kajian sastra yang menitik beratkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra.
Pendekatan ini menghubungkan karya sastra dengan alam semesta (dalam istilah Abrams disebut universe). Universe alam semesta ini berkaitan dengan aspek dan masalah yang cukup luas dan rumit. Ia tidak hanya menyangkut masalah ilmu sastra, tetapi juga antara filsafat, psikologi, dan sosiologi dengan segala aspeknya.
Dalam hubungan karya sastra dengan mimesis, Plato berpendapat bahwa sastra merupakan tiruan dan tidak menghasilkan kopian yang sungguh-sungguh. Seni hanyalah meniru dan membayangkan hal yang tampak, berdiri dibawah kenyataan. Seni seharusnya penuh dengan kebenaran, dan seorang seniman harus rendah hati. Namun, Ia cenderung mengumbar nafsu, padahal manusia yang berasio seharusnya meredakan nafsu.
Sementara Aristoteles berpendapat, bahwa seni justru membuat suci jiwa manusia lewat proses yang disebut katarsis. Penyair tidak meniru kenyataan, seniman mencipta dunia sendiri dengan probability. Karya seni menjadi sarana pengetahuan yang khas, cara yang unik untuk membayangkan pemahaman tentang aspek atau situasi manusia yang tidak dapat diungkapkan dengan jalan lain.
Teori mimesis menganggap karya sastra sebagai pencerminan, peniruan, atau pembayangan realitas. Pendapat ini kebanyakan dianut oleh peneliti sastra aliran Marxis dan peneliti ain yang menganggap karya seni sebagai dokumen sosia. Sarana yang terkuat dalam pengarahan manusia pada penafsiran kenyataan adalah bahasa. Bahasa tidak saja mengintegrasikan berbagai bidang pengalaman menjadi keseluruhan yang berarti, tetapi juga memungkinkan mengatasi kenyataan sehari-hari (Partini Sardjono Pradotokusumo: 2005; 76).
Dalam teori mimetik ini terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam kritik mimetik, yaitu:
1. Kepada kelompok masyarakat tertentu, terutama masyarakat yang disebut dalam karya sastra, diberi angket tentang keadaan sosio-budaya masyarakatnya, baik masa lalu maupun masa kini. Angket diolah secara kualitatif, yang ada dalam karya sastra tersebut.
2. Dengan menghubungkan suatu unsur yang ada dalam karya sastra dengan unsur tertentu bersamaan dengan yang terdapat dalam masyarakat. Sejauh mana unsur-unsur itu benar-benar berfungsi dalam karya sastra, sejauh itu pula hubungan antara karya sastra dengan masyarakat.
3. Kepada anggota masyarakat tertentu yang diminta membaca karya sastra, diberi beberapa pertanyaan. Pertanyaan diarahkan kepada masalah sosial yang telah bergeser atau hilang dalam masyarakat. Pengolahan secara kualitatif akan dapat menjawab tentang hubungan karya sastra dengan keadaan sosialnya.
Coba Perhatikan syair Mahmud Al Hububi yang menginginkan kemerdekaan dan kebebasan berikut :
طال إنتظارك فاطلعي لتري عيشا بلا ملل ولا سأم
والموت للأحرار أطيب من عيش العبيد وذلة الخدم
نام الطغاة وها هنا وهنا مقل من الأرهاب لم تنم
Lama menunggumu
Bangkitlah dan perhatikanlah
Kehidupan yang tidak membosankan dan menyedihkan
Kematian bagi orang yang menghedaki kemerdekaan
Itu lebih baik dari pada kehidupan hamba
Dan hinanya pengabdian
Orang-orang zalim berkuasa
Inilah kemerdekaan
Yang menyedikitkan ancaman
Agar dalam mengapresiasi syair Mahmud Al Hububi tidak diperoleh pemahaman yang parsial, maka situasi yang terjadi pada saat Mahmudi Al Hububi hidup di mesir hendaknya diketahui. Seperti ketakutan dan kebungkaman yang menjadi fenomena bagi masyarakat mesir akibat dari kebijakan-kebijakan pemerintahnya. Kebebasan sebagai asas demokrasi pun tersumbat, dan aspirasi seluruh warga tidak dapat disalurkan. Situasi seperti itulah yang mendorong Mahmudi Al Hububi untuk mengekspresikan syairnya agar pemerintah bisa mengubah sikapnya yang diktator.
