BAB I PENDAHULUAN
Bab – 1 Pendahuluan 1.1 Umum Nama Proyek
:
Pembangunan
Sistem
Air
Bersih
Perkotaan
Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Pemberi Tugas
:
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau Tahun Anggaran
:
2005
Jangka Waktu Pelaksanaan
:
100 (Seratus) hari kalender
1.2 Latar Belakang Proyek Salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya di muka bumi adalah air. Dengan semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk maka sebagai konsekuensinya adalah berkurangnya luas lahan untuk berbagai jenis pemanfaatan diantaranya adalah pemukiman, jalan, kawasan industri dan lain-lain yang membentuk suatu kawasan perkotaan yang gersang. Daerah vegetasi yang berupa hutan sudah banyak yang dialihkan fungsinya, sehingga mengakibatkan berkurangnya kantongkantong resapan air. Kondisi tersebut pada saat musim hujan, hanya sedikit air hujan yang meresap ke dalam tanah dan sebagian besar akan melimpas di permukaan yang cukup besar yang menyebabkan terjadinya erosi lahan maupun banjir/genangan. Pada saat musim kemarau cadangan air dalam tanah yang hanya sedikit akan sangat cepat habis sehingga terjadi kekeringan baik pada sumur-sumur dangkal maupun alur-alur sungai. Pengembangan Kecamatan Mandau berikut dengan jaringan transportasi pendukungnya seperti jalan dengan kawasan lainnya di propinsi Riau, akan menjadikan daerah tersebut menjadi daerah yang akan berkembang pesat. Hal ini akan memicu naiknya kebutuhan akan air di daerah tersebut, baik akan kebutuhan air domestik industri maupun air bersih/minum. Selama proses dan pasca pembangunannya, Kecamatan Mandau seperti pada daerah lainnya, akan mengalami terjadinya pacuan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Sementara itu volume ketersediaan sumber air yang ada di Kec. Mandau relatif tetap, sehingga perlu adanya pengaturan pemakaian air yang baik, agar potensi sumber daya air yang ada dapat digunakan secara optimum dan
berkelanjutan. Permasalahan kontinuitas, kuantitas dan kualitas dari sumber air baku yang digunakan untuk pelayanan air bersih pada kondisi saat ini belum dapat memenuhi harapan masyarakat.
Berbagai usaha sebagai antisipasi untuk menghadapi permasalahan tersebut perlu disiapkan oleh pemerintah Kabupaten Bengkalis. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengkaji pembangunan sistem air bersih, kapasitas potensi sumber daya air, sarana pengadaan air yang ada dan sarana pengadaan air yang mungkin dikembangkan di kawasan Kec. Mandau. Berlandaskan dari kondisi tersebut maka sudah selayaknya bila dilakukan upaya pemberdayaan sumber-sumber air yang potensial guna keperluan pemenuhan kebutuhan air bersih. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis untuk mewujudkan penyediaan air bersih yang layak secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas di Kecamatan Mandau adalah dengan mengembangkan pembangunan sistem air bersih perkotaan.
1.3 Lokasi Proyek Lokasi pekerjaan terletak di Kecamatan Mandau yang secara administrasi termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.
1.4 Maksud dan Tujuan Perlunya dilaksanakan pengkajian secara rinci (DED) terhadap pembangunan sistem air bersih perkotaan ini sebagai sarana penyediaan sumber air bersih di Kecamatan Mandau dimaksudkan untuk :
Mengetahui secara rinci kondisi sumber air yang akan dikembangkan.
Mengetahui kondisi iklim dalam hubungannya dengan rentang waktu dan besaran hujan – kemarau.
Mengetahui jumlah kebutuhan air yang diproyeksikan sampai dengan 25 tahun mendatang.
Mengetahui keadaan keseimbangan air (water balance) dan optimasi pemanfaatan air.
Mengetahui jenis dan lokasi bangunan pengambilan air yang diperlukan bagi upaya pemanfaatan potensi air di Kec. Mandau.
Mengetahui jenis dan lokasi bangunan saluran pembawa dari bangunan pengambilan sampai dengan tampungan air sebelum masuk ke instalasi pengolahan air.
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka hasil-hasil kajian akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pembangunan dan pengembangan-pengembangan yang akan dilakukan serta sebagai dasar acuan pelaksanaan fisik pembangunan pengolahan air baku menjadi air bersih, jaringan air bersih untuk pelayanan masyarakat dan pengelolaan manajerial pemanfaatan air.
Sedangkan tujuan dari pekerjaan ini adalah agar Pengguna Jasa dapat memanfaatkan produk perencanaan yang siap pakai apabila fisik konstruksi akan segera dilaksanakan.
1.5 Lingkup Pekerjaan Untuk memperoleh hasil kajian sesuai dengan latar belakang, tujuan dan kegunaan serta sasaran yang diharapkan maka kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Kegiatan A : Persiapan dan Pendahuluan Dalam kegiatan ini akan dilakukan pengumpulan data sekunder yang meliputi data hidrologi (iklim dan curah hujan), hidro-oceanografi, sosial kependudukan, sosial ekonomi, tata ruang, tata guna lahan, peta topografi skala 1:50.000, geologi regional serta data-data lain yang diperlukan. Selain hal tersebut juga dilakukan pengumpulan hasil studi yang pernah dilakukan pada lokasi yang sama, penyiapan personil, peralatan dan bahan yang diperlukan serta mobilisasi.
Kegiatan B : Survey, Investigasi dan Evaluasi Data Kegiatan survey dan investigasi merupakan kegiatan lapangan untuk mendapatkan data-data primer kondisi lokasi studi. Kegiatan lapangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Survey pengukuran dan pemetaan topografi
Investigasi geoteknik dan mekanika tanah yang terdiri dari sondir, bor tangan dan test pit. Contoh tanah yang diambil dianalisa di laboratorium mekanika tanah.
Survey hidrometri, hidrogeologi dan kualitas air untuk memperoleh data debit air, pasang surut air laut, sediment transport dan kualitas air.
Survey sosial ekonomi
Survey lingkungan
Kegiatan C : Optimasi dan Formulasi Pengembangan Dalam
kegiatan
optimasi
dan
pengembangan
akan
dilakukan
perencanaan pemanfaatan air baku dengan berbagai alternatif kombinasi kondisi pemanfaatan, pembuatan model matematis sistem untuk menggambarkan keseimbangan air (water balance) antara ketersediaan air baku dengan pemanfaatan.
Kegiatan D : Perencanaan Teknis Rinci Kegiatan perencanaan teknis rinci meliputi analisis-analisis hidrologi, hidrogeologi, geoteknik dan mekanika tanah, penentuan site bangunan air, hidrolika desain, struktur bangunan, dan stabilitas bangunan. Dari hasil analisis tersebut kemudian dilakukan perhitungan analisa ekonomi proyek yang meliputi perhitungan biaya pembangunan, biaya operasi dan pemeliharaan, manfaat yang diperoleh dari pengelolaan air baku. Perencanaan teknis tersebut akan menghasilkan kondisi kelayakan yang ditinjau secara teknis, ekonomi dan lingkungan.
Kegiatan E : Penyusunan Laporan dan Diskusi/Presentasi Untuk dapat melihat hasil-hasil yang dikerjakan oleh Konsultan, sarana utama untuk mengkomunikasikannya, dibutuhkan satu media yang disebut Pelaporan. Jenis pelaporan yang akan disampaikan Konsultan ada beberapa macam sesuai dengan tujuan pelaporan tersebut. Berikut ini
akan disampaikan laporan pertanggung jawaban Konsultan dalam melaksanakan tugas ini.
a. Laporan Pendahuluan (Inception Report) Sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar diserahkan paling lambat 15 (limabelas) hari setelah diterbitkan SPK sebagai bahan diskusi pendahuluan. Laporan Pendahuluan ini berisi antara lain hal-hal sebagai berikut :
Kegiatan pada pekerjaan persiapan dan desk studi.
Rencana kerja konsultan secara rinci untuk kegiatan di lapangan maupun di kantor.
Rencana mobilisasi dan jadwal kegiatan tenaga ahli tenaga sub profesional, tenaga pendukung dan peralatan, disajikan dengan Bar-Chart.
Pra Lay Out.
Kesulitan dan hambatan yang terjadi serta pemecahannya.
Dan lain-lain yang dipandang perlu untuk dilaporkan.
Perbaikan laporan berdasar masukan dan koreksi. Hasil diskusi diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.
b. Laporan Bulanan (Monthly Progress Report) Diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar setiap akhir bulan. Laporan ini berisi antara lain sebagai berikut :
Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah/sedang dilaksanakan.
Dilengkapi dengan kurva rencana dan realisasi.
Permasalahan, hambatan dan penyelesaiannya.
Rencana kerja bulan berikutnya.
Laporan realisasi kegiatan non personil.
c. Laporan Sementara (Interim Report) Sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar diserahkan pada pertengahan bulan ke-2 (dua) setelah diterbitkan SPK (Surat Perintah Kerja) sebagai bahan Diskusi Interim. Dalam laporan ini konsultan harus sudah mengadakan/melakukan
analisa
dan
alternatif
desain
serta
merekomendasikan alternatif desain yang akan digunakan (lay out definitif). Perbaikan laporan berdasar masukan dan koreksi hasil diskusi diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.
d. Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report) Sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar disampaikan pada akhir bulan ketiga 15 (lima belas) hari sebelum kontrak pekerjaan berakhir untuk dibahas dalam diskusi akhir. Pada draft laporan akhir sudah merangkum hal-hal pokok seluruh hasil studi sesuai lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh konsultan. e. Laporan Akhir (Final Report) Sebanyak 5 (lima) eksemplar dijilid dengan cover kertas karton tebal (edisi lux) dan diserahkan paling lambat sebelum kontrak pekerjaan berakhir. Laporan akhir merupakan penyempurnaan dari konsep laporan akhir berdasarkan masukan, saran dan koreksi pada waktu dilakukan diskusi laporan akhir dan asistensi. f. Laporan Ringkasan Sebanyak 5 (lima) eksemplar disampaikan bersamaan dengan laporan utama dan dijilid dengan cover karton tebal (edisi lux). Pada Laporan ini berisi ringkasan dan kesimpulan hal-hal pokok yang penting untuk diinformasikan. g. Laporan Pendukung Laporan ini masing-masing dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar disampaikan
segera
setelah
diselesaikannya
pekerjaan
yang
bersangkutan sesuai jadwal kerja yang telah disepakati oleh Proyek pada jadwal rencana kerja. Laporan Pendukung terdiri dari atas :
Laporan Survey Topografi Memuat hal-hal yang perlu dilaporkan mengenai pelaksanaan pekerjaan survey, topografi, antara lain lokasi atau lintasan survey, data dan hasil perhitungan, metodologi pelaksanaan survey, hasil pengolahan data survey, informasi (diskripsi) mengenai koordinat BM dan CP yang dipasang, dan peta denah lokasi survey (Lintasan dan area survey). Peta hasil survey dalam skala yang memadai untuk perencanaan rinci tidak ditampilkan dalam laporan ini, tetapi langsung digunakan dalam kegiatan perencanaan. Laporan ini disertai foto-foto dokumentasi dan kegiatan survey, dimana foto-foto tersebut harus diserahkan kepada Pihak Proyek. Buku ukur yang asli dijilid tersendiri dan diserahkan ke pihak proyek. Laporan Geologi / Mekanika Tanah Memuat hal-hal yang perlu dilaporkan mengenai pelaksanaan pekerjaan survey, antara lain lokasi atau titik-titik survey, metode pelaksanaan
survey,
data
hasil
survey,
hasil
pengujian
laboratorium terhadap contoh tanah, dan rekomendasi parameter tanah yang akan digunakan untuk pekerjaan desain. Laporan ini disertai foto-foto dokumentasi kegiatan survey dimana foto-foto tersebut harus diserahkan kepada Pihak Proyek. Laporan Kualitas Air Memuat hal-hal yang perlu dilaporkan mengenai pelaksanaan survey, antara lain lokasi atau titik survey, metode pelaksanaan survey, data hasil
survey, hasil
analisa
dan pengujian
laboratorium terhadap contoh air, rekomendasi parameter baku mutu air sebagai air minum. Laporan ini disertai foto-foto dokumentasi kegiatan survey, dimana foto-foto tersebut harus diserahkan pada Pihak Proyek. Perhitungan Perencanaan Teknis (Desain Note) Memuat seluruh perhitungan Teknis Konstruksi Pekerjaan Sipil, Hidrolika, Mekanika dan Elektrikal.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Dokumen ini diperlukan untuk mengetahui perkiraan biaya yang dibutuhkan guna merealisasikan pembangunan prasaran air baku yang direncanakan. Dalam RAB ini dilampirkan perhitungan analisa pekerjaan dan perhitungan volume pekerjaan berikut rekapitulasi untuk masing-masing pekerjaan. Spesifikasi Teknis Memuat seluruh spesifikasi teknis terhadap item pekerjaan yang tercantum dalam daftar volume (BOQ), meliputi ketentuan umum dan intake/waduk hingga terminal akhir. Gambar Perencanaan Sebanyak 5 (lima) set ukuran A3 yang dijilid rapih dengan cover kertas karton dan diserahkan setelah diselesaikan pekerjaan tersebut sesuai jadwal kerja yang telah disepakati dalam rencana kerja, termasuk menyerahkan satu set gambar rencana dalam kertas kalkir. Software Laporan Konsultan harus menyerahkan 1 (satu) set CD yang berisi seluruh laporan yang harus diserahkan sebagaimana tercantum di atas, termasuk software gambar-gambar perencanaan dan peta (bila menggunakan program AutoCAD)
Bab – 3 Pemahaman dan Tanggapan Terhadap KAK 3.1 Pemahaman Terhadap KAK
Setelah membaca isi dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) Konsultan dapat memahami isi dan maksud pekerjaan yaitu : 1. Melakukan survey dan investigasi sebagai input data untuk perencanaan detail desain. 2. Membuat suatu perencanaan yang dapat ditindak lanjuti (dapat dipakai) sebagai acuan untuk pelaksanaan konstruksi, pada nantinya. 3. Potensi sumber air yang ada Kec. Mandau diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan air domestik bagi masyarakat yang ada di Kecamatan Mandau dan sekitarnya. 4. Detail desain sistem penyediaan air baku yang dihasilkan harus ditinjau kelayakannya dari berbagai aspek, antara lain : aspek teknis, aspek ekonomi dan aspek lingkungan.
