TUGAS TERMODINAMIKA PENGGUNAAN INCINERATOR DALAM LIMBAH RUMAH SAKIT
DOSEN PEMBIMBING : M. S ALIM OLEH : ANDRI HADIWIJAYA
H1E108004
AYU AZHAR WIJHARUTAMI
H1E108027
RATU KARTIKA CHANDRA SARI
H1E108068
PROGAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2009
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas taufik dan hidayah-Nya maka usaha – usaha dalam membuat makalah ini dapat terselesaikan sesuai harapan. Maksud penulisan makalah ini secara sempit adalah sebagai pertanggungjawaban penulis dalam menyelesaikan tugas yang yang diberikan dosen pangajar. Namun, lebih dari itu penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai materi yang disampaikan ini. Selain itu penulisan makalah ini juga sebagai tambahan referensi sehingga diharapkan dapat saling melengkapi dalam pembahasannya. Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang membantu penulisan makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Saran dan kritik yang konstruktif tetap penulis harapkan serta akan dijadikan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Banjarbaru, 2010
DAFTAR ISI 2
Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1
1.2 Tujuan............................................................................................................... 2 1.3 Batasan Masalah............................................................................................... 2 BAB II ISI 2.1 Latar Belakang Timbulnya Limbah dari Rumah Sakit..................................... 3 2.2 Definisi dan Klasifikasi Limbah Rumah Sakit………………………………. 4 2.3 Upaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit…………………………………… 7 2.3.1 Pengolahan Limbah Rumah Sakit………………………………….
8
2.4 Teknik Pengolahan Limbah Rumah Sakit…………………………………… 10 2.4.1 Incinerator …………………………………………………………. 10 2.4.1.1 Penggunaan Incinerator dalam Limbah Rumah Sakit……………. 13 2.4.2 Dampak Penggunaan Incinerator pada Limbah Rumah Sakit……… 14 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 17 3.2 Saran………………………………………………………………………….. 18
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit dan sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai institusi yang sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan. Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan sejumlah hasil samping berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun. Adapun sarana pengolahan limbah di rumah sakit salah satunya adalah dengan menggunakan insinerator. Insinerator atau pembakaran sampah dapat didefinisikan sebagai pengubahan bentuk sampah padat menjadi fasa gas, cair, dan produk padat yang terkonversi, dengan pelepasan energi panas. Insinerasi atau pembakaran sampah tergolong sebagai salah satu teknik pengolahan sampah yang dapat mengurangi volume dapat berkurang hingga 85-95%. Kelancaran proses pembakaran tergantung dari sifat fisik dan sifat kimia sampah. Dengan adanya sebuah unit insinerator diharapkan selain dapat mengurangi volume sampah sebelum dibuang juga dapat menghilangkan sifat berbahaya dan beracunnya. Sedangakan untuk limbah padat domestik dibuang pada tempat pembuangan sampah sementara. Sehingga dengan penanganan dan pengolahan limbah padat yang telah dilakukan dapat menjaga kondisi lingkungan sekitar dari pencemaran. 4
1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk : 1. Mengetahui klasifikasi limbah rumah sakit serta cara pengelolaannya. 2. Mengetahui penggunaan incinerator pada limbah rumah sakit. 3. Mengetahui aplikasi termodinamika dalam bidang teknik lingkungan.
1.3 Batasan Makalah Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu : 1. Bagaimana cara pengolahan limbah di rumah sakit? 2. Bagaimana cara penggunaan incinerator pada pengolahan limbah rumah sakit? 3. Bagaimana sistem penggunaan incinerator pada limbah rumah sakit?
