PENGKAJIAN PADA BAYI BARU LAHIR I.
Karakteristik normal dan tanda – tanda vital pada bayi baru lahir. Terminologi : karakteristik janin 6 minggu sampai lahir, neonatus, lahir sampai usia 1 bulan, bayi 1 bulan samapi usia berjalan. A. Karakteristik umum: 1.
Bentuk tubuh dan pengukuran : besar kepala dan abdomen
2.
Tingkat kesadaran : enam keadaan : menangis, tidur tenang, REM, terjaga aktif, tenang tidur dan transisional
3.
Kekenyalan fisiologis : tahanan pasif terhadap stresor .
4.
Imunitas : antibodi mengalir dari ibu melalui plasenta, tidak terdapat antibodi untuk pertusis dan cacar
5.
Tanda-tanda vital bayi baru lahir: a. Suhu : 97,80F (36,50C) b. Nadi : rata-rata 140x/menit dengan variasi berkisar 120160x/menit, frekuensi saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada usia satu minggu frekuensi 128x/menit saat tidur dan 163x/menit saat bangun. Pada usia 1 bulan, frekuensi 138x/menit saat tidur dan 167x/menit saat bangun. c. Pernapasan : 30-60x/menit dangkal dan ireguler, tidak ada retraksi atau bunyi mendengkur, disertai apnea singkat (kurang dari15 detik) d. Tekanan darah : 78/42 mmHg, tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir, menangis dan bergerakbiasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik
6.
Kebutuhan dasar : bertahan, aman dan nyaman,memiliki dan dimiliki,penghargaan diri dan aktualisasi diri.
B. Karakteristik khusus. 1.
Kepala: pada presentasi vertex kepala biasanya mendatar pada dahi dengan puncak meninggi dan membentuk titik pada ujung tulang parietal dan oksiput menurun tajam. tulang saling tindih saat lahir dikarenakan tulang-tulang kranium tidak menyatu kemudian kembali ke posisi semula (Wong, 2009)
2.
Mata: cenderung menutup mata dengan kuat, air mata mungkin keluar saat lahir namun cairan purulen yang keluar dari mata segera setelah lahir adalah abnormal (Wong, 2009)
3.
Telinga: puncak pina biasanya terletak pada bidang horizontal segaris dengan kantus mata, pina sering kali menempel pada sisi kepala akibat tekanan dalam uterus
4.
Hidung : hidung biasanya datar baru lahir dan memar sering terjadi
5.
Mulut dan tenggorokan: defek eksterna mulut seperti celah bibir mudah dilihat, langit-langit normalnya melengkung tinggi dan agak sempit, temuan yang sering adalah mutiara epstein
yang
merupakan
suatu
kista
epitel
kecil
putihsepanjang kedua sisi garis tengah palatum durum (menghilang beberapa minggu) 6.
Leher: leher bayi baru lahir pendek dan ditutpi oleh lipatan jaringan
7.
Dada: bentuk dada BBL hampir selalu bulat karena diameter antero poterior dan lateralnya sama, tulang rusuk sangat lentur dan sedikit retraksi intercostalis. Prosesus xifoideus biasanya terlihat sebagai tonjolan kecil ujung sternum, sternum biasanya meninggi dan sedikit melengkung
8.
Abdomen : Kontur abdomen normal adalah silindris dan biasanya menonjol dengan beberapa vena yang tampak. Bising usus terdengar dalam 15-20 menit setelah kelahiran.
9.
Kulit: a.
Verniks kaseosa : pasta seperti keju.
b.
Milia : bintik-bintik pada wajah.
c.
Lanugo : rambut halus diseluruh tubuh.
d.
Deskuaminasi : pengelupasan kulit.
e.
Eritema toksikum : alergi kemerahan.
f.
Bercak mongolian : area berpigmen .
g.
Tanda lahir: (nevi) .
10.
Ikterik : kekuningan disebabkan oleh hiperhiperbilirubinemia
11.
Rambut dan kuku : bervariasi
12.
Payudara : mungkin mengalami perbesaran karena pengaruh hormon dari ibu
13.
Genetalia: a.
Wanita : normalnya labia mayora, minora dan klitoris tampak edema. Hampir seluruh bayi baru lahir perempuan memiliki himen. Cairan vagina mungkin ditemukan selama minggu pertama kehidupan
b.
