I.
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ANTROPOLOGI A. PENGERTIAN ANTROPOLOGI Anthropologi, berasal dari kata Anthropos (Bhs Yunani) yang berarti manusia, dan Logos berarti kata atau ilmu. Jadi Anthropologi secara etimologi (arti kata) adalah Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia, atau kumpulan ilmu-ilmu mengenai manuasia, menyelidiki manusia dalam segala aspeknya. Demikian pula mempelajari manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurut lazimnya terutama di Eropa Barat, anthropologi itu dibagi kedalam sub disiplin yang besar yang terdiri atas : 1. Anthropologi Fisik; adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat jasmaniah dari manusia di dalamnya termasuk rasiologi yaitu ilmu-ilmu tentang ras-ras atau rumpun bangsa di dunia ini. 2. Anthropologi
Kebudayaan;
adalah
ilmu
yang
mempelajari
kultur
manusia,
didalamnya termasuk juga Ethnologi dan Prasejarah, P rasejarah, dalam arti yang sempit. Akan tetapi apabila memperhatikan dalam hubungannya yang lebih luas, kepada pengertian bahwa; Anthropologi sebagai kumpulan ilmu-ilmu mengenai manusia dan menyelidiki manusia dalam segala aspeknya, maka klasifikasi kumpulan ilmu-ilmu itu, menurut sifatnya dapatlah dilakukan sebagai berikut; 1. Anthropologi Metafisika; yaitu yang mempersoalkan azas-azas yang terdalam mengenai kehadiran manusia di atas dunia ini. Di dalam hubungan ini, dipersoalkan hal-hal yang filosofis, pada tujuan hidup manusia. Oleh karena itu, maka atas dasar sub-disiplin ini, biasa juga dipergunakan istilah ³Anthropo logi Filsafi´. 2. Anthropologi Empiris; yaitu yang mempersoalkan, menyelidiki dan mendiskusikan tentang bagaimana kenyataan, sebab-sebab dan akibat manifestasi dari kehadiran manusia itu sebagai pendukung dan Pembina sesuatu kebudayaan. Atas dasar tersebut, maka pada hakekatnya dalam kelompok Anthropologi Empiris, dapatlah dimasukkan kedalamnya cabang-cabang ilmu pengetahuan: 1. Psychologi 2. Sosiologi 3. Anthropologi budaya
4.
Anthropologi biologi Sesuai dengan dinamika ilmu pengetahuan moderm, yang mementingkan unsure-
unsur ketepatan, unsure teknis-applikatif dan unsur-unsur spesialisasi, maka dalam konsepsi ilmu pengetahuan modern, hanya anthropologi-kebudayaan atau anthropologi budaya saja yang digolongkan ke dalam Anthropologi Empiris, selanjutnya lazim dipergunakan saja dengan istilah Anthropologi.
B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ANTHROPOLOGI Anthropologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari ummat manusia dalam usaha . Perhatian ilmu ini ditujukan pada sifat-sifat khusus badani dan cara-cara produksi, tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya. Jadi dilihat dari sudut Antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua segi; yaitu manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai makhluk sosio budaya secara terpisah, melainkan tinjauan diadakan secara holistic, sebagai salah satu kesatuan fenomena bio-sosial. Di dalam cara kerjanya dan penyelidikannya, seorang ahli antropologi mempersatukan pendekatan yang digunakan oleh ilmu-ilmu hayat dan ilmuilmu social. Pada satu pihak persoalannya terpusat pada sikap manusia sebagai anggota dari masyarakat. Disamping tinjauan ilmiah yang dilakukan oleh Antropologi terhadap manusia, terdapat pula tinjauan lain terhadap manusia ini, yaitu tinjauan agama. Berbeda dengan tinjauan ilmiah yang berpangkal kepada pengamatan empiris, tinjauan agama terhadap manusia berpangkal kepada kepercayaan, kepada dogma-dogma, dan mendeduksikan
kesimpulannya
dari
dogma-dogma
itu,
yang
tidak
diragukan
kebenarannya. Dilihat dari asal usulnya misalnya, agama-agama besar atau agama-agama tradisional seperti agama Islam atau agama Nasrani mengatakan bahwa manusia itu diciptakan sekali saja oleh Tuhan dan umat manusia dewasa ini adalah keturunan dari manusia yang pertama itu. Dalam rangka peninjauan tersebut, manusia berbeda secara hakekat, secara prinsip dengan hewan. Manusia tidak dapat dimasukkan kedalam satu sistem hewan. Apabila kita membandingkan tinjauan agama dengan tinjauan ilmiah terhadap manuasia, memang terdapat perbedaan tetapi bukan pertentangan. Kalau kita selidiki secara cermat, kita akan mengetahui, bahwa tinjauan ilmu tentang asal-usul
