BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yakni: lingkungan, perilaku, pelayanan masyarakat, dan keturunan (herediter). Karena itu upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat harus ditujukan pada keempat faktor utama tersebut secara bersama-sama. Kesehatan lingkungan adalah upaya kesehatan meliputi kegiatan analisis dan pengendalian risiko-risiko kesehatan sebagai akibat kurang terpenuhinya kebutuhan kesehatan dasar seperti air bersih. Fasilitas sanitasi yang memadai dan tempat tinggal yang layak serta penurunan tingkat risiko kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran dan bahaya-bahaya lingkungan. Pusat Kesehatan masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan sarana kesehatan yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Sesuai
fungsinya,
petugas
puskesmas
melaksanakan
pengawasan
dan
pengendalian kepada mayarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga, dan lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat. Agar menciptakan kesehatan masyarakat yang sehat, maka peran sanitasi terhadap peningkatan kualitas kesehatan masyaarakat telah disepakati oleh semua pihak. Menurut Undang-undang RI No.36 tahun 2009 Pasal 163 tentang kesehatan, ruang lingkup kesehatan lingkungan terdiri dari lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat dan fasilitas umum.
1
1.2 Tujuan program 1. Menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor risiko timbulnya penyakit menular di masyarakat 2. Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakatdari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang optimal, 3. Meningkatnya mutu lingkungan hidup serta kemauan dan kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat serta pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan kesehatan. 1.3 Sasaran 1. Tempat tinggal (rumah) penduduk, 2. Tempat-tempat umum (seperti pasar, restoran, tempat ibadah, sumber air minum penduduk, dan pembuangan air limbah dan sebagainya). Sasaran yang diperiksa pada tempat-tempat umum selain lingkungan fisiknya (pencemaran air, pembuangan sampah dan limbah lainnya), juga pengolahan makanan (food handler). 1.4 Strategi 1. Melakukan pemeriksaan ke rumah warga, tempat-tempat umum, tempat pengolahan makanan, lingkungan pemukiman dan tempat pengolahan pestisida, 2. Edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan lingkungan baik secara perorangan maupun individu. 1.5 Jenis Kegiatan 1. Inspeksi Sanitasi yaitu meliputi penyehatan air bersih, pengawasan tempat-tempat umum, tempat pengolahan makanan, pengawasan penggunaan jamban, pengawasan lingkungan pemukiman, pengendalian vektor dan tempat pengolahan pestisida, 2. Penyuluhan secara perorangan di klinik Sanitasi dalam gedung maupun luar gedung.
1.6 Kegiatan yang Dilakukan 1. 2. 3. 4.
Pengawasan Sarana Air Bersih Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU) Pengawasan Tempat Penjualan Makanan Minuman (TPM) Pengawasan Rumah, Jamban Keluarga (Jaga), Air Limbah (SPAL), Sampah(TPS)
2
5. Mengawasi usaha Makanan olahan yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat (IRT) 6. Tempat Pengelolaan Pestisida (TP2) 7. Pelaksanaan klinik sanitasi 8. Memperkuat Kerjasama lintas sektor Pemberdayaan masyarakat
3
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Klungkung I terletak di Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung. Didirikan tahun 1974 dan beroperasi mulai bulan April 1975. Wilayah kerja Puskesmas Klungkung I meliputi 3 kelurahan yaitu kelurahan Semarapura Kauh, Kelurahan Semarapura Klod, Kelurahan Semarapura Klod Kangin dan terdiri dari 7 desa yaitu : Desa Gelgel, Tojan, Satra, Kamasan, Tangkas, Jumpai Desa/Kelurahan gelgel serta terdiri dari 35 dusun/lingkungan dengan luas wilayah 15.322 km2 dengan jarak tempuh rata-rata 5 – 10 menit dari desa ke Puskesmas. Puskesmas Klungkung I mewilayahi daerah perkotaan maupun pedesaan yang merupakan daerah dataran rendah dengan batas wilayah sebagai berikut :
Utara Timur Barat Selatan
: Kelurahan Semarapura Kaja : Kecamatan Dawan : Kecamatan Banjarangkan : Lautan Indonesia
Jarak Puskesmas Klungkung I dari pusat kota Semarapura ± 5 Km dan seluruh
wilayah bisa terjangkau dengan kendaraan karena semua jalan sudah di
aspal. Beberapa wilayah kerja Puskesmas meliputi wilayah Galian C seperti Tangkas, Jumpai dan Dukuh dengan luas ± 228 Ha dan luas lagun 52 Ha. Komponen umum deskripsi geografis terdiri dari : a. Lokasi, luas wilayah, keadaan wilayah (dataran tinggi, dataran rendah, pantai), kepadatan wilayah yang dihuni, dan bagaimana medan (berbukit, lembah), dan faktor lain yang mempengaruhi bagaimana orang hidup. Dilengkapi dengan peta Risiko bencana dan krisis Kesehatan b. Gambaran Umum Wilayah UPT.Puskesmas Klungkung I Tahun 2015
4
Tabel 1.Gambaran Umum
No
Desa /Kelurahan
L.Wil. (km2)
Keadaan Wilayah
Kepadatan Pndk (km2)
1.
