PRAKTIKUM TEKNOLOGI STERIL
JURNAL OBAT TETES MATA PILOKARPIN
Disusun oleh: Kelompok Rabu III 1. Ruri Ernanda (10700021) 2. Fanny Dwi P. (10700025) 3. Eka Fransiska (10700046) 4. Sintaria Elfina (10700101)
LABORATORIUM TEKNOLOGI STERIL DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 03
OBAT TETES MATA PILOKARPIN
I PENDAHULUAN
Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. (FI III, hal 10). Obat tetes mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: -
Steril.
-
Larutan tetes mata harus jernih dan bebas partikel.
-
Sedapat mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH 7,4.(Diktat Kuliah, Teknologi Farmasi Sediaan Steril, hal 301). Sedangkan pH yang masih bisa ditolerir adalah 3,5 – 10,5. (The Pharmaceutical Codex, p. 163).
-
Sedapat mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7 – 1,5 %. (TPC, p. 163).
-
Peringatan : sediaan tidak dapat digunakan 30 hari setelah dibuka.
Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Zat tambahan yang biasa dipakai adalah dapar pH, pengatur tonisitas (NaCl), pengatur viskositas (contoh PEG, PVP), pengatur tegangan permukaan, dan pengawet. Cairan mata isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan NaCl P 0,9 %. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata.
Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asamgaram yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka banding asam terhadap garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan penurunan pH. Sediaan tetes mata mempunyai banyak persamaan dengan sediaan parenteral. Formulasi sediaan tetes mata yang stabil memerlukan bahan-bahan yang sangat murni seperti bebas dari kontaminan kimia, fisik (partikel), dan mikroba. Sediaan tetes mata digunakan dalam jumlah yang besar, seperti irigan mata, atau dalam pemeliharaan peralatan seperti lensa kontak. Beberapa pertimbangan dalam pembuatan obat mata: 1. Sterilitas Sediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasi yang sesuai. Cara sterilisasi yang sering digunakan untuk obat tetes mata adalah pemanasan dengan otoklaf, pemanasan dengan bakterisida, dan penyaringan. 2. Iritasi pH sediaan yang tidak cocok dengan air mata akan mengakibatkan iritasi yang disertai dengan keluarnya air mata. Difusi obat akan terhalang sehingga jumlah obat tidak efektif. 3. Pengawet Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata dosis ganda. Syarat pengawet: efektif dan efisien, tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya, tidak iritan terhadap mata, dan tidak toksis.
Akan dibuat obat tetes mata pilokarpin. Pilokarpin adalah senyawa alkaloid yang berasal dari tanaman Pilocarpus jaborandi dan Pilocarpus microphyllus, termasuk obat kolinergik parasimpatomimetik yang menyebabkan miosis bila dipakai sebagai obat tetes mata. Zat aktif yang dipilih adalah bentuk garam pilokarpin yaitu pilokarpin hydrochloridum karena mempertimbangkan bahwa alkaloid bebas kurang larut air daripada bentuk garamnya sedangkan sediaan obat tetes mata yang akan dibuat berupa larutan yang harus jernih. Tidak dipilih bentuk pilokarpin nitras karena pada pemeriannya dinyatakan beracun. (FI III, hal 499).
II ANALISIS FARMAKOLOGI
II.1 Indikasi: -
Digunakan dalam pengobatan glaukoma. (GG, p. 129)
-
Memberi efek miotik untuk mengatasi midriasis yang disebabkan oleh atropin. (GG, p. 129).
-
Menurunkan tekanan intraokular dan memberi efek miosis intensif sebelum pembedahan pada penanganan darurat glaukoma sudut terbuka. (AHFS, 2718).
II.2 Kontra Indikasi -
Pasien dengan resiko retinal detachment. (GG, p. 129)
II.3 Efek Samping -
Iritasi dan efek miosis pada awal pemakaian yang mungkin tidak menyamankan. (GG, p. 129).
II.4 Mekanisme Kerja -
Sebagai miotikum, yaitu senyawa parasimpatomimetik kerja langsung yang menyebabkan kontraksi sfinkter iris dan otot siliari, menghasilkan kontriksi pupil dan spasmus akomodasi.
