ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN
PADA NY. “R” P6A0
DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG BERSALIN RSUD PALEMBANG BARI
Disusun Untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Kebidanan 2 di RSUD Palembang Bari
DISUSUN OLEH : KELOMPOK III
1. NUR PURNAMA SARI
PO.71.24.2.15.022
2. NURUL HIDAYATI
PO.71.24.2.15.023
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2017
HALAMAN PERSETUJUAN Telah diperiksa dan disetujui seminar sebagai syarat penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan tingkat III semester 5 Politeknik Kesehatan Palembang pada tanggal 09 – 21 Oktober 2017 di RSUD Palembang BARI disusun oleh: 1. NUR PURNAMA SARI
( PO.71.24.2.15.022 PO.71.24.2.15.022 )
2. NURUL HIDAYATI
( PO.71.24.2.15.023 PO.71.24.2.15.023 )
Menyetujui: Pembimbing Akademik
Palembang,
Oktober 2017
Jurusan Kebidanan
Pembimbing Lahan Praktik
Politeknik Kesehatan Palembang
Ruang Bersalin
Suprida, SKM., M.Kes.
Diah Kesuma Sari
NIP 197305191993012001
NIP.
Mengetahui Ka. Bid Penunjang Medis Pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
Hj. Yulia Surie, S.Pd, SKM, M.Kes NIP. 195906061985112001
1
HALAMAN PERSETUJUAN Telah diperiksa dan disetujui seminar sebagai syarat penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan Kegawatdaruratan tingkat III semester 5 Politeknik Kesehatan Palembang pada tanggal 09 – 21 Oktober 2017 di RSUD Palembang BARI disusun oleh: 1. NUR PURNAMA SARI
( PO.71.24.2.15.022 PO.71.24.2.15.022 )
2. NURUL HIDAYATI
( PO.71.24.2.15.023 PO.71.24.2.15.023 )
Menyetujui: Pembimbing Akademik
Palembang,
Oktober 2017
Jurusan Kebidanan
Pembimbing Lahan Praktik
Politeknik Kesehatan Palembang
Ruang Bersalin
Suprida, SKM., M.Kes.
Diah Kesuma Sari
NIP 197305191993012001
NIP.
Mengetahui Ka. Bid Penunjang Medis Pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
Hj. Yulia Surie, S.Pd, SKM, M.Kes NIP. 195906061985112001
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahat dan kerunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah seinar praktik klinik yang berjudul Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. “R” P 6 6 A 0 dengan Retensio Plasenta di Ruang Bersalin Bersalin RSUD Palembang Bari dengan baik. Makalah ini merupakan syarat untuk menyelesaikan Praktik Klinik Kebidanan Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Ajaran 2017/2018. Dalam penulisan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan, dan bimbingan serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1.
dr. Hj. Makiani, S.H, M.M, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
2.
drg. Nur Adiba Hanum, M. Kes sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Palembang.
3.
dr. Ayus Astoni, Sp. PD, FINASIM sebagai Wakil Direktur Pelayanan RSUD Palembang BARI.
4.
dr. Hadi Asyik, Sp. A. sebagai Ketua Komite Medik RSUD Palembang BARI.
5.
dr. Hj. Syarifah Faridah, M. Kes. Sebagai Kepala Instalasi Rawat Inap RSUD Palembang BARI.
6.
Hj. Yulian Surie, S.Pd., SKM, M.Kes. selaku Kepala Bidang Penunjang Medis dan Pendidikan RSUD Palembang BARI.
7.
Masrianah, S.Kep, M.Kes. selaku Kepala Bidang Perawatan RSUD Palembang BARI
8.
Hj. Murdiningsih, SST, S.Pd., M. Kes. sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang.
9. Nesi Novita, SSiT, M.Kes sebagai Kepala Program Studi D-IV Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang. 10. Siti Hindun, SKM, M. Kes sebagai Sekretaris Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang.
2
11. Elita Vasra, SST, M.Kes. sebagai ketua praktik kebidanan fisiologis dan praktik kebidanan kegawatdaruratan Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang. 12. Suprida, SKM, M.Kes. sebagai pembimbing akademik kelompok III praktik kebidanan kegawatdaruratan Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang. 13. Rini Rosaria, S.ST., sebagai Kepala Ruangan Ruang Kebidanan RSUD Palembang BARI. 14. Diah Kesuma Sari, S.ST. sebagai pembimbing lahan praktik kelompok III RSUD Palembang Bari. 15. Seluruh karyawan dan karyawati RSUD Palembang BARI 16. Seluruh dosen pembimbing di Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak memiliki kekurangan
karena
keterbatasan
pengalaman
dan
pengetahuan.