Laki-laki :prepusium ketat, smegma merupakan suatu zat seperti keju sering ditemukan disekitar gland penis. Lesi kecil,putih,keras yang dinamakan mutiara epitel dapat ditemukan diujung preposium. Ereksi sering terjdi pada BBL. Skrotum besar, bengkak, dan menggantung
14.
Sistem urinarius: berkemih pertama biasanya dalam 24jam
15.
Sistem pernapasan: atelektasis sampai bernafas berapa kali
16.
Sistem sirkulasi : struktur jalan pintas janin menutup segera setelah lahir
17.
Darah: a.
Hemoglobin : tinggi saat lahir, kemudian menurun
b.
Vitamin K: penting untuk pembekuan, diberikan pada beberapa bayi.
II.
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir. A. Definisi Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari Rumah Sakit.Dalam melakukan pemeriksaan fisik ini, sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. B. Tujuan Secara umum, tujuan dilakukannya pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir adalah untuk menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi. C. Riwayat bayi baru lahir. 1.
Identifikasi data : Nama, nomor pasien sakit, tanggal lahir, jenis kelamin, jenis pemberian makanan.
2.
Riwayat keluarga : Diabetes, kelainan kongenital, penyakit infeksi, kelaianan kardiopulmonal, kesehatan ayah, saudara kandung dan anggota keluarga lain : kondisi medis atau sifat yang “diturunkan dari generasi ke generasi dalam keluarga”, nenek moyang atau orang tua.
3.
Data demografik orang tua : Usia, pendidikan, pekerjaan, latar belakang etnik dan ras.
4.
Riwayat ibu Graviditas, paritas, hari pertama haid hari terakhir haid (HPHT), taksiran partus (TP), komplikasi kehamilan sebelumnya, riwayat ginekologi dan riwayatmedis/bedah, riwayat
antepartum
(khususnya
penyalahgunaan
zat,
diabetes gestasional, preeklamsia, perdarahan selama kehamilan, polihidramnion atau oligohidramnion, infeksi atau penyakit lain, obat-obatan yang dikonsumsi), lama dan lokasi perawatan prenatal, pengkajian kesejahteraan janin.
5.
Persalinan dan pelahiran Tanggal dan waktu melahirkan ; usia
gestasi
saat
melahirkan
dengan
menggunakan
penanggalan dan pemeriksaan USG, lama kala satu dan dua persalinan ; gawat janin atau asidosis ; demam pada ibu ; ada meconium ; lama ketuban pecah ; presentasi ; komplikasi ; cara melahirkan ; penggunaan alat bantu ; analgesia dan waktu ; anastesi dan komplikasinya ; ukuran plasenta, warna dan bau ; inersi tali pusat ; dan penampilan tali pusat termasuk jumlah pembuluh darah dan ukurannya (Kotor? Berbau?Kelainan?) 6.
Hasil tes laboratorium ibu Golongan darah dan faktor Rh, penapisan antibody, titer rubella, serologi, panel hepatitis, nilai Hb dan Ht, pemeriksaan Tuberculosis (TB).
7.
Periode segera setelah lahir Nilai Apgar, resusitasi, tanda-tanda vital, suhu, status vitamin K ; kemampuan mengisap, menyusu ; keterjagaan ; apakah sudah mengeluarkan air kemih atau mekonium ; apakah bayi melonjak-lonjak ; mengeluarkan tangisan yang tidak lazim.
8.
Hasil tes laboratorium Kadar glukosa, golongan darah, factor Rh, tes Coomb, Hct .
D.
Pemeriksaan fisik. 1.
Hitung frekuensi nafas Pemeriksaan
frekuensi
menghitung
rata-rata
nafas
ini
pernapasan
dilakukan dalam
1
dengan menit.
Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 x/menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam keadaan lahir kurang dari 2500 gram
adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti
beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal. 2.
Lakukan inspeksi pada warna bayi Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna
pucat,
ikterus,
sianosis
sentral
atau
tanda
lainnya.Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam keadaan praterm, mengingat kondisi kulitnya lebih tebal. 3.
Hitung
denyut
jantung
bayi
dengan
menggunakan
stetoskop. Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan nafas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160x/menit. 4.