-
Mengurangi tekanan pada glaukoma sudut terbuka melawan efek sikloplegik. Miotik digunakan secara topikal pada mata untuk menurunkan tekanan intraokuler (IOP) pada perawatan glaukoma sudut terbuka primer. Juga digunakan pada perawatan glaukoma noninflamatori sekunder. Penurunan IOP dapat mencegah kerusakan saraf mata. Pilokarpin merupakan pilihan miotik yang pertama karena memberikan kontrol IOP yang bagus dengan efek samping yang relatif sedikit.
-
Efek sistemiknya dapat menyebabkan efek nikotinik terutama menyebabkan rangsangan terhadap kelenjar keringat, air mata dan ludah. (Farmakologi dan Terapi, UI, hal 155).
-
Larutan tetes mata lebih dipilih ketika penurunan akut tekanan okular dan/ atau efek miotik yang intensif dibutuhkan seperti dalam penanganan darurat glaukoma sudut terbuka sebelum pembedahan, untuk reduksi tekanan okular dan perlindungan lensa mata sebelum goniotomy atau iridectomy atau untuk
meringankan/ mengurangi efek midriatik dari agen-agen simpatomimetik. (AHFS, p. 2718). II.5 Interaksi Obat -
Obat-obat otonomik seperti epinefrin. Pilokarpin dapat meningkatkan laju absorpsi sistemik obat-obat tersebut dari mata. (AHFS, p. 2719).
II.6 Dosis Pemberian Untuk perawatan glaukoma, konsentrasi dan frekuensi pemberian pilokarpin hidroklorida tergantung pada kebutuhan dan respon setiap individu. -
Dosis lazim = 1 – 2 tetes larutan 1 – 4 % s etiap 4 – 12 jam. (AHFS 2002, hal 2718).
-
Atau dosis lazim sekali = 0,1 ml larutan 0,5 – 4 %. Dosis maksimal sekali = 20 mg. (FI III, hal 498).
-
Dosis 1 tetes larutan Pilokarpin HCl 2 % setiap 6 jam sebelum pembedahan untuk glaukoma kongenital atau goniotomy. (AHFS, p. 2718).
II. 7 Rute Pemberian: Pilokarpin hidroklorida digunakan secara topikal pada kantung konjungtiva sebagai larutan tetes mata. Kelebihan larutan di sekitar mata harus dibuang dengan tissue dan obat yang terkena tangan harus segera dicuci.
II.8 Farmakokinetik -
Penurunan tekanan intraokular maksimum terjadi dalam 1,5 – 2 jam setelah pemberian ke sistem okular dan biasanya bertahan selama 7 hari. (AHFS, p. 2719).
III PREFORMULASI
III. 1 Zat aktif Pilocarpini hydrochloridum o o
pilokarpin monohidroklorida, C 11H16 N2O2.HCl, BM 244.72.
o
Pemerian: hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau; rasa agak pahit; higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus.
o
Jarak lebur: antara 199 ° dan 205 °
o
Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol; sukar larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter. Larut 1 dalam 0,3 air; 1 dalam alkohol; dan 1 dalam 360 kloroform.
o
Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
o
pH larutan 5 % dalam air antara 3,5 dan 4,5. (Martindale, p. 1396).
o
pH larutan tetes mata 3,5 – 5,5. (TPC, p. 1005).
o
Stabilitas: mengalami hidrolisis yang dikatalisis oleh ion hidrogen dan hidroksida, terjadi epimerisasi pada pH basa. Peningkatan temperatur akan meningkatkan kecepatan hidrolisis bila pH larutan 10,4. pH stabilitas maksimum 5,12.
o
Inkompatibilitas: inkompatibel dengan klorheksidin asetat dan garam fenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak dan klorida merkuri.
o
Ekivalensi NaCl untuk Pilokarpin HCl 2 % = 0,23 dan ∆Tf-nya = 0,26 °.
