1
BAB V SPESIFIKASI TEKNIS 5.1. RUANG LINGKUP PROYEK
Nama Kegiatan Kode Kegiatan Kode Rekening Nama Paket Pekerjaan
5.2.3.14.08 PEMBANGUNAN BOX CULVERT (Jl. Sidotopo Pembangunan Sarana Prasarana Pematusan (tahun jamak/multiyears) 1.03.28.0032 Wetan ........ )
Lokasi Anggaran
Kota Surabaya
Sumber Dana
APBD Pemerintah Kota Surabaya 2013 I
Tahun Anggaran
(Satu)
Priode Lelang 5.2. Lingkup Pekerjaan : I
PEKERJAAN PENDAHULU PENDAHULUAN AN 1. Persiapan dan Sewa Direksi Keet 2. Uitzet Dengan waterPass / Theodolit 3. Pasang Rambu Pengaman 4. Pembuatan Bowplank 5. Test Hole
II
PEKERJAAN TANAH 1. Galian Untuk Tanah Konstruksi Dengan Alat Berat 2. Bongkaran Pasangan Lama 3. Pengurugan Sirtu Padat 4. Penggalian Tanah Lumpur Dengan Alat Berat 5. Pengangkutan Tanah Keluar Proyek
III PEKERJAAN PENERANGAN JALAN 1. Tanah Taman Terolah 2. Pemasangan Kabel NYFGBY 3cx4mm 3. Pemasangan Kable dan Penarikan 4. Pemasangan PVC untuk Kabel Tanam 5. Perakitan Panel Penerangan Jalan Umum (PJU) 6. Panel Tempat Ballast UK. 25.15.10 cm untuk Lampu Sorot 7. Instalasi 1 titik Lampu PJU (Tarikan Udara) 8 m 8. Pemasangan Panel Lampu PJU - 1 Phase 5500 5500 VA 9. Pemasangan Lampu Natrium 250w/220v 10. Pondasi Pelat Beton 1pc:2ps:2,5kr (K.250) (188 Kg) 11. Pemasangan Tiang Oktagonal 7 m Double Hot Dipped Galvaniszed Dengan Flenders 12. Pembuatan dan Pemasangan Terminal dalam Tiang 13. Pengecetan Tiang PJU IV PEKERJAAN MEDIAN JALAN 1. Pemasangan Paving Stone (Abu-abu) Tb.6 cm emapat persegi 2. Pemasangan Paving Stone (Abu-abu) Tb.6 cm empat persegi panjang samping 3. Pemasangan Stopper/Uskup (Merah) Tb. 6 cm 4. Pemasnagan Kanstin Uk. 15.25.40 5. Pas. Curbing Type A Panjang 0,6 m 6. Spesi 1pc:2Ps T=3 cm 7. Pemasangan Batu Kali Belah 15/20 cm (1Pc:4Ps) 8. Plesteran Halus 1 Pc:4Ps T=1,5 cm
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
9. Pasangan Benangan
V
2
PEKERJAAN BOX CULVERT 1. Penggadaan dan Pemasangan Beton Box-Culvert Top Bottom K-400 (200.200.120)( (200.200.120)(Fabrikasi) Fabrikasi) 2. Pengadaan dan Pemasangan Beton U-Ditch K-350 (100.100.120) (Fabrikasi) 3. Pengadaan dan Pemasangan Beton U-Ditch K-350 (80.100.120) (Fabrikasi) 4. Pengadaan dan Pemasangan Pelat Intrit Tb.12 cm K-350 (Fabrikasi (Fabrikasi)) 5. Pelat Wiremest 1 pc:2ps:2.5kr (K-250) 97 Kg 6. Pekerjaan Beton Rabat (1pc:3ps:6kr) 7. Manhole + Pemasangan 8. Cor Beton Pelaluan Air + Pemasangan 9. Lapis Resap Ikat / Prime Coat 10. Lapis Resap Ikat / Tack Coat 11. Penghamparan ATB tb.4 cm 12. Penghamparan lapis Perm. Aspal Beton Laston (AC) tb. 4 cm cm 13. Sewa Steel Sheet Pile
VI PEKERJAAN LAIN-L LAIN-LAIN AIN 1. Mobilisasi dan Demobilisa Demobilisasi si 2. Quality Control 3. Pembersihan Lapangan / Lokasi 4. Dewatering 5. Pembuatan Kisdam tinggi 2 m tebal 0,6 m 6. Pemasangan Trucuk bambu dia 8 - 12 cm T.2.5-3 m 7. Pembongkaran Jembatan Beton Dengan Pembersihan 8. Pembongkaran Jembatan Kayu Dengan Pembersihan 9. Rekondisi Paving 10. Rekondsi Taman
5.3. Rencana Kerja Dalam waktu Secepat-cepatnya 7 hari serta selambat-lambatnya 14 hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK) turun, Kontraktor harus mengajukan sebuah rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan gambar-gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti yang disebutkan dalam dokumen tender, menjelaskan secara terperinci urusan pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi, pengawas dan pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan proyek tersebut di atas. 5.4. Tempat Kerja Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa membebani Direksi dengan pembiayaan tambahan. 5.5. Tanggung Jawab Kontraktor Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi lama yang akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian Kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan makahal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor . Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
9. Pasangan Benangan
V
2