Sejauh pengalaman konsultan dalam pekerjaan Detail Desain Air Baku, lingkup kewenangan Proyek dikaitkan dengan lingkup pekerjaan selayaknya detail desain air baku tersebut hanya sampai pada desain bangunan utama, intake dan reservoir, selebihnya desain jaringan transmisi, WTP dan seterusnya bukan lagi menjadi lingkup pekerjaan ini dan kewenangan Proyek ini.
BAB IV PENDEKATAN MASALAH DAN METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAB – 4 Pendekatan Masalah dan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
4.1 Analisa Pekerjaan Langkah-langkah sebelum pelaksanaan pekerjaan harus didasarkan pada evaluasi yang mencakup penelitian kembali potensi alamiah daerah yang direncanakan beserta batasbatasannya, hal ini dilakukan untuk menyusun sasaran yang akan hendak dicapai. Sehingga untuk itu, agar didapatkan hasil yang optimal perlu adanya pendekatan teknis yang berupa evaluasi hasil guna program daerah yang direncanakan.
4.2 Identifikasi Permasalahan Perencanaan pembangunan sistem air bersih perkotaan di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis ini nantinya diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal, maka dari itu Konsultan akan melakukan peninjauan berbagai aspek terhadap pekerjaan, baik aspek teknis, sosial-ekonomi maupun aspek lingkungan. Konsultan akan meneliti kembali potensi alamiah daerah yang akan direncanakan beserta seluruh batasanbatasannya untuk kemudian menyusun sasaran yang dapat diterapkan dalam suatu Program Rencana Pengembangan dan menganalisa serta mengevaluasi pengaruh terhadap kondisi daerah kajian.
4.3 Metodologi Pelaksanaan Dari beberapa pengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis, Konsultan telah menyusun program pekerjaan ini dengan urutan-urutan yang sistematis dan metodologi pelaksanaan pekerjaan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
4.3.1 Pekerjaan Pengukuran Topografi Sebelum pekerjaan perencanaan detail dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pekerjaan pengukuran topografi. Pengukuran yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah : Pemasangan patok beton (BM) dan patok kayu
Kontrol horizontal dan vertikal Pengukuran situasi detail, skala 1 : 1.000, elevasi dan keadaan topografinya Pengukuran Cross dan Long Section Perhitungan Penggambaran Reproduksi
A.
Pelaksanaan Survey
1.
Pendahuluan
Pedoman teknis berikut ini adalah uraian ruang pelaksanaan pengukuran untuk pembuatan peta situasi yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan lay-out tata letak bangunan pengambilan dan bangunan pelengkapnya.
2.
Bench Mark
Lokasi Bench Mark dan Azimuth Mark ditunjukkan pada gambar dengan skala 1 : 1.000 lengkap dengan nomor serta koordinat (X,Y,Z). Bench Mark dipasang ditempat yang aman dari gangguan manusia atau binatang.
3.
Patok Poligon
Titik poligon selain bench mark adalah patok kayu (5 x 5 x 60) cm. Patok ini dicat dan diberi nomor unik untuk memudahkan identifikasi. Hasil pengukuran digambar pada kertas berukuran A1. Over dan side lap sesuai dengan petunjuk buku standar dari Departemen PU dan interval grid setiap 10 cm (100 m di lapangan) untuk skala 1 : 1.000.
B.
Kontrol Horizontal
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara poligon tertutup dan melingkupi dareah yang dipetakan, jika daerah cukup luas maka poligon utama dibagi dalam beberapa kring tertutup, maksimum sisi poligon 1,0 km.
Diusahakan sisi-sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang terikat pada poligon utama dana titik referensi yang digunakan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jalur poligon baik cabang atau utama.
Setiap poligon akan dilakukan pengamatan matahari setiap 2,5 km, dan sebagai target adalah azimuth mark bila pengamatan dilakukan di titik bench mark.
Sudut ukur double seri dan digunakan Theodolit T.2 perbedaan seri pertama dari seri kedua lebih kecil dari 5" dan ketelitian sudut lebih kecil dari 10" √n, dimana "n" adalah jumlah titik poligon.
C.
Kontrol Vertikal
Semua titik poligon akan diukur ketinggiannya. Titik referensi untuk kontrol vertikal yang telah digunakan telah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pulang pergi, tiap jalur merupakan kring tertutup, alat yang digunakan adalah alat ukur Waterpass otomatis (Zeiss Ni2, Wild, Nak2 atau yang sejenis). Sebelum dan sesudah pengukuran, alat akan diperiksa ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah jarak muka dan jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 50 m. Sedangkan jarak terdekatnya dari alat ke rambu ≤ 5 m.
Ketelitian pengukuran Waterpass utama salah penutup tidak dari 8 D05 dan Waterpass cabang tidak lebih dari 10 D0.5 dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan km.
Diskripsi Bench Mark dan Azimuth Mark : Seluruh Bench Mark dan Azimuth Mark dibuat diskripsinya, koordinat (x,y) dan elevasinya (z). semua bench mark dan patok poligon ditujukan pada peta situasi skala 1 : 1.000. Nama bench mark dan elevasinya dicantumkan dengan jelas, demikian pula elevasi permukaan tanahnya. Untuk patokan poligon hanya nama/nomor dan elevasi tanah aslinya yang dicantumkan.
D.
Pengukuran Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang dipasang dengan melakukan pengukuran semua titik detail didalam daerah lokasi survey.
Jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk mengisi titik detail planimetris berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh penggambaran kontur yang lebih menghasilkan informasi ketinggian yang memadai. Titik spot height terlihat tidak lebih interval 1 cm pada peta skala 1 : 1.000, interval ini ekuivalen dengan cara 10 m tiap penambahan satu titik spot height atau 36 titik spot untuk setiap 1 Ha diatas tanah.
Jarak antara titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan ketidakteraturan train. Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Techometry menggunakan Theodolit T0 atau sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 100 meter.
Kontur digambar apa adanya berdasarkan titik spot height dan pemberian angka kontur terlihat jelas dimana setiap interval kontur 2.5 meter digambar lebih tebal.
E.
Isi Peta
Peta situasi skala 1 : 1.000 tersebut mencakup antara lain : Jaringan kerangka dasar, garis kontur, titik ketinggian dan lain-lain. Batas pemerintah, kampung, desa, kecamatan dan lain-lain termasuk namanya. Batas tata guna lahan/vegetasi lahan (misalnya : hutan berat, hutan ringan, semak belukar, alang-alang, ladang, tegal, kebun, sawah, rawa dan lain-lain). Tata letak jalan, jalan desa, jalan setapak dan lain-lain. Seluruh alur sungai (dasar sungai terendah dan lebar sungai harus jelas terlihat). Tata letak saluran dan bangunan irigasi dan drainase serta bangunan lainnya (jembatan, sekolah, mesjid, kantor-kantor pemerintah). Pohon besar (berdiameter > 20 cm dengan ketinggian sekitar 12 m diatas tanah) bila pepohonan ini berada di sawah.
F.
Pengecekan Alat Dan Pengisian Buku Ukur
Seluruh alat ukur diteliti sebelum dan secara periodik selama operasi. Seluruh data lapangan ditulis dengan balpoin hitam tidak boleh menggunakan pensil. Tanggal pengukuran, tipe dan nomor seri alat dan lain-lain dicantumkan dalam buku ukur.
G.
Data Ukur Dan Perhitungan
Data lapangan dibundel dengan rapi. Hitungan pendahuluan dalam rangka pengecekan data dilaksanakan sedini mungkin begitu selesai pengamatan lapangan. Seluruh perhitungan, pengeplotan data dan penggambaran dikerjakan di atas kertas bersih. Seluruh peta rencana diplot pada lembar berkoordinat ukuran A1, dimana koordinat bulat diperlihatkan pada garis grid. Sumbu vertikal adalah arah utara sedangkan sumbu horizontal arah timur. Seluruh ketinggian patok poligon utama dihitung sampai 2 desimal dalam peta rencana dan peta cross section.
4.3.2 Investigasi Geologi Teknik Dan Mekanika Tanah a.
Maksud Survey Mekanika Tanah
Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanika tanah sebagai bahan masukan perencanaan bangunan-bangunan dan saluran yang efisien, berupa :
b.
Analisa kestabilan lereng saluran dan tanggul
Besaran konsolidasi dan settlement tanggul
Sifat-sifat pemadatan bahan tanah urugan
Daya dukung tanah pondasi bangunan
Pekerjaan Lapangan A. Orientasi Lapangan Mengadakan diskusi dengan Direksi Lapangan mengenai rencana pelaksanaan survey dan penyebaran titik-titik pengamatan serta persiapan tenaga lokal dan peralatan penunjang. Untuk mempercepat pelaksanaan survey dibagi atas beberapa tim yang bekerja di lapangan secara simultan.
Jumlah titik dan penyebaran lapangan disesuaikan dengan kondisi tanah setempat berdasarkan hasil diskusi dengan Direksi pada Orientasi Lapangan dan pengamatan visual tanah di lokasi.
4.3.2.1
Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi dilaksanakan di sekitar daerah pekerjaan yang mana maksud dari pemetaan geologi ini adalah untuk mendapatkan data geologi antara lain : Kondisi Geomorfologi, yaitu untuk mengetahui gambaran bentukan-bentukan permukaan bumi berdasarkan dari proses pembentukannya. Kondisi Stratigrafi, dimana dapat diketahui vertikal dari atas ke bawah sesuai dengan sejarah geologi dan pengendapan satuan batuan yang ada.
4.3.2.2
Pemboran Tanah
Dilakukan pengambilan sample tanah tidak terganggu pada setiap lapisan tanah. Selain itu, diskripsi/tekstur lapisan tanah berdasarkan pengamatan visual dan elevasi muka air tanah.
Pemboran dilakukan dengan menggunakan mata bor Iwan biasa (Iwan Auger) dengan diameter 10 cm dan diputar dengan tangan sampai mencapai kedalaman Ik. 5,00 meter sampai kedalaman suatu lapisan keras dimana pemboran tidak dapat diperdalam lagi. Dari pemboran ini diambil contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) yang selanjutnya akan dianalisa di laboratorium mekanika tanah.
4.3.2.3
Test Pit
Posisi titik-titik pengamatan disebar menurut perkiraan pada daerah borrow pit atau rencana pembuatan saluran, tanggul dan bangunan pelengkap.
Ukuran lubang uji (Test Pit) adalah 1,000 m x 1,50 m persegi dengan kedalaman penggalian tanah maksimum Ik. 2,00 meter atau disesuaikan dengan keadaan tanahnya. Pada keadaan muka air tanah dangkal, lubang uji diganti dengan percobaan pemboran dengan menggunakan bor tangan sampai kedalaman Ik. 5,00 meter.