Satra
1920
Pantai/Kota
685
2
Tojan
1330
Pantai/Kota
1838
3
Gelgel
2900
Pantai/Kota
1480
4
Kp.Gelgel
0.070
Bukan pantai /Kota
14486
5
Jumpai
1440
Pantai
1339
6
Tangkas
2780
Bukan /Pedesaan
7
Kamasan
1875
Bukan pantai/Kota
2076
8
Sp.Klod
1035
Bukan pantai/Kota
4221
9
Sp.Klod Kangin
0.793
Bukan pantai/Kota
6898
10.
Sp.Kauh
1179
Bukan pantai/Kota
1818
Total
14459.86
Rata-rata
36052
Pantai 1211
5
SssSuSumber
:Kecamatan
Klungkung
Dalam
Angka
tahun
2015.BPS
Kab.Klungkung 2.2 KEADAAN PENDUDUK Gambaran Populasi Kependudukan 1. Data Kependudukan Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Puskesmas Klungkung I tahun 2015 adalah 36.304 jiwa terdiri dari 17.906 jiwa laki-laki dan 18.398 Jiwa perempuan.
6
Grafik 1 Jumlah Penduduk UPT.Puskesmas KLungkung I Tahun 2015
7
Grafik 2. Jumlah Penduduk Per Desa /Kelurahan Di Wilayah UPT.Puskesmas Klungkung
I Tahun 2015
Sumber: Kecamatan Klungkung dalam angka tahun 2015 BPS Kabupaten Klungkung
Jumlah penduduk tertinggi di wilayah UPT.Puskesmas Klungkung I terdapat di Kelurahan Semarapura Klod Kangin, hal ini dikarenakan kelurahan ini merupakan daerah perkotaan.Dimana pada tempat ini adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan adanya kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan materialistis. Bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup padat dan besar dengan corak
kehidupan
yang
bersifat
heterogen
dan
meterialis.