Untuk
kesempurnaan penulisan ini, baik dalam penyajian maupun tata bahasa yang dipergunakan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta berguna untuk perbaikan di masa yang akan datang dan semoga makalah ini berguna bagi semua pihak.
Palembang, 18 Oktober 2017
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSUTUJUAN ........................................................................ 1 KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2 DAFTAR ISI .................................................................................................... 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 5 1.2 Tujuan ........................................................................................................ 5 1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 5 1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 6 1.2.3 Waktu Pelaksanaan ................................................................................. 6 1.2.4 Tempat Pelaksanaan ................................................................................ 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil RSUD Palembang BARI.................................................................. 7 2.1.1 Selayang Pandan ..................................................................................... 7 2.1.2 Visi, Misi, Motto, dan Tujuan ................................................................. 7 2.1.3 Sejarah ..................................................................................................... 8 2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan ........................................................................ 9 2.2. Tinjauan Teori .......................................................................................... 11 2.2.1. Retensio Plasenta ................................................................................... 11 2.2.2. Manual Plasenta ..................................................................................... 21 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1. Data Subjektif............................................................................................ 28 3.2. Data Objektif ............................................................................................. 29 3.3. Analisa ...................................................................................................... 31 3.4. Penatalaksanaan ........................................................................................ 31 BAB IV PEMBAHASAN 4.1.Perbedaan Teori dan Praktik Persiapan Alat .............................................. 32 4.2.Perbedaan Prosedur Kerja Menurut Teori dan Prosedur Kerja di Lapangan .................................................................................................................... 32 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 36 5.2. Saran.......................................................................................................... 36 Daftar Pustaka .................................................................................................. 38
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indikator kesehatan suatu Negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Indonesia di lingkungan ASEAN merupakan Negara dengan angka tertinggi yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu (Manuaba, 2013). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi pada angka 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk AKB dapat dikatakan penurunan on the track (terus menurun) yaitu 32/1.000 kelahiran hidup (Depkes RI,2012). Pada tahun 2015, berdasarkan data SUPAS 2015 baik AKI maupun AKB menunjukan penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1.000 KH). (Kesga,2016). Faktor penyumbang tingginya AKI di indonesia pada tahun 2016 dengan persentase sebanyak 32% diakibatkan oleh perdarahan. Sementara 26% diakibatkan hipertensi yang menyebabkan terjadinya kejang. Penyebab perdarahan pada ibu terutama karena Atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan kelainan darah. (Widiarini, 2017). Retensio plasenta adalah keadaan di mana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya plasenta tidak lahir spontan dan tidak yakin apakah plasenta lengkap (Walyani, 2015 ). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil tindakan manual plasenta sebagai bahan makalah seminar praktik klinik kebidanan di RSUD Palembang Bari.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
5
Setelah melakukan laporan kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “R ” P6A0 dengan retensio plasenta di ruang bersalin RSUD Palmbang Bari Tahun 2017.
1.2.2 Tujuan khusus
1.
Mahasiswa dapat mengetahui definisi, penyebab, tanda serta gejala retensio plasenta pada Ny.”R”.
2.
Mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan untuk manual plasenta.
3.
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan ibu bersalin dengan retensio plasenta dengan tindakan manual plasenta.
1.3 Waktu Pelaksanaan
Asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “R ” dengan retensio plasenta yang dilakukan pada hari Rabu, 18 oktober 2017 pada pukul 11.30 WIB.
1.4 Tempat Pelaksanaan
Asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “R ” dengan retensio plasenta di ruang bersalin RSUD Palembang Bari tahun 2017.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Profil RSUD Palembang BARI
2.1.1 Selayang Pandang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu – satunya rumah sakit milik pemerintah kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI terletak di jalan Panca Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah sel uas 4,5 H. Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.
2.1.2
Visi, Misi, Motto dan Tujuan
1) Visi
“Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah, dan Terperca ya di Indonesia”.
2) Misi
1. Meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan
yang
prima
denganberorientasi pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. 2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan. 3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
3) Motto
“Kesembuhan dan Kepuasan Pelanggan adalah Kebahagiaan Kami”.
4) Tujuan
1. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar mutu.