Ukur suhu aksila Lakukan
pemeriksaan
suhu
melalui
aksila
untuk
menentukan apakah bayi dalam keadaan hipo atau hipertermi. Dalam kondisi normal, suhu bayi antara 36,5˚C – 37˚ C. 5.
Kaji postur dan gerakan a.
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/ hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan
kepala
dan
tumit
belakang,
tubuh
melengkung kedepan, adanya kejang / spasme, serta tremor. b.
Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semifleksi.
dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi tidak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut.
Selanjutnya
gerakan
ekstremitas
bayi
harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar. 6.
Periksa tonus atau kesadaran bayi Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan kesadaran dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar.
7.
Pemeriksaan kulit a.
Berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam popok
b.
Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum ( titik merah dan pusat putih kecil pada muka, tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang terkelupas pada hari pertama.
c.
Kondisi kulit dapat mengindikasikan beberapa kondisi. Bayi postmatur memiliki kulit yang lebih pusat, lebih tebal, yang tebal, yang dapat mengelupas. Bayi prematur memiliki kulit tipis, rapuh, yang cenderung berwarna merah gelap yang mudah berdarah serta mudah memar.
1)
Akrosianosis (sianosis pada ekstremitas) adalah kondisi yang normal selama satu hari. Bintik-bintik seperti lobster dapat merupakan kondisi normal, terjadi akibat system organ yang tidak matur.
2)
Sianosis. Kadang-kadang sulit dievaluasi karena polistemia pada bayi baru lahir; dapat dimunculkan dengan menekan-nekan kulit bayi seperti saat memeriksa adanya ikterik.
3)
Ikterik. Dikaji dengan cara menekan-nekan kulit sesaat. Dimulai dari kepala kemudian kebawah -- catat kadarnya.
4)
Palor.
Dapat
mengindikasikan
edema,
asfiksia, atau shock. Kepala bayi, lengan kanan, dan dada kanan berwarna merah muda, bagian tubuh lainnya pucat atau sianosis, jika duktus belum menutup. Garis demarkasi
menghilang
jika
duktus
membuka dan tahanan pembuluh darah perifer menurun. 5)
Pletora. Area merah terlihat pada membran mukosa, memudar pada telapak kaki dan telapak
tangan,
dapat
menunjukkan
polisitemia. 6)
Bintik-bintik. Diakibatkan perubahan suhu kulit sementara, tetapi bisa juga karena penyakit yang serius dan bayi
yang
memiliki
harus
kulit
berbintik-bintik
diobservasi dengan cermat. 7)
Terkena meconium. Verniks yang terkena meconium terjadi dalam 15 jam setelah
terpajan meconium kuku-kuku jari terkena dalam 6 jam. 8)
Terkstur
dan
edema.
Edema
dapat
dibedakan dari status nutrisi cukup dengan keberadaan keriput halus dipergelangan tangan dan pergelangan kaki. 9)
Lesi, kelembapan, lanugo merupakan bukti trauma lahir, pigmentasi. A
8.
Pemeriksaan leher dan kepala. Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain: a.
Kepala 1)
Bentuk dan kesimetrisan
2)
Proporsi terhadap tubuh dan wajah
3)
Lingkar kepala (diukur di titik di atas telinga). Lingkar ini akan berubah jika molase hilang. Lingkar kepala normal adalah 32-38 cm pada rata-rata bayi cukup bulan. Lingkar kepala melebihi lingkar abdomen sampai usia kehamilan 32-36 minggu, kemudian akan menjadi lebih kecil. Kepala yang berukuran sangat besar dapat mengindikasikan hidrosefalus.
4)
Sutura
sagitalis,
lambdoidalis,
dan
koronalis. Penutupan garis sutura prematur disebut sinostosis kranial: sutura tidak menyatu jika sisi lain tertekan. Area-area lunak pada tulang parietal di sepanjang sutura sagitalis disebut kraniotabes dan terlihat pada bayi premature dan mereka yang
mengalami
Kraniotabes
biasanya
kompresi tidak
uterus. bermakna,
tetapi harus diselidiki jika menetap. Area-
area lunak pada oksiput signifikan dan, jika ada,
osteogenesis
imperfekta,
sindrom
Down, kretinisme, dan kondisi-kondisi lain harus disingkirkan. 5)
Fontanel anterior berbentuk wajik memiliki ukuran 20 ±10 mm, tetapi ada banyak variasi dan ukuran fontanel tidak signifikan. Fontanel menutup pada usia 9-16 bulan. Fontanel posterior, yang berbentuk segi tiga, dapat menutup pada saat bayi lahir atau pada sekitar usia 4 bulan. Ukuran rataratanya adalah 1x1 cm. Fontanel harus datar:
penonjolan
peningkatan
mengindikasikan
tekanan
intrakranial
dan
depresi mengindikasikan dehidrasi. 6)
Terdapat molase (tumpang tindih tulang oksipital
dan
pelahiran,
perdarahan
subperiosteum ini terbatas pada satu tulang, biasanya
tulang
parietal,
dan
menindih
sutura.