Pada setiap lubang uji diambil contoh tanah terganggu (disturbed sample) pada perubahan lapisan seberat Ik. 20 kg untuk diuji sifat-sifat pemadatannya (compaction test) di laboratorium untuk mengetahui karakteristik tanah yang akan digunakan sebagai timbunan.
Pembuatan sumur uji ini dihentikan bila mana : Telah dijumpai lapisan keras, dan diperkirakan benar-benar keras pada sekeliling lokasi tersebut. Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk di atasi Bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian mengalami kesulitan, tetapi usahakan terlebih dahulu dengan membuat papan-papan penahan dinding galian.
4.3.2.4
Uji Sondir
Uji sondir adalah suatu metode pengukuran untuk mendapatkan data daya dukung dan tahanan lekat atau clief tanah bawah permukaan tanah dengan cara mengukur besarnya kemampuan tanah melakukan perlawanan terhadap ujung konus dan hambatan lekat. Nilai dari perlawanan ujung konus ini diketahui sebagai nilai qc (cone resistence), dimana alat ini mampu dengan batas maksimum nilai qc sampai dengan 200 kg/cm2.
Pada uji sondir ini juga diketahui nilai friction (hambatan lekat) dari suati lapisan tanah, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang daya dukung lapisan tersebut. Dari pertambahan nilai hambatan lekat ini (total friction) akan dapat dihitung besarnya daya dukung tanah berdasarkan nilai friksinya (Friction Bearing Ratio).
Alat yang digunakan dalam uji sondir ini adalah alat penetrometer tipe sedang (hand penetrometer) yang berkapasitas sampai batas maksimum tekanan 200 kg/cm2 atau sampai mencapai kedalaman maksimum 25 m. peralatan ini juga dilengkapi dengan angkur, inner dan mannometer yang dapat mengukur jumlah cone resistence maupun jumlah hambatan lekatnya. Pembacaan manometer dilakukan pada setiap penambahan kedalaman 20 cm.
4.3.2.5
Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah asli Agar data parameter tanah dan sifat-sifat tanahnya masih dapat digunakan maka perlu sekali diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan, dan penyimpanan contoh tanah ini, agar :
Struktur tanahnya tidak terlalu terganggu atau berubah, sehingga mendekati keadaan aslinya/keadaan lapangan
Kadar asli masih dapat dianggap sesuai dengan keadaan lapangan
Gunakan tube sample yang baik dengan mata tabung yang tajam serta memenuhi persyaratan yang ada. Diameter tabung ( )ڤminimal 6,8 cm dan panjang 50 m
Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, dinding tabung sebelah dalam diberi pelumas (oli) agar gangguan terhadap contoh tanah dapat diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanah ini.
Agar kadar asli contoh tanah ini tidak terlalu berubah, maka pada kedua ujung tabung ini perlu diberi/ditutup dengan parafin yang cukup tebal dan tabung tersebut diberi simbul lokasi dan kedalaman dari contoh tanah tersebut.
Pada saat pengambilan contoh ini diusahakan dengan memberikan tekanan sentris sehingga struktur tanahnya yang berbeda atau pada kedalaman tertentu
Pada waktu pengangkatan dan menyimpan tabung sampel supaya dihindarkan penyimpanan tabung sampel pada suhu yang cukup panas.
Pengambilan contoh tanah terganggu Pengambilan contoh tanah terganggu dapat diperoleh dari pembuatan sumur uji/test pit atau trench (paritan uji) sebanyak lebih kurang 30 kg. Pengambilan contoh tanah diambil sebagai berikut :
Bila lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal, maka harus diambil masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal
Bila lapisan-lapisan 0,5 m, maka contoh tanah tersebut diambil secara keseluruhan dengan pengambilan vertikal. Contoh tanah ini akan dikenakan percobaan tanah di laboratorium dengan cara proctor. Untuk pengukuran kadar
air asli dengan menggunakan PVC yang selanjutnya ditutup dengan parafin. Dari hasil masing-masing karung dan tabung PVC dicatat dengan simbul dan kedalaman dimana sampel diambil
4.3.2.6
Pekerjaan Laboratorium
Pengujian di laboratorium dimaksudkan untuk pengujian tanah guna mendapatkan harga-harga parameter sifat fisik maupun sifat mekanis dari tanah. Contoh tanah yang akan diuji merupakan contoh tanah terganggu (disturbed sample) yang diambil dari sumuran uji (test pit) dan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) yang diambil dari lubang bor. Jenis dan metode atau prosedur pelaksanaan dari masingmasing pengujian laboratorium tersebut adalah sebagai berikut :
Pengujian laboratorium dari contoh tanah tidak terganggu antara lain meliputi pengujian
Berat jenis tanah (specific gravity)
Berat volume tanah (volume unit weight)
Atterberg limits (consistency)
Gradasi butiran (grain size analysis)
Permeabilitas test
Consolidation test
Triaxial test
Pengujian laboratorium terhadap contoh tanah terganggu yang diambil dari lokasi test pit meliputi penyelidikan sifat fisik tanah berupa :
Berat jenis tanah (unit weight)
Berat volume tanah (volume unit weight)
Gradasi butiran (grain size analysis)
Sedangkan untuk penyelidikan contoh tanah dalam hubungannya dengan bahan yang akan dipadatkan perlu dilakukan pengujian yang berupa :
Percobaan pemadatan (compaction test)
Triaxial test
a.
Berat volume tanah/unit weight Pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan berat isi tanah (unit weight) yang merupakan perbandingan antara berat tanah basah dan volume tanah. Alat yang digunakan yaitu cincin tabung 2 buah, spatula, plat kaca serta timbangan. Prosedur pemeriksaan mengikuti standart ASTM. D 2937-71.
b.
Berat jenis tanah/specific gravity Pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui berat jenis sample. Untuk sample yang berukuran lebih besar dari 4,74 mm, dilakukan dengan Bulk Specific Gravity, Test and Absorpsion sesuai dengan standart ASM. C127, Test Specific Gravity and Absorpsion of Moisture Content of Soil. Sedang apabila material lolos ayak No. 4', pemeriksaan dilakukan dengan piknometer dan perlengkapan lainnya sesuai dengan standart ASTM. D854.
c.
Kadar air/moisture content Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air contoh tanah. Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat tanah dalam keadaan kering. Peralatan yang digunakan antara lain cawan, spatula/pisau, timbangan dan oven. Untuk pemeriksaannya mengikuti prosedur ASTM. D 854-58
d.
Analisa besar butir/grain size analisa besar butir ini bertujuan untuk mengetahui distribusi besar butir. Untuk material dengan besar butir lolos Mesh 10, digunakan dengan peralatan hidrometer, sedang material yang tidak lolos Mesh 10 digunakan saringan mekanis.
Untuk hidrometer, menggunakan cairan air suling serta bahan dispersi (sodium hexametaphospat) dan larutan waterglass (sodium silicate) Sedangkan untuk penyaringan mekanis menggunakan satu set saringan dalam ukuran (Dalam Mesh), yaitu 10, 40, 60, 80, 100, 200 dan PAN serta oven dan timbangan.
Penyaringan dilakukan dengan gerak dynamik dengan alat “motorize dinamic sieve shaken”. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengeringkan sample, ditimbang, kemudian disaring dengan alat MDSS. Butir sample yang tertinggal pada setiap saringan kemudian ditimbang. Prosedur pemeriksaan mengikuti standart ASTM. D421-72.
e.
Pemeriksaan batas cair/Atterberg limit Pemeriksaan batas cair ini adalah untuk mengetahui nilai kadar air yang dinyatakan dalam prosen dari contoh tanah yang dikeringkan dalam oven pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis. Nilai batas cair ini dapat ditentukan dengan cara menentukan nilai kadar air pada contoh yang mempunyai ketukan sebanyak 25 kali pada cawan Cassagrande. Prosedur pemeriksaan mengikuti standart ASTM. D426-61.
Batas plastis adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. Kadar air ini ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No. 40, sehingga membentuk gulungan berdiameter 3,10 mm (0,125 inch) sampai kondisi retak-retak. Plastis index merupakan selisih nilai kadar air dari batas cair ke batas plastis.
f.
Triaxial test Triaxial test merupakan salah satu cara yang dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan parameter-parameter C dan dari sample. Pada percobaan Triaxial ini akan dilakukan pengukuran tekanan efektif dan parameter-parameter kekuatan tanah efektif, pada keadaan full saturated yaitu CU (consolidated undrained). Untuk memperoleh keadaan sample yang benar-benar jenuh 100 % digunakan “back pressure” sehingga keadaan full saturation tercapai dalam waktu yang relatif cepat. Alat yang digunakan adalah “Triaxial Test” dengan diameter 50 mm, “manual pore pressure with twin volume” dan “high pressure system” dengan tekanan
maksimum 10 kg/cm2. Disamping itu juga digunakan alat bantu lainnya, seperti pisau, timbangan dan lainnya.
Hasil percobaan akan disajikan dalam bentuk grafik-grafik :
Strain vs deviator stress
Strain vs pore pressure
Lingkaran Mohr (total dan efektif)
Prosedur pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standart ASTM. D 2850-70
g.
Uji pemampatan/consolidation test Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan sifat pemampatan suatu jenis tanah, yaitu sifat-sifat perubahan isi dan proses keluarnya air dari dalam pori tanah. Hal ini diakibatkan oleh adanya perubahan gaya vertikal yang bekerja pada tanah tersebut.
Peralatan yang digunakan berupa satu set alat konsolidasi, stop watch extruder, spatula dan sebagainya. Prosedur kerja mengikuti prosedur standart ASTM. D2345-79.
h.
Uji pemadatan/compaction test Percobaan ini adalah untuk mengetahui kepadatan maksimum dari tanah. Parameter yang akan diperoleh adalah harga kadar air yang dapat memberikan kepadatan kering maksimum. Kadar air pada keadaan ini dikenal sebagai “optimum moisture content” (OMC), yang merupakan nilai-nilai yang akan dijadikan nilai patokan untuk pemadatan.
Pemeriksaan di laboratorium dilaksanakan sesuai dengan standart ASTM.D 689. Peralatan yang dipergunakan pada pemeriksaan ini antara lain hammer dengan
berat 2,50 kg dengan tinggi jatuh 12 inchi (308,8 mm), cetakan dengan ukuran diameter 4 inchi (101,6 mm).
Hasil yang disajikan berupa grafik hubungan antara :
Kadar air vs kepadatan kering maksimum
Kadar air vs kepadatan maksimum
Kepadatan vs porositas
Grafik “Zero Aid Void” (ZAV curve)
4.3.3 Survey Sosial-Ekonomi 4.3.3.1
Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meneliti kembali perkembangan masyarakat di daerah/lokasi proyek serta mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang dihadapi. Sedangkan tujuannya adalah mencari cara pemecahan serta upaya peningkatan taraf hidup melalui pendayagunaan sumber daya alam yang ada dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
4.3.3.2
Lingkup Kegiatan
Kegiatan pekerjaan ini meliputi sebagai berikut : 1.
Survey dan Inventarisasi Perkembangan Sosial Penduduk, meliputi : a. Pengumpulan data sekunder untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang aspek-aspek demografi seperti jumlah serta perkembangan penduduk (Jumlah Jiwa, Kepala Keluarga/KK, Kelahiran, Kematian, Umur Penduduk, dan lainnya). b. Keadaan kesehatan masyarakat dan permasalahannya serta sarana yang ada. c. Perkembangan
masyarakat
di
dalam
pendidikan,
keagamaan,
kebudayaan, ketrampilan petani, kesejahteraan petani dan organisasiorganisasi kemasyarakatan yang ada beserta sarana yang tersedia. d. Status tanah yang akan dimanfaatkan dan pemukiman serta keadaan fasilitas umum yang tersedia.
2.
Survey dan Inventarisasi Keadaan Ekonomi Masyarakat, meliputi : a. Mengadakan inventarisasi mengenai luas dan pola usaha serta perkembangannya b. Menganalisa perkembangan masyarakatm pengeluaran keluarga dan perkembangan inventasi usaha c. Meneliti tentang hambatan-hambatan yang dihadapi masyarakat dalam rangka peningkatan penggunaan air untuk keperluan sehari-hari d. Menginventarisasi masalah yang berhubungan dengan penggunaan air bersih
4.3.4 Survey Komponen Lingkungan 4.3.4.1
Tujuan
Tujuan studi penyusunan dokumen UKL dan UPL pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut : a. Mengidentifikasi kegiatan pembangunan yang diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan b. Mengidentifikasi kondisi rona lingkungan awal, khususnya komponen lingkungan yang akan mengalami perubahan mendasar sebagai akibat dari kegiatan pembangunan c. Memperkirakan kemungkinan dampak yang akan timbul akibat kegiatan pembangunan d. Menyusun saran tindak (arahan) pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan sehingga dampak negatif dapat dihindarkan atau ditekan sekecil mungkin dan mengembangkan atau meningkatkan dampak positif.
