SI-479 Topik Khusus Transportasi
SI - 479 TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI (REKAYASA JEMBATAN) Pendahuluan Definisi Jembatan Definisi Lama: Suatu bangunan (struktur) yang menghubungkan kedua tepi sungai dan merupakan bagian dari konstruksi jalan. Definisi Baru: Suatu bangunan (struktur) yang bertumpu di atas 2 tumpuan atau lebih. Bagian Suatu Jembatan Super Struktur Sub Struktur Super Struktur (Bangunan Atas), terdiri dari: Lantai Jembatan Sistim Pembalokan Lantai Gelagar Utama Pengikat Angin Perletakan Termasuk: Expansion Joint Railing Guard Fence Drainage Equipment Sub Struktur (Bangunan Bawah), terdiri dari: Abutment Pier Pondasi Klasifikasi Jembatan 1. Berdasarkan Kegunaannya: Jembatan Jalan Raya Jembatan Jalan Kereta Api Jembatan Lintasan Air Jembatan Lintasan Pipa 2. Berdasarkan Material Yang Dipakai (Pada Super Struktur): Jembatan Kayu Jembatan Baja Jembatan Beton (RC + PC) Jembatan Batu 3. Berdasarkan Jenis Struktur Jembatan Gelagar Jembatan Rangka Jembatan Busur Jembatan Portal Jembatan Gantung Jembatan Kabel
Saka Madyagu Badisga (15096044)
SI-479 Topik Khusus Transportasi
4. Berdasarkan Lokasi Bridge : melintasi sungai Viaduct : melintasi jalan raya atau jalan kereta api 5. Berdasarkan Lama Pemakaian Jembatan Permanen Jembatan Sementara 6. Berdasarkan Kemampuan Bergerak (Movability) Jembatan Fixed Jembatan Movable Pemilihan Lokasi Jembatan 1. Dasar Pemilihan Lokasi jembatan harus diselidiki Syarat : - Tegak lurus tepi sungai - Sependek mungkin Batasan : Alinyemen jalan (bisa diubah atau tidak) Evaluasi : Metoda BCR (dilakukan survey) 2. Pertimbangan Kebutuhan Keadaan Lalu lintas sekarang Keadaan Lalu lintas masa yang akan datang Karakteristik aliran sungai Keadaan tanah dasar Alternatif Lokasi Estetika Biaya 3. Pemilihan Lokasi Melintasi sungai secara lurus Aliran sungai yang tetap, tanpa olakan/pusaran air atau aliran melintang yang cukup besar Alur yang sempit dan tepi yang kuat Kedua sisi sungai harus cukup tinggi terhadap kemungkinan bahaya banjir Terdapat lapisan batuan atau lapisan atau lapisan keras lainnya yang tidak erosif, pada kedalaman yang tidak terlalu besar dari dasar sungai Jarak oprit yang ekonomis, tidak terlalu tinggi, cukup panjang, bebas dari pengaruh banjir Tidak mengubah alinyemen jalan yang direncanakan 4. Pembagian Bentang yang Ekonomis Bentang bertambah panjang - biaya super struktur bertambah - biaya sub struktur berkurang Bentang bertambah panjang - biaya sub struktur bertambah - biaya super struktur berkurang Alternatif yang paling ekonomis - biaya super struktur biaya sub struktur
Saka Madyagu Badisga (15096044)
SI-479 Topik Khusus Transportasi
Survey Lokasi 1. Dasar Perencanaan Memperjelas semua kondisi dalam mencapai target Perencanaan, Perancangan, dan Pelaksanaan yang ekonomis dan rasional 2.