Kelurahan ini dapat digolongkan menjadi daerah perkotaan karena adanya
gejala
pemusatan penduduk yang merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, dan kultur .Penduduk yang heterogren dan wilayah yang didatangi oleh berbagai pendatang menimbulkan berbagai tantangan dalam mewujudkan masyarakat yang sehat.Seperti halnya dalam pelayanan posyandu ,hal ini 8
dikarenakan mobilitas penduduk yang sangat tinggi.Dengan heterogenya penduduk permasalahan kesehatan jauh lebih komplek. Tabel 2. Data jenis jumlah penduduk berdasarkan Jenis kelamin Jumlah Penduduk Desa/Kelurahan
Jmlh KK
Laki
Perempuan
Sp.Kauh
564
1145
1226
Sp.Klod
1469
2943
3037
Sp.Klod Kangin
1874
3582
3578
Tojan
704
1524
1556
Satra
311
715
745
Gelgel
1214
2544
2669
Kamasan
1095
2231
2346
Kp.Gelgel
327
591
591
Tangkas
822
1643
1634
Jumpai
450
988
1016
Jumlah Total
8830
17906
18398
Grafik.3 Ratio UPT.Puskesmas Klungkung I berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015
9
Sumber: Kecamatan Klungkung dalam angka tahun 2015 BPS Kabupaten Klungkung Dari grafik dapat dilihat Presentase jumlah laki-laki adalah 49 % sedangkan jumlah perempuan sebesar 51% dari jumlah total penduduk. Jumlah sex ratio laki-laki terhadap 100 perempuan di Wilayah UPT.Puskesmas Klungkung I adalah 97 . Artinya setiap ada 100 orang perempuan ada 97 laki-laki. Dari hal tersebut diatas Jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari jenis kelamin laki-laki Sehingga risiko masalah kesehatan seperti AKI,dan jenis kebutuhan pelayanan kesehatan yang diperlukan seperti untuk Ibu dan anak, Imunisasi,GIZI, Kesehatan Lingkungan dan Promosi kesehatan untuk berPrilaku Hidup bersih dan Sehat. 2.3 Sumber Daya Kesehatan 1. Sumber Daya Fisik Puskesmas Klungkung I terdiri dari 1 Puskesmas Induk, 7 buah Puskesmas Pembantu, 10 Desa Siaga. Disamping itu ada beberapa fasilitas kesehatan yang ada diwilayah kerja Puskesmas Klungkung I seperti 1 buah RSUD, 1 buah Rumah Sakit Swasta, 1 buah klinik swasta, 14 buah Dokter praktek swasta yaitu 8 Dokter umum dan 7 orang Dokter Ahli, 17 Bidan praktek swasta, 1 buah klinik bersalin, 3 orang Dokter gigi praktek swasta, 1 buah Puskesmas Keliling serta 39
buah Posyandu. Dan sarana
pendidikan yang ada adalah SD sebanyak 15 sekolah, SMP sebanyak 3 sekolah, SMA 5 sekolah dan TK sebanyak 14 sekolah 2. Sumber Daya Tenaga Kondisi tenaga Puskesmas Klungkung I adalah sebagai berikut : NO Jenis Tenaga
Jumlah
Keterangan
1
Dokter umum
:
4 orang
2 Orang Dokter Tubel, dan 1 PTT
2
Dokter Gigi
:
3 orang
1 Orang PTT
3
Sarjana Farmasi
:
1 Orang
4
Sarjana/Sarjana Muda :
2 orang
SKM
10
Akper
:
11 orang
AKL
:
1 orang
AKZI
:
1
AKG
:
1
5
Bidan
:
24 orang
6
Perawat Kes.(SPK)
:
2 orang
7
Perawat Gigi (SPRG)
:
2 orang
8
Sanitarian (SPPH)
:
1 orang
9
Pembantu Ahli Gizi
:
-
10
Tenaga Laboratorium
:
2 orang
11
Pengelola obat/Farmasi (SMF)
:
1 orang
13
Lain-lain SMA
:
4
9 orang PTT, 2 Orang Kontrak
1 JMD, 1 Sopir
11
BAB III HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Pengawasan Sarana Air Bersih Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting di dunia ini. Keberadaanya pun mutlak harus ada bagi kehidupan manusia, kehilangan air 15% dari berat badan pun dapat menyebabkan kematian. Air itu sendiri terdapat di seluruh alam sekitar 71% dari permukaan bumi tertutup oleh air. Air terdapat di alam dengan wujud dalam bentuk padat (es), cair, dan gas atau uap. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas air dengan kaitannya dalam hal persediaan air bersih sangat berpengaruh bagi kehidupan makhluk hidup terutama manusia (Slamet, 1994). Air juga merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-limpah. Namun, ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Dalam suatu tabel distribusi air di bumi ditunjukkan bahwa lebih dari 97% air di muka bumi ini merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh mansia secara langsung. Dari 3% air yang tersisa, 2% diantaranya tersimpan sebagai gunung es di kutub dan uap air, yang juga tidak bisa digunakan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh air yang ada (Efendi, 2003). Air tawar yang tersedia selalu mengalami siklus hidrologi. Pergantian total air sungai berlangsung sekitar 18-20 tahun, sedangkan pergantian uap air yang terdapat di atmosfer berlangsung sekitar 12 hari dan pergantian air tanah dalam membutuhkan waktu ratusan tahun (Miller, 1992). Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan-bahan pelarut dan partikulat. Pencemaran memasuki badan air dengan 12
berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah idustri, pembuangan hasil aktivitas manusia, dan lain-lain. Polutan ini hampir 90% dapat digolongkan akibat perilaku manusia (Efendi, 2003). Pencemaran air oleh berbagai faktor pencemar dapat menimbulkan berbagai dampak merugikan bagi kesehatan. Salah satunya dengan timbulnya berbagai macam penyakit, seperti alergi, disentri, diare, kolera, dan lain-lain. Hal ini dapat menimbulkan buruknya kualitas air (Ryadi, 1982). Mengingat hal tersebut pentingnya pengawasan sarana air bersih dalam kesehatan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit melalui air. Selain itu, Air bersih juga dapat dikatakan sebagai air yang sudah terpenuhi syarat fisik dan kimia. Namum, didalam air bersih belum terpenuhi syarat bakteriologi. Syarat fisik meliputi rasa, bau, sisa zat padat, dan derajat kekeruhan sedangkan syarat kimia meliputi pH, kandungan senyawa kimia dalam air, kandungan residu atau sisa, misalnya residu pestisida, deterjen (kandungan senyawa toksik atau racun) dan sebagainya. Air bersih juga merupakan air yang layak untuk digunakan untuk kebutuhan apapun. Namun, air bersih belum dapat dikatakan sebagai air yang siap minum (Suriawiria, 2005). Air bersih merupakan suatu alat pemenuhan kebutuhan yang sangat berguna dalam kehidupan. Menurut kegunaannya, air dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu air yang digunakan untuk air minum secara langsung (tanpa harus diolah terlebih dahulu), air baku untuk diolah sebagai air minum dan kebutuhan rumah tangga, air untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan air untuk keperluan pertanian sekaligus usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik. Dari keempat kegunaan air tersebut, yang dapat disebut dengan kebutuhan air bersih adalah air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga (Gabriel, 2000).
13
Tabel 3.Data Sarana Air Bersih/Minum Tahun 2015
DESA SP KAUH SP KLOD SP KLOD KANGIN TOJAN SATRA GELGEL KAMASAN KP GELGEL TANGKAS JUMPAI Jumlah
WILAYAH PEDESAAN/KOTA
JML KU
Kota Kota
0 0
Kota Desa Desa Desa Kota Kota Desa Desa Pedesaan Kota Total
3 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3
AIR BERSIH PDAM PP NON PDAM SGL SUMUR BOR JML JML PEMAKAI JML PEMAKAI PEMAKAI PEMAKAI PEMAKAI SAMB PEMAKAI SAMB JML JML (KK) KU ( KK) (KK) (KK) (KK) RMH RMH 0 536 564 0 0 0 928 1469 0 0 75 0 0 0 0 0 0 0 0 75 75
1607 650 272 858 1067 296 677 69 2526 4434 6960
1842 704 311 1214 1095 327 822 69 3120 5297 8417
-
-
-
-
21 0 0 0 0 0 0 191 191 21 212
32 0 0 0 0 0 0 381 381 32 413
-
-
14
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DESA SP KAUH SP KLOD SP KLOD KANGIN TOJAN SATRA GELGEL KAMASAN KP GELGEL TANGKAS JUMPAI Jumlah
AIR BERSIH TA
AIR M PMA SPT PAH SARANA LAIN TOTAL JML WILAYAH PEDESAAN/KOTA PEMAKAI PEMAKAI PEMAKAI JML % Y JML JML JML JML PEMAKAI(KK) JML PEMAKAI(KK) JML JML (KK) (KK) (KK) (KK) CAK DIPE Kota 564 100 Kota 1469 100 Kota desa desa desa Kota Kota desa desa Pedesaan Kota
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1874 704 311 1214 1095 327 822 450 3501 5329
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 15
2 2
Total Tabel 4.Data Sarana Air Bersih/Minum Tahun 2015
-
-
-
-
-
-
-
-
8830
100
16
2
3.2 Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU) Pengawasan di TTU, merupakan salah satu upaya strategis terciptanya TTU yang sehat. Melalui upaya ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat umum seperti pengunjung, pedagang, pengelola, awak angkutan, masyarakat yang berada disekitarnya akan terhindar dari berbagai macam penyakit.Adapun yang dimaksud dengan tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olah raga, rekreasi serta sarana sosial lainnya. Kondisi lingkungan yang buruk dan perilaku yang tidak sehat di TTU dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penularan penyakit karena kurang tersedianya air bersih dan jamban, kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalat dan nyamuk, kurangnya ventilasi dan pencahayaan, kebisingan dan lain-lain. TTU yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit, yang selanjutnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Penyakit