III. 2 Eksipien a. Natrii chloridum (FI III, hal 403) o
Pemerian: hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin
o
Kelarutan: larut dalam 2,8 bagian air; dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95 %) P.
o
Wadah: dalam wadah tertutup baik.
o
Khasiat: sumber ion klorida dan natrium.
b. Aqua destilata (FI III, hal 86) o
Pemerian: cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa.
o
Wadah: dalam wadah tertutup baik
c. Benzalkonium klorida (Handbook of Pharmaceutical Excipients, page 27)
o
Fungsi:
pengawet
antimikroba,
antiseptik,
desinfektan,
bahan
pensolubilisasi, bahan pembasah. o
Benzalkonium klorida adalah senyawa a monium kuarterner yang digunakan dalam formulasi farmasetikal sebagai antimikroba yang dalam aplikasinya sama dengan surfaktan kation lain, seperti cetrimide. Dalam sediaan obat mata, benzalkonium klorida adalah pengawet yang sering digunakan, pada konsentrasi 0,01 % - 0,02 % b/v. Sering digunakan dalam kombinasi dengan pengawet atau eksipien lain, terutama 0,1 % b/v dinatrium edetat, untuk meningkatkan aktivitas mikroba melawan Pseudomonas.
o
Pemerian: serbuk amorf putih atau putih kekuningan, gel kental, atau serpihan bergelatin. Higroskopis, bersabun dan mempunyai bau aromatik lembut, rasa sangat pahit.
o
Kelarutan: hampir tidak larut dalam eter, sangat larut dalam aseton, etanol (95 %), metanol, propanol dan air. Larutan benzalkonium klorida encer berbusa jika dikocok, mempunyai tegangan permukaan rendah dan mempunyai sifat detergen dan pengemulsi.
o
Stabilitas: higroskopis, bisa dipengaruhi oleh cahaya, udara dan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan temperatur yang lebar dan bisa disterilisasi dengan autoklaf.
o
Inkompatibilitas: inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat, katun, hidrogen peroksida, hidroksipropil metilcelulosa.
d. Dinatrium-EDTA. o
C10H14 N2 Na2O8, BM : 336,21
o
Pemerian: serbuk krital putih, tidak berbau dengan sedikit rasa asam.
o
Keasaman/ kebasaan: pH = 4.3 – 4.7 untuk 1 % b/v larutan dalam air bebas karbon dioksida.
o
Penuruan titik beku: 0,14 °C (1 % b/v larutan berair).
o
Titik leleh: dekomposisi pada 252 °C untuk dihidrat.
o
Kelarutan: hampir tidak larut dalam kloroform dan eter; sedikit larut dalam etanol (95 %); larut 1 dalam 11 air.
o
3
Viskositas: 1,03 mm /s (1cSt) untuk 1 % b/v larutan berair.
o
Dalam formulasi farmasetikal dinatrium EDTA digunakan sebagai bahan pengkelat terutama pada konsentrasi antara 0,005 – 0,1 % b/v.
e. PVP (Povidone) o
(C6H9 NO)n, BM : 2500 – 3000000.
o
Povidon adalah polimer sintetik yang terutama terdiri dari gugus linier 1vinil-2-pirolidinon, tingkat polimerisasi yang menghasilkan polimer dengan bobot molekul bervariasi.
o
Fungsi: bahan pensuspensi, pengikat tablet.
o
Penggunaan dalam formulasi farmasetikal atau teknologi: terutama dipakai dalam sediaan bentuk padat. Dalam pembuatan tablet, larutan povidon digunakan sebagai pengikat dalam proses granulasi basah. Juga digunakan sebagai pensuspensi, penstabil, atau peningkat viskositas dalam sejumlah suspensi dan larutan topikal dan oral.
o
Konsentrasi untuk tetes mata : 2 – 10 %.
o
Deskripsi: halus, putih sampai putih kekreman, tidak berbau atau hampir tidak berbau, serbuk higroskopis.
o
Keasaman/ kebasaan: pH = 3 – 7 untuk 5 % b/v larutan berair.
o
Titik leleh: melunak pada 150 °C.
o
Kelarutan: banyak larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol dan air; hampir tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak mineral.
o
Stabilitas dan kondisi penyimpanan: menjadi gelap jika dipanaskan pada 150 °C, yang menurunkan kelarutannya dalam air. Stabil pada siklus singkat dengan panas 110 – 130 °C. Sterilisasi uap pada larutan berair tidak mengubah sifatnya. Disimpan dalam wadah kedap udara dalam suhu dingin, kering.