Sefalohematoma
tidak ini
berlangsung sekitar 8 minggu. 7)
Kaput suksedaneum adalah pembengkakan kulit kepala, yang terlihat melalui serviks. Memar
dapat
terlihat.
Kaput
dapat
lipatan
leher
menindih garis sutura. 9.
Rambut a.
Tekstur, arah pertumbuhan.
b.
Distribusi.
Rambut
di
bawah
mengesankan sindrom-sindrom yang berhubungan dengan leher pendek dan/atau webbed neck. c.
Lesi
kulit
kepala.
Aplasia
kutis
merupakan suatu kelainan kulit kepala.
kongenita
d.
Warna. Perhatikan keserasian dengan ras. Rambut merah pada bayi kulit hitam, misalnya dapat menunjukkan albinisme. Perhatikan keseragaman. Sejumput rambut putih tepat di atas kening, misalnya, dapat dihubungkan dengan ketulian dan retardasi mental.
10.
Wajah a.
Bentuk dan ekspresi
b.
Bulu mata dan alis mata
c.
Simetris pada saat istirahat dan selama menangis dan mengisap. Ketidaksimetrisan dapat terjadi akibat hypoplasia atau palsi pada saraf ketujuh.
11.
Mata Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi gerakan mata yang belum sempurna.Mata
paling
mudah
diperiksa
dengan
mengangkat bayi dan perlahan menggerakkannya ke depan dan ke belakang. Pada saat ini, bayi akan secara spontas dan reflex membuka matanya. a.
Letak dan kesimetrisan. Mata yang terpisah jauh dapat dihubungkan dengan sindrom kongenital.
b.
Ukuran. Ukuran yang normal adalah 2,5 cm. mata berukuran besar disebut hipertelorisme; sedangkan mata
berukuran
Keduanya
kecil
disebut
dihubungkan
hipotelorisme.
dengan
sindrom
kengenital. c.
Posisi.
Lipatan
ke
atas
atau
ke
bawah
mengindikasikan sindrom kengenital. d.
Ukuran dan kejernihan kornea.
e.
Warna iris. Pigmentasi penuh terjadi pada usia 1012 bulan.
f.
Sklera. Pada kondisi normal jernih, tetapi bisa berwarna kuning disertai ikterik, hemoragik akibat trauma
lahir,
atau
berwarna
biru
diserta
osteogenesis imperfekta. g.
Konjungtiva. Perdarahan kecil sering terjadi. Peradangan
bisa
muncul
akibat
profilaksis
eritromisin. h.
Pupil. Sama dan reaktif setelah usia 2-3 minggu. Pupil berukuran 1,8-5,4 mm.
i.
Refleks mengedipoptikal yang simetris. Cahaya terang menyebabkan kedua mata mengedip dan kepala dorsifleksi. Tes refleks ini lebih sering dilakukan disbanding tes ketajaman penglihatan. Penglihatan bayi baru lahir diperkirakan sekitar 20/600.
j.
Mata boneka. Ketika kepala berpaling, mata bergerak dari garis tengah lalu melihat ke atas; dinyatakan normal selama 10 hari.
k.
Refleks merah. Tidak ada pada katarak.
l.
Korneamenunjukkan reaksi terhadap cahaya dan mengikuti jejak cahaya.
m.
Strabismus sementara (mata juling).
n.
Ada lipatan epikantus. Dapat dihubungkan dengan defek kongenital.
o.
Retina.
Harus
jernih
pada
pemeriksaan
oftalmoskopik. p.
Duktus lakrimalis. Harus paten.
q.
