ABSTRAK
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. ser ing. Diagnosis apendisitis akut pada anak tidak mudah ditegakkan hanya berdasarkan gambaran klinis. Seorang anak laki-laki usia 8 tahun dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri tekan mcBurney, defans muscular, tanda rovsing dan tanda obturator. Dari pemeriksaan darah rutin didapatkan adanya peningkatan p eningkatan angka leuokosit. Pada kasus ini dilakukan cito laparotomi. Key word : peritonitis, apendisitis KASUS
Seorang anak laki- laki usia 8 tahun dibawa orangtuanya ke IGD dengan keluhan nyeri perut pada bagian kanan bawah sejak kurang lebih 2 hari yang lalu. Nyeri perut awalnya dirasakan di dekat pusar, lalu sekarang nyeri dirasakan di seluruh perut, terutama di bagian kanan bawah. Demam kurang lebih 1 hari yang lalu disertai mual dan muntah. Pasien juga belum BAB selama 2 hari ini. Di rumah pasien diobati dengan minum obat maag yang di jual bebas. Dari pemeriksaan ditemukan keadaan umum pasien Nampak kesakitan, kesadaran compos 0 mentis. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan frekuensi nadi 100 x per menit, suhu tubuh 39 C per aksila, frekuensi nafas 28 x per menit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada abdomen tidak distensi, terdapat peristaltik usus, terdapat nyeri tekan Mc Burney dan defans muskular, terdapat rovsing sign dan obturator sign. 3
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hemoglobin 12.2 g/dL, angka leukosit 11.8 x 10 /uL, netrofil.
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja pada pasien ini adalah peritonitis umum et causa apendisitis perforasi TERAPI
Pada kasus ini dilakukan cito laparotomi. Terapi post op yang diberikan adalah intravena fluid drip dengan ringer laktat 20 tetes per menit, injeksi cefotaxime 500 mg tiap 12 jam intravena , injeksi ketorolac 30 mg tiap 8 jam intravena, injeksi ranitidine 1 ampul tiap 12 jam intravena, infuse metronidazole 250 mg tiap 8 jam. DISKUSI
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendisitis akut dapat terjadi pada semua umur.
Pada anak sering terjadi sekitar umur 6-10 tahun. Diagnosis apendisitis akut pada anak tidak mudah ditegakkan hanya berdasarkan gambaran klinis, hal ini disebabkan sulitnya komunikasi antara anak, orang tua dan dokter. Sebagian besar anak belum mampu untuk mendiskripsikan keluhan yang dialami, suatu hal yang relatif lebih mudah pada umur dewasa. Keadaan ini menghasilkan angka apendektomi negatif sebesar 20% dan angka perforasi sebesar 20-30% Gejala utama apendisitis akut antara lain adalah nyeri abdominal yang dimulai difus terpusat di daerah epigatrium bawah atau umbilical, dengan tingkatan sedang dan menetap, kadang-kadang disertai dengan kram intermiten. Nyeri akan beralih setelah periode yang bervariasi dari 1 hingga 12 jam, biasanya 4 – 6 jam , nyeri terletak di kuadran kanan bawah. Gejala yang kedua adalah anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis. Lebih dari 95% apendisitis akut, anoreksia merupakan gejala pertama, diikuti oleh nyeri abdominal dan baru diikuti oleh vomitus, bila terjadi. Gejala yang ketiga adalah vomitus terjadi pada 75% kasus, umumnya hanya satu dua kali. Umumnya ada riwayat obstipasi sebelum onset nyeri abdominal. Diare terjadi pada beberapa pasien. Tanda yang didapatkan pada pasien dengan apendisitis akut adalah peninggian temperature, frekuensi nadi normal atau sedikit meninggi. Adanya perubahan atau peninggian yang besar berarti telah terjadi komplikasi atau diagnosis lain perlu diperhatikan. Pasien biasanya lebih menyukai posisi supine dengan paha kanan ditarik ke atas, karena suatu gerakan akan meningkatkan nyeri. Nyeri kuadran kanan bawah secara klasik ada bila apendiks yang meradang terletak di anterior. Nyeri tekan sering maksimal pada atau dekat titik yang oleh McBurney dinyatakan sebagai terletak secara pasti antara 1,5 – 2 inchi dari spina iliaca anterior pada garis lurus yang ditarik dari spina ini ke umbilicus. Adanya iritasi peritoneal ditunjukkan oleh adanya nyeri lepas tekan dan Rovsing’s sign. Adanya hiperestesi pada daerah yang diinervasi oleh n. spinalis T10, T11, T12 , meskipun bukan penyerta yang konstan adalah sering pada apendisitis akut. Tahanan muskuler terhadap palpasi abdomen sejajar dengan derajat proses peradangan, yang pada awalnya terjadi secara volunteer seiring dengan peningkatan iritasi peritoneal terjadi peningkatan spamus otot, sehingga kemudian terjadi secara involunter. Iritasi muskuler ditunjukkan oleh adanya psoas sign dan obturator sign. Pada pemeriksaan fisi akan ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut selain itu nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign). Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin dan radiologis. Pada pemeriksaan darah rutin terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. Pada pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
KESIMPULAN
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila appendix tidak diangkat.