IV PENDEKATAN FORMULASI
IV. 1. Zat aktif yang dipilih adalah pilokarpin hidroklorida dan dipilih bentuk garamnya karena kelarutan dalam air jauh lebih baik daripada bentuk basa bebasnya, sediaan obat tetes mata yang ingin dibuat adalah larutan.
IV. 2. Dibuat sediaan 10 ml dengan kandungan pilokarpin hidroklorida 2 %. Jumlah pilokarpin hidroklorida yang dibutuhkan: 2 % = 2 gr / 100 ml maka untuk 10 ml = ( 2 gr / 100 ml ) x 10 ml = 0,2 gr dengan pemakaian 1 kali = 0,05 ml (atau 1 tetes). Volume 1 tetes dari kebanyakan penetes mata adalah 50 µL. (TPC, p. 162). IV. 3. Eksipien yang dibutuhkan a. Pengawet Walaupun OTM yang dibuat sudah steril tetapi perlu penambahan pengawet karena OTM yang dibuat digunakan dalam multiple dose sehingga besar kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba saat OTM dibuka. Pengawet dalam OTM harus memenuhi syarat yaitu efektif dan efisien (harus aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa), tidak berinteraksi dengan zat aktif dan eksipien lain,
tidak iritan terhadap mata dan tidak toksik. Dipilih beczalkonium klorida karena efektif dalam dosis rendah (dalam OTM = 0,01 – 0,02 %), sangat aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa, reaksi antimikrobanya cepat dan stabilitas tinggi
pada rentang pH lebar; tetapi masih kompatibel dengan zat aktif dan eksipien lain. Pada OTM ini dipilih konsentrasi 0,01 %. b. Pengisotonis Tonisitas sediaan = % NaCl, sudah termasuk di dalam batas toleransi normal mata yaitu 0,7 – 1,5 % (TPC, p. 163), maka iritasi mata dan konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel jaringan mata tidak terjadi. Tetapi bisa juga ditambahkan NaCl sebagai pengisotonis. c. Pendapar Tidak memakai pendapar karena dari suatu percobaan diketahui bahwa benzalkonium klorida pada konsentrasi 0,01% menstabilkan larutan pilokarpin hidroklorida yang tidak didapar terhadap hidrolisis, dibandingkan dengan larutan yang didapar. (Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, hal. 565). d. Pengatur tegangan permukaan (surfaktan) Diperlukan untuk meningkatkan penetrasi obat melalui kornea. Tidak perlu lagi ditambahkan karena sudah ada surfaktan yaitu benzalkonium klorida yang juga berfungsi sebagai pengawet.
e. Pengatur viskositas Penambahannya bertujuan untuk meningkatkan waktu kontak sediaan dengan korneal sehingga jumlah zat aktif yang berpenetrasi ke dalam mata akan semakin tinggi sehingga dicapai harapan efek terapi. Tidak digunakan turunan metilselulosa karena pengental ini dapat menurunkan aktivitas benzalkonium klorida (TPC, p. 164) dan mengkatalisis hidrolisis pilokarpin dalam larutan yang tidak didapar (Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, hal 565). Dipilih pengental PVP karena kompatibel dengan zat aktif dan tidak perlu pengembangan terlebih dahulu. Selain itu, belum ditemukan pengaruh PVP terhadap stabilitas zat aktif. Konsentrasi yang dipilih adalah 2 % supaya tidak terlalu kental. f. Bahan Pengkelat Dipilih dinatrium EDTA untuk mengikat logam berat yang berfungsi sebagai katalis oksidasi dan meningkatkan aktivitas benzalkonium klorida karena benzalkonium klorida dapat dipengaruhi oleh logam. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,02 %. (TPC, p.165).