7
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. 3. Menciptakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mampu bersaing di era pasar bebas. 4. Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten dibidangnya. 5. Menyelenggarakan manajemen pengelolaan RS yang kondusif dan professional. 6. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang berorientasi pada perkembangan teknologi. 7. Meningkatkan kesejahteraan pegawai untuk memberikan manfaat yang signifikan kepada rumah sakit. 8. Memperluas kerjasama di bidang pendidikan, pelatihan, dan penelitian. 9. Menyelenggarakan
pendidikan
dan
pelatihan
yang
handal
dan
berkompeten di bidangnya.
2.1.3
Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya RSUD Palembang BARI
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan gedung poliklinik / Puskesmas Panca Usaha. 2. Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK Depkes Nomor 1326/Menkes/XI/1997, dan
tanggal 10 November
1997
ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C. 3. Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar kepada RSUD Palembang BARI, tanggal 7 November 2003. 4. Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 tentang Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada RSUD Palembang BARI, tanggal 5 November 2008. 5. Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota Palembang No.915 B Tahun 2008 tentang Penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang
8
yang merupakan
pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD)
secara penuh. 6. Kemudian dengan SK Depkes Nomor 241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal 2 April 2009 ditetapkan menjadi Runah Sakit Umum Daerah Kelas B. 7. KAKS – SERT / 363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat Lengka kepada RSUD Palembang BARI tanggal 25 J anuari 2012.
2.1.3.2 Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1. Tahun 1986 s.d 1994 : dr.Jane Lidia Jilahelu sebagai Kepala Poliklinik Panca Usaha. 2. Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr.Eddy Zarkaty Monasir, Sp.OG sebagai Direktur RSUD Palembang BARI. 3. Bulan Juli 2000 s.d November 2000 : Pelaksana Tugas dr.H.Dachlan Abbas, Sp.B. 4. Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksana Tugas dr. M.Faisal Saleh,Sp.PD. 5. Tanggal
14
November
2000
s.d
Januari 2012
:
dr.Hj.Indah
Puspita.H.A.Mars sebagai Direktur RSUD Palembang BARI. 6. Bulan Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, SH, M.M,. MARS sebagai direktur RSUD Palembang BARI.
2.1.4
Fasilitas dan Pelayanan
2.1.4.1 Fasilitas
1.
Instalasi Gawat Darurat 24 jam
2.
Farmasi / Apotik 24 jam
3.
Rawat Jalan / Poliklinik
4.
Rawat Inap
5.
Bedah Sentral
6.
Rehabilitasi Medik
7.
Radiologi 24 jam
8.
Laboratorium Klinik 24 jam
9.
Patologi Anatomi
9
10. Bank Darah 11. Hemodialisa 12. Medical Check Up 13. ECG / EEG 14. USG 4 Dimensi 15. Endoscopy 16. Kamar Jenazah 17. CT Scan 64 Slices
2.1.4.2 Pelayanan Rawat Jalan
1.
Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2.
Poliklinik Spesialis Bedah
3.
Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4.
Poliklinik Spesialis Anak
5.
Poliklinik Spesialis Mata
6.
Poliklinik Spesialis THT
7.
Poliklinik Saraf
8.
Poliklinik Kulit dan Kelamin
9.
Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Medik 11. Poliklinik Spesialis Jantung 12. Poliklinik Spesialis Gigi 13. Poliklinik Spesialis Akupuntur 14. Poliklinik SpesialisPsikologi 15. Poliklinik Spesialis Terpadu 16. Poliklinik PKBRS 17. Poliklinik Paru
2.1.4.3 Fasilitas Kendaraan Operasional
1.
Ambulance 118
2.
Ambulance Bangsal
3.
Ambulance Siaga Bencana
10
4.
Ambulance Trauma Center
5.
Mobil Jenazah
2.1.4.4 Pelayanan Rawat Inap
1.
Perawatan VIP dan VVIP
2.
Perawatan Kelas I, II dan III
3.
Perawatan Penyakit Dalam Perempuan
4.
Perawatan Penyakit Dalam Laki - laki
5.
PerawatanAnak
6.
Perawatan Bedah
7.
Perawatan ICU
8.
Perawatan Kebidanan
9.
Perawatan Neonatus/Nicu/Picu
2.1.4.5 Pelayanan Penunjang
1.
Instalasi Laboraturium Klinik
2.
Instalasi Radiologi
3.
Instalasi Bedah Sentral
4.
Instalasi Farmasi (Apotek)
5.
Instalasi Gizi
6.
Instalasi Laundry
7.
Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8.
Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9.
Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10. Bank Darah 11. Kasir 12. Hemodialisa 13. Instalasi Rehabilitasi Medis
2.2
Tinjauan Teori
2.2.1. Retensio Plasenta 2.2.1.1.Definisi Retensio Plasenta
11
Retensio plasenta adalah keadaan di mana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya plasenta tidak lahir spontan dan tidak yakin apakah plasenta lengkap (Walyani, 2015). Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Pranoto, 2014). Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama setengah jam setelah janin lahir (Maryunani, 2012).
a.
Faktor yang Mepengaruhi Terjadinya Retensio Plasenta
Menurut Walyani (2015), menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi terjadinya retensio plasenta antara lain: 1) Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring . 2) Kelainan dari plasenta dan sifat perlekatan plasenta pada uterus. 3) Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak rtimik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.
b.
Klasifikasi Retensio Plasenta
Menurut Maryunani (2009), menyatakan bahwa penyebab retensio plasenta antara lain: 1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya: a) Bila plasenta belum lepas sama sekali, tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. b) Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
12
c) Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum, dan bila lebih dari 30 menit maka dapat dilakukan plasenta manual. 2) Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim, namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala 3) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata). Menurut Sastrawinata (2012), menyatakan bahwa penyebab retensio plasenta antara lain: 1) Fungsional: a) His kurang kuat (penyebab terpenting). b) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesiva. 2) Patologi-anatomi: a) Plasenta akreta. b) Plasenta inkreta. c) Plasenta perkreta. d.) Jenis Retensio Plasenta Menurut Pranoto (2014), menyatakan bahwa jenis-jenis retensio plasenta adalah: 1)
Plasenta adhesiva, adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2)
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
3)
Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta sehingga memasuki atau mencapai miometrium.
4)
Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
13
5)
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontraksi ostium uteri.
c.
Diagnosis Retensio Plasenta
Menurut Nugroho, (2012), menyatakan bahwa tanda dan gejala yang selalu ada, antara lain: 1)
Plasenta belum lahir setelah 30 menit.
2)
Perdarahan segera.
3)
Kontraksi uterus baik. Selain tanda dan gejala yang selalu ada, berikut tanda da gejala yang
kadang-kadang ada, antara lain: 1) Tali pusat putus akibat tarikan berlebihan. 2) Inversio terus akibat tarikan. 3) Perdarahan lanjutan.
d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta
Menurut Pranoto (2014), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta antara lain: 1)
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks, kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring .
2)
Kelainan plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta.
3)
Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan
plasenta;
serta
pemberian
melemahkan kontraksi uterus.
e.
Penatalaksanaan Retensio Plasenta
14
anestesi
terutama
yang
Menurut Pranoto (2014), menyatakan bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus retensio plasenta adalah: 1)
Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan, jika dapat dirasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
2)
Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika perlu, lakukan kateterisasi kandung kemih.
3)
Jika plasenta belum keluar, berikan oxitosin 10 unit IM.
4)
Lakukan peregangan tali pusat terkendali.
5)
Jika belum berhasil, cobalah melakukan pengeluaran plasenta secara manual.
6)
Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji apembekuan darah sederhana. Menurut Walyani (2015), menyatakan bahwa penanganan retensio
plasenta atau sebagian plasenta adalah: 1)
Resusitasi (pemberian oksigen 100%). Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila menungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Tranfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2)
Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan ringer laktat atau NaCL 0,9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3)
Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4)
Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5)
Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa
15
plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. 6)
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7)
Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.
f.
Terapi Retensio Plasenta
Terapi untuk retensio atau inkarserasi adalah 35 unit syntocinon (oksitosin) IV yang diikuti oleh usaha pengeluaran secara hati-hati dengan tekanan pada fundus. Jika plasenta tidak lahir, usahakan pengeluaran secara manual setelah 15 menit. Jika ada keraguan tentang lengkapnya plasenta, lakukan palpasi sekunder (Walyani, 2015).
2.2.1.2.Etiologi
Penyebab Retentio Plasentamenurut Sastrawinata (2006:174) adalah sebagai berikut.
Fungsional: 1) His kurang kuat (penyebab terpenting) 2) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesive.
Patologi – anatomi: 1)
Plasenta akreta
2)
Plasenta inkreta
3)
Plasenta perkreta
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena: a) Plasenta belum lepas dari dinding uterus b) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
16
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Menurut Manuaba (2006:301) kejadian retensio plasenta berkaitan dengan: a)
Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta
adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta b) Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan: 1.
Darah penderita terlalu banyak hilang
2.
Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi
3.
Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Plasenta manual dengan segera dilakukan : 1.
Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang
2.
Terjadi perdarahan postpartum berulang
3.
Pada pertolongan persalinan dengan narkosa
4.
Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam
2.2.1.3.Patofisiologi
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio
17
sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. Ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua. Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin. 2.2.1.4.Tanda dan Gejala
Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta
Plasenta Akreta Parsial / Separasi 1.
Konsistensi uterus kenyal
2.
TFU setinggi pusat\
3.
Bentuk uterus discoid
4.
Perdarahan sedang – banyak
5.
Tali pusat terjulur sebagian
6.
Ostium uteri terbuka
7.
Separasi plasenta lepas sebagian
18
8.
Syok sering
Plasenta Inkarserata 1.
Konsistensi uterus keras
2.
TFU 2 jari bawah pusat
3.
Bentuk uterus globular
4.
Perdarahan sedang
5.
Tali pusat terjulur
6.
Ostium uteri terbuka
7.
Separasi plasenta sudah lepas
8.
Syok jarang
9.
Konsistensi uterus cukup
10. TFU setinggi pusat 11. Bentuk uterus discoid 12. Perdarahan sedikit / tidak ada 13. Tali pusat tidak terjulur 14. Ostium uteri terbuka 15. Separasi plasenta melekat seluruhnya 16. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat.(Prawirohardjo, S. 2012) 17. Plasenta Akreta
2.2.1.5.Komplikasi
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya: 1. Perdarahan Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup. 2. Infeksi Karena
sebagai
benda
mati
yang
tertinggal
di
dalam
rahim
meningkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
19
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi. 4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi
patologik
(displastik-diskariotik)
dan akhirnya
menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker. 5. Syok haemoragik (Manuaba, 2014) 2.2.1.6.Penatalaksanaan
Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah: 1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah. 2. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi. 3. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. 4. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi
20
ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus. 5. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. 6. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. 7. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder. (Sulisetiya.blogspot.com/2013/03).
2.2.1.7.
Pemeriksaan penunjang
a) Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat. b) Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin
Time (PT) dan Activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.
2.2.2. Manual Plasenta
Manual Plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :
21
a.
Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive dan plasenta akreta serta Plasenta inkreta dan plasenta perkreta.
b.
Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
c.
Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:
Darah penderita terlalu banyak hilang.
Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi.
Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Manual Plasenta dengan segera dilakukan:
Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual
Plasenta
dalam
keadaan
darurat
dengan
indikasi
perdarahan di atas 400 cc dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.
2.2.2.1.Pengertian
22
Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. 2.2.2.2.Tujuan
Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus dipikirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. (Manuaba, IBG) 2.2.2.3.Kekurangan Manual Plasenta
Ibu merasa kesakitan
Membutuhkan keahlian khusus
Dapat terjadi perdarahan
2.2.2.4.Kelebihan Manual Plasenta
Tidak ada sisa kotiledon/slaput yang tertinggal
Dapat menyelamatkan ibu dari infeksi
2.2.2.4.Prosedur Manual Plasenta
Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, dapat diinfus dengan NaCl atau Ringer Laktat.
Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri.
Langkah klinik a. Persetujuan Tindakan Manual Plasenta
Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan. b. Persiapan Sebelum Tindakan
1. Pasien,
23
1)
Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan.
2)
Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
3)
Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
4)
Medikamentosa a. Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT, Tramadol 1-2 mg/kg BB) b. Analgesik suppositoria Tramadol hidroklorida 100 mg untuk perawatan nyeri akut berat setelah tindakan. c. Sedative (Diazepam 10 mg) d. Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml e. Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin) f. Cairan NaCl 0,9% dan RL g. Infuse Set h. Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%) i. Oksigen dengan regulator
2. Penolong a. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set b. Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang c. Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang d. Larutan desifektan e. Air DTT 3. Instrument
Kocher: 2
Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G
Wadah plasenta : 1
Kateter karet dan urine bag : 1
Heacting set : 1 set
Partus set
c. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
24
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril. d. Tindakan Manual Plasenta Penetrasi Ke Kavum Uteri
1.
Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet infuse.
2.
Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi.
3.
Operator berdiri dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut.
4.
Lakukan kateterisasi kandung kemih.
Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
5.
Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.
6.
Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
7.
Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
8.
Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
9.
Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk).
10. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta,
25
telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas. Melepaskan Plasenta dari Dinding Uterus
1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas.
Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding dalam uterus.
Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.
2. Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan. 3. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan. 4. Menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah). 5. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir. 6. Keluarkan plasenta. 7. Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan
26
masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit. Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghetikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu. 8. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder. e. Dekontaminasi Pasca Tindakan
Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang telah di gunakan penolong ke dalam larutan desifektan.
