PEDOMAN PENYUSUNAN CLICINAL PATHWAYS RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH BIMC 2013
PENDAHULUAN Inti dari tujuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran adalah: 1. Memberikan perlindungan kepada pasien 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis 3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan dokter Inti dari tujuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah: 1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit, dan sumber daya manusia di rumah sakit 3. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan rumah sakit. Tujuan dari Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran adalah memberikan perlindungan terhadap pasien, mempertahankan/meningkatkan mutu pelayanan medis, dan memberikan perlindungan hokum kepada masyarakat dan dokter, serta dalam melaksanakan praktiknya wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran, wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya melalui kegiatan audit medis yang dilaksanakan organisasi profesi, untuk tingkat rumah sakit oleh kelompok seprofesi (SMF) dan Komite Medik.
1
STANDAR PELAYANAN MEDIS Standar pelayanan medis tidak identik dengan buku ajar, text books, ataupun catatan kuliah yang digunakan di perguruan tinggi, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Karena standar pelayanan medis merupakan alat/bahan yang diimplementasikan pada pasien, sedangkan buku ajar, text books, jurnal, bahan seminar, maupun pengalamam pribadi adalah sebagai bahan rujukan/referensi dalam menyusun standar pelayanan medis. Standar pelayanan medis di rumah sakit pada umumnya diadopsi dari pedoman/standar pelayanan medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi masing-masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengan kondisi sarana dan kompetensi yang ada di rumah sakit. Bila pedoman/standar pelayanan medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut sesuai dengan kondisi rumah sakit, maka tinggal disepakati oleh anggota profesi (SMF) terkait dan disahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur utama rumah sakit. Namun, bila pedoman/standar pelayanan medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi rumah sakit, atau dalam pedoman/standar pelayanan medis dari profesi belum mencantumkan jenis penyakit yang sesuai dengan keadaan epidemiologi penyakit di Bali, atau keadaan masyarakat yang dilayani (sebagian besar pasien di RSK BIMC berkewarganegaraan Australia), maka profesi di RSK BIMC wajib membuat standar pelayanan medis untuk RSK BIMC dan disahkan penggunaannya oleh direktur utama. Dalam menyusun standar pelayanan medis untuk RSK BIMC, profesi medis memberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapi berdasarkan pendekatan evidence-based medicine. Secara ringkas langkah tersebut dalam dilihat pada skema berikut ini:
2
Research IMRAD: Introduction, Method, Results, Analysis, Discussion
Level of evidence:
Evidence-based medicine Value-based medicine
1. Meta analisi uji klinis 2. Review sistematis uji klinis 3. Penelitian kohort & retrospektif 4. Consensus para ahli Tinkgat rekomendasi: A. 1 & 2: sangat dianjurkan B. 3: dapat digunakan C. 4: lemah
VIA: 1. Validity 2. Importancy 3. Applicability
SPM/SPO
Gambar 1. Langkah umum dalam kajian literatur melalui pendekatan evidence-based, tingkat evidence, dan rekomendasi dalam bentuk standar pelayanan medis atau standar prosedur operasional
3
CLINICAL PATHWAY Definisi Clinical Pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukut dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit. Prinsip-Prinsip Dalam Menyusun Clinical Pathway Dalam membuat clinical pathway penanganan kasus pasien rawat inap di rumah sakit harus bersifat: 1. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara terpadu/terintegrasi dan berorientasi/berfokus pada pasien (patient-centered care) serta berkesinambungan (continuous care) 2. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat, radiografer, laboratoris, dan apoteker/farmasis) 3. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus rawat inap) atau jam (untuk kasus gawat darurat di unit gawat darurat) 4. Pencatatan CP seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam dokumen yang merupakan bagian dari rekam medis 5. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan CP dicatat sebagai varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit 6. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta, atau komplikasi, maupun kesalahan medis (medical error) 7. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan Clinical pathway dapat merupakan suatu standar prosedur operasional yang merangkum: 1. Profesi medis: standar pelayanan medis dari setiap kelompok staf medis fungsional (SMF) klinis dan penunjang 2. Profesi keperawatan: asuhan keperawatan 3. Profesi farmasi: unit dose daily dan stop ordering 4. Alur pelayanan pasien rawat inap dan operasi dari sistem kelompok staf medis fungsional (SMF), instalasi, dan sistem manajemen rumah sakit 4
Langkah-langkah Penyusunan Clinical Pathway Dalam menyusun format clinical pathway yang perlu diperhatikan: 1. Komponen yang harus dicakup sebagaimana definisi dari clinical pathway 2. Manfaatkan data yang telah ada di RSK BIMC untuk penetapan judul clinical pathway yang akan dibuat dan penetapan lama hari rawat 3. Untuk variable tindakan dan obta-obatan mengacu pada standar pelayanan medis, standar prosedur operasional , dan formularium yang berlaku di RSK BIMC 4. Pergunakan buku ICD 10 untuk kodefikasi diagnosis dan ICD 9 – CM untuk prosedur medis
Persiapan dalam Penyusunan Clinical Pathway Agar dalam menyusun clinical pathway terarah dan mencapai sasaran, serta untuk efisiensi waktu, maka diperlukan kerja sama dan koordinasi antar profesi di SMF, instalasi rawat inap (mulai dari unit gawat darurat, ruangan rawat inap, ruangan tindakan, instalasi bedah, ICU) dan saranan penunjang (unit gizi, farmasi, rekam medis, akuntansi, radiologi). 1. Profesi medis: mempersiapkan SPM/SPO sesuai dengan bidang keahliannya. 2. Profesi perekam medis: mempersiapkan buku ICD 10 dan ICD 9-CM, laporan RL1 sampai dengan 6 bulan. Profesi perekam medis membuat daftar 5-10 penyakit utama dan tersering dengan kode ICD 10 serta rerata lama hari rawat berdasarkan data laporan morbiditas RL 2. 3. Profesi perawat: mempersiapkan asuhan keperawatan 4. Profesi farmasi: mempersiapkan formularium, sistem unit dose, dan stop ordering 5. Profesi akuntansi: mempersiapkan daftar tarif rumah sakit
Setiap varians yang didapatkan akan dilakuka tindak lanjut dalam bentuk pelaksanaan audit medis.
5