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan dokumen UKL dan UPL adalah sebagai berikut : a. Mengetahui berbagai dampak yang mungkin timbul terhadap lingkungan dan arahan langkah pencegahan atau penanggulangannya b. Sebagai bagian dan proses pengelolaan sumber daya alam dengan konsep menjaga kelestarian berkelanjutan
lingkungan
hidup
tanpa
mengabaikan
konsep
pembangunan
4.3.4.2
Ruang Lingkup Kegiatan
Tahap Persiapan Pada tahap persiapan dilakukan beberapa kegiatan antara lain : 1. Pengumpulan data a. Pengumpulan data sekunder, yang diperoleh antara lain dan studi perencanaan daerah pengairan maupun pembangunan fisik daerah pengairan tersebut sebelumnya b. Pengumpulan data-data penunjang lainnya yang menyangkut daerah areal studi seperti daerah administrasi, peta topografi, DAS, data iklim dan sebagainya 2. Penyusunan rencana kerja Rencana kerja diperlukan sebagai panduan dalam pelaksanaan teknis di lapangan maupun dalam pembiayaan. Dalam rencana kerja perlu dituangkan secara cermat macam dan volume kegiatan, serta waktu yang diperlukan sejak awal sampai dengan akhir pelaksanaannya, metodologi dan sebagainya.
Tahap Pelaksanaan 1. Pengamatan Kondisi Umum Daerah Studi a. Lokasi Untuk memberikan gambaran tentang proyek, dijelaskan tentang tata letak lokasi daerah studi, yang meliputi uraian tentang jarak dan arah dan ibu kota kabupaten atau kota terdekat. Kemudian diuraikan juga batas-batas secara hidrologis, geografis dan administrative serta banyaknya desa maupun kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah studi. Untuk memperjelasnya dilengkapi dengan peta. b. Iklim Menguraikan pembagian musim dilokasi proyek berdasarkan karakteristik iklim yang ada, terutama yang berkaitan dengan rencana pengamanan tebing pantai. Factor iklim lain yang perlu disajikan adalah keadaan curah hujan, temperatur, kelembaban, penyinaran matahari, kecepatan angin dan evaporasi.
Semua data iklim tersebut dinyatakan dalam nilai rata-rata maksimum dan minimum. Informasi penyebaran peralatan stasiun klimatologi dijelaskan juga. c. Sarana dan prasarana umum Menggambarkan tentang ketersediaan sarana/prasarana umum dilokasi studi, seperti sarana dan prasarana jalan, listrik, air bersih, kesehatan, pasar dan lembaga perkreditan untuk mendukung usaha pada daerah tersebut.
2. Pengamatan Komponen Lingkungan a. Lahan/Tanah Status lahan Tata guna lahan Kerentanan bahaya banjir dan erosi Kesuburan tanah dan kesesuaian lahan (lampirkan hasil uji laboratorium resmi beserta interprestasinya) b. Sumber daya air Air bersih di daerah lokasi Peruntukannya Kualitas fisik kimia (lampirkan hasil uji laboratorium resmi dibandingkan dengan baku mutu lingkungan yang ada)
c. Flora dan fauna Sebutkan jenis-jenis flora dan fauna air dan darat yang terdapat dilokasi dan sekitar lokasi rencana kegiatan Jelaskan apakah ada/tidak jenis flora dan fauna langka yang dilindungi d. Kehidupan sosial budaya Uraian secara singkat dan jelas kondisi masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan dan segi kependudukan (jumlah menurut jenis, umur dan kepadatan), mata pencaharian, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kondisi kesehatan, agama, adat istiadat, persepsi masyarakat dan tingkat kamtibmas. e. Lain-lain
Uraian ada/tidaknya daerah sensitive/kritis yang berkaitan dengan daya dukung lingkungan (hutan lindung, cagar alam, cagar budaya, daerah pariwisata dan sebagainya) Ungkapan rencana umum tata ruang daerah/kota dimana rencana kegiatan berada 3. Dampak Yang Akan Terjadi Terhadap Rencana Kegiatan Uraikan secara singkat dan jenis dampak yang akan terjadi akibat rencana kegiatan terhadap komponen lingkungan meliputi : a. Dampak terhadap sumber daya alam Erosi, sedimentasi dan sebagainya b. Dampak terhadap fisika kimia Sumber dampak Jenis dan potensi dampak Sifat dan tolah ukur dampak c. Dampak terhadap hayati Sumber dampak Jenis dan potensi dampak Sifat dan tolah ukur dampak d. Dampak terhadap sosial ekonomi budaya Sumber dampak Jenis dan potensi dampak Sifat dan tolah ukur dampak 4.3.5 Analisa Potensi Air 4.3.5.1
Analisa Kebutuhan Air
Jumlah penduduk dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan air bersih di daerah tersebut. Selain untuk memprediksi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, jumlah penduduk juga dapat digunakan untuk memprediksi kebutuhan lainnya. Kebutuhan di suatu daerah secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat pengguna air. Klasifikasi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut : Kebutuhan Domestik. Kebutuhan domestik mencakup kebutuhan air bersih untuk kegiatan rumah tangga, seperti mencuci, memasak dan keperluan lainnya. Kebutuhan domestik bervariasi
sesuai dengan tingkat ekonomi pengguna air. Rentang penggunaan air untuk kebutuhan domestik adalah 75 - 340 LCPD (liter perkapita perhari) Kebutuhan Komersial Yang dikategorikan sebagai fasilitas komersial antara lain adalah pertokoan, perkantoran, pasar dan sebagainya. Rentang penggunaan air untuk kebutuhan komersial adalah 40 – 490 LCPD Kebutuhan Industri Yang dikategorikan sebagai fasilitas industri antara lain adalah pabrik, industri kerajinan dan sebagainya. Rentang penggunaan air untuk kebutuhan industri adalah 75 – 300 LCPD Kebutuhan untuk fasilitas umum dan faktor kehilangan air Yang termasuk fasilitas umum adalah gedung pertemuan untuk umum, sekolah, tempat ibadah, tempat rekreasi, dan hidran kebakaran. Sedangkan faktor kehilangan air mencakup kesalahan bacaan pada alat ukur, sambungan yang kurang baik, dan kebocoran. Rentang penggunaan air untuk bagian ini adalah 40 – 190 LCPD Klasifikasi kebutuhan berdasarkan pengguna air didapatkan dari beberapa referensi diantaranya adalah Goodman (1984), Gupta (1989) dan WHO. Tabel Klasifikasi kebutuhan berdasarkan pengguna air dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Kebutuhan air berdasarkan klasifikasi pengguna Kebutuhan air (LCPD) Pengguna air
Goodman Min.
Max.
Gupta Rerata
Rerata
WHO Min.
Max.
Domestik
75
340
210
230
150
260
Komersial
75
300
80
75
90
160
Industri
40
490
190
170
40
65
Umum dan Kehilangan air
40
190
95
100
70
115
230
1320
575
575
350
600
Jumlah Ket. LCPD (liter perkapita perhari)
Dari klasifikasi di atas proyeksi kebutuhan air untuk beberapa tahun ke depan dapat dihitung.
4.3.5.2
Ketersediaan Air
Ketersediaan air didefinisikan sebagai volume air yang secara hidrologis diperkirakan tersedia untuk dilihat potensinya sebagai sumber air baku. Analisis ketersediaan air baku dilakukan berdasarkan potensi sumber air, dengan batasan kelestarian fungsi konservasi lahan. Secara kuantitatif besar ketersediaan air akan ditentukan berdasarkan debit andalan Q80 dan Q90 yaitu debit yang probabilitas kejadiannya mencapai masingmasing 80 % dan 90 %. Penentuan debit andalan dilakukan dengan memanfaatkan debit hasil pemodelan hujan aliran permukaan. Penentuan besaran debit andalan dilakukan dengan menggunakan metode plotting Wiebull :
P
m n 1 atau Tr n 1 m
Dimana : P
= Probabilitas
T
= Periode ulang
M
= Ranking
N
= Jumlah data
Persamaan tersebut dapat dipergunakan untuk menetapkan periode ulang dan probabilitas dari suatu peristiwa/besaran yang terjadi dalam rangkaian data sebanyak n tahun. Proses perhitungan debit andalan selanjutnya menggunakan Simulasi Debit Metode FJ. Mock, dimana dalam simulasi ini menyajikan suatu sistem dengan model yang menirukan sifat-sifat dari sistemnya.
Simulasi debit cara ini memerlukan beberapa komponen masukan, dimana data curah hujan merupakan salah satu komponen masukan yang dalam studi ini dipakai rerata curah
hujan
bulanan
daerah.
Komponen
simulasi
debit
yang lain
adalah
evapotranspirasi, infiltrasi dan kelengasan tanah (soil moisture). Untuk perhitungan evapotranspirasi akan dipakai Metode Penman. Debit aliran masuk ke dalam reservoir berasal dari hujan yang turun didalam daerah cekungan sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan yang turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah
(resapan), yang akan mengisi pori-pori tanah sebagian mengalir di atas tanah (aliran permukaan). Jika pori tanah sudah mengalami kejenuhan, air akan masuk ke dalam tampungan air tanah. Gerak air ini disebut perlokasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah mengalir ke luar sebagai mata air menuju alur dan disebut aliran dasar. Sisa dari curahan hujan yang mengalir di atas permukaan, disebut aliran permukaan, bersama aliran dasar bergerak masuk menuju reservoir. Penguapan peluh (evapotranspirasi) tidak terjadi di atas permukaan tetapi juga di bawah permukaan tanah di mana akar-akar tanaman berada. Uraian di atas merupakan filosofi yang mendasari model FJ. Mock.
A.
Hujan rata-rata bulanan
Daerah tadah hujan dan reservoir relatif sangat kecil sehingga prakiraan aliran sudah cukup teliti bila diambil secara bulanan. Apabila di daerah semi kering pada umumnya aliran dasar tidak ada dan reservoir tidak dibangun di sungai. Dalam keadaan seperti itu aliran masuk ke reservoir hanya dapat diperkirakan dari curah hujan. Curah hujan ratarata bulanan dihitung melalui data dari pos hujan terdekat.
Pos hujan dipilih dengan persyaratan sebagai berikut : Pilih satu pos hujan yang jaraknya terdekat dengan reservoir, kurang dari 10 km. Jika tidak ada pos hujan dengan jarak lebih kecil dari 10 km, cari pos lain dengan jarak antara 11 km sampai 20 km tetapi jumlahnya harus minimal dua pos hujan. Bila kedua pos dengan jarak antara 11 – 20 km tidak dapat diketemukan, cari 3 pos hujan atau lebih disekeliling lokasi dengan jarak kurang dari 50 km.
Rumus untuk menghitung hujan rata-rata bulanan sebagai berikut :
RJan = 1/nS (RJan)i RFeb = 1/nS (RFeb)i RMar = 1/nS (RMar)i
Dimana : RJan
= hujan rata-rata bulanan untuk bulan Januari di daerah tadah hujan (mm/bulan).
(RJan)i
= hujan rata-rata bulanan untuk bulan Januari di pos ke-1 (mm/bulan)
n
= jumlah pos hujan
B.
Penguapan
Perhitungan penguapan (evapotranspirasi) ini dapat didekati secara empiris dengan berbagai persamaan hasil penelitian, dimana penerapannya antara lain didasarkan pula oleh ketersediaan data-data di sekitar lokasi proyek.
Untuk suatu daerah dimana data-data suhu udara, kelembaban, kecepatan angin dan durasi penyinaran matahari atau radiasi tersedia, disarankan untuk menggunakan Metode Penman (1948), yang dapat memberikan hasil yang lebih memuaskan dibandingkan metode yang lain.
Persamaan yang digunakan dalam metode ini adalah :
Eto = c (W.Rn + (1-W). f(u).(ea-ed)) Dengan : ETo
= evapotranspirasi (mm/hari)
W
= faktor suhu udara
Rn
= net radiasi ekuivalen dengan evaporasi (mm/hari)
F (u)
= fungsi akibat kecepatan angin
(ea-ed)
= perbedaan antara tekanan uap jenuh pada kondisi suhu udara rata-rata dengan tekanan uap jenuh rata-rata dalam mbar.