manusia yang bersifat evolusi itu, semata-mata merupakan penyelidikan tentang mekanis penciptaan. Ajaran evolusi strukural dengan pengamatan yang teliti dapat menetapkan bentuk-bentuk baru yang manakah di dalam sejarah kehidupan biologis itu timbul atau mengalami perubahan. Tetapi ilmu pengetahuan tidak dapat menetapkan kekuatankekuatan apakah yang menyebabkan adanya perkembangan evolusi pada segala makhluk hidup, dan ilmu juga tidak dapat meramalkan arah dari perubahan-perubahan itu. Ilmu pengetahuan dapat membuktikan, bahwa kehidupan yang asal usulnya tidak diketahui itu berkembang dari yang sederhana menjadi yang lebih kompleks, tetapi ilmu pengetahuan tidak dapat menjelaskan secara empiris Penggerak Pertama dari segala perubahan itu. Ilmu tidak menguraikan tentang prima causa dari segala yang hidup. Apabila ilmu pengetahuan bertugas untuk menjelaskan tentang kenyataan dan keadaan kehidupan sebagaimana adanya sekarang dan dimasa yang lampau, maka tugas agama adalah menunjukkan bagaimana manusia itu harus hidup. Dalam hubungan ini Dr. Muhammad Hatta; mengemukakan mengenai hubungan antara ilmu dan agama, bahwa memang ada berlainan keinsafan antara Ilmu dan Agama, tetapi bukan pertentangan. Ilmu mengenai pengetahuan dan soal agama menyangkut kepercayaan. Pelita Ilmu terletak diotak, pelita Agama terletak dihati. Karena Ilmu dan Agama dapat berjalan dengan seiring, tidak mengganggu daerah masing-masing. Kedua-duanya dapat menjadi suluh bagi manusia dalam menempuh hidup. Ilmu dan Agama mempunyai tujuan yang sama, ialah untuk kesejahteraan umat manusia. Para ilmuan dan para ulama kiranya dapat bekerja lebih erat untunk mencari sintesa baru, untuk saling mengisi, untuk saling melengkapi, sehingga tujuan tercapai. Percaya kepada yang gaib adalah sama riilnya dengan percaya kepada realitas alam dan kita tahu Ke Tuhanan merupakan motivasi yang kuat dari kelakuan berjuta-juta manusia berabad lamanya, dan akan tetap demikian selama manusia ada di dunia ini. Ke Tuhanan adalah penjelmaan segi emosi dari manusia yang dianggapnya keramat dan mnimbulkan ta¶zim tanpa makna manusia tidak melihat makna dalam hidupnya. Disamping itu perlu kita ingat, bahwa Idea sukar dapat hidup subur diatas kekurangan dan keretakan realitas atau kebendaan. Manusia adalah makhluk emosional dan juga makhluk rasional. Sebagai makhluk rasional, manusia ingin mengetahui dan memahami seluruh lingkungan alam dan lingkungan sosialnya dengan logikanya, dengan kekuatan berpikirnya. Sebagai makhluk
rasional, manusia senantiasa bertanya tidak ada hentinya. Di Indonesia, dimana landasan kehidupan kemasyarakatan, kebudayaan dan kenegaraan adalah Pancasila, dimana tiaptiap Negara dapat memeluk agamanya sendiri-sendiri, orang bebas bertanya sejauh jauhnya sepanjang pertanyaan itu tidak mengingkari ajaran-ajaran agama. Didalam agama inilah emosi manusia menemui muara kebebasan. Sebagai manusia yang beriman kita percaya bahwa seluruh alam semesta ini dengan hokum kausa dan efeknya dengan evolusinya, semuanya adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Rabbil Alamiin. Kita berpendapat, bahwa dibelakang segala fenomena alam itu terdapat Maha Penggerak yang tidak digerakkan, Gaya Gaib, Prima Causa dan kita memandang isi alam semesta itu sebagai manifestasi kebesaranNYA. Bagi orang yang bertolak dari anggapan bahwa alam semesta dengan segenap isinya adalah ciptaan Tuhan, dan secara rasional dapat menangkap arti evo lusi organik, maka dia adalah evo lusionis materialistic. Agar lebih jelas mengenai batasan pengertian Antropologi, berikut ini dikemukakan beberapa definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli seperti ; 1. Ralph Linton Ph.D. Seorang sarjana bangsa Amerika mengemukakan antara lain bahwa Antropologi itu adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tantang manusia dan segala tingkah lakunya, ³the study of man and his works´. Manusia yang dimaksud disini ialah manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai makhluk social-budaya. Sesuai dengan batasan tersebut; Antropologi seperti dalam kenyataannya memberikan tekanan parhatian, baik kepada sifat-sifat badaniyah manusia maupun segala bentuk pekerjaannya. Seperti; cara berproduksi, masalah tradisi, nilai-nilai yang membuat pergaulan manusia berbeda antara satu sama lain. 2. Sementara itu Prof. Harsojo, mengemukakan sebuah rumusan dengan ungkapan yang sangat sederhana, bahwa Antropologi itu adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia sebagai makhluk masyarakat. Kutipan ini secara tandas menunjukkan, bahwa manusia yang menjadi sasaran penyelidikan antropologi, tidak lain dari pada manusia dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat.
3. Pendapat lain telah dikemukakan pula oleh Prof.Dr. Koentjaraningrat, bahwa Antropologi itu adalah