yang banyak terjadi di TTU antara lain diare, demam berdarah, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) serta penyakit-penyakit lain akibat terpapar asap rokok, seperti penyakit Paru-paru, Jantung dan Kanker.Sekitar 55% sumber penularan penyakit demam berdarah terjadi di TTU, oleh karena itu tempat-tempat umum perlu menjadi perhatian utama dalam pemberantasan penyakit.Terjadinya penyakit-penyakit tersebut disebabkan lingkungan yang buruk dan perilaku yang tidak sehat seperti tidak menggunakan air bersih, membuangg sampah sembarangan, membiarkan air tergenang, dan kebiasaan merokok di tempat umum yang sangat sulit untuk di hindarkan dari kebiasaan masyarakat.Untuk mencegah resiko terjadinya berbagai penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit setiap individu, kelompok dan masyarakat di TTU,untuk itu pentingnya pengawasan TTU merupakan salah satu upaya untuk pencegahan penularan penyakit di tempat-tempat umum
17
Tabel 5.TTU Tahun 2015
TTU HOTEL
DESA
TERMINAL
OBYEK WISATA
PASAR
TTU LAINNYA
JML
DIPERIKSA
MS
% MS
JML
DIPER IKSA
MS
% MS
JML
DIPERI KSA
MS
% MS
JML
DIPERIKSA
MS
% MS
JML
DIPE RIKS A
MS
SP KAUH
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
12
12
SP KLOD SP KLOD KANGIN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
25
25
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13
TOJAN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
SATRA
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
GELGEL
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
KAMASAN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
KP GELGEL
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
TANGKAS
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
JUMPAI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pedesaan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kota
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Total
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
JUMLAH JML
DIPERI KSA
MS
100
12
12
12
24
96
25
25
24
13
12
92.308
13
13
12
13
13
13
100
13
13
13
6
6
6
100
6
6
6
-
18
18
17
94.444
18
18
17
-
-
13
13
12
92.308
13
13
12
-
-
-
2
2
2
100
2
2
2
-
-
-
11
11
11
100
11
11
11
-
-
-
-
9
9
9
100
9
9
9
-
-
-
-
-
57
57
56
98.246
57
57
56
-
-
-
-
-
-
65
65
62
95.385
65
65
62
-
-
-
-
-
-
122
122
118
96.721
122
122
118
% MS
%
92
94
92
98
95
96
18
19
3.3 Pengawasan Tempat Penjualan Makanan Minuman (TPM) dan Industri Rumah Tangga Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet.”Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan. Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya : 1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki 2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya. 3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakankerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan. 4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness). Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan. Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu: 1. Keadaan bahan makanan Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan makanan yang begitu panjang dan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.
20
2. Cara penyimpanan bahan makanan Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut: penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi syarat Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin. 3. Proses pengolahan Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian Yaitu: a. Tempat pengolahan makanan Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi. b. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap
persiapan,
pembersihan,
pengolahan
pengangkutan
sampai
penyajian.Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui
hidung
dan
tenggorokan,
kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil. c. Cara pengolahan makanan Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakankerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice). 4. Cara pengangkutan makanan yang telah masak 21
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur shunya dalam keadaan panas 60 C atau tetap dingi 4 C. 5. Cara penyimpanan makanan masak Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C. 6. Cara penyajian makanan masak Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya.