Kelopak mata. Perhatikan edema atau ptosis (jatuh).
r.
Glaucoma kongenital. Dibuktikan oleh fotofobia, air mata berlebihan, kornea buram, atau mata terlihat lebar.
12.
Telinga Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran. a.
Simetris dan sejajar
b.
Lipatan kulit atau lubang berlebih. Lipatan kulit pedunkulat dapat diikat kuat pada bagian dasar dengan jahitan.
c.
Bentuk. Pembentukan kartilago mengindikasikan maturitas.
d.
Pendengaran. Bayi menengok kea rah bisikan; terlihat terkejut sebagai respons terhadap suara keras. Khususnya pada kasus kelainan kepala dan leher, riwayat tuli pada keluarga, berat lahir sangat rendah, asfiksia berat, infeksi janin, dan sindrom lain yang terkait dengan tuli.
e.
Otoskopi dilakukan dengan menarik daun telinga ke bawah. Verniks kaseosa terlihat di dalam saluran luar atau cairan amnion terlihat di belakang membrane timpani berwarna abu-abu kusam.
13.
Hidung a.
Posisi dan bentuk. Posisi menyimpang dari garis tengah atau tulang hidung yang mendatar atau bengkok dapat mengindikasikan sindrom kongenital.
b.
Lubang hidung. Dikaji untuk melihat bentuk, kesimetrisan, dan kepatenan. Satu lubang hidung tersumbat pada satu waktu dan pernapasan terlihat melalui lubang hidung yang terbuka sehingga menyingkirkan kemungkinan atresia koanal --penyumbatan nares posterior --- yang menyebabkan
gawat napas berat pada bayi. Lubang hidung yang besar, menonjol, atau ketiadaan lubang hidung dapat terjadi pada kelainan kongenital. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apakah bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur
tulang
hidung
atau
ensefalokel
yang
menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila secret makropurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain. 14.
Mulut a.
Ukuran dan bentuk. Mulut seperti burung terlihat pada sindrom alcohol; mulut kecil, mikrostomia, terlihat pada sindrom down; dan mulut yang lebar, makrostomia, terlihat pada gangguan metabolik.
b.
Menyeringai simetris.
c.
Palatum melengkung utuh.
d.
Ukuran dan fungsi uvula. Uvula yang bifid (terbelah dua) dapat dihubungkan dengan sumbing palatum submukosa. Pada fungsi neurologis yang normal, uvula akan naik ketika bayi menangis.
e.
Refleks. Refleks mengisap terlihat sejak usia kehamilan 32 minggu hingga 3-4 bulan. Refleks rooting terlihat sejak usia kehamilan 34 minggu hingga 3-4 bulan. Refleks gag harus ada.
f.
Bibir.
Harus
terbentuk
penuh.
Filtrum
yang
memanjang (alur dari hidung hingga bibir atas) dapat mengindikasikan sindrom kongenital.
g.
Ukuran lidah. Makroglosia dihubungkan dengan hipotiroidisme.
h.
Gusi. Gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya
pigmen
pada
gigi,
apakah
terjadi
penumpukan pigmenyang tidak sempurna. Gusi yang tumbuh sebelum waktunya jarang ditemui pada mulut bayi baru lahir normal dan akan tanggal sebelum gigi susu muncul; gigi juga dapat muncul pada beberapa sindrom kengenital. i.
Membrane Pengeluaran
mukosa.
Perhatikan
saliva
yang
kelembapan. berlebihan
mengindikasikan fistula trakeoesofagus atau atresia esophagus. Sariawan diidentifikasi dengan adanya bercak putih dan abu-abu. j.
Dagu.
Proporsinya
harus
tepat.
Mikrognatia
mengesankan sindrom Pierre-Robin. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada mukosa mulut.Pemeriksaan lidah dapat dinilai
melalui
warna
dan
kemampuan
refleks
mengisap.Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat
dilihat
adanya
kemumgkinan
kecacatan
kongenital.Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut sebagai monilia albicans. 15.
Lidah Perhatikan ukuran, proporsi warna, lapisan pelindung, gerakan, tonus, panjang frenulum.
16.
Leher a.
Bentuk, nodus limfoideus, keberadaan massa
b.