PEKERJAAN BOX CULVERT 1. Penggadaan dan Pemasangan Beton Box-Culvert Top Bottom K-400 (200.200.120)( (200.200.120)(Fabrikasi) Fabrikasi) 2. Pengadaan dan Pemasangan Beton U-Ditch K-350 (100.100.120) (Fabrikasi) 3. Pengadaan dan Pemasangan Beton U-Ditch K-350 (80.100.120) (Fabrikasi) 4. Pengadaan dan Pemasangan Pelat Intrit Tb.12 cm K-350 (Fabrikasi (Fabrikasi)) 5. Pelat Wiremest 1 pc:2ps:2.5kr (K-250) 97 Kg 6. Pekerjaan Beton Rabat (1pc:3ps:6kr) 7. Manhole + Pemasangan 8. Cor Beton Pelaluan Air + Pemasangan 9. Lapis Resap Ikat / Prime Coat 10. Lapis Resap Ikat / Tack Coat 11. Penghamparan ATB tb.4 cm 12. Penghamparan lapis Perm. Aspal Beton Laston (AC) tb. 4 cm cm 13. Sewa Steel Sheet Pile
VI PEKERJAAN LAIN-L LAIN-LAIN AIN 1. Mobilisasi dan Demobilisa Demobilisasi si 2. Quality Control 3. Pembersihan Lapangan / Lokasi 4. Dewatering 5. Pembuatan Kisdam tinggi 2 m tebal 0,6 m 6. Pemasangan Trucuk bambu dia 8 - 12 cm T.2.5-3 m 7. Pembongkaran Jembatan Beton Dengan Pembersihan 8. Pembongkaran Jembatan Kayu Dengan Pembersihan 9. Rekondisi Paving 10. Rekondsi Taman
5.3. Rencana Kerja Dalam waktu Secepat-cepatnya 7 hari serta selambat-lambatnya 14 hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK) turun, Kontraktor harus mengajukan sebuah rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan gambar-gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti yang disebutkan dalam dokumen tender, menjelaskan secara terperinci urusan pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi, pengawas dan pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan proyek tersebut di atas. 5.4. Tempat Kerja Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa membebani Direksi dengan pembiayaan tambahan. 5.5. Tanggung Jawab Kontraktor Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi lama yang akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian Kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan makahal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor . Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
5.6. Tenaga Kerja
3
Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan / petunjuk Direksi Lapangan. 5.7. Satuan Ukuran Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan di dalam pekerjaan adalah standar meter dan kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram. 5.8. Perintah Untuk Pelaksanaan Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk memberikan petunjukpetunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk mewakili Kontraktor . Orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh Direksi, atau Kontraktor akan menyediakan penterjemah khusus untuk keperluan tersebut. 5.9. Pekerjaan dan Bahan-bahan yang Termasuk di dalam Harga Satuan Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya seperti yang disebutkan pada artikel-artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk tambahan ataupun petunjuk-petunjuk Direksi di lapangan harus tercakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, organisasi kerja, biaya tak terduga, keuntungan, biaya-biaya penggantian sewa / pemakaian tanah pada pihak ketiga, atau kerusakan atas milik seseorang, kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja di mana tidak ada mata pembiayaan khusus pengaliran air darurat selama pelaksanaan kerja, pembongkaran, peralatan, penempatan bahan-bahan sesuai dengan petunjuk perlindungan, perkuatan, pengaturan as saluran dan tenaga ahli untuk keperluan ini, perumahan dan pembiayaan lain yang biasanya diperlukan guna menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya. 5.10. Laporan 5.10.1 Laporan Perkembangan Bulanan . Kontraktor harus mempersiapkan dan memberikan kepada Direksi, tanpa biaya tambahan, dalam jarak waktu dan dalam bentuk yang ditetapkan oleh Direksi, lima (5) salinan laporan bulanan yang berisi sebagai berikut : Perkembangan fisik dari pekerjaan hingga bulan yang mendahului dan perkiraan perkembangan untuk bulan ini, Tingkat perkembangan berdasarkan pada jadwal pekerjaan pembangunan. Perkiraan jumlah pembayaran dari Pemberi Pekerjaan kepada Kontraktor untuk bulan ini. Sebuah tabulasi mengenai catatan Bangunan Kontruksi yang barangbarang pokoknya dan peralatannya terdiri dari Bangunan Konsruksi yang disediakan untuk pelaksanaan pekerjaan sepanjang bulan sebelumnya. Sebuah tabulasi pegawai menunjukan staf supervisi dan jumlah dari beberapa kelas buruh yang dipekerjakan oleh Kontraktor dalam bulan sebelumnya. Kwantitas mengenai barang pokok dari bahan-bahan dan alat yang disuplai dan dipergunakan dalam bulan sebelumnya dengan inventarisasi bahan-bahan demikian itu. Bahan-bahan lainnya yang mungkin diperlukan berdasarkan kontrak atau secara spesifik oleh Direksi. 