Data-Data Pendahuluan yang harus dikumpulkan: Nama sungai, jalan, dan lokasi kemungkinan letak jembatan Titik triangulasi terdekat dan elevasinya Data sungai: elevasi banjir minimum, normal, dan maksimum Data catchment area: lokasi, bentuk, kemiringan/keadaan tanah, intensitas hujan Keadaan tanah dan profil bor Persyaratan lalu lintas sungai Letak dan Kualitas Quarry Jalan untuk transportasi bahan-bahan Ketersediaan tenaga kerja Termasuk daerah gempa atau tidak Ketersedian tenaga listrik
3. Survey yang dilakukan: Jenis-jenis survey yang dilkukan akan berbeda, bergantung kepada jenis jembatan yang direncanakan. Sebagai pedoman dapat digunakan Tabel berikut: Topographical Survey Geological Survey Intersecting Roads, etc Rivers Survey Survey of Sea, Lakes and Marshes Soil Survey
Seismological Survey Meteorolpgical Survey Survey of Additions to Bridge Corrosion Materials Survey Construction
Penentuan jenis survey harus dilakukan terlebih dahulu, menghindari hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Contoh: - jarak antara lubang bor dan - kedalaman setiap lubang bor
Saka Madyagu Badisga (15096044)
untuk
SI-479 Topik Khusus Transportasi
Gambar Persiapan Gambar Persiapan adalah gambar-gambar yang harus dibuat selama waktu persiapan. 1. Peta Petunjuk, menunjukkan: Rencana lokasi jembatan Jalan yang sudah ada Keadaan topografi secara umum Skala Peta 1 : 50.000 2. Peta Situasi, menunjukkan: Keadaan topografi sepanjang dan kedua tepi sungai (secukupnya) Gambaran letak jembatan dan opritnya Skala Peta 1 : 1.000 s/d 1 : 5.000 3. Peta Situasi Detail untuk daerah lokasi jembatan yang dipilih Mencakup keadaan penampang sungai berjarak 100 – 200 m ke arah hilir dan hulu. Harus ditunjukkan: Situasi dan letak tinggi-rendah penampang sungai Arah aliran sungai Alinyemen dari oprit (eksisting dan rencana) Sudut alinyemen oprit (bila tidak ) Lokasi dan Elevasi “Bench Mark” Titik-titik tempat dilakukan boring 4. Potongan Melintang Sungai pada lokasi jembatan Harus dicantumkan: Elevasi dasar sungai, elevasi banjir tertinggi, terendah atau normal Pengaruh air pasang surut Keadaan tanah dasar sungai Ditambah beberapa potongan melintang pada jarak-jarak tertentu Skala Horizontal 1 : 1.000 Skala Vertikal 1 : 100 5. Potongan Memanjang Sungai Harus ditunjukkan: Letak jembatan Elevasi banjir maksimum, minimum, normal Letak dapat dipilih, misalnya pada tempat dasar sungai terdalam Skala Horizontal dipilih Skala Vertikal 1 : 1000 (minimum) 6. Peta Catchment Area (kalau ada) Skala Peta 1 : 50.000 7. Peta Profil Tanah Hasil Boring, sebaiknya pada lokasi Abutment/Kepala Jembatan Pier/Pilar Penting: Letak tanah keras
Saka Madyagu Badisga (15096044)
SI-479 Topik Khusus Transportasi
Pemilihan Jenis Jembatan 1. Prinsip Untuk meminimumkan biaya konstruksi (+ pemeliharaan), selama masih berada dalam batas spesifikasi/standar yang dipakai. Contoh: Metoda Jepang 2. Metoda Pemilihan Jenis Super Struktur a. Pada umumnya, dipilih jenis Beton Bertulang. b. Dalam kasus di bawah, Beton Bertulang tidak bisa dipakai. - Pembuatan beton tidak mungkin (in take), karena alasan tidak ada tempat bekisting atau waktu pelaksanaan - Jika bentang melebihi 20 m - Jika tinggi (pilar + 1/3 kedalaman pondasi) melebihi 15 m - Jika daya dukung tanah (qu) < 0,5 kg/cm2 Sebagai gantinya adalah: c. Jembatan “simple span” s/d 30 m, gelagar terbuat dari Beton Pratekan, tetapi jika < 500, gelagar terbuat dari Baja. d. Jembatan “simple span” bentang antara 30 – 60 m, gelagar terbuat dari komposit Baja – Beton, tetapi jika < 500, gelagar sebaiknya terbuat dari non komposit. e. Jembatan “simple span” dengan bentang > 60 m, jembatan adalah Struktur Rangka atau Busur/Arch. Dalam hal jembatan bukan “simple span” dan panjang bentang bisa ditentukan, maka sebaiknya: panjang bentang = 1,0 – 1,5 x H’ H’ = tinggi (pilar + 1/3 kedalaman pondasi) a. Jika H’ < 15 dan L > 20 m, maka Gelagar terbuat dari Beton Pratekan b. Jika H’ > 15 m, maka Gelagar dari Baja c. Jika L > 80 m, maka Jembatan Rangka d. Jika qu < 0,5 kg/cm2, Gelagar dari Baja 3. Metoda Pemilihan Jenis Sub Struktur a. Pada umumnya digunakan Beton Bertulang b. Jika Beton Bertulang tidak bisa dipakai maka digunakan Beton Pratekan atau Baja 4. Metoda Pemilihan Jenis Pondasi Dalam hal w.d < 5 m dan tidak ada bahaya korosi a. Jika lapiasan keras < 5 m, maka dipakai Pondasi Langsung. b. Jika lapisan keras di antara 5 – 15 m, maka dipakai Pondasi Tiang Pancang (RC atau PC) atau Pondasi Tiang Bor. c. Jika lapisan keras di antara 15 – 30 m, maka dipakai Pondasi Tiang Baja atau Pondasi Tiang Bor. (Pondasi Tiang Baja lebih disenangi bila q u < 0,5 kg/cm2) d. Jika lapisan keras > 30 m, lebih disenangi Pondasi Tiang Bor dari baja
Saka Madyagu Badisga (15096044)
SI-479 Topik Khusus Transportasi
Dalam hal w.d > 5 m, maka a. Jika lapiasan keras < 7 m, maka dipakai Pondasi Langsung. b. Jika lapisan keras di antara 7 – 30 m, maka dipakai Pondasi Sumuran (Well atau Pneumatic). c. Jika lapisan keras > 30 m, maka sebaiknya dipakai Pondasi Sumuran.
Saka Madyagu Badisga (15096044)