REACTION PAPER SEMINAR MANAJEMEN BIAYA
KELOMPOK 3: DWITA NINZI MAIVIZA
1510536012
GENI SETYAWATI
1510536019
HANANNA TAQWA
1510536044
KAIZEN COSTING
Tanggapan kami terhadap kaizen costing adalah kami setuju bahwa dengan konsep dasar yang ditawarkan kaizen costing, implementasi kaizen costing oleh perusahaan dalam rangka menciptakan keunggulan bersaing
yang berkelanjutan. Melalui implementasi
kaizen costing, perusahaan berfokus pada pengurangan biaya tanpa menimbulkan dampak negatif pada kualitas, fitur, keamanan, dan atribut-atribut tertentu yang terdapat dalam sebuah produk. Sasaran akhir Kaizen adalah tercapainya Kualitas, Biaya dan Distribusi. Pada praktiknya Kaizen menempatkan kualitas pada prioritas tertinggi. Kaizen mengajarkan bahwa perusahaan tidak akan mampu bersaing jika kualitas kualitas produk dan pelayanannya tidak memadai, sehingga komitmen manajemen terhadap kualitas sangat dijunjung tinggi. Kualitas yang dimaksud bukan sekedar kualitas produk melainkan termasuk kualitas proses yang ditempuh dalam menghasilkan menghasilkan produknya. Ide dasar kaizen costing pada dasarnya serupa dengan target costing. Kaizen costing diaplikasikan pada tahap produksi (manufacturing stage) dan membutuhkan keterlibatan yang tinggi dari karyawan, sementara target costing diimplementasikan pada tahap desain (design stage) dan hanya membutuhkan keterlibatan dari beberapa desainer saja. Penerapan Strategi Kaizen dalam sebuah perusahaan memerlukan usaha dan kerjasama dari semua level karyawan perusahaan mulai dari level terendah sampai dengan yang Manajemen Puncak. Dengan menggunakan konsep dasar Kaizen dalam melakukan berbagai aktifitas. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh, antara lain: Peningkatan Proses, Penggunaan paradigma baru, Mempercepat waktu proses, Zero Investment, Human Development, Keamanan dan keselamatan kerja.
Beberapa prinsip dari kaizen costing adalah 1) Berfokus kepada pelanggan. Fokus utama Kaizen adalah kualitas produk, tetapi tujuan terpenting Kaizen adalah kepuasan pelanggan. Segala sesuatu atau aktifitas yang tidak menambah nilai produk atau meningkatkan kepuasan pelanggan merupakan pengeluaran biaya yang tidak perlu. 2) Mengadakan peningkatan terus menerus. Dalam Kaizen, suatu keberhasilan bukanlah hasil akhir tetapi merupakan awal untuk melangkah ke tahap berikutnya karena suatu keberhasilan
merupakan
factor
dalam
meningkatkan
semangat
untuk
mencapai
keberhasilan yang lain. 3) Mengakui Masalah Secara Terbuka. Membangun budaya yang tidak saling menyalahkan, sehingga para karyawan dalam perusahaan Kaizen dapat mengakui kesalahan secara terbuka, dengan sadar menunjukan kelemahan dari prosesnya dan meminta bantuan jika tidak mampu mengatasinya. Keterbukaan tersebut merupakan suatu kekuatan yang bisa mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat serta meningkatkan kesempatan-kesempatan perbaikan. 4) Menciptakan Tim Kerja Dalam Kaizen, Tim adalah fondasi yang membentuk struktur organisasi. Melalui keikutsertaan para karyawan dalam tim, perusahaan mendapatkan keuntungan dari karyawannya. Kerjasama tim ini dapat menanamkan rasa saling memiliki, tanggungjawab kolektif, dan berorientasi pada perusahaan serta dapat memperkuat keterbukaan, saling berbagi dan komunikasi. Menurut kami sistem kaizen ini tidak hanya berpatokan pada hasilnya saja, melainkan berfokus pada prosesnya juga. Dengan perusahaan menerapkan sistem kaizen costing yang telah dbuktikan dengan negara jepang ini dimana mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan. Secara tidak langusng akan memberikan dampak bagi karyawan untuk juga melakukan perbaikan yang secara terus menerus. Sehingga banyaknya perbaikan yang diperoleh perusahaan dan menjadi perusahaan yang lebih baik Jadi kaizen merupakan suatu strategi yang digunakan untuk melakukan peningkatan secara terus menerus ke arah yang lebih baik dari segala sudut pandang. Mulai dari proses produksi, biaya operasional, kualitas produk, sumber daya manusia, dan meliputi semua kegiatan. Keberhasilan perusahaan menerapkan kaizen costing ini dipengaruh oleh beberapa hal, bukan semata oleh metode yang merekayasa sebuah proses produksi barang atau jasa tersebut. Adapun hal-hal tersebut seperti dukungan dari pihak manajemen, lingkungan sosial dan karyawan.