22
Tabel 6..Data hasil pengawasan TPMTahun 2015
DATA HASIL PENGAWASAN TPM RESTORAN/RM NO
DESA
LOKASI MAK JAN
JML
YG DIPERIKSA
JML MS
% MS
DS PENGERAJIN MAK/MIN
JML
YG DIPERIKSA
JML MS
% MS
JML
YG DIPERIKSA
JML MS
% MS
TPM LAINNYA JML
YG DIPERIKSA
JML MS
1
SP KAUH
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18
18
17
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30
30
28
3
SP KLOD SP KLOD KANGIN
2
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
15
15
13
4
TOJAN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17
17
15
5
SATRA
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19
19
16
6
GELGEL
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
67
67
61
7
KAMASAN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
28
28
26
8
KP GELGEL
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30
30
27
9
TANGKAS
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
36
36
31
10
JUMPAI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
38
38
32
Total
2
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
298
298
266
JML TOTAL % MS
94.4 4 93.3 3 86.6 7 88.2 4 84.2 1 91.0 4 92.8 6 90.0 0 86.1 1 84.2 1 89.2 6
JML TOTAL
YG DIPERIKSA
JML MS
18
18
17
30
30
28
15
15
13
17
17
15
19
19
16
67
67
61
28
28
26
30
30
27
36
36
31
38
38
32
298
298
266 23
% MS
94.4 4 93.3 3 86.6 7 88.2 4 84.2 1 91.0 4 92.8 6 90.0 0 86.1 1 84.2 1 89.2 6
3.4 Pengawasan Rumah, Jamban Keluarga (Jaga), Air Limbah (SPAL), Sampah(TPS) Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan rumah di lingkungan sekitarnya.Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungna yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan perumahan yang baik atau bersih untuk kesehatan. 1. Syarat-Syarat Rumah Sehat Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyrakat. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut: a. Lokasi Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan sebagainya. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
24
b. Kualitas Udara Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beradun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut: Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3 Gas SO2 maksimum 0,10 ppm Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari Kebisingan dan Getaran Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik c. Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg d.
Prasarana dan Sarana Lingkungan Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang memenuhi persyaratan kesehatan Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
e.
Vektor Penyakit Indeks lalat harus memenuhi syarat Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
25
f.
Penghijauan Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam. Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut (PPM & PL, 2002) : 1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. 2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. 4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. 5. Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut antara lain : a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan mekanis dapat terhindari. e. Parameter Penilaian Rumah Sehat 6. Lingkup penilaian rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku penghuni, sebagai berikut : a. Kelompok komponen rumah, meliputi : Langit-langit, Dinding, Lanta,Jendela kamar tidu,Jendela ruang keluarga dan ruang tamu, Ventilasi, Sarana pembuangan asap dapur,Pencahayaan 7. Kelompok sarana sanitasi, meliputi : a. Sarana Air Bersih b. Sarana Pembuangan Kotoran c. Sarana Pembuangan Air Limbah d. Sarana Pembuangan Sampah 8. Kelompok Perilaku Penghuni a. Membuka jendela kamar tidur b. Membuka jendela ruang keluarga c. Membersihkan rumah dan halaman d. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban e. Membuang sampah pada tempat sampah 26
Tabel 7..Data hasil pengawasan TPMTahun 2015
NO
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DESA