C
= faktor penyesuaian akibat perubahan cuaca pada siang dan malam hari
a. Parameter (ea-ed) Kelembaban udara berpengaruh terhadap Eto, dan dalam konteks ini (ea-ed) adalah pengurangan tekanan uap jenuh yang merupakan selisih dari tekanan uap air jenuh rata-rata (ea) dengan rata-rata tekanan uap air jenuh actual (ed). Parameter ini biasa
diekspresikan dalam satuan mbar, jika ed dalam mm Hg, maka apabila dikalikan dengan 1,33 akan didapatkan mbar. Tabel 5.11 memberikan nilai parameter ea berdasarkan suhu udara, dan Tabel 5.12 adalah tabel ed.
ed = ea x Rhmean/100 (mbar) b. Parameter fungsi angin f(u) Pengaruh angin terhadap persamaan Penman ditunjukkan pada persamaan berikut:
f(u) = 0,27 (1 + U/100) Dengan : U
= kecepatan rata-rata hembusan angin yang bertiup pada ketinggian 2 m selama 24 jam (km/hari)
Persamaan tersebut digunakan apabila (ea-ed) dalam satuan mbar, dan apabila data kecepatan angin tidak terukur pada ketinggian 2 meter, maka faktor koreksinya adalah sebagai berikut : Measurement height (m)
0.5
1.0
1.5
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
Correction factor
1.35
1.15
1.06
1.00
0.93
0.88
0.85
0.83
c. Faktor beban radiasi dan Kelembaban (Weighting factor 1-W) Faktor ini merupakan faktor yang mewakili pengaruh angin dan kelembaban. Tabel hubungan ini dapat dilihat pada Tabel 5.13.
d. Faktor beban (Weighting factor W) Faktor W mewakili pengaruh radiasi dan dapat dilihat pada Tabel 5.14
e. Radiasi netto (Rn) Radiasi netto adalah selisih antara seluruh radiasi yang diterima bumi dengan yang dipantulkan kembali. Radiasi netto total adalah sama dengan selisih antara Rns dan Rnl, atau :
Rn = Rns – Rnl Beberapa persamaan untuk menghitung beberapa persamaan di atas adalah : Rns
= ( 1 - ) Rs
= 0,25
Ra
= ( 0,25 + 0,50 n/N ) Ra
Tabel 5.15 memberikan hubungan letak lintang dan tingkat radiasi dan Tabel 5.16 adalah hubungan antara letak lintang dengan durasi penyinaran matahari maksimum, sedangkan Tabel 5.17, Tabel 5.18 dan Tabel 5.19 berturut-turut memberikan hubungan antara n/N dengan Rns dengan Rnl, suhu udara dengan Rnl, dan ed dengan Rnl.
f. Faktor Penyesuaian c (Adjustment factor) Persamaan Penman diasumsikan digunakan pada kondisi-kondisi yang umum, dimana radiasi matahari adalah sedang sampai tinggi juga kondisi kelembaban udara relatif, juga kecepatan angin. Untuk mengantisipasi perubahan ini Tabel 5.20 memberikan angka koreksi terhadap hal tersebut.
Perhitungan Evapotranspirasi menggunakan data-data meteorologi pada Stasiun Dumai, dimana dari hasil perhitungan angka evapotranspirasi rerata sebesar 4.71 mm/hari, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.21.
Satuan : mm/day Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sept
Okt
Nop
Dec
Rerata
2.99
4.31
4.85
4.75
4.22
4.89
5.87
5.64
5.62
5.81
4.01
3.55
4.71
b. Simulasi Debit Aliran Metode FJ. Mock Perhitungan dengan Metode FJ. Mock didasarkan pada perkiraan hitungan pendekatan dengan menggunakan data hujan. Prinsip dasar metode ini dasarkan pada hujan yang jatuh pada catchment sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian langsung akan menjadi aliran permukaan dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi).
Proses infiltrasi pada tahap pertama akan menjenuhkan tanah permukaan dan kemudian menjadi perkolasi membentuk air bawah permukaan (ground water) yang selanjutnya akan keluar ke sungai sebagai aliran dasar (base flow).
Dalam hal ini harus ada perimbangan antara hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi aliran permukaan dan infiltrasi yang selanjutnya berupa kelembaban tanah dan debit air bawah permukaan (ground water discharge). Aliran dalam sungai adalah jumlah dari aliran langsung dipermukaan tanah dan aliran dasar (base flow).
Persamaan yang digunakan adalah :
Q = ( Dro + Bf ) A Dengan : Q
= Debit (m3 /det)
Dro
= Direct run off (m3/det/km2)
Bf
= Base flow (m3/det/km2)
A
= Luas catchment (km2)
Dro
= Ws – I
Bf
= I – Vn
Ws
= Water surplus
I
= Infiltrasi
Vn
= Storage volume
R
= Curah hujan
Et
= Evapotranspirasi
D.
Kapasitas Tampungan
Berdasarkan peta situasi topografi skala 1 : 1.000, diperoleh hubungan antara elevasi, luas genangan air dan volume tampungan, dimana grafik hubungan antara elevasi (H), luas permukaan (A) dan volume tampungan (S). Dalam menentukan/memilih kapasitas rencana waduk akan dipilih/dibandingkan dari tiga hal, yaitu : 1. Volume Tampungan yang diperlukan menyediakan air untuk :
a. Kebutuhan untuk dimanfaatkan /disadap b. Volume cadangan untuk kehilangan air karena penguapan dan resapan c. Ruangan untuk menampung sedimen 2. Volume air yang tersedia (potensi) selama musim hujan, yang merupakan jumlah air maksimum yang dapat mengisi tampungan waduk 3. Daya tampung (potensi) topografi lokasi rencana waduk untuk menampung air, yaitu volume maksimum tampungan waduk yang terbentuk karena dibangunnya suatu waduk.
Dari ketiga besaran tersebut dipilih yang terkecil sebagai volume/kapasitas tampung desain.
4.3.6 Perhitungan Neraca Air Untuk mengetahui sampai berapa besar ketersediaan air di Kec. Mandau dari waktu ke waktu, maka dilakukan Analisa Neraca Air. Hubungan linier antara aliran masuk (inflow), aliran keluar (outflow) dan volume air tasik (storage) dari waktu ke waktu dirumuskan sebagai berikut :
St = St-1 + It – Ot – Rt – Et Dimana : St
= Volume air di akhir bulan t (m3)
St-1
= Volume air di akhir bulan t-1 (m3)
It
= Aliran masuk selama bulan t (m3)
Ot
= Aliran keluar selama bulan t (m3)
Rt
= Kehilangan air karena rembesan selama bulan t (m3)
Et
= Kehilangan air karena evaporasi selama bulan t (m3)
Kehilangan air akibat rembesan ( R ) diambil berdasarkan angka koefisien permeabilitas dikalikan dengan luas dasar tasik yang terendam air. Sedangkan kehilangan air karena evaporasi bergantung pada luas permukaan air tasik. Semakin luas permukaan air tasik semakin besar kehilangan air akibat evaporasi, sebagaimana persamaan berikut ini :
E = A . Eo Dimana : E
= Kehilangan air tasik karena evaporasi (m3)
Eo
= Evaporasi potensial dari Penman (mm/bln)
A
= Luas permukaan air tasik (m2)
4.3.7 Kwalitas Air Yang Dibutuhkan 4.3.7.1
Parameter Kwalitas Air
a. Suhu Kisaran suhu yang disyaratkan untuk air dengan peruntukan air minum adalah antara 40o F – 50o F. Di dalam air umumnya memiliki suhu di bawah 40o F. ketika suhu berada di atas 50o F, air akan berkurang kemungkinannya untuk dikonsumsi dan juga untuk beberapa penggunaan tertentu. Air yang memiliki suhu di atas 80oF tidak dianjurkan sebagai air baku, sedangkan suhu di atas 90o F tidak layak sebagai air baku. Beberapa akibat kenaikan suhu air adalah : Meningkatnya populas beberapa bakteri Jumlah beberapa mirkoorganisme akan meningkat ketika suhu meningkat dari 90o F ke 100o F. Keefektifan dari zat disinfektan akan meningkat Pada suhu di atas 4o C viskositas dan densitas air akan meningkat Penggumpalan zat kimia dan proses sedimentasi akan meningkat
b. Warna Warna air menunjukkan tingkat kelayakan yang sedikit signifikan dari sumber air yang diambil. Warna tidak layak secara visual. Warna bisa disebabkan karena kandungan material atau sisa buangan industri dan dapat menyebabkan proses koagolasi pada pengolahan airnya menjadi lebih sulit. Standar kandungan warna pada air yang diperbolehkan adalah sekitar 20 ppm dan yang dianjurkan adalah kurang dari 10 ppm.
c. Kekeruhan (Turbiditas) Turbiditas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana cahaya dapat menembus badan air. Turbiditas merupakan ukuran yang tepat untuk mengetahui kandungan bahan terlarut di air. Air yang terpopulasi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya, terutama kelarutannya yaitu : 1. Padatan terendap (sedimen) 2. Padatan tersuspensi dan koloid 3. Padatan terlarut
4.3.7.2
Standar Baku Mutu Kualitas Air
Jenis air yang dibutuhkan adalah air baku (raw water) untuk penyiapan dan pengolahan air dengan kwalitas “air minum” dan “air proses industri”. Air baku untuk minum maupun proses industri harus memenuhi standar baku mutu air berdasarkan PP 20/90 mengenai penggolongan air menurut peruntukannya, yaitu Air Baku Golongan B. Air yang dikategorikan sebagai golongan Badalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, keperluan komersial di perkotaan dan industri atau pembangkit listrik. 4.3.7.3
Pengambilan dan Pengawetan Sampel Air
Sebagai langkah awal dari pengumpulan data kwalitas air adalah pengambilan contoh uji air. Metode pengambilan contoh air yang digunakan dalam studi ini mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SK SNI M-02-1989-F) mengenai Metode Pengambilan Contoh Kwalitas Air untuk bidang Pekerjaan Umum. Pengambilan contoh uji air yang akan dilakukan adalah pengambilan contoh uji sesaat (Grab Sampling) dengan menggunakan botol lamout. Terhadap beberapa parameter, pengukuran langsung dilakukan di lokasi pengambilan contoh uji, seperti : Penentuan pH, temperatur dan oksigen terlarut dengan menggunakan Water Quality Checker Pengamatan benda terapung dan lapisan minyak secara visual Untuk parameter lainnya uji contoh airnya dilakukan di laboratorium.
4.3.7.4
Metode Analisa Sampel Air
Metode uji air dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian air secara fisik, kimia dan mikrobiologi dengan tujuan untuk memperoleh hasil uji sifat fisika, kimia dan mikrobiologi dari air. Metode uji parameter kwalitas air dilakukan dengan mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bidang Pekerjaan Umum mengenai kwalitas air tahun 1990 dan Standar Methods for the Examination of Water and Watewater (APHA, 1985).
4.3.8 Perencanaan Bangunan Pengambilan (Intake) Bangunan pengambilan (intake) pada tasik ini berfungsi untuk menyadap, mengatur sejumlah air dari tampungan dan melepas kembali ke saluran atau pipa (fungsi suplesi) sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Lokasi dan tipe bangunan pengambilan harus didasarkan pada kondisi topografi dan geologi teknis serta pertimbangan ekonomis. Kapasitas aliran sistem bangunan pengambilan pada dasarnya menggunakan persamaan yang sama dengan persamaan pada debiut yang lewat pintu air. Perbedaannya adalah jenis bahan yang digunakan sehingga mempengaruhi sifat kekasarannya. Pemilihan tipe bangunan pengambilan air dilakukan dengan memperhatikan beberapa alternatif sebagai berikut : 4.3.8.1 Pengambilan Bebas (Free Intake) Bangunan pengambilan air berupa free intake digunakan jika elevasi muka air di lokasi bangunan pengambilan cukup tinggi dibandingkan dengan elevasi lahan yang akan dituju, sehingga air dapat dialirkan secara gravitasi. Free intake memerlukan bangunan pelengkap lain berupa pintu air dan sedimen trap. Pintu air digunakan untuk mengontrol debit air yang dialirkan maupun debit banjir. Sedimen trap digunakan untuk mencegah sedimen masuk ke saluran pembawa. Keuntungan bangunan pengambilan free intake adalah strukturnya ringan, sistem pengoperasian bangunan relatif sederhana dan biaya operasional relatif rendah. Pintu air ditutup dan dibuka sesuai kebutuhan, sementara itu pemblasan sedimen trap dilakukan secara periodik. Kerugian free intake memerlukan elevasi muka air di pintu pengambilan yang tinggi agar tercapai tinggi tekan (head) yang cukup untuk mengalirkan air.