V FORMULASI
OTM Pilokarpin hidroklorida tiap 10 ml mengandung: Pilokarpin hidroklorida
2%
Benzalkonium klorida
0,01 %
Dinatrium EDTA
0,02 %
PVP
2%
NaCl
0,42 %
Aquades
ad
10 ml
VI PERHITUNGAN
VI. 1. Perhitungan Tonisitas -
Sediaan yang akan dibuat adalah OTM 10 ml dengan kadar pilokarpin hidroklorida 2 %.
-
∆Tf 2 % P. hidroklorida = 0,262 ° dan ∆Tf 0,5 % Benzalkonium klorida = 0,048 °
(FI IV, hal 1254). ∆Tf 0,5 % dinatrium EDTA = 0,07 ° dan ∆Tf 2 % PVP = 0,01 °. -
Kadar P. hidroklorida 2 % b/v = 2 gr / 100 ml maka ∆Tf-nya (∆Tf 1) = 0,262 ° Kadar benzalkonium klorida adalah 0,01 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 2): 0,5 % benzalkonium klorida ~ 0,048 ° 0,01 % benzalkonium klorida ~ (0,01 % / 0,5 %) x 0,048 ° ~ 0,00096° Dinatrium EDTA yang dibutuhkan adalah 0,02 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 3): 0,5 % dinatrium EDTA ~ 0,07 ° 0,02 % dinatrium EDTA ~ 0,0028 ° PVP yang dibutuhkan adalah 2 %, maka ∆Tf-nya (∆Tf 4): 2 % PVP ~ 0,01° ∆Tf total = ∆Tf 1 + ∆Tf 2 + ∆Tf 3 + ∆Tf 4 = 0,262 ° + 0,00096 ° + 0,0028 ° + 0,01 °
= 0,27576 ° ∆Tf 0,9 % NaCl = 0,52 °
supaya ∆Tf total = ∆Tf 0,9 % NaCl, maka perlu ditambahkan NaCl sejumlah: selisih ∆Tf = 0,52 ° - 0,27576 ° = 0,24424 ° NaCl yang ditambahkan = (0,24424 ° / 0,52 °) x 0,9 % = 0,42 % (artinya 0,42 g dalam 100 ml) untuk 10 ml dibutuhkan = (10 / 100) x 0,42 g = 42 mg VI. 2. Perhitungan Dapar Tidak menggunakan dapar sehingga tidak ada perhitungan untuk dapar. VI. 3. Perhitungan Formula Formula 1 botol OTM 10 ml Pilokarpin hidroklorida
2%
= 2 gr x 10 ml / 100 ml = 0,2 g
Benzalkonium klorida
0,01 %
= 1 mg
Dinatrium EDTA
0,02 %
= 2 mg
PVP
2%
= 0,2 g
NaCl
0,42 %
= 42 mg
Aquades
ad
10 ml
VII PENIMBANGAN
Untuk 1 botol, volume dilebihkan 5 % sehingga menjadi = 10 ml + (5 % x 10) ml = 10,5 ml Volume 10,5 ml untuk dimasukkan ke dalam botol. Tujuan dilebihkan yaitu supaya volume terpindahkan tetap 10 ml. Untuk 2 botol dibutuhkan 21 ml. Untuk pembuatan dilebihkan 10 %, menjadi: = 21 ml + ( 21 x 10 % ) ml = 23,1 ml Volume total yang akan dibuat = 25 ml
Penimbangan bahan-bahan: Setiap bahan dilebihkan 5 % Pilokarpin HCl
2 % x 25 ml = 0,5 g + (5% x 0,5) g = 0,525 g
Benzalkonium klorida
0,01% x 25 ml = 2,5 mg + (5% x 2,5) mg = 2,625 mg
Dinatrium EDTA
0,02 % x 25 ml = 5 mg + (5% x 5) mg = 5,25 mg
PVP
2 % x 25 ml = 0,5 g + (5 % x 0,5) g = 0,525 g
NaCl
0,42 % x 25 ml = 0,105 g + (5% x 0,105) g = 0,11 g
Penimbangan untuk benzalkonium klorida 2,625 mg: Ditimbang benzalkonium klorida 50 mg Air
ad
25 ml
Diambil = (2,625 / 50 ) x 25 ml = 1,3125 ml
Penimbangan untuk Na2 - EDTA 5,25 mg: Ditimbang
50 mg
Air
10 ml
Diambil = (5,25 / 50) x 10 ml = 1,05 ml
VIII STERILISASI
1. Sterilisasi dengan etanol 70 % selama 24 jam, untuk: o
botol kemasan : 2 botol
o
buret 25 ml
:1
2. Sterilisasi dengan autoklaf (115 – 116 °C) selama 30 menit, untuk:
pipet ukur 2 ml
: sebanyak 1
o
corong gelas dan kertas saring lipat terpasang
: sebanyak 1
o
corong gelas
: sebanyak 1
o
labu takar 10 ml
: sebanyak 1
o
labu takar 25 ml
: sebanyak 1
o
3. Sterilisasi dengan oven (170 °C) selama 2 jam, untuk: o
beker glass 10 ml
:1
o
beker glass 20 ml
:1
Erlenmeyer 100 ml
:1
o
4. Sterilisasi dengan flambir selama 20 detik, untuk: o
Kaca arloji
:3
o
Cawan penguap
:2
o
Batang pengaduk
:1
5. Sterilisasi sediaan dengan autoklaf (115 – 116 °C) selama 30 menit. Sediaan larutan pilokarpin untuk mata dapat disterilisasi menggunakan autoklaf. Larutan pilokarpin hidroklorida masih mempunyai aktivitas 97 % setelah pemanasan pada suhu 110 °C selama 30 menit dan aktivitasnya dipertahankan selama penyimpanan
12
bulan
setelah
sterilisasi
tersebut.
Percobaan
yang
sama
menunjukkan bahwa stabilitas pilikarpin di bawah kondisi tersebut identik dengan yang diperlakukan tanpa pemanasan. (Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, hal 563 – 564).
IX CARA PEMBUATAN
Metode aseptis 1. Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pilokarpin hidroklorida
0,525 g
dalam cawan penguap
Benzalkonium klorida
50 mg
dalam kaca arloji
Dinatrium EDTA
50 mg
dalam kaca arloji
PVP
0,525 g
dalam cawan penguap
NaCl
0,11 g
dalam kaca arloji
2. Na2-EDTA diencerkan dalam labu takar 10 ml dengan air pro injeksi.
3. Benzalkonium klorida diencerkan dalam labu takar 25 ml dengan air pro injeksi. 4. Pilokarpin HCl dilarutkan dalam beker glass 20 ml dengan air pro injeksi. 5. PVP dilarutkan dalam beker glass 10 ml dengan air pro injeksi. 6. NaCl dilarutkan dalam beker glass 10 ml (sama untuk PVP) dengan air pro injeksi. 7. Larutan Na2-EDTA diambil sebanyak 1,05 ml dengan pipet ukur 2 ml dan dimasukkan ke dalam larutan pilokarpin HCl. Diaduk dengan batang pengaduk. Disebut larutan A. 8. Larutan PVP dimasukkan ke dalam larutan A dan diaduk. Disebut larutan B. 9. Larutan benzalkonium klorida diambil sebanyak 1,3 ml dengan pipet ukur 2 ml (pipet yang sama untuk Na 2-EDTA) dan dimasukkan ke dalam larutan B, diaduk. Menjadi larutan C. 10. Larutan NaCl dimasukkan ke dalam larutan C, diaduk dan menjadi larutan D. 11. Larutan D ditambah air pro injeksi sampai kira-kira 20 ml, diaduk. 12. Larutan D disaring dan ditampung dalam Erlenmeyer 100 ml yang telah ditara 25 ml. Saringan dibilas dengan air pro injeksi sampai volume genap 25 ml. 13. Erlenmeyer ditutup dengan kapas bebas lemak dan alumunium foil (atau kertas roti), diikat dengan tali kasur. 14. Erlenmeyer yang berisi larutan D disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit. 15. Larutan D steril dimasukkan ke dalam buret 25 ml. Ditutup ujung atasnya. 16. Diisikan ke dalam kemasan botol plastik, masing-masing 2,5 ml. 17. Botol ditutup dan dikemas dengan kemasan sekunder.