4. Bagaimana mengaplikasikan incinerator dalam bidang teknik lingkungan?
BAB II ISI 5
2.1 Latar Belakang Timbulnya Limbah dari Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatannya berupa pelayanan medis. Pelayanan rumah sakit pada hakekatnya merupakan sistem proses yang aktivitasnya saling tergantung satu dengan lainnya. Unsur-unsur yang saling berinteraksi dalam mendukung terciptanya pelayanan prima adalah sumber daya manusia (medis, paramedis dan non medis), sarana dan prasarana, peralatan, obat-obatan, bahan pendukung dan lingkungan. Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Rumah sakit tidak hanya menghasilkan sampah biasa, namun juga menghasilkan sampah infeksius dan sampah medis lainnya yang dapat mengganggu kesehatan dan salah satu media penyebaran penyakit. Jika tidak diolah dengan benar, maka limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dapat mencemari lingkungan. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan upaya penanggulangan penyebaran penyakit. Sanitasi lingkungan rumah sakit juga perlu diperhatikan secara cermat. Sanitasi lingkungan yang baik akan berdampak kepada penghuni rumah sakit juga kepada masyarakat sekitar. Dalam pengolahan limbah rumah sakit tentunya diperlukan berbagai macam cara sesuai dengan pengelompokan jenis limbahnya. Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu : •
Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.
•
Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
•
Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran. 6
•
pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang diperlukan.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan perlu pula ditingkatkan sarana untuk mengatasi limbah tersebut. Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakankebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit. Sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, dalam hal ini kami membahas salah satu pengelolaan limbah dengan menggunakan incinerator, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi. 2.2 Definisi dan Klasifikasi Limbah Rumah Sakit Rumah sakit merupakan tempat bertemunya kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok masyarakat pemberi layanan, kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar. Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit apabila tidak didukung dengan kondisi lingkungan rumah sakit yang baik dan saniter. Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan sejumlah hasil samping berupa limbah baik limbah padat, cair dan gas yang mengandung kuman pathogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun. Limbah rumah sakit merupakan campuran limbah yang heterogen sifat-sifatnya. Limbah rumah sakit berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Seluruh jenis limbah ini dapat mengandung limbah berpotensi infeksi. Kadangkala residu insinerasi dapat digolongkan sebagai limbah berbahaya bila inisinerator tidak dioperasikan sesuai dengan kriteria. Berikut deskripsi umum tentang kategori limbah rumah sakit antara lain - limbah umum sejenis limbah domestik. - container di bawah tekanan seperti tabung gas, aerosol.
7
- limbah patologis/ jaringan tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator. - limbah sisa hewan percobaan - limbah radioaktif dari pelacakan tumor, prosedur terapis, tindakan kedokteran nuklir, radio immunoassay dan bakteriologis yang dapat berupa padat, cair dan gas. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. - limbah kimiawi dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik - limbah infectious mengandung mikroorganisme pathogen yang meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ). - limbah benda-benda tajam yang merupakan obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda - limbah obat-obatan / farmasi seperti obat-obatan yang tidak terpakai, obat-obatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan. - limbah citotoksik yaitu bahan yang terkontaminasi obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000o Celcius. 8
- limbah plastik, merupakan bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis. Dari sekian banyak jenis limbah klinis tersebut akan yang membutuhkan perhatian khusus adalah limbah yang dapat menyebabkan penyakit menular (infectious waste) atau limbah biomedis. Limbah ini biasanya hanya 10-15% dari seluruh keseluruhan volume limbah kegiatan pelayanan kesehatan. Jenis dari limbah ini secara spesifik adalah limbah patologis, limbah laboratorium percobaan hewan, limbah laboratorium mikrobiologi, limbah bekas darah, organ tubuh dan cairan manusia lainnya, limbah benda tajam. Menurut Colony (2001) dalam Nadia Paramita (2007) menyatakan bahwa masalah utama dalam mengatasi limbah infeksius adalah resiko penularan oleh agen infeksius yang berasal dari limbah ini.