5.10.2 Laporan Harian Kontaktor harus mempersiapkan laporan harian atau berkala dari masing-masing seksi pekerjaan seperti yang diminta oleh Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan tersebut akan berisi namun tidak terbatas pada, pekerjaan yang diperkerjakan di pekerjaan, bahan-bahan di lokasi pekerjaan, bahan-bahan yang sedang dalam pesanan, kecelakaan dan informasi lainnya yang relevan dengan perkembangan pekerjaan. 5.10.3 Buku Tamu Pihak Kontraktor harus menyediakan satu buku tamu di Direksi Keet (Kantor di Lokasi Proyek). Tamu adalah orang-orang yang bukan karyawan Kontraktor. 5.10.4 Pelaksanaan Audit Oleh Proyek Selain tersebut diatas, Pemilik Proyek berhak melaksanakan audit bila perlu sehubungan dengan: Adanya biaya yang timbul pada saat berakhirnya kontrak seperti dalam syarat syarat umum kontrak, dan Biayabiaya lain yang mungkin diminta oleh Kontraktor yang tidak terdapat dalam Kontrak. Pihak Kontraktor wajib membuat pembukuan yang tepat mengenai hal-hal diatas, setelah mendapatkan persetujuan dari
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
konsultan perencana dan konsultan pengawas.
4
5.10.5 Request for for inspection inspection / Ijin Ijin Tahapan Tahapan Untuk setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan kontraktor diwajibkan membuat ijin tahapan pekerjaan yang diajukan kepada direksi dan atas persetujuan direksi maka pekerjaan baru boleh dilaksanakan. 5.11. Gambar-gambar dan Ukuran a. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah: 1. Gambar yang termasuk dalam dokumen tender 2. Gambar perubahan yang disetujui Direksi 3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi b. Gambar-gambar proyek berukuran A3 disimpan oleh Direksi. Kontraktor diberi 2 (dua) set dari semua gambar-gambar tanpa pungutan biaya. Permintaan Kontraktor akan tambahan dari gambar-gambar tersebut akan dikenakan biaya. c. Kontraktor diharuskan menyimpan satu set di kantor lapangan untuk dipergunakan setiap saat apabila diperlukan. d. Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) drawing ) dan detailnya har us mendapat persetujuan Direksi Dir eksi sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. e. Pada penyerahan terakhir terakhi r pekerjaan yakni yak ni sesudah selesainya selesain ya masa pemeliharaan pemelihara an harus disertai Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing). f. Semua ukuran dinyatakan dalam sistem metrik. g. Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah yang ditetapkan oleh Direksi. 5.12. Wilayah Kerja a. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan bangunan di tepi jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus dan atas persetujuan dari Direksi. b. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang Kontraktor atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari. c. Apabila di dalam pelaksanaan pekerj aan, terdapat jaringan utilitas utilit as kontraktor harus berkoordinasi berkoor dinasi dengan instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada. 5.13. Bahan-bahan dan Mutu Pekerjaan a. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri dari kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat kualitas bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi. b. Semua bahan yang dipergunakan diperg unakan harus memenuhi persyaratan yang ter cantum dalam peraturan peratur an standar yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku adalah edisi yang terakhir. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis, harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan. c. Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila diperlukan, Direksi dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan. d. Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah pembelian (faktur) yang dipesan Kontraktor kepada leveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang akan dipakai. e. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus menunjukkan contoh dari
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
5 bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut.
f. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk menolak bahan tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu. g. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut. h. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin. i. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung jawab Kontraktor . j. Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang diajukan oleh Kontraktor , baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau dilokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan menilai bahan-bahan yang diajukan Kontraktor. 5.14. Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Kering a. Apabila pada keadaan tertentu Direksi memandang perlu untuk melaksanakan pekerjaan pada kondisi tanah yang kering, maka Kontraktor diharuskan membuat bangunan atau tanggul sementara dan menyediakan pompa air berkapasitas cukup beserta alat Bantu dan pelengkapnya untuk menjamin agar dasar galian, dasar pondasi dan permukaan tanah lainnya tetap kering selama pekerjaan berlangsung. Semua sarana untuk mengeringkan dasar galian, dasar pondasi dan bidang permukaan lainnya adalah beban Kontraktor . b. Kondisi muka air tanah yang tinggi dan jenis tanah yang kurang kedap air dapat menyebabkan derasnya rembesan air tanah ke dalam galian. Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan menuntut kemajuan pekerjaan yang cepat dan Direksi dapat menginstruksikan untuk menambah pompa-pompa agar dasar galian tetap dalam keadaan kering. c. Kelalaian Kontraktor dalam menyediakan pompa dan bangunan sementara lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya konstruksi yang telah dibuat adalah tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. Dalam hal ini semua biaya perbaikan ditanggung Kontraktor . d. Air hujan yang mengalir ke dalam galian yang mengakibatkan kerusakan Kontruksi pondasi yang masih dalam pelaksanaan termasuk resiko Kontraktor .Hujan lebat yang mengakibatkan genangan pada galian tidak dianggap Force Majeure, dan perbaikan atas kerusakan yang terjadi adalah beban Kontraktor
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
6 e. Direksi dapat menginstruksikan Kontraktor untuk membuat saluran atau sudetan sementara untuk mengalirkan air hujan agar pekerjaan dapat tetap dilaksanakan dalam keadaan kering. Apabila pekerjaan telah dianggap selesai, maka Kontraktor harus menimbun kembali saluran dan sudetan sementara seperti keadaan semula.
f. Untuk pembuatan pasangan talud ( plengsengan ) pada saluran-saluran yang sudah ada, Kontraktor diharuskan membuat tanggul ( kisdam ) sepanjang talud dengan ukuran dan Kontruksi yang disetujui oleh Direksi. Tanggul / kisdam harus dibuat cukup kuat, tidak mudah rusak akibat kikisan air. Sebelum pelaksanaan pembuatan tanggul dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar detail talud beserta spesifikasi bahan yang akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan Direksi. g. Persetujuan Direksi seperti tersebut pada gambar tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor, jika sewaktu-waktu talud mengalami kerusakan. Perbaikan talud serta akibat lainnya menjadi tanggung jawab Kontraktor . h. Perlu koordinasi antar Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan guna mengendalikan aliran air di saluran. Ukuran =3mx6m Lantai = Rabatan beton = Triplek tb. 4 mm finish cat Dinding Rangka = Kayu meranti 5/7 Atap = Asbes gelombang kecil 1. PEKERJAAN PENDAHULUAN 1.1 Persiapan dan Sewa Direksi Keet a. Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergunakan oleh Direksi selama pelaksanaan pekerjaan, alat komunikasi serta gudang untuk menyimpan bahan dan peralatannya. b. Lokasi untuk membangun gudang dan kantor lapangan akan ditentukan oleh Direksi. c. Ukuran dan bentuk gudang, kantor lapangan beserta perlengkapannya akan ditentukan sebagai berikut : d. Syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi untuk pembuatan gudang dan kantor lapangan adalah penyediaan sarana sanitasi air bersih, sambungan listrik, alat pemadam api dan kotak pertolongan pertama. e. Pemeliharaan, kebersihan dan keamanan gudang dan kantor lapangan merupakan tanggung jawab Kontraktor. f. Tempat kosong untuk parkir kendaraan proyek harus disediakan di sekitar kantor lapangan. g. Pada saat pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai, gudang dan kantor lapangan harus dibongkar oleh Kontraktor atas biaya sendiri dan semua peralatan dan perlengkapan tetap menjadi milik Kontraktor. h. Bangunan untuk kantor Direksi yang diuraikan dalam pasal di atas akan dibayar secara harga unit price untuk sewa direksi keet, dimana harus dianggap bahwa pembayaran dilaksanakan secara penuh baik untuk pekerjaan pembangunan, pengadaan, pelayanan, pembersihan maupun pekerjaan pembongkaran bangunan setelah selesai penanganan pekerjaan. i. Untuk keperluan air kerja kontraktor harus menyediakan sendiri air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, garam, alkali dan bahan-bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak pelaksanaan pekerjaan. j. Kontraktor harus menyediakan generator sebagai daya listrik secukupnya, guna kebutuhan penerangan proyek dan keperluan pelaksanaan pekerjaan. k. Kontraktor bertanggung jawab atas semua biaya pengadaan fasilitas tersebut pada butir a dan b. l. Bangunan tersebut harus dapat dijamin agar di dalamnya bebas dari air hujan dan sinar matahari, termasuk dapat melindungi material yang tersimpan. m. Kontraktor harus mengisi perabotan maupun perlengkapan lain berupa buku harian n. Kontraktor membuat dan memasang papan nama proyek dilokasi dengan ukuran 0,9 m x 1,2 m • • •
• •
1.2 Uitzet Dengan waterPass / Theodolit Jaringan dan Permukiman a. Jaringan dan permukiman diambil berdasarkan referensi titik tetap (patok beton) yang dipasang oleh Dinas Tata Kota Kotamadya Surabaya yang terdekat. b. Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
7 c. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum dalam gambargambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Direksi di lapangan.