X EVALUASI SEDIAAN
1. Kejernihan Larutan (FI IV, <881>) Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Prosedur kerja: 1. Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing larutan zat uji dan suspensi padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar sehingga volume larutan
dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm.
2. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan, dengan latar belakang hitam. 3. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah bawah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga Suspensi padanan I dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi padanan II.
Pembuatan Baku opalesen: 1. Larutkan 1 g hidrazina sulfat P dalam air secukupnya hingga 100 ml, biarkan selama 4 jam hingga 6 jam. 2. Pada 25 ml larutan ini tambahkan larutan 2,5 g heksamina P dalam 25 ml air. Campur dan biarkan selama 24 jam. Suspensi ini stabil selama 2 bulan jika disimpan dalam wadah kaca yang bebas dari cacat permukaan. Suspensi tidak boleh menempel pada kaca dan harus dicampur dengan baik sebelum digunakan. Untuk membuat Baku opalesen, encerkan 15 ml suspensi dengan air hingga 1000 ml. Suspensi harus digunakan dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.
Pembuatan Suspensi padanan: Suspensi padanan I – IV dibuat dengan cara seperti yang tertera pada Tabel.
Masing-masing suspensi harus tercampur baik dan dikocok sebelum digunakan.
Suspensi padanan I
II
III
IV
Baku opalesen (ml)
5
10
30
50
Air (ml)
95
90
70
50
Pernyataan kejernihan dan derajat opalesen Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti tersebut di atas atau jika opalesensinya tidak lebih nyata dari Suspensi padanan I . Persyaratan untuk derajat opalesensi dinyatakan dalam Suspensi padanan I , Suspensi padanan II , dan Suspensi padanan III .
2. Volume Terpindahkan (FI IV, <1261>) Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah satu persatu. Prosedur: Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udaa pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket.
3. Penetapan pH Diuji dengan: o
Kertas indikator pH kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar.
o
pH meter (FI IV, <1071>) Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan dapar harus sama dengan pelarut sediaan.
XI DESIGN KEMASAN
1. Primer: Zat aktif tidak stabil terhadap cahaya sehingga dipakai kemasan primer yang tidak tembus cahaya. Botol plastik tidak tembus cahaya 10 ml. 2. Sekunder: kotak dari dus
Pilokarp ®
Pilokarp ®
Solution teardrops Indikasi: Midriasis karena Atropin, glaukoma dan sebelum pembedahan glaucoma sudut terbuka. Kontraindikasi: Pasien resiko retinal detachment Efek samping: Iritasi dan efek miosis awal
Tutup wadah rapatrapat. No. Reg : DKL02 005 010 07A 1 No. Batch : 63367
Pilokarp ® Artificial teardrops 10 ml
PT. Van Laboratoria Bandung-Indonesia
Cara pakai : Satu tetes pada tiap mata, atau sesuai petunjuk dokter. Komposisi : 10 ml mengandung: 2% PilokarpinHCl 0,01%Benzalkoni um klorida 0,02% Na2-EDTA b/v Daluwarsa : November 2004
Pilokarp ® Solution teardrops 10 ml
PT. Van Laboratoria Bandung-Indonesia
Etiket
Pilokarp ® Larutan tetes mata steril Komposisi : 1 ml mengandung 2 % PilokarpinHCl, 0,01 % Benzalkonium klorida, dan 0,02 % Na 2-EDTA b/v No. reg : DKL02 005 010 07A 1 No. Batch : 63367 PT. Van Laboratoria Bandung-Indonesia