Resiko penularan akan muncul saat pembuangan dari sumbernya, proses
pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan hingga penanganan baik onsite maupun off site. Hal ini merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan wadah atau container untuk limbah infeksius. Pertimbangan penggunaan wadah juga dibedakan sesuai tipe limbah infeksius dimana dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu limbah benda tajam, limbah padat dan cair. Ketiganya memiliki perbedaan besar secara fisik, kimia dan resiko yang dapat ditimbulkan sehingga persyaratan dalam perwadahan dan penanganannya berbeda. Pada prinsipnya limbah medis harus segera diolah. Faktor penting dalam penyimpanan dengan penutup (cover) menjaga agar areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non medis membatasi akses sehingga hanya orang tertentu yang dapat memasuki area serta labeling dan pemilihan tempat yang tepat. 2.3 Upaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Dalam pengelolaannya, limbah rumah sakit memiliki penerapan pelaksanaan yang berbedabeda antara fasilitas-fasilitas kesehatan yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. a. Penimbulan (pemisahan dan pengurangan). Dalam proses pemilahan/pemisahan dan reduksi sampah hendaknya harus mempertimbangkan kelancaran dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta 9
menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian tabel yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan. b. Penampungan. Untuk penampungan harus merupakan wadah yang memiliki sifat yang
kuat, tidak udah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak berlebihan.
Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan
perlakuan standarisasi kantong dan container seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam
warna
seperti
yang
telah
ditetapkan
dalam
Permenkes
RI
no.
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”. c. Pengangkutan. Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan
eksternal.
Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat
pembuangan atau incinerator. Pengangkutan eksternal merupakan pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar dan memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi oleh petugas yang telibat. Limbah medis yang diangkut harus dalam container khusus, harus kuat dan tidak bocor. Untuk alat pengangkutan sampah di rumah sakit dapat berupa gerobak atau troli dan kereta yang harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Depkes RI sebagai berikut antara lain -
Memiliki wadah yang mudah dibersihkan bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.
-
Harus kedap air dan mudah diisi dan dikosongkan
-
Setiap keluar dari pembuangan akhir selalu dalam kondisi bersih
d. Pengolahan dan Pembuangan. Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang
sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. 10
2.3.1 Pengolahan Limbah Rumah Sakit Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengunangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah. Teknik pengolahan limbah rumah sakit yang mungkin dapat diterapkan antara lain adalah -
Incinerasi
-
Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 o C
-
Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde)
-
Desinfeksi zat kimia dengn proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)
-
Inaktivasi suhu tinggi
-
Radiasi ( dengan menggunakan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti 60o C)
-
Microwave treatment
-
Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
-
Pemampatan/pemadatan dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk
-
Reduksi limbah (waste reduction)
-
Minimasi limbah (waste minimization)
-
Pencegahan pencemaran
-
Reduksi pada sumbernya (source reduction)
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, 11
konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah. Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah 1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin. 2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah. 3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan. 4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol. 5.
Pengaturan
kondisi
proses
dan
operasi
yang
baik:
sesuai
dengan
petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi. 6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya. 2.4 Teknik Pengolahan Limbah Rumah Sakit 2.4.1
Incinerator
Pada dasarnya semua jenis sampah selain batu dan logam dapat diproses denfan incinerator dalam segala kondisi basah maupun kering akan tetapi apabila yang dikehendaki hanya sampah non degradable saja yang akan dibakar pada suhu yang tinggi maka akan sangat menghemat bahan bakar. Bahan bakar yang akan digunakan diantaranya adalah minyak bakar MFO, gas atau gasifikasi batubara, pemilihan bahan bakar akan menentukan kost operasional. Oleh karena 12
itu akan sangat tepat apabila dipilih bahan bakar gas karena bila produksi metan dari kompos sudah berjalan dan sebagai bahan bakar cadangan dari gasifikasi batubara apabila dipilih sejak awal untuk pembakaran pada incinerator menggunakan bahan bakar gas maka tidak ada perubahan pada burner sehingga akan menghemat biaya beli burner. Teknologi incinerator adalah salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan pembakaran pada suhu tinggi, dan secara terpadu dapat aman bagi lingkungan sehingga pengoperasian nya pun mudah dan aman, karena keluaran emisi yang dihasilkan berwawasan lingkungan dan dapat memenuhi persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/ MENLH/3/1995. Insinerator mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan. Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relatif singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu. Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistim pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga emisi yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil pembakaran tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan. Selain itu incinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang dikendalikan secara otomatis. Burner yang digunakan dapat menghasilkan panas dengan cepat, serta dilengkapi dengan blower untuk mempercepat proses pembakaran hingga mampu menghasilkan panas yang tinggi. Pemilihan incinerator yang akan digunakan disesuaikan dengan keadaan lingkungan, jenis dan komposisi sampah, serta volume sampah, sehingga dapat dilakukan secara lebih efisien baik prosesnya maupun transportasi dan tenaga operasionalnya, serta pula penggunaan lahan lebih efisien. Meminimalkan sampah yang berukuran besar dan berat untuk dapat dipilah masuk ke dalam tempat tersendiri.