Pekerjaan Pengukuran dan Survey Lapangan 1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya untuk melakukan survey dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi apakah terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama dengan Direksi harus secara bersama- sama mengambil peil permukaan dan sounding areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua pekerjaan didasarkan. 2. Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dan harus membongkarnya setelah pekerjaan selesai. 3. Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka, bila akan mengadakan levelling pada semua bagian daripada pekerjaan. 4. Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang diperlukan Direksi dalam pengadaan pengecekan levelling tersebut. 5. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu untuk mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan. 6. Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah. 7. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung berikut ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap mengadakan pengukuran ulang. 8. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi. 9. Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu kemudian. 10. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor harus mengukur ukang lagi dan dikoreksi oleh pihak Direksi. 11. Pengukuran kembali juga dilakukan setelah pekerjaan selesai. 12. Hasil pengukuran kembali berupa gambar Long Section dan Cross Section per titik. Tiap Titik adalah sejarak 25 meter. 13. Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat, serta letak patok patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. 14. Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan. Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh biayanya kepada Kontraktor. 15. Jika diperlukan untuk mengetahui kondisi tanah (tekstur, jenis tanah dan daya dukung tanah) , kontraktor diwajibkan melakukan test penyelidikan tanah dengan menunjuk pihak / lembaga yang bergerak dalam tes penyelidikan tanah yang bersertifikasi. 1.3.
Pemasangan Rambu Pengaman Pengaturan Lalu Lintas a. Lalu Lintas Proyek 1. Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor diharuskan mematuhi dan mentaati ketentuan dan peraturan lalu lintas umum yang berlaku, sejauh pekerjaannya mempengaruhi kelancaran lalu lintas umum. Dalam hal ini Kontraktor diharuskan mendapatkan pengarahan dan pedoman dari instansi setempat yang berwenang yaitu polisi lalu lintas dan Dinas Perhubungan Kota Surabaya. 2. Penggunaan jalan dan jembatan umum harus diatur sedemikian rupa agar gangguan lalu lintas dan kerusakan yang timbul sebagai akibatnya dijaga sekecil mungkin. Perbaikan kerusakan terhadap jalan, jembatan, gorong-gorong yang diakibatkan oleh lalu lintas proyek dibebankan pada Kontraktor dan harus disetujui Direksi. b. Pengaturan Pengangkutan Alat-alat Berat dan Bahan Konstruksi 1. Pengangkutan alat-alat berat ke dan dari lokasi proyek harus diatur sedemikian rupa agar beban total dari kendaraan yang mengangkut alat-alat berat tersebut tidak melampaui kapasitas jalan/jembatan yang dilalui. Untuk itu alat-alat berat yang dimaksud harus diuraikan menjadi beberapa bagian untuk kemudian diangkut beberapa kali. Ketentuan yang sama juga berlaku untuk pengangkutan bahanbahan konstruksi. 2. Apabila Direksi memandang perlu, maka Kontraktor diharuskan meminta pengawalan dari instansi yang berwenang. c. Rambu-rambu Sementara Kontraktor diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan menempatkan rambu-rambu lalu lintas sementara pada lokasi dan posisi penting termasuk rintangan-rintangan di sekitar lokasi proyek.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
Penempatannya harus dengan persetujuan polisi8 lalu lintas atau instansi lain yang berwenang. Bentuk dan ukuran huruf serta susunan kalimat pada rambu dan rintangan harus jelas, mudah dimengerti oleh setiap pengendara kendaraan dan pada setiap cuaca gelap dan malam hari harus diberi penerangan. Apabila pekerjaan telah dinyatakan selesai oleh Direksi, Kontraktor diharuskan menyingkirkan semua rambu-rambu dan rintangan-rintangan sementara yang tidak diperlukan lagi yang selama pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan lalu lintas di sekitar lokasi proyek. d. Pengaturan Pemindahan Jaringan Pipa dan Kabel 1. Yang termasuk dalam istilah pipa dan kabel adalah pipa distribusi air bersih PDAM, pipa gas, kabel listrik, kabel telpon dan kabel TELKOM lainnya yang pemasangan jaringannya tertanam dan terletak di bawah permukaan tanah. 2. Semua pipa dan kabel yang termasuk dalam kategori (a) di atas dan yang sudah tidak berfungsi lagi serta jalurnya melintasi dan menghalangi aliran air dalam saluran harus disingkirkan atau dipotong sesuai petunjuk Direksi atas persetujuan Instansi yang bersangkutan. 3. Biaya penggantian dan perbaikan atas kerusakan terhadap pipa dan kabel yang masih berfungsi sebagai akibat dari kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya adalah menjadi beban Kontraktor sepenuhnya. 4. Apabila dalam rangka pekerjaan penggalian saluran baru atau penggalian memperdalam dasar saluran lama ditemui lintasan pipa dan kabel yang masih berfungsi, maka Direksi dan Kontraktor menghubungi instansi yang mengelola jaringan tersebut untuk menentukan biaya pemindahan jalur pipa atau kabel yang dimaksud untuk dialihkan di bawah dasar saluran rencana. Direksi berhak menunjuk seorang ahli yang akan memberi pengarahan dan mengawasi semua pekerjaan instalasi dalam rangka pemindahan dan pengalihan jalur atau lintasan pipa dan kabel. 1.4. Pematokan dan Pekerjaan Bouwplank a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melaksanakan pematokan dan pemasangan bouwplank sesuai petunjuk Direksi. b. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat melebihi lebar dasar pondasi jembatan. c. Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak bergerak serta harus dijaga agar tidak rusak/hilang selama pelaksanaan pekerjaan dengan jarak antar patok 1,5 meter. d. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar jembatan, tinggi jembatan maupun tebal pasangan/konstruksi lainnya. 1.5. Test Hole 1. Kontraktor harus melakukan uji beton Box-Culvert dengan Test Hole minimal sejumlah 4 titik. 2. Laboratoium pengujian material harus independen.