4.3.8.2 Bendung Pada daerah dengan kondisi topografi yang datar, terdapat kemungkinan bahwa elevasi sumber air (sungai/danau) tidak berbeda jauh dengan elevasi lahan yang akan dituju. Bendung digunakan untuk mempertinggi muka air ekisting di sungai/danau, sehingga dihasilkan head/tinggi tekan yang cukup untuk mengalirkan air secara gravitasi. Sebagaimana free intake, bangunan pengambilan air berupa bendung memerlukan bangunan pelengkap berupa pintu air dan sedimen trap. Keuntungan dari penggunaan bendung adalah dapat mengakomodir muka air eksisting yang rendah di sungai/danau, sehingga dapat tetap dimanfaatkan dan dialirkan secara gravitasi. Selain itu sistem pengoperasiannya sederhana dan biaya operasionalnya relatif rendah. Kerugian penggunaan bendung adalah terdapat kemungkinan terdapat adanya genangan tambahan akibat peninggian muka air disekitar bendung. Selain itu penggunaan bendung sangat tergantung pada kondisi tanah setempat terutama pada tanah pondasi dan nilai permeabilitas tanah. 4.3.8.3 Pompa Penggunaan pompa dapat mengatasi adanya keterbatasan head/tinggi tekan akibat kondisi topografi di kawasan ini. Elevasi air yang rendah di danau/sungai dapat diangkat hingga elevasi tertentu, sehingga dapat dialirkan menuju pengguna air. Sistem penggunaan pompa dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Semi gravitasi, Air dipompa dari sumber (danau/sungai) ke pengolahan air melalui saluran terbuka Penggunaan pompa sepenuhnya, Air dipompa dari sumber untuk kemudian dialirkan ke pengolahan air melalui saluran tertutup
Bangunan lain yang diperlukan dalam penggunaan sistem pompa antara lain adalah rumah pompa dan saringan. Keuntungan penggunaan pompa adalah dapat mengatasi keterbatasan head/tinggi tekan akibat rendahnya elevasi muka air sungai/danau eksisting. Selain itu penggunaan pompa secara penuh juga dapat memperkecil resiko kehilangan air akibat permeabilitas tanah. Kerugian penggunaan pompa adalah memerlukan biaya operasional harian yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan bangunan lainnya.
4.3.8.4 Kombinasi Bendung – Pompa Pembuatan bendung bertujuan untuk meninggikan elevasi muka air sehingga dihasilkan head yang cukup untuk mengalirkan air secara gravitasi. Seandainya head yang tercapai tidak cukup untuk mengalirkan air secara gravitasi, maka kombinasi penggunaan bendung dan pompa dapat dilakukan. Keuntungan penggunaan kombinasi antara bendung dan pompa adalah head yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dengan kombinasi ini beban pompa untuk menarik air dapat dikurangi. Sistem ini adalah biaya konstruksi dan operasional yang tinggi.
4.3.9 Saluran/Pipa Transmisi Saluran pembawa diperlukan untuk mengalirkan air dari bangunan pengambilan sampai dengan terminal akhir/tampungan air sebelum air baku masuk ke bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Saluran pembawa dapat berupa kombinasi saluran terbuka dengan saluran tertutup, yaitu saluran terbuka ditempatkan pada lokasi yang melewati laut/selat. Kelebihan saluran pembawa kombinasi saluran terbuka dan saluran tertutup biaya konstruksi relatif murah, sedangkan kekurangannya adalah kehilangan akibat permeabilitas tanah dan penguapan menjadi lebih besar. Sedangkan bila saluran pembawa direncanakan dengan saluran tertutup, mulai dari bangunan pengambilan sampai dengan tampungan akhir sebelum air masuk ke IPA kehilangan air akibat permeabilitas dan penguapan relatif kecil. Sedangkan kekurangannya adalah biaya konstruksi lebih mahal.
4.3.10 Perencanaan Sistem Pompa dan Perpipaan (1) Sistem Pompa Kecepatan khusus pompa untuk pompa dirumuskan sebagai berikut :
Ns = N*Q1/2 / H3/4 Dimana : Ns
= kecepatan khusus
N
= kecepatan putaran (rpm)
Q
= kapasitas debit (m3/det)
H
= tinggi total (m)
Kehilangan tinggi energi total (Head Pompa) akibat gesekan dan kehilangan minor adalah sebagai berikut :
Hp = Z + 0.81/g {f.I.Q2/d5 + K.Q2/d4) Dimana : Hp
= Head pompa (m)
Z
= selisih ketinggian pipa (m)
f
= koefisien gesekan pipa
d
= diameter pipa (m)
I
= panjang pipa (m)
Kapasitas multi-pompa bersusun seri adalah sebagai berikut :
P~ γ QH1 H2 ... /550η Sedangkan untuk kapasitas multi-pompa bersusun paralel adalah sebagai berikut :
P~ γ HQ1 Q2 ... /550η Dimana : 1,2,3 …
= jenis pompa dan posisi yang berbeda
Q
= debit yang masuk ke pompa (m3/det)
H
= tinggi pompa (m)
= efisiensi pompa
= berat jenis air
Tekanan mutlak pompa di intake harus Net Positive Suction Head (NPSH) dengan rumus :
NPSH p s ~γ Vs/2g ew / ~γ Sedangkan NPSH untuk dipermukaan tampungan dengan rumus :
NPSH p o ~γ Z HL e / ~γ Dimana :
Po
= tekanan mutlak pada permukaan tampungan, tekanan atmosfir untuk tampungan terbuka
Z
= elevasi suction intake (m)
HL
= kehilangan tinggi akibat gesekan dan local head sampai ke suction inlet.
(2) Sistem Jaringan Pipa Pipa tunggal dengan pompa Persamaan energi pada sistem ini yang diterapkan dari hulu dan hilir pipa adalah sebagai berikut :
Hp = (Z1 + P1/) – (Z2 + P2/) + hf + hm Hp = Z + hloss Dimana : Hp
= tinggi energi karena pompa (m)
Z
= perbedaan tinggi hulu dan hilir (m)
hf
= kehilangan tinggi akibat gesekan (m)
hm
= kehilangan tinggi minor (m)
Tinggi energi Hp dengan kekuatan pompa dirumuskan sebagai berikut :
BHP = QHp/550
Dimana : BHP
= kekuatan pompa
Hp
= tinggi pompa (m)
Q
= debit masuk ke pompa (m3/det)
= efisiensi
Susunan pipa seri dirumuskan sebagai berikut :
Q = Q1 + Q2 + … dan Hf = H1 + H2 + … Dimana : Q1,2
= debit masing-masing pipa (m3/det)
Hf
= kehilangan energi gesekan masing-masing pipa (m)
Hf
= (f.I/d).(V2/2g)
f
= 64/Re
Re
= Vd/v
Dimana : f
= faktor gesekan
I
= panjang pipa (m)
D
= diameter pipa (m)
V
= kecepatan aliran dalam pipa (m2/det)
v
= viskositas dinamis zat cair (m2/det)
4.3.11 Penyiapan Gambar Rancangan Konstruksi Seluruh penggambaran baik layout maupun tampak dan potongan-potongan detail akan dilakukan dengan menggunakan program AutoCAD, dengan menggunakan standar penggambaran KP-07.
4.3.12 Penyusunan Spesifikasi Teknis Spesifikasi teknis akan disusun berdasarkan metode pelaksanaan, jenis peralatan dan bahan yang paling optimum, serta standar-standar yang berlaku. Spesifikasi teknis ini
merupakan salah satu dari buku dokumen lelang yang dapat menjadi acuan dan ditindaklanjuti pada tahap konstruksi.
4.3.13 Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Kuantitas pekerjaan fisik dapat dihitung setelah gambar rancangan dan spesifikasi teknik telah diasistensi dan disetujui oleh direksi. Kuantitas pekerjaan tersebut akan dihitung secara komputerisasi menggunakan fasilitas AutoCAD dan Ms-Excel, sehingga akan diperoleh hasil yang teliti.
4.3.14 Analisa Ekonomi Maksud dan tujuan analisa/evaluasi proyek dalam kaitannya dengan pembangunan sistem air bersih di Kec. Mandau adalah untuk melakukan perhitungan atau perkiraan (forecasting) agar dapat diketahui apakah rencana proyek layak secara ekonomis, dalam arti memberi keuntungan finansial.
Parameter yang akan digunakan dalam analisis ini adalah Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate Return (IRR) serta akan diuji juga dengan Analisis Sensitivitas.
4.3.14.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) atau Nilai Sekarang Neto adalah selisih nilai sekarang Penerimaan dikurangi dengan nilai sekarang Biaya. NPV merupakan alat untuk mendeteksi kelaikan suatu proyek; apakah dengan pengeluaran sejumlah investasi tertentu, pada kondisi tingkat suku bunga tertentu, proyek dapat memberikan keuntungan. Apabila NPV > 0 berarti manfaat proyek lebih besar dari biaya, dan sebaliknya. NPV dirumuskan sebagai :
n
NPV
t 1
Dimana :
Bt Ct
1 r t
Bt
= Manfaat / Benefit, Penerimaan
Ct
= Biaya / Cost, Pengeluaran
r
= Tingkat suku bunga
t
= Indeks tahun
n
= Umur proyek
1/(1 + r)t
= Discount Factor, Df
4.3.14.2 Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ration, BCR atau Nisbah Manfaat – Biaya adalah suatu alat analisis investasi yang membandingkan nilai sekarang dari Manfaat terhadap Biaya. BCR . 1 menandakan bahwa nilai manfaat dibanding dengan biaya adalah lebih besar, begitu juga sebaliknya. Nilai BCR ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
n
BCR
t 1
Bt
1 r t
Ct t Ko t 1 1 r n
Dimana : Ko
= Investasi Awal (Initial Investment)
4.3.14.3 Internal Rate Return (IRR) Tingkat Investasi atau Internal Rate Return, IRR adalah suatu tingkat suku bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh biaya (cost) proyek. Dengan kata lain, tingkat investasi adalah suatu tingkat suku bunga dimana seluruh net cash flow sesuadah di-present value-kan sama dengan jumlah biaya investasi (investment cost), yang dinyatakan dengan rumus :
Bt Ct t t 1 1 r n
Ko
Dimana
Bt Ct (1 r )t mencerminkan discounted net cash flow untuk setiap tahun.
Penyelesaian rumus ini membutuhkan cara trial and error, yaitu dengan mencoba-coba setiap nilai suku bunga agar dapat memenuhi persamaan tersebut di atas.
4.3.14.4 Analisis Sensitivitas Tujuan dari analisis sensitivitas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana parameterparameter NPV, BCR dan IRR akan berubah dengan adanya kesalahan asumsi atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya ataupun manfaat. Analisis sensistivitas dalam kaitannya dengan pembangunan Bendungan Sungai Santan, yang akan dikaji adalah apabila terjadi :
Penurunan Manfaat
Kenaikan Biaya
Penurunan Manfaat dan Kenaikan Biaya
4.3.15 Penyusunan Pedoman Operasi Pedoman Operasi dan Pemeliharaan bangunan intake harus disusun oleh konsultan dalam bentuk buku dengan sistematika yang sederhana bersifat praktis. Pedoman tersebut mencakup mengenai petunjuk pengoperasian sistem pintu intake dan pompa, pengelolaan WTP, pencatatan debit dan lain-lain.
4.4 Pembuatan Laporan Laporan akan disusun sesuai dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja, meliputi berbagai laporan sebagai berikut :
4.4.1 Laporan Bulanan Akan menyajikan kegiatan mengenai mobilisasi dan demobilisasi tenaga serta kegiatan lain yang dilaksanakan termasuk kemajuan pekerjaan yang dicapai pada bulan tersebut,
masalah-masalah teknis dan non-teknis yang dihadapi serta rencana kerja bulan berikutnya. Laporan diserahkan setiap tanggal 10 pada periode bulan berikutnya.
4.4.2 Laporan Pendahuluan Laporan ini akan menyajikan tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan baik di lapangan maupun di kantor dan hasil orientasi lapangan, data yang tersedia, metode kerja termasuk kriteria yang berlaku (SNI), hasil peninjauan awal lokasi proyek dan program kerja selanjutnya. Laporan harus sudah selesai dan disajikan pada minggu I bulan ke II, setelah terbitnya SPMK. Laporan ini akan dibahas dan didiskusikan bersama antara Proyek, Tim Teknis dan Instansi terkait.
4.4.3 Laporan Interim Laporan ini akan memuat usulan dan perubahan-perubahan mengenai semua aspek pekerjaan termasuk metodologi pekerjaan, permasalahan baik teknis dan non-teknis yang muncul serta alternatif penyelesaiannya. Laporan ini memuat juga kemajuan pekerjaan pada periode tersebut dan diserahkan pada pertengahan bulan ke II.