Untuk menjaga kesempurnaan pembakaran di incinerator dan
mencegah kerusakan pada dinding pembakar, maka Gelas dan Logam tidak ikut dibakar. Volume sampah yang berlebihan diatas mungkin tercecer (tumpah keluar) sehingga menurunkan efesiensi pemilihan. Oleh karenanya pada lokasi pembakaran perlu disediakan tempat, dan bila diperlukan diadakan pengaturan pemulung yang akan menangani pemilahan sampah dengan 13
baik, “Sangat memungkinkan terjadi perebutan lahan kerja dari pemulung dan akan menjadikan friksi-friksi sosial ”.
Gambar 1. Insinerator mini Gambar diatas merupakan salah satu contoh dari insinerator yaitu insinerator mini. Insinerator ini memiliki beberapa keuntungan antara lain adalah a) tidak diperlukan lahan besar, b) mudah dalam pengoperasian, c) hemat energi (minyak tanah), d) temperatur tidak terlalu tinggi ( 800/ 1.1000 C ), e) tidak terdapat asap sisa pembakaran yang akan mencemari lingkungan, f) tidak bising dan kemasan kompak per unit, g)tidak menimbulkan panas pada tabung pembakar, h) serta sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi produksi batu bata/ bataco Insinerasi berbeda dengan incinerator. Jika incinerator adalah alat untuk memusnahkan sampah-sampah padat makat insinerasi merupakan proses yang dilakukan oleh insinerator. Insinerasi adalah teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, 14
partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik. Aspek penting dalam insinerasi adalah nilai kandungan energy (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insenerasi. Selain itu terdapat hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dalam insinerasi antara lain adalah karakteristik sampah, besarnya energi yang diperlukan, jumlah udara yang diperlukan, hasil pembakaran, suhu pembakaran, desain insenerator, gudang penyimpanan sampah, preparasi dan cemarannya. Insinerasi dengan energy recovery adalah salah satu teknologi sampah-ke-energi (wasteto-energy, WtE). Teknologi WtE lainnya adalah gasifikasi, pirolisis, dan fermentasi anaerobik. Insinerasi juga bisa dilakukan tanpa energy recovery. Insinerator yang dibangun beberapa puluh tahun lalu tidak memiliki fasilitas pemisahan material berbahaya dan fasilitas daur ulang. Insinerator ini dapat menyebabkan bahaya kesehatan terhadap pekerja insinerator dan lingkungan sekitar karena tingginya gas berbahaya dari proses pembakaran. Kebanyakan insinerator jenis ini juga tidak menghasilkan energi listrik. 2.4.1.1 Penggunaan Incinerator dalam Limbah Rumah Sakit Rumah sakit menghasilkan berbagai macam jenis sampah yang berbentuk limbah padat, cair, dan gas atau uap. Limbah cair berupa larutan kimia seperti detergen, pembersih, oli dan minyak pelumas, dan air panas. Yang berbentuk gas atau uap: gas kimia, bau dan uap panas. Limbah padat terdiri dari limbah yang dapat membusuk atau bahan organik (sampah, bagian tubuh manusia), limbah yang berbahaya (granul atau gas yang dapat meledak , korosif, zat yang cepat bereaksi dengan zat lainnya), dan yang mudah terbakar, semua zat-zat kimia dalam laboratorium (fenol, formaldehid dan Hg), dan limbah infeksiosa seperti kuman, bakteri, jamur dan bahkan virus. Salah satu teknik pengolahan limbah rumah sakit yang sering diterapkan adalah pengunaan incinerator. Penggunaan incinerator biasanya hanya dilakukan untuk limbah berjenis padat. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain adalah ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume 15
sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran. Teknologi pembakaran (incineration) merupakan suatu alternatif yang menarik teknologi pengolahan limbah. Insinerasi dapat mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75 % (berat). Selain itu insenarator juga dapat diartikan sebagai alat untuk untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi senyawa sederhana seperti CO2 dan H2O. Insenarator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat, cair, gas, lumpur cair (slurries) dan lumpur padat (sludge). Proses ini tidak biasa digunakan limbah organik seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam anorganik.