2. PEKERJAAN TANAH 2.1. Pekerjaan Galian Tanah Konstruksi Dengan Alat Berat 2.1.1. Umum 1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material lain bila ada dari tempat kerja atau sekitarnya yang perlu, untuk penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak ini. 2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan pondasi, untuk pembuangan material yang tidak terpakai atau humus, dan untuk pembentukan secara umum garis, ketinggian penampang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi. 2.1.2. Perbaikan dari Pekerjaan Galian yang tidak Memuaskan Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan, harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut : Material yang berlebihan harus dibuang dengan menggali lebih lanjut Daerah dimana digali lebih atau daerah retak atau lepas, harus diurug kembali dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti yang diperintahkan oleh Direksi. 2.1.3. Pelaporan dan Pencatatan a. Kontraktor harus menyerahkan kepada direksi, sebelum memulai pekerjaan, gambar perincian potongan melintang atau memanjang yang menunjukkan kondisi awal daripada tanah sebelum operasi pembabatan dan penggarukan dilakukan untuk setiap seksi pekerjaan galian. b. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi gambar perincian dari seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang diperintahkan untuk digunakan seperti skor, turap, cofferdam, dan tembok penahan dan harus memperoleh persetujuan direksi sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang dimaksudkan untuk dilindungi oleh struktur yang diusulkan tersebut. c. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi selesai, kontraktor harus memberitahu direksi. Bahan landasan atau material lain tidak boleh dipasang sebelum • •
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
kedalaman galian disetujui oleh direksi.
9
2.1.4. Prosedur Penggalian 1. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk tanah, padas, batu bata, batu beton dan lain-lain. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap material di bawah dan di luar batas galian. 2. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan kontraktor harus menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan, panggalian saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan cofferdam. Pompa agar siap di tempat kerja setiap saat untuk menjamin tak ada gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa. 2.1.5. Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian 1. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian. 2. Selama masa pekerjaan galian, kontraktor harus menjaga setiap saat suatu lereng yang stabil yang mampu menahan pekerjaan sekitarnya. Bila diperlukan, kontraktor harus menahan atau menyangga struktur di sekitarnya yang jika tidak dilakukan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian. 3. Pada setiap saat dimana kedalaman galian melebihi ketinggian di atas kepala, kontraktor harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralatan galian cadangan serta perlengkapan P3K harus tersedia di tempat kerja galian. 4. Seluruh tepi galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh kedalamnya dan setiap galian terbuka pada badan jalan atau bahu harus ditambah dengan bamboo pada malam hari dengan drum dicat putih atau lampu kuning sesuai dengan ketentuan Direksi. 2.1.6. Pembuangan Material Galian Seluruh material Galian tanah di buang keluar proyek 2.2. Bongkaran Pasangan Lama Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat - alat dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan pembongkaran bangunan lama seperti tertera pada gambar rencana dan juga pembersihan lokasi pembongkaran dari sisa material lama. Pekerjaan bongkaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pembongkaran harus dilaksanakan secara tertib dan hati-hati sehingga tidak merusak bagian lainnya yang tidak semestinya dibongkar dan tidak membahayakan manusia, baik orang lain, personel yang terlibat dalam pelaksanaan ini maupun pekerjaannya sendiri. b. Semua Material bekas bongkaran diangkut keluar proyek.