Gerakan. Rentang pergerakan harus memungkinkan bayi memutar dagu ke tiap-tiap bahu. Tortikolis kongenital (kepala menekuk ke salah satu bahu sementara dagu mengarah ke bahu lain) ditemukan
jika ada hematoma pada otot sternokleidomastoideus akibat cedera lahir. c.
Lipatan atau penyelaputan kulit. Penyelaputan terjadi pada sindrom turner dan sindrom kongenital lain.
d.
Tiroid. Biasanya ditemukan di garis tengah tanpa nodul
e.
Klavikula. Fraktur klavikula terjadi pada 1,7 – 2,9% bayi cukup bulan, walaupun banyak fraktur tidak terdeteksi sampai kalus terbentuk di atas fraktur pada usia 2-3 minggu. Fraktur biasanya terjadi pada 2/3 bagian luar tulang dan dapat dipalpasi dengan bunyi krepitasi, pembengkakan, nyeri tekan di sepanjang badan tulang. Penurunan gerakan pada tangan yang terkena atau menolak disusui ketika bayi
berbaring
di
sisi
yang
terkena
dapat
mengindikasikan ketidaknyamanan. Pemeriksaan
leher
dapat
pergerakan,
apabila
dilakukan
terjadi
dengan
melihat
keterbatasan
dalam
pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dll. 17.
Pemeriksaan ekstremitas Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.
18.
Pemeriksaan dada a.
Bentuk dan kesimetrisan
b.
Lingkar dada pada putting susu. Letak putting susu. Letak putting yang berjauhan terlihat pada sindrom
Turner. Pada bayi keturunan Kaukasia biasanya berhubungan dengan kelainan ginjal. c.
Keberadaan jaringan payudara. Dipengaruhi oleh status nutrisi, simpanan lemak, dan maturitas. Produksi susu (“witches milk”) yang disebabkan oleh estrogen ibu berhenti setelah 1-2 minggu.
d.
Kesimetrisan pengembangan. Dada yang tidak mengembang
simetris,
menandakan
hernia
diafragmatik, pneumotoraks, atau kerusakan nervus frenikus. e.
Pernapasan. Biasaya pernapasan abdomen pada bayi baru lahir ; frekuensi normalnya adalah 30-60 x/menit, dihitung selama 1 menit penuh. Frekuensi
penyakit. f.
Bunyi jantung. Nada terdengar lebih tinggi daripada yang terdengar pada orang dewasa. Sinus aritmia (varian teratur yang menyertai pernapasan) adalah temuan normal. Denyut jantung rata-rata adalah 110160 x/menit pada bayi cukup bulan yang sehat. Pada bayi premature, denyut jantung rata-rata 140-150 x/menit pada saat istirahat.
g.
Murmur. 60 % bayi baru lahir mengalami murmur. Sebagian besar murmur yang terdengar pada harihari pertama kehidupan mencerminkan perubahan neonatal. Murmur yang terdengar pada saat lahir memiliki resiko 1 : 12 karena penyakit jantung kongenital.
h.
Titik impuls maksimum (PMI). Dalam kondisi normal terdapat di garis midklavikula kiri pada ruang
interkosta
mengesankan
keempat,
kelainan
jantung.
variasi Getaran
dapat yang
terpalpasi pada lengkung suprasternal menunjukkan stenosis aorta, stenosis paru valvular, PDA, atau koarktasio aorta. i.
Nadi. Nadi sempit dan halus mengindikasikan gagal jantung kongenital atau stenosis aorta berat ; denyut yang melonjak dapat mengindikasikan PDA.
j.
Tekanan darah. Bagi bayi baru lahir sampai usia 7
signifikan hipertensi berat. Untuk bayi usia 8-30 hari, TD
hipertensi berat. k.
Perkusi. Dikaji dengan menggunakan 1 jari, paru bayi baru lahir pada kondisi normal hiperresonan di seluruh
bidang
paru
suara
redup
dapat
mengindikasikan ada efusi atau konsolidasi. 19.
Pemeriksaan tali pusat Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat.Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mongering atau mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.
20.
Pemeriksaan abdomen dan punggung a.
Pemeriksaan
pada
abdomen
ini
meliputi
pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari
abdomen,
apabila
didapatkan
abdomen
membuncit, dapat diduga kemungkinan disebabkan karena hepatosplenomegali atau cairan dalam rongga perut.
b.