Zat karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan
sempurna bila insinarator dioperasikan dengan benar. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan dalam membakar limbah padat B adalah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Pada umumnya incinerator dengan primary chamber mengkonversi limbah sehingga menghasilkan emisi berupa partikulat. Untuk itu perlu pollution control device berupa wet dan dry scrubbers pada incinerator rumah sakit.
16
Gambar 2. Insinerator Jenis insinerator yang biasanya digunakan untuk limbah rumah sakit adalah jenis controlled-air, yang dikenal di pasaran sebagai pembakaran secara starved air atau secara modular atau secara pyrolytic. Sistem ini disebut demikian karena jenis ini dioperasikan dengan dua ruangan yang bekerja secara seri. Ruangan pertama (bagian limbah padat) difungsikan pada kondisi substoichiometris (beberapa jenis dijumpai juga pada model kiln), sedang ruangan ke dua (bagian limbah gas) di fungsikan pada kondisi udara yang berlebih. Menurut Brunner (1996) dalam Nadia Paramita (2007) menyatakan bahwa untuk mengolah limbah infeksius hingga saat ini telah dibuat insinerator dengan berbagai nama seperti insinerator medis, insinerator infeksius ataupun inisnerator limbah patologi. Akan tetapi 90% dari instalansi yang dibangun untuk mengatasi limbah rumah sakit selama dua dekade ini menggunakan prinsip Controlled Air Incinerator. Menurut Reindhardt (1991) dalam Nadia Paramita (2007) menyatakan bahwa komponen-komponen utama dalam insinerator ini terdiri dari Primary Combustion Chamber, Secondary Combustion Chamber, Boiler, Air Pollution Control Devices Stack. Pada umumnya incinerator dengan primary chamber mengkonversi limbah sehingga menghasilkan emisi berupa partikulat. Untuk itu perlu pollution control device 17
berupa wet dan dry scrubbers pada insinerator rumah sakit yang manfaatnya adalah mengurangi emisi partikel (0,01-0,03 grft3), mengurangi gas asam HCL, mengurangi sifat patogen dan mencegah racun terbebas di udara 2.4.2 Dampak Penggunaan Incinerator pada Limbah Rumah Sakit Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri. insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 – 1500 O C atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakityang berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai. Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi. Limbah padat yang berasal industri yang berupa sludge, atau dari pemukiman yang berupa sampah domestik, maupun limbah padat medis dari rumah sakit dapat dimusnahkan dengan sempurna menggunakan teknik insinerasi. Proses pembakaran dengan insinerator berlangsung pada suhu tinggi (600-800oC), pada suhu tersebut limbah padat organik sudah dapat hancur terbakar dan abu yang dihasilkan akan dalam keadaaan bersih /steril. Gas hasil pembakaran limbah tersebut dibakar juga pada suhu yang lebih tinggi yaitu antara 8001000oC, gas buangnya yang bersih dan emisinya terkendali berada dibawah ambang batas. Keunggulan pemusnahan sampah dengan teknik insinerasi adalah : sampah dapat dimusnahkan dengan cepat, terkendali, serta tidak memerlukan lahan yang luas seperti halnya proses Pada penggunaan insinerator ini terdapat beberapa kelemahan dan keuntungan yang akan didapat. Untuk keuntungan jika menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infektius menjadi non infektius), lahan yang dibutuhkan relative tidak luas, pengoperasiannya tidak tergantung pada iklim dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Selain itu insinerator pada rumah sakit bermanfaat untuk mengurangi emisi
18
partikel (0,01 –0,03 gr/ft3), mengurangi gas asam (HCL), mengurangi sifat patogen mencegah racun terbebas di udara. Sedangkan untuk kerugian jika menggunakan insinerator adalah tidak semua jenis sampah dapat di hancurkan atau dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol serta dapat menimbulkan pencemaran udara berupa emisi yang berbentuk dioksin dan logam berat seperti As, Cd, Cr, Pb, Mn, Hg dan dapat menimbulkan asap dengan kandungan debu (ash). Particulate matter dengan berbagai ukuran. Agar hal tersebut tidak terjadi maka sebaiknya incinerator dilengkapi dengan pollution control berupa cyclone (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu yang dikeluarkan dari insinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/partikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai. Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis, bukan berarti tanpa cacat. Teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh.