Cuci tangan pasca tindakan. Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi.
f. Perawatan Pascatindakan
Periksa kembali tanda vital pasien dan perdarahan pervaginam, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan. - Setiap 15 menitpada jam pertama. - Setiap 30 menit pada jam kedua
Pastikan bahwa uterus tetap berkontraksi.
Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang tersedia.
Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan (di Rumah Sakit).
27
BAB III TINJAUAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada Hari/Tanggal : Rabu /11 Oktober 2017 Pukul
: 20.00 WIB
Ruangan
: Bersalim RSUD Palembang BARI
Oleh
:1.Nur Purnama Sari 2.Nurul Hidayati
3.1 Data Subjektif Biodata
Identitas Pasien Nama
: Ny”R”
Umur
: 41 tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: jl.H.faqih usman zulu lr.murni RT.05 no.103 palembang
No. RM
: 11.84.30
Identitas Penanggung Jawab Nama
: Darwin
Umur
: 45 tahun
Agama
:Islam
Suku/Bangsa
:Indonesia
Pekerjaan
: wiraswasta
Alamat
: jl.H.faqih usman zulu lr.murni RT.05 no.103 palembang
Hubungan
: suami
3.1.1.Keluhan Utama / Alasan Datang Pasien mengeluh nyeri ulu hati dan mules pada perut sejak satu hari yang lalu, bertambah parah sejak lebih kurang 6 jam sebelum masuk, nyeri hilang timbul,
28
mual (+), muntah (+), nyeri dada (-), batuk (-), pilek (-), demam (+) sejak 2 hari yang lalu, pandangan berkurang, sakit kepala (+).
3.1.2.Riwayat perjalanan penyakit Ibu
mengatakan
tidak
pernah
menderita
penyakit
menular
(TBC/Hepatitis/Kusta) dan menular seksual (Sifilis /Gonorrhea/HIV/AIDS). Ibu tidak
memiliki
riwayat
penyakit
keturunan
(Hipertensi/Asma/Diabetes
Mellitus/Kelainan Jantung) dan tidak pernah dioperasi.
3.1.3.Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu Anak
Tahun
Tempat
Jenis
Penolong
Ke-
Partus
Partus
Partus partus
Usia
Penyulit
Gestasi
nifas
1. 2. 3. 4. 5. 6.
3.1.4.Riwayat Kehamilan Sekarang GPA
:
HPHT
:
TP
:
Usia Kehamilan
:
ANC
:
Status Imunisasi
:
Tablet FE
:
3.2.Data Objektif
3.2.1.Pemeriksaan Umum:
Kesadaran
: Compos Mentis
Nadi
: 73x/menit
29
Laktasi
Keadaan Anak JK
PB/BB
Ket.
Pernafasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,8º C
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Berat Badan
:60 kg
3.2.2. Pemeriksaan Fisik a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kepala Bentuk
: Simetris
Benjolan
: Tidak ada
Masalah
: Tidak Ada
Kebersihan Rambut Kebersihan rambut
: Bersih
Warna Rambut
: Hitam
Mudah Rontok
: Tidak
Muka Pucat
: Ya
Oedema
: Tidak Ada
Mata Pupil
: Normal
Konjuntiva
: Tidak pucat
Sklera
: Putih
Hidung Posisi hidung
:Normal
Bentuk hidung
:Simetris
Telinga Bentuk telinga
:Simetris
Masalah
: Tidak Ada
Mulut Gigi
: Tidak ada caries.
Lidah
: Tidak ada masalah
Bibir
: Tidak ada masalah
Tonsil
: Tidak ada masalah
Leher
30
i.
Pembengkakan
: Tidak ada
Pergerakan
: Tidak ada kelainan
Dada Bentuk
: Simetris
Putting susu
: Menonjol
Massa
: Tidak ada
Masalah
: Tidak ada
i. Abdomen Bentuk
: Datar
TFU
:
Kontraksi
: Lemah
Konsistensi
: Lembek
Kandung kemih
: Kosong
j. Ekstremitas : Atas
: bengkak
Bawah
: bengkak
3.2.3. Pemeriksaan Penunjang -
3.3.Analisa
P6A0 Inpartu Kala III dengan Retensio Plasenta
3.4.Penatalaksanaan
Terapi Medis Diberikan pada tanggal 11oktober 2017 a) Intravena Fluid Drip (IVFD) Ringer Laktat RL + 2 ampul oxytosin Gtt (Guttae) 20x/menit b) Injeksi : -oxytosin 10 ui di paha kiri, dan 10 ui di paha kanan
31
BAB IV PEMBAHASAN
4.3.Perbedaan Teori dan Praktik Persiapan Alat
Teori
Praktik
Spuit dan jarum sesuai ukuran
Obat-obatan dalam tempatnya
Cairan dan selang intravena
Kapas alcohol
APD (Matella, masker, apron, kacamata
pelindung,
dan
jarum
sesuai
ukuran
Obat-obatan
dalam
tempatnya
Cairan dan selang intravena siap digunakan.
sepatu
bots).