2.3. Urugan Sirtu ( Padat ) 1. Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Sirtu 2. Mutu Bahan. - Sirtu harus terbebas dari Lumpur, Oli, Air, bahan organic maupun an organic. 3. Prosedur Pelaksanaan - Pelaksanaan Urugan Sirtu Padat sepanjang Pasangan Top-Bottom dan U-Ditch
2.3. Pekerjaan Galian Lumpur Dengan Alat Berat 2.3.1. Umum 1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan lumpur atau material lain bila ada dari tempat kerja atau sekitarnya yang perlu, untuk penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak ini. 2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan pondasi, untuk pembuangan material yang tidak terpakai atau humus, dan untuk pembentukan secara umum garis, ketinggian penampang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.
2.3.2. Perbaikan dari Pekerjaan Galian yang tidak Memuaskan Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan, harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut : Material yang berlebihan harus dibuang dengan menggali lebih lanjut •
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
•
10 lepas, harus diurug kembali dengan timbunan pilihan Daerah dimana digali lebih atau daerah retak atau atau lapis pondasi agregat seperti yang diperintahkan oleh Direksi.
2.3.3. Pelaporan dan Pencatatan a. Kontraktor harus menyerahkan kepada direksi, sebelum memulai pekerjaan, gambar perincian potongan melintang atau memanjang yang menunjukkan kondisi awal daripada tanah sebelum operasi pembabatan dan penggarukan dilakukan untuk setiap seksi pekerjaan galian. b. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi gambar perincian dari seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang diperintahkan untuk digunakan seperti skor, turap, cofferdam, dan tembok penahan dan harus memperoleh persetujuan direksi sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang dimaksudkan untuk dilindungi oleh struktur yang diusulkan tersebut. c. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi selesai, kontraktor harus memberitahu direksi. Bahan landasan atau material lain tidak boleh dipasang sebelum kedalaman galian disetujui oleh direksi. 2.3.4. Prosedur Penggalian 1. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk tanah, padas, batu bata, batu beton dan lain-lain. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap material di bawah dan di luar batas galian. 2. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan kontraktor harus menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan, panggalian saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan cofferdam. Pompa agar siap di tempat kerja setiap saat untuk menjamin tak ada gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa. 2.3.5. Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian 3. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian. 4. Selama masa pekerjaan galian, kontraktor harus menjaga setiap saat suatu lereng yang stabil yang mampu menahan pekerjaan sekitarnya. Bila diperlukan, kontraktor harus menahan atau menyangga struktur di sekitarnya yang jika tidak dilakukan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian. 5. Pada setiap saat dimana kedalaman galian melebihi ketinggian di atas kepala, kontraktor harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang tugasnya hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralatan galian cadangan serta perlengkapan P3K harus tersedia di tempat kerja galian. 6. Seluruh tepi galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh kedalamnya dan setiap galian terbuka pada badan jalan atau bahu harus ditambah dengan bamboo pada malam hari dengan drum dicat putih atau lampu kuning sesuai dengan ketentuan Direksi. 2.4.6. Pembuangan Material Galian Seluruh material Galian lumpur di buang keluar proyek 2.5. Pengangkutan Tanah Keluar Proyek 1. Seluruh material yang telah digali dalam batas volume yang telah ditentukan, dan apabila tidak bisa dibuang secara langsung , maka untuk sementara dapat diletakan didaerah sekitar saluran. 2. Penempatan hasil Galian tersebut jangan sampai menggangu sekitarnya. 3. Walapupun ditempatkan sementara, tanah hasil galian tidak dibenarkan berada pada tempat tersebut sampai 1 ( satu hari ) 4. Seluruh hasil material bekas galian drainase harus dibuang dan tempat bekas penempatan sementara hasi galian, ditinggalkan dalam keadaan rapih dan bersih. 5. Alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut tanah sisa galian adalh Dump Truk dengan kapasitas muat 6 m 3 atau bila kondisi jalan / area yang tidak memungkinkan bisa menggunakan kendaraan kecil dengan seijin pengawas lapangan 6. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi setiap kali akan mengadakan pengangkutan material sisa galian keluar proyek, serta harus mencatat berapa m3 volume dari material yang telah diangkut setiap ada pekerjaan pengangkutan. 3. PEKERJAAN PENERANGAN JALAN Ruang lingkup Standar ini memuat ketentuan - ketentuan untuk penerangan ruas jalan, persimpangan sebidang maupun tidak sebidang, jembatan dan terowongan di kawasan perkotaan yang mempunyai klasifikasi fungsi jalan arteri, kolektor dan lokal. Spesifikasi yang dimaksud dalam standar ini meliputi fungsi, jenis, dimensi, pemasangan, penempatan/penataan penerangan R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
jalan yang diperlukan.