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan Dari pengelolaan sampah rumah sakit dan insinerator sebagai treatment limbah medis, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 19
•
Limbah rumah sakit merupakan campuran limbah yang heterogen sifat-sifatnya. Limbah rumah sakit berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Seluruh jenis limbah ini dapat mengandung limbah berpotensi infeksi.
•
Teknologi incinerator adalah salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan pembakaran pada suhu tinggi, dan secara terpadu dapat aman bagi lingkungan sehingga pengoperasian nya pun mudah dan aman, karena keluaran emisi yang dihasilkan berwawasan lingkungan.
•
Teknologi pembakaran (incineration) merupakan suatu alternatif yang menarik teknologi pengolahan limbah. Jenis insinerator yang biasanya digunakan untuk limbah rumah sakit adalah jenis controlled-air, yang dikenal di pasaran sebagai pembakaran secara starved air atau secara modular atau secara pyrolytic.
•
Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya di mana patogen dan racun kimia bisa hancur dengan temperatur tinggi.
•
Kelemahan pada system insinerator adalah tidak semua jenis sampah dapat di hancurkan atau dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol serta dapat menimbulkan pencemaran udara berupa emisi yang berbentuk dioksin dan logam berat seperti As, Cd, Cr, Pb, Mn, Hg dan dapat menimbulkan asap dengan kandungan debu (ash).
3.2 Saran Penggunaan incinerator pada pengolahan limbah rumah sakit memang sangat diperlukan, akan tetapi system incinerator ini sangat buruk dampaknya pada lingkungan. Oleh karena itu, diharapkan agar dapat mengembangkan aplikasi termodinamika yang lebih baikdan ramah lingkungan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, Nyoman. 2003 Limbah Rumah Sakit dan Masalahnya (http://www.balihesg.org/index.php, Di akses pada tanggal 9 Mei 2010) Anonim. 2007. Penanganan dan Pengolahan Limbah Rumah Sakit (http://shantybio.transdigit.com/, Di akses pada tanggal 9 Mei 2010) Anonim. 2010. Insinerasi (http://forum.um.ac.id/index.php? PHPSESSID=f2e1097baff8ee26b3b2cc0cf71e202e&topic=25956.msg26025#msg26025,
Di
akses pada tanggal 17 Mei 2010) Anonim. 2003. Insinerator (http:fisika.lipi.go.id, di akses pada tanggal 17 Mei 2010) Kurdi, Yasin. 2005. Pengelolaan Sampah dengan Pembakaran www.pdfqueen.com/alternatif-pengelolaan-sampah-anorganik-terhadap-masyarakat Diakses pada tanggal 17 Mei 2010) Nadia, Paramita.2007. Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (PDF) Riata, Rita. 2010.Penanganan Limbah Rumah Sakit (http://ritariata.blogspot.com/2010/01/penanganan-limbah-rumah-sakit.html, Diakses pada tanggal 9 Mei 2010) Rimantho, Dino. 2007. Sampah Medis dan Pengelolaannya ( http://bushido02.wordpress.com/, Di akses pada tanggal 9 Mei 2010)
21
22