2 SP KAUH SP KLOD SP KLOD KANGIN TOJAN SATRA GELGEL KAMASAN KP GELGEL TANGKAS JUMPAI JUMLAH
JUMLAH SELURUH RUMAH
RUMAH MEMENUHI SYARAT (RUMAH SEHAT)
4 564 1469
JUMLAH 5 257 597
% 6 45.57 40.64
1874 704 311 1214 1095 327 822 450 8830
643 338 198 561 407 246 290 155 3692
34.31 48.01 63.67 46.21 37.17 75.23 35.28 34.44 41.81
JUMLAH RUMAH YANG BELUM MEMENUHI SYARAT
RUMAH DIBINA
RUMAH DIBINA MEMENUHI SYARAT
RUMAH MEMENUHI SYARAT (RUMAH SEHAT)
7 307 872
JUMLAH 8 257 597
% 9 45.57 40.64
JUMLAH 10 257 597
% 11 100.00 100.00
JUMLAH 12 257 597
% 13 100.00 100.00
1231 366 113 653 688 81 532 295 5138
704 399 224 653 456 258 354 207 4109
37.57 56.68 72.03 53.79 41.64 78.90 43.07 46.00 46.53
643 338 198 561 407 246 290 155 3692
91.34 84.71 88.39 85.91 89.25 95.35 81.92 74.88 89.85
643 338 198 561 407 246 290 155 3692
91.34 84.71 88.39 85.91 89.25 95.35 81.92 74.88 89.85
27
3.5 Tempat Pengelolaan Pestisida (TP2) TP2 adalah setiap unit usaha yagn sebagian atau seluruh kegiatannya melakukan pengelolaan Pestisida mulai dari pembuatan , peracikan ,pengemasan ,penyimpanan dan juga penjualan.Ruang lingkup pengawasan TP2 yaitu pabrik pestisida, perkebunan (gudang)toko/kios,KUD. Kegiatan pengawasan Tempat Pengelolaan Pestisida (TP2) bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan lingkungan TP2 agar dapat dipenuhinya pengawasan teknispengamana pengelolaan pestisida sehingga dapat timbulnya dampak negatif akibat pengelolaan pestisida. Tabel.8 hasil pengawasan pengelolaan pestisida
TEMPAT PENGELOLAAN PESTISIDA NO
DESA
WILAYAH PEDESAAN/KOT A
1
SP KAUH
Kota
2
Kota
3 4 5
SP KLOD SP KLOD KANGIN TOJAN SATRA
6
GELGEL
Desa
7 8 9 10
KAMASAN KP GELGEL TANGKAS JUMPAI
Kota Kota Desa Desa
Kota Desa Desa
Pedesaan
Jumlah
Kota Total
JML KK 564 146 9 187 4 704 311 121 4 109 5 327 822 450 350 1 532 9 883 0
JML TP2
JML TP2 DIPERIKS A
JML TP2 MEMENUH I SYARAT
%
-
-
-
-
1
1
1
100
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
1
100
1
1
1
100
3.6 Pelaksanaan klinik sanitasi Klinik sanitasi adalah suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang berisiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam dan di luar gedung. Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan ditetapkannya paradigma sehat yang lebih menekankan pada upaya promotif-preventif dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui klinik sanitasi, ketiga upaya pelayanan kesehatan yaitu promotif, 28
preventif, dan kuratif dilakukan secara terintergrasi dalam pelayanan kesehatan program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan, di dalam maupun di luar gedung. Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan
lingkungan
untuk
pemberantasan penyakit
dengan
bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan Puskesmas.Secara umum klinik sanitasi bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melaui upaya preventif, kuratif, dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus. Secara khusus bertujuan: 1. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam program pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan dengan memberdayakan masyarakat; 2. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan dan perilaku masyarakat (pasien, klien dan masyarakat) untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat; 3. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi penyakit berbasis lingkungan serta masalah kesehatan lingkungan dengansumber daya yang ada; 4. Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya kondisi kesehatan lingkungan. Sasaran program klinik sanitasi meliputi: 1) penderita penyakit (pasien) yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan (yang datang ke puskesmas atau yang diketemukan di lapangan); 2) masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah
kesehatan
lingkungan
(yang
datang
ke puskesmas
atau
yang
menemui petugas klinik sanitasi di lapangan); 3) lingkungan penyebab masalah bagi penderita/klien dan masyarakat sekitarnya.