4.4.4 Laporan Akhir Sementara Laporan ini akan menyajikan semua hasil pekerjaan studi yang dilaksanakan, termasuk membuat rekomendasi dari hasil analisis data menjadi besaran-besaran atau spesifikasi untuk keperluan perancangan serta tindak lanjutnya. Laporan tersebut diserahkan pada pertengahan bulan ke III serta dipresentasikan dihadapan pihak pemberi kerja/Direksi Pekerjaan bersama-sama Wakil dari Instansi/Dinas terkait.
4.4.5 Laporan Akhir Final Report merupakan penyempurnaan dari Draft Final Report dengan memasukkan hasil diskusi baik tanggapan, koreksi maupun saran, maka materi laporan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. Laporan Akhir ini diserahkan pada minggu pertama bulan ke IV.
4.4.6 Laporan Penunjang Laporan Penunjang berisi seluruh data lapangan termasuk dokumentasi, yang meliputi:
Buku 1
:
Laporan hasil perhitungan desain bangunan (Nota Desain) kriteria perencanaan/desain
Buku 2
:
Perhitungan
Volume
pekerjaan
(BOQ)
dan
Anggaran Biaya (RAB)
Buku 3
:
Laporan Survey Topografi
Buku 4
:
Laporan Investigasi Geologi dan Mekanika Tanah
Buku 5
:
Laporan Survey Kwalitas Air
Buku 6
:
Spesifikasi Teknis Pekerjaan
Buku 7
:
Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan
Buku 8
:
Gambar Rencana/Album Gambar berukuran A1
Rencana
BAB V TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab – 5 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
5.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Mengacu pada pendekatan teknis yang telah dijabarkan pada Bab-4, selanjutnya Konsultan akan menuangkan dalam bentuk rencana kerja. Rencana kerja yang akan dilaksanakan tersebut secara skematis dijabarkan dalam bentuk flow chart dan bar chart seperti pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2.
Kegiatan yang akan dilaksanakan secara garis besar dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Pendahuluan 2. Tahap Survey Investigasi 3. Tahap Perencanaan Detail 4. Tahap Pelaporan
5.2 Tahapan Pendahuluan Konsultan akan menelaah dan menganalisa lebih detail mengenai pelaksanaan pekerjaan. Pada tahap ini, konsultan akan menyusun rencana kerja yang lebih terinci dan mulai memberikan penugasan kepada personil-personil yang akan ditugaskan dalam proyek ini. Rincian aktivitas didalamnya, antara lain :
5.2.1 Proses Adiministrasi dan Kegiatan Koordinasi Proyek Penyiapan surat-surat tugas untuk instansi-instansi terkait di daerah proyek serta suratsurat lain yang diperlukan untuk memudahkan kelancaran pekerjaan terutama di daerah proyek. Termasuk disini adalah penyusunan Rencana Progress, dimana rencana progres tersebut terlebih dahulu didiskusikan dengan Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. Waktu yang diperlukan
: 1 minggu
Tenaga yang terlibat
: Ketua Tim dan tenaga pendukung : Operator Komputer, Administrasi Kantor.
5.2.2 Pengumpulan Data Sekunder Data-data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari pada tahap ini terdiri dari : 1. Data Hidrologi dan data Iklim pada BMG atau Dinas Pekerjaan Umum 2. Peta DAS dan letak stasiun klimatologi dari Dinas Pekerjaan Umum 3. Peta
topografi skala 1 : 50.000 atau yang lebih besar (bila ada) dari
Bakosurtanal 4. Peta Geologi Regional dan Peta Zona Gempa dari Direktorat Geologi 5. Data kependudukan dari Biro Pusat Statistik Daerah 6. Hasil Laporan/studi terdahulu 7. Data-data lain yang terkait dengan rencana kegiatan
Waktu yang diperlukan
: 2 minggu
Tenaga yang terlibat
: Ketua Tim
5.2.3 Studi Meja dan Identifikasi Awal Masalah Sebelum melaksanakan pekerjaan survei lapangan pendahuluan, Konsultan akan mengadakan analisa tentang data yang diperoleh sebagai bahan untuk melakukan identifikasi permasalahan yang ada.
5.2.4 Survey Pendahuluan Setelah mendapatkan gambaran tentang kondisi dan permasalahan daerah lokasi proyek, selanjutnya Konsultan mengadakan survey pendahuluan bersama Direksi Pekerjaan dan Pengawasan Lapangan. Survey ini bertujuan untuk melakukan Cross check antara kondisi lapangan dengan hasil identifikasi lapangan. Selain itu pada tahap ini dilakukan alternatif pemilihan lokasi reservoir, untuk ditindak lanjuti nantinya pada tahap survey dan investigasi.
Waktu yang diperlukan
: 1 minggu
Tenaga yang terlibat
: Ketua Tim dan Direksi Pekerjaan
5.3 Tahapan Survey Investigasi Sesuai dengan skope pekerjaan yang termuat dalam KAK dan persyaratan survey untuk pekerjaan ini kegiatan survey investigasi lapangan yang akan dilaksanakan terdiri dari : 1. Pengukuran dan Pemetaan Topografi 2. Penyelidikan Geologi dan Mekanika Tanah 3. Survey Hidrometri 4. Survey Agrososio Ekonomi 5. Pemeriksaan Laboratorium Mekanika Tanah 6. Pemeriksaan Kualitas Air
5.3.1 Pengukuran dan Pemetaan Topografi Untuk pekerjaan Pemetaan atau Pengukuran ini terdapat tahap-tahap atau batasanbatasan sebagai berikut :
1. Pemasangan Patok Bench Mark dan Ring Mark 1. Bench Mark dipasang di kanan dan kiri rencana tubuh bangunan 2. Pemasangan Ringa Mark disekeliling genangan pada green belt elevasi tertinggi dengan jarak cross section 50 meter. (RM merupakan patok awal dan akhir setiap cross section). 3. Koordinat BM dan RM diikatkan pada sistem koordinat BM referensi yang terdekat dengan lokasi proyek (apabila ada). Apabila tidak terdapat BM referensi maka koordinat X dan Y ditentukan dalam sistem koordinat lokal yang mengacu pada Universal Transfer Mercator (UTM).
2. Pengukuran dan Pembuatan Peta Situasi Pengukuran dan pembuatan peta situasi merupakan pekerjaan awal yang mendahului pekerjaan survey lainnya. Pekerjaan ini dilakukan selama 1,5 bulan (6 minggu) pemetaan atau pengolahan data hasil pengukuran akan langsung dilakukan di lapangan dalam bentuk draft gambar. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan-kesalahan pemetaan, sebab apabila terjadi kesalahan atau keraguan tentang data ukur, maka langsung akan dilakukan pengecekan lapangan untuk memperbaiki data yang meragukan.
Pembuatan Peta Situasi meliputi daerah genangan, rencana lokasi bangunan pengambilan dan rencana saluran/pipa transmisi ke Water Treatment Plant (WTP). Adapun volume pekerjaan adalah berikut : 1. Situasi Areal genangan reservoir 2. Pengukuran situasi lokasi bangunan pengambilan 3. Situasi trace saluran transmisi ke WTP Ketentuan-ketentuan mengenai pembuatan peta situasi adalah sebagai berikut : A. Situasi Daerah Genangan
Alat yang dipakai Theodolit Wild TO
Untuk poligon cabang dengan Wild T2
Detail-detail diambil setiap perubahan bentuk elevasi dengan jarak maksimum 50 meter
Setiap kali berdiri alat Wild TO harus di atas titik poligon cabang
B. Situasi Rencana Bangunan Pengambilan
Dibuat cross section setiap jarak 10 meter sepanjang rencana as bangunan pengambilan
Dibuat situasi semua kenampakan yang ada
C. Situasi Trace Saluran/Pipa Transmisi
Pengukuran trace saluran/pipa transmisi dimulai dari bangunan pengambilan (intake) sampai bangunan WTP
Cross section sungai dilakukan setiap 50 meter dan 25 m arah kiri as, 25 m arah kanan as saluran
Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Wild TO dengan pengambilan semua kenampakan/perubahan bentuk yang ada
5.3.2 Pekerjaan Investigasi Geoteknik Pekerjaan Investigasi Geoteknik ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Pekerjaan di lapangan
Pekerjaan di laboratorium
Laporan Analisa Geoteknik
Secara rinci kegiatan-kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Pekerjaan di Lapangan Pekerjaan di lapangan ini meliputi :
Pengamatan Geologi
Mengadakan pengamatan geologi di sekitar daerah tasik beserta daerah genangannya
B. Bor Tangan Pengeboran tanah dilakukan dengan bor tanah (hand bor) berdiameter 10 cm dengan kedalaman setiap titik lubang bor maksimum 5 meter atau sampai tanah keras dimana pemboran tidak dapat dilanjutkan lagi dengan jumlah titik ditentukan oleh direksi pekerjaan. Pada saat melaksanakan bor inti dilakukan juga pengambilan contoh tanah tidak terganggu sebanyak 2 sample untuk masing-masing titik. C. Test Pit Test pit dilakukan untuk mengambil contoh tanah untuk bahan timbunan. Lokasi test pit dilakukan pada lokasi borrow area. Lokasi borrow area diusahakan agar dekat dengan lokasi tampungan waduk. Penyelidikan tanah (test pit) ukuran panjang 1,5 meter dan lebar 1,5 meter dengan total ditentukan bersama dengan direksi pekerjaan. D. Pekerjaan di Laboratorium Untuk menunjang pekerjaan penyelidikan tanah di lapangan maka contoh-contoh tanah yang diambil di lapangan kemudian dibawa ke laboratorium untuk diselidiki. Adapun penyelidikan di laboratorium ini meliputi :
Spesific Gravity
Grain Size Analysis
Direct Shear Test
Permeability Test
Triaxial Test
Atterberg Limit
Compaction Test
Consolidation Test
Waktu yang diperlukan
: 1 bulan (untuk semua investigasi geologi)
Tenaga yang terlibat
: Ahli Geologi, Juru Bor, Asisten Juru Bor, Laborat
5.3.3 Survey Hidrometri Survey hidrometri dilakukan untuk mendapatkan data debit sungai sesaat, muatan sedimen, kondisi DAS dan kualitas air. Pada survey ini, selain pekerjaan lapangan dilakukan juga pekerjaan laboratorium. Survey ini akan dilakukan bersamaan dengan survey topografi. Waktu yang dibutuhkan untuk survey ini 1 minggu dan analisa laboratorium selama 2 minggu. Volume atau rincian kegiatan :
Pengamatan kondisi DAS
Pengukuran kecepatan dan debit sesaat
Pengukuran/pengambilan sampel bed load dan suspended load
Penyelidikan laboratorium gradasi sampel sedimen
Penyelidikan laboratorium kualitas air
Waktu yang diperlukan
: 2 minggu
Tenaga yang terlibat
: Ahli
Hidrologi,
Ahli
Hidrolika/Desain,
Surveyor
Hidrometri
5.3.4 Survey Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Survey lapangan ini dilakukan untuk memperoleh data struktur demografi, sosial dan ekonomi. Metode survey yang dilaksanakan dengan cara wawancara langsung dengan responden. Jumlah responden dipilih sesuai dengan persyaratan statistik pengambilan sampel yang dapat mewakili gambaran kondisi lokasi studi.
Pelaksanaan survey ini sebelum kegiatan survey topografi dengan maksud untuk sosialisasi rencana proyek kepada masyarakat sekitar proyek.
Waktu yang diperlukan
: 1,5 bulan (6 minggu)
Tenaga yang terlibat
: Ahli Sosial Ekonomi, Team Leader dan Direksi Pekerjaan
5.4 Perencanaan Detail Sesuai dengan jadwal rencana kerja yang tertuang dalam KAK, kegiatan perencanaan detail yang harus dilakukan Konsultan terdiri dari :
1. Perhitungan Kebutuhan Air Baku 2. Analisa Kesetimbangan Air 3. Analisa Kapasitas Tampungan 4. Analisa Hidrolika 5. Perencanaan Tata Letak Bangunan 6. Detail Desain Bangunan Pengambilan 7. Detail Desain Sistem Transmisi Air 8. Perhitungan Volume Bangunan (Boq) 9. Analisa Biaya Dan Ekonomi
Seluruh kegiatan perencanaan akan didokumentasikan dalam Laporan Perencanaan (Nota Desain). Dalam tahap ini Konsultan akan selalu melakukan asistensi dan diskusi dengan direksi agar hasil perencanaan yang sesuai dengan visi Konsultan dan Direksi.