Pada perabaan, hati biasanya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm dibawah arkus kosta kiri.
c.
Pada
palpasi
ginjal
dapat
dilakukan
dengan
pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilicus diantara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal
dapat
diraba
sekitar 2-3
cm.
adanya
pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau thrombosis vena renalis. d.
Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya
kelainan
seperti
spina
bifida
atau
mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medulla spinalis dan selaput otak menonjol). 21.
Pengukuran antopometri a.
Pada bayi baru lahir perlu dilakukan pengukuran antopometri seperti berat badan, dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2500-3500 gram, apabila
dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi, apabila ditemukan bayi
dimasukkan dalam kelompok makrosomia. b.
Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal : 1)
Panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm.
2)
Pengukuran
lingkar
kepala
normalnya
adalah 33-35 cm. 3)
Pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm.
Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus. 22.
Pemeriksaan genitalia a.
Pemeriksaan
genitalia
ini
berfungsi
untuk
mengetahui keadaan labium minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon. b.
Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebarnya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadiayang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsum penis.
23.
Pemeriksaan urine dan tinja Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atua
tidaknya
diare
serta
kelainan
pada
daerah
anus.Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah.Adanya perdarahan pervaginam pada bayi baru lahir dapat terjadi
selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan (MNH-JHPEGO, 2002). (sumber : Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.1) III.
Cara menilai APGAR score Pertumbuhan dan perkembangan bayi di luar kandungan dapat dinilai dengan apgar. Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian terhadap bayi tresebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan skor apgar. Kata apgar diambil dari nama belakang penemunya yaitu Dr. Virginia Apgar, skor ini dipublikasikan pada tahun 1952. Pada tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr Joseph Butterfield membuat akronim dari APGAR yaitu Appearance (Warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (Respon Refleks), Activity (tonus otot) and Respiration (Pernapasan). A. Definisi 1.
Suatu alat bantu yang berguna untuk mengevaluasi perlu tidaknya bayi mendapat resusitasi, yang diterapkan pada 1 menit dan pada 5 menit setelah lahir yang terdiri dari 5 komponen yaitu pernafasan, frek. jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek.
2.
Pada masing-masing komponen diberi skor 0, 1 atau 2.
B. Waktu pelaksanaan 1.
1 menit kelahiran Skor Apgar 1 menit yaitu digunakan untuk mengidentifikasi perlu tidaknya resusitasi segera.Sebagian besar bayi saat lahir berada dalam kondisi sempurna.
2.
Menit ke-5 Skor Apgar 5 menit, dan terutama perubahan pada skor 1 dan 5 menit merupakan indeks yang bermanfaat untuk menilai efektifitas upaya resusitasi.Usia gestasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi skor Apgar.
muka
C. C. Prosedur penilaian APGAR 1.
Pastikan pencahayaan baik
2.
Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dengan cepat & simultan. Jumlahkan hasilnya
3.
Lakukan tindakan dengan cepat & tepat sesuai dengan hasilnya
4.
Ulangi pada menit kelima
5.
Ulangi pada menit kesepuluh
6.
Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yang sesuai
D. Penilaian Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2 Nilai tertinggi adalah 10 1.
Nilai 7 –
keadaan
baik 2.
Nilai 4 –6 pada 1 menit memperlhatkan depresi pernapasan, fleksiditas, dan warna pucat hingga biru. Namun denyut jantung dan iritabilitas refles baik.
3.
Nilai 0 – yang lambat dan lemah serta depresi atau tidak adanya respon refleks. Bayi ini sering mudah diidentifikasi dan resusitasi, termasuk ventilasi buatan, harus segera dimulai.
Perhatian : SKOR APGAR TIDAK DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMPERKIRAKAN PROGNOSIS NEUROLOGIS JANGKA PANJANG. (Sumber :Williams Manual of Obstetrics, edisi 21)
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas E/4.Alih bahasa: Hamilton, persis mary, 1995. Dasar Dasar Keperawatan Maternitas Ed 6. Alih bahasa :Ni Luh Gede Yasmin Asih, SKp. Jakarta : EGC Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Leveno, Kenneth J., Cunningham, F Garry., Gant, Norman F, et al. 2009. Obstetri William : Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta : EGC. Wong, Dona L et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong alih bahasa Agus Suratna dkk. Jakarta : EGC