Membahas tentang hubungan antara karya sastra dan kenyataan, universe dalam istilah Abrams, reliaty dalam tulisan lain, itu cukup rumit, sebab tidak hanya menyangkut masalah ilmu sastra, melainkan pula masalah filsafat, psikologi, sosiologi, dan lain-lain.
Pandangan Plato tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan pendirian filsafatnya mengenai kenyataan, yang bersifat hirarkik. Menurut ada beberapa paparan tentang ada ("different planes of being") yang masing-masing mencoba melahirkan niali-nilai yang mengatasi tataranya. Yang nyata secara mutlak hanya yang baik; dan derajat kenyataan semesta tergantung pada derajat kedekatanya terhadap Ada yang abadi (verdinius 1949: 16). Dunia empirik tidak mewakili kenyataan yang sungguh-sungguh, hanya dapat mendekatinya lewat mimesis, peneladanan atau pembayangan ataupun peniruan (sebab terjemahan kata mimesis tidak mudah): misalnya pikiran dan nalar kita meneladani kenyataan, kata meniru benda, bunyi meniru keselarasan ilahi, waktu meniru keabadian, hukum-hukum meniru kebenaran, pemerintah manusia meniru pemerintah ideal, manusia yang saleh meniru dewa-dewanya, dan seterusnya.
Jadi menurut Plato mimesis terikat pada ide pendekatan, tidak menghasilkan kopi yang sungguh-sungguh; lewat mimesis ta-taran yang lebih tinggi hanya dapat disarankan. Dalam rangka ini menurut plato mimesis atau sarana artistik tidak mugkin mengacu langsung pada nilai-nilai yang ideal, karena seni terpisah dari tataran Ada yang sungguh-sungguh oleh derajat dunia kenyataan yang tampak, jadi berdiri dibawah kenyataan itu sendiri dalam hirarki. Wujud yang ideal tidak bisa terjelma langsung dalam karya seni. Tetapi ini tidak berarti bahwa seni sama sekali kehilangan nilai. Sebab walaupun seni terikat pada tataran yang lebih rendah dari kenyataan yang tampak, Namun seni yang sungguh-sungguh mencoba mengatasi kenyataan sehari-hari. Plato pun percaya bahwa senniman diilhami oleh dewi keindahan (Muse), tetapi manusia tidak sanggup melaksanakan ilham itu secara tepat, dia mengacau dan merusak ilham itu, mau tak mau. Maka itu seni menurut plato memilliki dua segi sekaligus: "Art, therefore, has a double aspect: in its visible manifestation it is a thing of the most inferior value, a shadow; yet it has an indirect relation to the essential nature of things" (verdenus 1949: 19: maka itu seni memiliki aspek ganda: dalam perwujudan yang tampak seni adalah benda yang sangat rendah nilainya, bayangan, namun seni memiliki pula hubungan tak langsung dengan sifat hakiki benda-benda).
Bagi plato tidak ada pertentangan antara realisme dan idealism dalam seni: seni yang terbaik lewat mmimesis, peneladanan kenyataan mengungkapkan sesuatu makna hakiki kenyataan itu. Maka itu seni yang baik harus thruthful, benar; dan seniman harus bersifat modest; rendah hati; dia harus tahu bahwa lewat seni dia hanya dapat mendekati yang ideal dari jauh dan serba salah. Dari segi ini kepandaian tukang yang baik pada prinsipnya lebih efisien meniru ide yang mutlak dalam benda-benda yang diciptakannya dari pada seniman. Lagipula seniman cenderung menghimbau bukan rasio, nalar manusia, melainkan nafsu-nafsu dan emosinya yang menurut plato justru harus ditekan. Seni menimbulkan nafsu sedangkan manusia yang berasio justru harus meredakan nafsunya.
