NAMA : MUHAMMAD BURHANUDDIN SHIDDIQ NIM
: 13/15976/STIK
FAKULTAS : TEKNOLOGI PERTANIAN
RESENSI BUKU
Judul : Al Qur’an Ilmu Tengetahuan dan Teknologi Seri tafsir Al Qur’an bil ilmi : 01 Penulis : Prof. Achmad Baiquni, MSc, PhD. Penerbit : PT. DANA BHAKTI WAKAF Tahun : 1994 Tebal : 168 halaman. Ilmi pengetahuan merupakan suatu hal yang konkrit dan mutlak harus dimiliki oleh setiap manusia, demi untuk menjaga kelangsungan hidup maupun sarana perkembangan / peningkatan taraf hidup. Ilmu pengetahuan ini sangat erat kaitannya dengan ilmu teknologi, merekapun saling mendukung dan mengisi satu sama lain. Tanpa ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tidak akan berkembang melainkan akan tetap mengulang hal-hal yang lalu saja. Oleh karena itulah, Allah menciptakan Al Qur’an bagi umat islam sebagai pedoman hidup serta sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Al Qur’an merupakan kitab suci yang sangat sempurna. Oleh karena itu, kita sebagai umat islam harus mempelajarinya dengan
cara yang sempurna juga. Yakni dengan tafsiran-tafsiran yang benar bukan tafsiran-tafsiran yang asal-asalan saja. Namun, beberapa kalangan diantara kita ada yang berpresepsi salah atau keliru dalam pemanfaatan Al Qur’an sebagai sumber sains. Orang-orang tersebut beranggapan bahwa untuk mengembangkan sains kita cukup membaca ayat-ayat kauniyah didalam Al Qur’an saja. Dengan demikian, maka mereka itu menilai kegiatan mempelajari dan mengembangkan sains melelui penelitian sebagai usaha yang tak ada gunanya, memboroskan uang, dan membuang waktu. Anggapan semacam itu mungkin timbul sebagai akibat pernyataan-pernyataan yang mengemukakan bahwa Al Qur’an merupakan sumber segala ilmu. Suatu ungkapan yang tidak hanya terdengar di lingkungan umat islam, tetapi kadang-kadang terucapkan juga oleh beberapa cendekiawan Barat dalam menghadapi situasi tertentu. Memang tidak seorangpun dapat menyangkal bahwa didalam Al Qur’an tidak hanya diletakkan dasar-dasar peraturan hidup manusia dalam hubungannya dengan tuhan sang pencipta, dalam interaksinya dengan sesama manusia dan dalam tindakannya terhadap alam sekitarnya, tetapi juga dinyatakan untuk apa manusia diciptakan. Namun, dalam hal tersebut terdapat adanya kesalah pahaman yang berbahaya yang terkandung dalam anggapan tersebut. Al Qur’an menyebutkan juga tentang kejadian alam semesta dan berbagai proses kealaman lainnya. Tentang penciptaan makhluk hidup, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin tahunya, dan dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada disekitarnya. Meskipun demikian, kitab suci itu bukan buku pelajaran kosmologi, atau biologi, atau sains pada umumnya. Sebab ia hanya mengatakan bagian-bagian yang sangat penting saja dari ilmu-ilmu yang dimaksud. Sebagai contoh dapatlah dikemukakan misalnya : bagaimana wujud keterpaduan langit dan bumi itu ? para ulama dan cendekiawan yang hidup seribu tahun yang lalu barangkali akan mengatakan bahwa pada waktu itu langit belum terangkat dan masih terletak di Bumi. Sebab konsepsi yang lazim diresapi orang pada saat itu menggambarkan bumi ini datar sedangkan langit melengkung seperti bola raksasa yang melingkupi Bumi dengan Bintang-Bintang yang menempel padanya. Sudah barang tentu kita mengetahui dari pengukuran astronomis bahwa Bintang-Bintang yang ada di langit itu jaraknya dari bumi tak sama dan bahwa mereka tidak menempel pada apapun. Dalam contoh ini kita justru melihat betapa sia-sia usaha mereka yang ingin menyusun sains dari membaca Al Qur’an saja. Apa yang mereka hasilkan akan banyak mengandung hal-hal yang bertentangan dengan kenyataan, sebab mereka hanya menggunakan konsepsi mereka yang salah, yang tidak didukung oleh observasi dan pengukuran. Apabila mereka kemudian menyebar luaskan sains susunan mereka itu atas nama agama, dengan mengatakan bahwa apa yang mereka kembangkan itu adalah ajaran agama yang mereka gali dari kitab suci. Padahal mereka menggunakan konsepsi mereka sendiri yang tidak benar dan tidak dilandasi oleh fakta yang
nyata, maka masyarakat akan mengatakan bahwa agama mereka kolot dan mengajarkan hal-hal yang tidak benar. Naudzubillah… Menjabarkan semua itu dalam manuskrip yang teoritis tanpa adanya tafsir Al Qur’an yang benar dan bukti nyata yang ada di dunia ini hanya akan menghasilkan karangan yang tidak jelas dan ambigu pula. Berbeda jika hal itu dideskripsikan atau dipaparkan melalui bukti-bukti nyata yang ada di dunia ini. Itulah yang membuat buku ini menarik untuk disimak sebagai sebuah teks yang membenarkan pemahaman orang-orang awam, khususnya orang muslim di Indonesia. Dari sini pembaca tidak hanya disuguhi bahan-bahan mentah saja, melainkan juga berbagai dinamika yang terjadi didalamnya. Buku yang membahas sains dalam Al Qur’an memang bukan kali pertama ini, namun yang membedakan buku ini dengan buku-buku sains yang lain ialah disertakan juga pendapat para Fisikawan Kosmolog yang terkenal dan mendunia karena teorinya tentang kejadian alam semesta, seperti : Einstein, Friedman, Weinberg dll. Teori para Fisikawan Kosmolog yang mengagumkan disertai penguraian dan penjelasan melalui beberapa ayat-ayat Al Qur’an, sungguh merupakan kombinasi yang sangat tepat. Lewat buku ini pembaca tidak hanya mempelajari sains melalui pemikiran manusia saja, melainkan sains yang berdasarkan hukum alam ( hukum Allah SWT ) yang sudah digambarkan dalam Al Qur’an sejak dahulu.