Waktu yang dibutuhkan konsultan untuk melakukan kegiatan ini diperkirakan selama 2,5 bulan. Semua hasil perencanaan, selain didokumentasikan dalam bentuk Laporan juga akan dituangkan dalam bentuk gambar-gambar perencanaan.
5.5 Pelaporan Sesuai dengan TOR produk dan jumlah laporan yang akan diserahkan Konsultan terdiri dari :
1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
10 expl
2. Laporan Bulanan
5 expl x 5 bln
3. Laporan Survey Pengukuran Topografi
5 expl
4. Laporan Investigasi Geologi Dan Mektan
5 expl
5. Laporan Kwalitas Air
5 expl
6. Laporan Interim
10 expl
7. Laporan Akhir Sementara
20 expl
8. Laporan Akhir
5 expl
9. Laporan Volume Pekerjaan Dan RAB
5 expl
10. Laporan Spesifikasi Teknis
5 expl
11. Laporan Nota Desain
5 expl
12. Laporan Operasi Dan Pemeliharaan
5 expl
13. Gambar-Gambar Desain Ukuran A1 (Kalkir)
1 expl
Ukuran A3
2 expl
Ukuran A1 (Blue Print)
2 expl
Ukuran A3 (Foto Copy Perkecilan)
2 copy
14. Copy File Seluruh Laporan Dalam Bentuk CD
2 buah
Gambar 5.1
Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pekerjaan Proyek Tahun
: Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau : BAPEDA Kabupaten Bengkalis : 2005 Mulai
Mobilisasi
Persiapan : - Pengumpulan data dan peta - Pengecekan alat dan personil - Orientasi lapangan
Penyusunan Draft Laporan Pendahuluan
Diskusi/ Asistensi
Tidak
Ya
Revisi
Pengukuran Situasi Topografi
Survey Sosial Ekonomi
Survey Hidrologi dan Hidrometri
Survey Komponen Lingkungan
Pengolahan Data & Penggambaran
Analisa Data & Laporan Hasil Survey
Analisa Data & Lap. Kwalitas Air
Analisa Data Survey
Proyeksi Kebutuhan Air
Final Laporan Pendahuluan
Survey Geologi & Mekanika Tanah
Layout Bangunan Utama & Pelengkap
Analisa Data & Laporan
Laporan Interin
Detail Desain dan Penggambaran
Evaluasi Efek & Resiko Lingkungan
Perhitungan BOQ, RAB dan Penyusunan Draft Laporan Akhir
Diskusi/ Asistensi
Tidak
Revisi Laporan Akhir dan Laporan Penunjang
Selesai
Gambar 5.2 RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan Proyek Tahun
No
: : :
Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau BAPEDA Kabupaten Bengkalis 2005
URAIAN PEKERJAAN
1 1
I 1 2 3
PENDAHULUAN Koordinasi, Administrasi Pengumpulan Data Sekunder Survey Pendahuluan
II 1 2 3
SURVEY SOSIAL EKONOMI Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Survey Data Primer Sosial Ekonomi Analisa Data Sosial Ekonomi
III 1 2 3 4 5 6
PENGUKURAN TOPOGRAFI Poligon Levelling Pemetaan Situasi 1:1.000 Potongan Memanjang Potongan Melintang Pemasangan Patok BM
IV 1 2 3 4
INVESTIGASI GEOLOGI Bor Tangan Sondir Test Pit Laboratorium Test
V 1 2
ANALISA HIDROLOGI Analisa Potensi Air Tasik Putri Puyu Analisa Kwalitas Air
VI 1 2 3 4 5 6 7 8
DETAIL DESAIN Perhitungan Kebutuhan Air Baku Analisa Kesetimbangan Air Analisa Kapasitas Tampungan Detail Desain Bangunan Utama dan Pelengkap Perhitungan Volume Bangunan Analisa Ekonomi Analisa Lingkungan Penyusunan Spektek & Pedoman Operasional
VII 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PEMBUATAN LAPORAN Laporan Pendahuluan Laporan Bulanan Laporan Survey Topografi Laporan Investigasi Geologi & Mektan Laporan Survey Kwalitas Air Laporan Interim Konsep Laporan Akhir Laporan Akhir Laporan Nota Desain Laporan Spesifikasi Teknik Pekerjaan Laporan Petunjuk Operasional Gambar Desain
2
3
4
1
BULAN 2 2 3 4
3 1
2
3
4
4 1
Gambar 5.3 DAFTAR PERALATAN DAN RENCANA JADWAL PENGGUNAAN PERALATAN
Pekerjaan Proyek Tahun
No.
: Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau : BAPEDA Kabupaten Bengkalis : 2005
URAIAN PEKERJAAN
JUMLAH
1 1
A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PERALATAN PERENCANAAN Plotter Digitzer Scanner Planimeter Pantograph Note Book Computer Printer Telpon / Fax
1 1 1 2 5 1 3 2 1
unit unit unit unit unit unit unit unit unit
B 1 2 3 4 5 6 7
PERALATAN KANTOR Kantor / Studio Meja + Kursi tamu Filling Cabinet Meja + Kursi tamu Meja + Kursi rapat Rak buku AC Split
1 14 4 1 1 3 2
unit unit unit unit unit unit unit
C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PERALATAN TOPOGRAFI Theodolite T0 Theodolite T2 Waterpass EDM (Electronic Distance Meter) Pita Ukur Baja Kompas Prisma Roelof Handy Talky Planimeter Camera
4 2 2 1 5 3 5 3 1 3
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
D 1 2 3 4 5 6 7
PERALATAN HIDROMETRI Current Meter Echo Sounder Suspended Sediment Hand Sampler Bottom Grab Salinometer PH meter Peilschall
1 1 1 1 1 1 2
unit unit unit unit unit unit unit
E 1 2 3 4 5 6
PERALATAN GEOTEKNIK DAN LABORATORIUM MEKANIKA TANAH Hand Bor Sondir Compaction Test Undisturbed Sample Test Hydrullic Conductivity Test Kompas Geologi
1 1 1 6 1 1
unit unit unit unit unit unit
F 1 2 3
KENDARAAN Sepeda Motor Jeep Minibus
2 1 1
unit unit unit
2
3
4
1
BULAN 2 2 3 4
3 1
2
3
4
4 1
BAB VI ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN
BAB – 6 Organisasi Pelakana Pekerjaan
6.1 Umum Organisasi pelaksanaan pekerjaan dibentuk dengan tujuan sebagai berikut : a. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara konsultan dengan pemberi tugas. b. Terciptanya pembagian tugas dan koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang terlibat dalam penangan pekerjaan. c. Terjaminnya kelancaran jalannya pekerjaan secara keseluruhan dan penyelesaian pekerjaan yang tepat waktu dan memberikan hasil pekerjaan yang memuaskan.
6.2 Unsur Organisasi Unsur-unsur organisasi pelaksana pekerjaan yang telah dibentuk terdiri dari tim ahli yang dipimpin seorang ketua tim dan tenaga pendukung baik teknis/buruh lapangan maupun tenaga administrasi kantor. Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan dapat dilihat pada gambar 6.1. dibawah ini. Sedangkan tugas-tugas pokok tenaga ahli tersebut, adalah sebagai berikut : (1) Team Leader
Mengkoordinasi mobilisasi personel dan peralatan
Menyusun rencana kerja
Mengkoordinasi pengujian peralatan kantor dan lapangan
Memimpin peninjauan lokasi awal
Mengkoordinasi pekerjaan tenaga ahli lainnya
Membuat analisis dan perencanaan
Memeriksa laporan dan merevisi redaksional laporan yang disusun tenaga ahli
Melakukan presentasi laporan pada saat diskusi
(2) Ahli Bangunan Air
Membuat general dan detail lay out
Menganalisa dan merencanakan tipe-tipe bangunan air
Menghitung dimensi hidrolis bangunan utama dan bangunan pelengkapnya
Bersama dengan ahli mekanika tanah, menganalisis dan menghitung stabilitas bangunan terhadap kelongsoran, guling, geser, rembesan/piping dan respon terhadap gempa
Menginventarisir jenis-jenis dan tipe rumah pompa
Menganalisa jenis dan kapasitas pompa yang digunakan
Menyusun manual O & P rumah pompa
(3) Ahli Hidrologi dan Hidrolika
Mengkoordinasi pengumpulan data hujan, debit dan klimatologi
Melakukan analisis validitas data-data (melengkapi/mengoreksi data)
Menganalisa besaran-besaran hidrolis
Melakukan analisis ketersediaan air
Melakukan analisis kebutuhan air
Menghitung debit di bangunan pengambilan/sadap
Melakukan analisis neraca air
Melakukan analisis dan penelusuran debit banjir
Menghitung besaran banjir rancangan
(4) Ahli Mekanika Tanah
Bersama-sama dengan ahli geodesi, melakukan orientasi lapangan pada rencana PSD Pengairan untuk menentukan titik-titik rencana investigasi inti dan test pit.
Melakukan pemeriksaan dan pengecekan alat-alat investigasi
Memberikan pengarahan kepada tim investigasi tentang metode pelaksanaan
Memberikan instruksi pengambilan sampel
Memberikan pengarahan tentang jenis dan metode pengujian di laboratorium
Melakukan analisis data hasil pengujian laboratorium
Menganalisis besaran-besaran mekanika tanah untuk perancangan dan stabilitas bangunan
Menyusun laporan mekanika tanah
(5) Ahli Geodesi
Bersama dengan Chief Surveyor, melakukan orientasi lapangan pada rencana daerah genangan dan tapak waduk
Melakukan pemeriksaan dan pengecekan alat ukur
Memberikan
pengarahan
kepada
tim
pengukuran
tentang
metode
pelaksanaan
Menentukan titik Bench Mark dan mengukur koordinat global dengan GPS
Mengawasi pekerjaan juru ukur
Memeriksa data hasil pengukuran dan melakukan perhitungan ketelitian
Mengkoordinasi
penggambaran
situasi
topografi
dan
potongan
melintang/memanjang
Menyusun laporan pengukuran topografi
(6) Ahli Lingkungan
Menganalisa kualitas air yang ada di sumber air
Membuat rencana treatment
Menginventarisasi sumber pencemaran
(7) Ahli Sosial Ekonomi
Melakukan sosialisasi pekerjaan pada masyarakat sekitar lokasi pekerjaan
Mengumpulkan data-data kependudukan termasuk data sosial ekonomi dan sosial budaya
Membuat daftar kuisioner tentang apresiasi masyarakat sekitar lokasi pekerjaan
Melakukan analisis data
Melakukan analisis dan perhitungan ekonomis manfaat
Membuat laporan sosial ekonomi
Bagan struktur organisasi tim pelaksana pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1 BAGAN ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN Pekerjaan
: Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau
Proyek
: BAPEDA Kabupaten Bengkalis
Tahun
: 2005 PT. ..............
PEMIMPIN PROYEK
TEAM LEADER
DIREKSI PEKERJAAN
AHLI HIDROLOGI/HIDROLIKA
AHLI LINGKUNGAN
AHLI GEODESI
AHLI GEOLOGI & MEKTAN
AHLI SOSIAL EKONOMI
SURVEYOR HIDROMETRI
SURVEYOR KOMP. LINGKUNGAN
CHIEF SURVEYOR
JURU SONDIR & BOR T
SURVEYOR SOSEK
SURVEYOR
TENAGA PENDUKUNG
AHLI PERENCANAAN BANG.
Gambar 6.2 RENCANA JADWAL PERSONIL PELAKSANA PEKERJAAN Pekerjaan Proyek Tahun
: Pembangunan Sistem Air Bersih Perkotaan Kec. Mandau : BAPEDA Kabupaten Bengkalis : 2005
No
KEAHLIAN
A 1 2 3 4 5 6 7 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TENAGA AHLI Team Leader/Ahli SDA Ahli Hidrologi/Hidrolika Ahli Perencanaan Bang. Ahli Geodesi Ahli Geologi Ahli Sosial Ekonomi Ahli Lingkungan TENAGA PENDUKUNG Chief Surveyor Surveyor/Juru Ukur Juru Bor dan Sondir Laborant Surveyor Hidrometri Surveyor Sosek Surveyor Lingkungan Draftman Operator Komputer Adm. Dan Keuangan Pelayan Kantor
JUMLAH PERSONIL
JUMLAH MM
1 1 1 1 1 1 1
3.3 3 2 2.5 2 2 2
2 6 2 2 2 1 1 2 2 1 1
5 15 2 2 2 1 1 6 6.6 3.3 3.3
I 1
Page 1
2
II 3
4
1
2
III 3
4
1
2
3
4
IV 1