Spuit
Handscoon steril.
Alcohol Swab
APD lengkap.
Handscoon steril
Tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktik
4.4.Perbedaan Prosedur Kerja Menurut Teori dan Prosedur Kerja di Lapangan Prosedur Kerja Menurut Teori
Prosedur Kerja di Lapangan
1.
Informed consent
2.
Gunakan APD
persetujuan
3.
Buka spuit dan patahkan ampul
menjelaskan prosedur yang akan
4.
Dekatkan alat vulva hygiene
dilakukan.
5.
Cuci tangan
6.
Pasang
handscoon
1.
sebelah
kanan. 7.
Perawat/bidan
meminta
pasien/keluarga
dan
2.
Perawat/bidan menggunakan APD
3.
Perawat/bidan mencuci tangan
4.
Perawat/bidan memeriksa identitas
Masukan obat-obatan ke dalam
pasien,
spuit
handscoon dan memasukkan obat
8.
Pasang handscoon sebelah kiri.
ke dalam spuit.
9.
Lakukan vulva hygiene
5.
32
kemudian
Perawat/bidan
menggunakan
melakukan
vulva
10. Cuci tangan dengan air DTT (minta
tolong
menjauhkan mengganti
asisten
untuk
bengkok
dan
dengan
hygiene.
Kemudian
melakukan
pemasangan kateter. 6.
bengkok
Perawat/bidan mencuci tangan dan mengganti handscoon dengan yang
yang baru).
baru
11. Lakukan pemasangan kateter.
7.
Perawt/bidan memasang duk steril.
12. Lepas handscoon dan rendam
8.
Perawat/bidan
dilarutan klorin
penyuntikan pada selang intravena
13. Cuci tangan 14. Pakai
dan
handscoon
(tangan
melakukan
kanan
kembali
obat
secara
perlahan-lahan ke dalam selang
handscoon
panjang, tangan kiri handscoon
memasukkan
intravena. 9.
pendek).
Perawat/bidan memeriksa kecpatan infus dan mengobservasi reaksi
15. Pasang
duk
steril
(bawah
bokong, diatas perut ibu, dan
obat. 10. Perawat/bidan
disamping kiri ibu).
vulva dengan cairan antiseptik.
16. Minta asisten mencuci tangan
11. Perawat/bidan memindahkan klem
dan menggunakan handscoon. 17. Minta
tolong
menyuntikan
membersihkan
asisten
sedative
10 cm dari vulva. 12. Tangan kiri memegang tali pusat
dan
sejajar
analgetik 1 ampul IM pada ibu
lantai,
membentuk
tangan secara
kanana obstetri
18. Pastikan infus terpasang (RL +
menelusuri dari bawah pusat ke
induksi oksitosin 2 ampul/ 20
arah vulva kemudian masukkan
UI
tangan ke introitus vagina
dengan
tetesan
60
x/m
sehingga 1 jam/1 kolf). 19. Bersihkan
vulva
13. Asisten/perawat/bidan
satu
kali
usapan dengan antiseptik
tali pusat sejajar lantai. 14. Perawat/bidan
20. Pindahkan klem 10 cm dari vulva. 21. Tangan pusat kanana
memegang
memindahkan
tangan kiri ke fundus. 15. Tangan kanan masuk ke kavum
kiri sejajar
memegang lantai,
membentuk
tali
uteri untuk mencari insersi tali
tangan
pusat ketika bertemu buka tangan
secara
seperti bersalaman kemudian cari
33
obstetri menelusuri dari bawah
tempat nidasi plasenta
pusat ke arah vulva kemudian
16. Perawat/bidan menyisipkan pinggir
masukkan tangan ke introitus
jari tangan di antara plasenta dan
vagina
dinding
22. Minta
tolong
memegang
asisten
untuk
pusat
sejajar
tali
rahim
kemudian
melakukan pengikisan dari atas ke bawah
lantai.