29
Tabel.9 DATA KEGIATAN KLINIK SANITASI
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DESA SP KAUH SP KLOD SP KLOD KANGIN TOJAN SATRA GELGEL KAMASAN KP GELGEL TANGKAS JUMPAI
Jumlah
WILAYAH PEDESAAN/KOTA Kota Kota Kota Desa Desa Desa Kota Kota Desa Desa Pedesaan Kota Total
KEGIATAN DALAM GEDUNG JUMLAH PASIEN
JUMLAH KLIEN
1
-
3 3 1 4
KEGIATAN LUAR GEDUNG JML PASIEN/KLIEN YG JUMLAH RUMAH MELAKSANAKAN SARAN 3 3 3
-
KETERANGAN -
30
BAB IV PEMBAHASAN DAN PERENCANAAN
4.1 Permasalahan yang ada Dari survey yang dilakukan permasalahan yang ada adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan Sarana Air Bersih Untuk Sumur gali masih ada yang tidak memenuhi syarat Penggunaan sarana air bersih untuk keperluan sehari-hari masih ada masyarakat yang tidak memanfaatkanya 2. Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU) Untuk Tempat-tempat umum masih ada yang tidak menyediakan
tempat sampah SPAL di tempat umum masih ada yang tidak memenuhi syarat
3. Tempat pengolahan makanan Permasalahan yang ada adalah masalah penyimpanan bahan makanan dimana masih ada yang menyimpan atau menaruh bahan makanan dilantai tanpa adanya pembatas antara lantai dengan
bahan makanan SPAL masih ada yang tidak memenuhi syarat Masih kurangnya kesadaran dari penyaji dalam hal penggunaan celemek, topi maupun sarung tangan
4. Sanitasi dasar Rumah Sehat(SPAL, JAGA, TPS)
Masih ada masyarakat yang tidak
memiliki jamban karena
keterbatasan ekonomi dan lahan Masih ada masyarakat yang memiliki jamban tetapi tidak mau memanfaatkannya karena merasa lebih nyaman buang air besar di alam terbuka seperti kali, got dll
5. Klinik Sanitasi
Masih banyak masyarakat yang tidak tahu akan keberadaan klinik sanitasi sehingga pemanfaatannya masih kurang
4.2 Perencanaan 1. Pendekatan kepada masyarakat baik melalui penyuluhan, kunjungan rumah maupun melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat 2. Advokasi kepada pemegang kebijakan untuk pemanfaatan dana di desa seperti PNPM untuk pengadaan jamban 31
3. Peningkatan kerjasama antara lintas sektor baik kader, petugas pustu/poskesdes, petugas puskesmas dan pemegang kebijakan
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pemantauan, pembinaan dan pengawasan yang dilakasanakan di sepuluh desa dan kelurahan diperoleh kesimpulan jika sangatlah kami sadari secara umum program kesehatan lingkungan yang ada di puskesmas Klungkung I tidaklah optimal . Dalam hal ini tidak membuat kami di puskesmas Klungkung I berkecil hati dan berdiam diri akan keadaan dan keterbatasan kami, tentu kami berusaha menjalankan program ini agar sesuai dengan harapan kita bersama yang didalam pelaksanaannya tidak lepas dari ketersediaan sumber daya manusianya, sarana dan prasarana yang mendukung kesehatan lingkungan, dan pembiayaannya, sehingga kedepannya program kesehatan lingkungan di puskesmas Klungkung I memperoleh pencapaian hasil yang optimal. 2. Program kesehatan lingkungan belum mencapai pada tingkat yang diharapkan, disamping itu ancaman sakit terhadap masyarakat pada umumnya masih cukup tinggi dengan seperti penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti DBD, Diare, Chikungunya, TBC dll
5.2 Saran Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pencapain Program kesehatan lingkungan di UPT.Puskesmas Klungkung I adalah
Program kesehatan lingkungan belum mencapai pada tingkat yang diharapkan, disamping itu ancaman sakit terhadap masyarakat pada umumnya masih cukup tinggi dengan seperti penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti DBD, Diare, Chikungunya, TBC dan lain lain sehingga perlunya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
Perlunya peningkatan Sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan seperti jamban sehat dan air bersih yang ada.
Peningkatan pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi untuk semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilaksanakan untuk mempermudah evaluasi.
Meningkatkan koordinasi, informasi, sinkronisasi dan sosialisasi baik di puskesmas Klungkung I sendiri, di lintas sektoral maupun di masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan
Penetapan standar pelayanan minimum di lingkungan masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
33