B. Sejarah Singkat Mimetik
Pandangan tentang mimetik pertama kali diungkapkan oleh filsuf terkenal yaitu Plato yang kemudian diungkapkan lagi oleh muridnya yaitu Aristoteles. Plato berpendapat bahwa seni hanyalah tiruan alam yang nilainya jauh di bawah kenyataan dan ide. Menurutnya lagi, seni adalah sesuatu yang rendah, yang hanya menyajikan suatu ilusi tentang kenyataan dan tetap jauh dari kenyataan. Berbeda dengan Plato, Aristoteles menyatakan bahwa tiruan itu justru membedakannya dari segala sesuatu yang nyata dan umum karena seni merupakan aktivitas manusia. Dalam sebuah penciptaan, sastrawan tidak semata-mata meniru kenyataan melainkan sekaligus menciptakan.
Mimetik berasal dari bahasa Yunani 'mimesis' yang berarti tiruan. Dalam hubungannya dengan kritik sastra mimetik diartikan sebagai sebuah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan. Perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles menjadi sangat menarik karena keduanya merupakan awal filsafat alam, merekalah yang menghubungkan antara persoalan filsafat dengan kehidupan (Ravertz, 2007: 12).
Pengertian mimesis (Yunani: perwujudan atau peniruan) pertama kali dipergunakan dalam teori-teori tentang seni seperti dikemukakan Plato (428-348) dan Aristoteles (384-322), dan dari abad ke abad sangat memengaruh iteori-teori mengenai seni dan sastra di Eropa (Van Luxemburg, 1986:15).
C. Tokoh–tokoh Teori Mimetik
Plato (427-347 SM) Dilahirkan di lingkungan keluarga bangsawan kota Athena. Semenjak muda ia sangat mengagumi Socrates (470-399), seorang filsuf yang menentang ajaran para filosofis, sehingga pemikiran Plato sangat dipengaruhi sosok yang di kemudian hari menjadi gurunya tersebut. Salah satu pemikiran pemikiran Plato yang terkenal ialah pandangannya mengenai realitas .Menurutnya realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia: dunia yang terbuka bagi rasio dan dunia yang hanya terbuka bagi panca indra. Dunia pertama terdiri atas idea-idea dan dunia berikutnya ialah dunia jasmani. Bahkan pemikiran Plato tersebut berhasil mendamaikan pertentangan antara pemikiran Hera Kleitosdan Parmenides (Bartness.1979:14). Pandangan Plato mengenai dunia tersebut terkait juga dengan konsep mimesis.
Aristoteles (384-322) Lahir di Stagirus, Macedonia, di daerahTharke, Yunani Utara tahun 384 SM. Ia belajar di sekolah filsafat yang didirikan Plato dan tinggal di Akademia hingga Plato meninggal dunia.
MH (Meyer Howard) Abrams Lahir di Jewis, 23 juli 1912. Class of 1916 Profesor Emeritus SastraI nggris, telah menjadi anggota dari Departemen Bahasa Inggris di Cornell University sejak 1945. Dia adalah otoritas pada literature abad ke-18 dan 19, kritik sastra, dan Romantisisme Eropa. Tokoh mimetik lainnya yaitu Levin dan Ravertz.
BAB III - Penutup
Kesimpulan
Dari sedikit paparan tentang teori pendekatan mimetic diatas, bisa kami simpulkan beberapa poin pentingnya sebagai berikut :
Istilah mimetik berasal dari bahasa Yunani yaitu mimesis yang berarti "meniru", "tiruan" atau "perwujudan".
Secara umum mimetik dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai tiruan atau pembayangan dari dunia kehidupan nyata.
Dan banyak juga pengertian mimetik menurut para ahli yaitu Plato, Aristotes, Ravertz, dan Abrams. Mereka juga termasuk para tokoh mimetik.
Adapun pandangan tentang mimetik pertama kali diungkapkan oleh filsuf terkenal yaitu Plato yang kemudian diungkapkan lagi oleh muridnya yaitu Aristoteles.
Pendekatan mimetik ini menghubungkan karya sastra dengan alam semesta (dalam istilah Abrams disebut universe).
DAFTAR PUSTAKA
Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Muzakki, Akhmad. 2006. Kesusastraan:Pengantar Teori dan Terapan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Teeuw, A. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya
Luxemberg, Jan Van dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://mjbrigaseli.blogspot.com/2014/03/makalah-pendekatan-mimetik.html
12 "Pendekatan teori Mimetik