plasenta
secara
bergeser
setelah
terkikis
semua
sudah
23. Pindahkan tangan kiri ke fundus
plasenta dilepaskan lalu lakukan
24. Tangan kanan masukkan ke
pengikisan ulang untuk mencari
kavum
uteri
untuk
mencari
apakah
ada
sisa-sisa
plasenta
insersi tali pusat ketika bertemu
tertinggal. Ketika diyakini plasenta
buka tangan seperti bersalaman
sudah
kemudian cari tempat nidasi
plasenta tarik tangan keluar ketika
plasenta
sampai di segmen bawah rahim
25. Sisipkan pinggir jari tangan kita
keluar
semua,
perawat/bidan
memindahkan
di antara plasenta dan dinding
tangan
rahim
lakukan
kemudian mengeluarkan plasenta
pengikisan dari atas ke bawah
sambil melakukan dorso kranial
secara bergeser setelah plasenta
dan meletakkan ditempat datar.
kemudian
kiri
genggam
di
supra
simfisis
sudah terkikis semua lepaskan
17. Perawat/bidan melakukan masase
plasenta lalu lakukan pengikisan
18. Ketika kontraksi uterus membaik
ulang untuk mencari apakah ada
perawat/bidan
sisa-sisa
keluarga pasien melakukan masase.
plasenta
tertinggal.
Apabila diyakini plasenta sudah
mengajarkan
19. Melakukan
pemeriksaan
keluar semua, genggam plasenta
kelengkapan
tarik
dan selaput plasenta)
tangan
keluar
apabila
sampai di segmen bawah rahim
plasenta
20. Perawat/bidan
(kotiledon
memberitahu
pindahkan tangan kiri di supra
keluarga pasien bahwa plasenta
simfisis
kemudian
keluarkan
telah lahir lengkap
plasenta
sambil
melakukan
dorso
kranial
ditempat datar.
dan
21. Perawat/bidan membereskan alat
letakkan
dan dekontaminasi alat. 22. Perawat/bidan
34
membuka
26. Lalu lakukan masase 27. Apabila membaik
handscoon dan cuci tangan
kontraksi ajarkan
uterus
23. Perawat/bidan melakukan vital sign
keluarga
dan
pasien melakukan masase. 28. Lakukan
observasi
perdarahan
pervaginam.
pemeriksaan
24. Perawat/bidan
melakukan
kelengkapan plasenta (kotiledon
dokumentasi tindakan dan hasil
dan selaput plasenta)
pemeriksaan.
29. Beritahu keluarga pasien bahwa plasenta telah lahir lengkap 30. Bereskan
alat
dan
dekontaminasi alat. 31. Buka handscoon 32. Lakukan
vital
sign
dan
observasi perdarahan 33. Dokumentasi.
Tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktik dalam prosedur kerja.
35
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny “R ” di Ruang Bersalin RSUD Palembang BARI penulis melakukan pengkajian dan mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Mahasiswa sudah mengetahui konsep dasar retensio plasenta.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar manual plasenta.
3.
Mahasiswa sudah bisa melakukan persiapan alat tindakan manual plasenta.
4.
Mahasiswa sudah bisa
melaksanakan susunan prosedur manual plasenta
pada Ny. “R” dengan retensio plasenta di ruang bersalin RSUD Palembang BARI.
5.2 Saran 5.2.1 RSUD Palembang BARI
Melalui makalah ini diharapkan pelayanan terhadap masyarakat terus ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat semakin bertambah, serta kiranya untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan mutu sumber daya kesehatan demi menjunjung visi dan misi RSUD Palembang BARI. Dalam segi penatalaksanaan pada kasus retensio plasenta yaitu melalui tindakan manual plasenta, prosedur kerja di lapangan telah sesuai dengan teori.
5.2.2 Institusi Pendidikan
Diharapkan pemberian materi praktik lebih diintensifkan agar mahasiswa ketika terjun dilapangan tidak kaku dan mampu menghadapi segala situasi dan mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai dengan yang harus dicapai. Dan halhal yang seharusnya dipelajari dalam tindakan kegawatdaruratan baik secara praktik maupun disampaikan secara teori harus lengkap dan bukannya hanya setengah dari pelajaran tersebut. Salah satu cara dosen selalu hadir membimbing didalam
kelas
disetiap
matakuliah
sesuai
pembelajaran.
36
dengan
silabus
dan
metode
5.2.3 Mahasiswa
Melalui makalah ini mahasiswa agar dapat merealisasikan prosedur tindakan pertolongan pada kegawatdaruratan terutama manual plasenta yang didapat dari pendidikan dan dapat melaksanakan praktik kebidanan sesuai dengan teori praktik dan pendidikan secara tepat, cepat, akurat, dan professional.
37