Pilokarp ® Tetes mata _________________________________________________________________________ Mengandung Pilokarpin HCl 2%, Benzalkonium klorida 0,01%, dan Na 2-EDTA 0,02 % b/ v Komposisi: Tiap 10 ml larutan mengandung Pilokarpin HCl Benzalkonium klorida Na2 – EDTA
2% 0,01 % 0,02 %
Mekanisme kerja: Menurunkan tekanan intraokular, kontraksi sfinkter iris dan otot iris sehingga kontriksi pupil Indikasi: Midriasis karena Atropin, glaukoma dan sebelum pembedahan glaucoma sudut terbuka. Kontraindikasi: Pasien resiko retinal detachment Efek samping: Iritasi dan efek miosis awal Peringatan dan Perhatian: 1. Jangan digunakan bila larutan berubah warna dan keruh 2. Untuk mencegah kontaminasi jangan memegang ujung mulut botol. 3. Botol ditutup rapat 4. Jauhkan dari jangkauan anak. 5. Bila terasa sakit, gangguan penglihatan, pemerahan (iritasi lanjut) yang makin parah lebih dari 72 jam hentikan pemakaian dan segera hubungi dokter. Dosis: 1 tetes pada mata setiap 6 jam Penyimpanan: Simpan pada suhu kamar, terlindung dari cahaya, ruang bersih dan kering. Kemasan: Tiap dus berisi satu wadah @ 10 ml HARUS DENGAN RESEP DOKTER
PT Van Laboratoria No. Reg : DKL02 005 010 07A 1 No. Batch : 63367 Tgl. Daluwarsa : November 2004
XII DAFTAR PUSTAKA
1. The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, 1994, The th
Pharmaceutical Codex, 12 ed., Principles and Practice of Pharmaceutics, The Pharmaceutical Press, London, p. 160 – 167. 2. Depkes RI, 1979, FI ed III, Jakarta, hal 10, 86, 403, 498, 499, 983. 3. Depkes RI, 1995, FI ed IV, Jakarta, hal 675 – 676, 1144 4. Laboratorium Teknologi Sediaan Steril Farmasi ITB, 1994, Diktat kuliah Teknologi Farmasi Sediaan Steril, Bandung, hal 303. 5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI, 2000, Farmakologi dan Terapi, ed. 4, Gaya Baru, Jakarta, hal 155. 6. Wade, A and P. J. Weller, 1994, Handbook of Pharmaceutical Exipients, 2 nd ed., America Pharmaceutical Association, London, p. 27, 177, 392. 7. Lachman, L., H. Lieberman, and J. L. Kanig, 1986, The Theory and Practice of rd
Industrial Pharmacy, 3 ed., Lea and Febiger, Philadelphia, p. 779. 8. American Society of Health Pharmaticist, 2002, AHFS Drug Information, American Society of Health-System Pharmacists, Inc., Bethesda, p. 2718 – 2720. 9. Goodman and Gilman, 1995, The Pharmacological Basis of Therapeutics, Vol. I, 8
th
ed., Mc Graw Hill International Editions, New York, p. 129. 10. Connors, K. A., G. L. Amidon, dan V. J. Stella, 1992, Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, Terjemahan Didik Gunawan, edisi kedua, IKIP Semarang Press, Semarang, hal 559 – 565.
PRAKTIKUM TEKNOLOGI STERIL
JURNAL OBAT TETES MATA PILOKARPIN
Disusun oleh: Kelompok Rabu III 5. Ruri Ernanda (10700021) 6. Fanny Dwi P. (10700025) 7. Eka Fransiska (10700046) 8. Sintaria Elfina (10700101)
LABORATORIUM TEKNOLOGI STERIL DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 03
Pilokarp ®
Pilokarp ®
Solution teardrops Indikasi: Midriasis karena Atropin, glukoma dan sebelum pembedahan glaucoma sudut terbuka. Kontraindikasi: Pasien resiko retinal detachment Efek samping: Iritasi dan efek miosis awal
Tutup wadah rapatrapat. No. Reg : DKL02 005 010 07A 1 No. Batch : 63367
Pilokarp ® Artificial teardrops 10 ml
PT. Van Laboratoria Bandung-Indonesia
Cara pakai : Satu tetes pada tiap mata, atau sesuai petunjuk dokter. Komposisi : 10 ml mengandung: 2% PilokarpinHCl 0,01%Benzalkoni um klorida 0,02% Na2-EDTA b/v Daluwarsa : November 2004
Pilokarp ® Solution teardrops 10 ml
PT. Van Laboratoria Bandung-Indonesia