11
Acuan normatif Spesifikasi penerangan jalan di kawasan perkotaan ini merujuk pada acuan sebagai berikut : 1) Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 1992tentang Lalu Lintasdan Angkutan Jalan 2) Undang Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan 4) Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan 5) SNI No. 03-2447-1991, Spesifikasi Trotoar 6) SNI No. 04-6262-2000, Rekomendasi untuk pencahayaan kendaraan bermotor dan pejalan kaki 7) AASHTO, 1984, An Informational Guide for Roadway Lighting.
Is tilah dan definis i Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini adalah sebagai berikut:
3.1 jalan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. [UndangUndang RI No. 38 Tahun 2004]
3.2 jalan arteri jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. [Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004]
3.3 jalan kolektor jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004]
3.4 jalan lokal jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. [Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004]
3.5 jalur bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas.
3.6 kawasan perkotaan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi. [Penjelasan Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004]
3.7 lajur bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor. [ PP RI No. 43 Tahun 1993 ]
3.8 lampu penerang an jalan bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan layang, jembatan dan jalan di bawah tanah; (b) suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya, elemen optik, elemen elektrik dan struktur penopang serta pondasi tiang lampu.
3.9 luminansi (L) pantulan cahaya lampu oleh permukaan jalan, yang diukur dalam satuan candela per meter persegi (cd/m 2).
3.10 median jalan bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dengan bentuk memanjang sejajar jalan, terletak di sumbu/tengah jalan, dimaksudkan untuk memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan. median dapat berbentuk median yang ditinggikan (raised), median yang diturunkan (depressed), atau median datar (flush). R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
3.11 pandang an s ilau (g lare)
12
pandangan yang terjadi ketika suatu cahaya/sinar terang masuk di dalam area pandangan/ penglihatan pengendara yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pandangan bahkan ketidakmampuan pandangan jika cahaya tersebut datang secara tiba-tiba.
3.12 pandang an si lhoute pandangan yang terjadi pada suatu kondisi dimana obyek yang gelap berada di latar belakang yang sangat terang (negative image).
3.13 ruang mi lik jalan/ri g ht of way (R UMIJ A /R OW) sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasaan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang. [Penjelasan Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004]
3.14 ruang peng awas an jalan (R UWAS J A) ruang tertentu yang terletak di luar ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan; terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai peruntukannya. [Penjelasan Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2004]
3.15 s is tem penempatan menerus sistem penempatan lampu penerangan jalan yang menerus/kontinyu di sepanjang jalan dan atau jembatan.
3.16 s is tem penempatan pars ial (s etempat) sistem penempatan lampu penerangan jalan pada suatu daerah-daerah tertentu atau pada suatu panjang jarak tertentu sesuai dengan keperluannya.
3.17
trotoar
jalur lalu lintas untuk pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan (untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang bersangkutan).
3.18
kuat pencahayaan (iluminans i, E ) jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan jalan, dalam satuan lux.
3.19
ras io kemerataan (uniformity ratio)
perbandingan harga antara dua kondisi dari suatu besaran kuat pencahayaan (iluminansi atau luminansi) pada suatu permukaan jalan.
4 Ketentuan - ketentuan 4.1 Fungsi penerangan jalan
1) 2) 3) 4) 5)
Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain : Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan; Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan; Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada malam hari; Mendukung keamanan lingkungan; Memberikan keindahan lingkungan jalan.
4.2 Dasar perencanaan penerangan jalan 1) Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini : a) Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dll; ) jalan dan persimpangan jalan; b) Tipikal potongan melintang jalan, situasi ( lay-out c) Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal, dll; d) Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya lampu penerangan; R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
13 e) Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik; f) Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain-lain, agar perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis; g) Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah sekitarnya; h) Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi. 2) Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan penerangan jalan antara lain sebagai berikut : a) Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan; b) Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan) tajam; c) Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange , tempat parkir, dll; d) Jalan-jalan berpohon; e) Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan lampu di bagian median; f) Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah (terowongan); g) Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan jalannya.
4.3 Jenis lampu penerangan jalan 1) Jenis lampu penerangan jalan ditinjau dari karakteristik dan penggunaannya secara umum dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1 Jenis lampu penerangan jalan secara umum menurut karakteristik dan penggunaannya
Jenis Lampu
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
Efisiensi rata-rata (lumen/watt)
Umur rencana rata-rata (jam)
Daya (watt)
Pengaruh thd warna obyek
Keterangan
60 - 70
Lampu tabung
8.000 - 10.000 14 18 - 20; 36 - 40
Sedang
- untuk jalan kolektor dan lokal - efisiensi cukup tinggi tetapi berumur pendek - jenis lampu ini masih dapat digunakan untuk halhal yang terbatas.
luorescent tekanan rendah
Lampu gas merkuri tekanan tinggi (MBF/U)
50 - 55
16.000 - 24.000 125; 250; 400;700
Sedang
- untuk jalan kolektor, local dan persimpangan - efisiensi rendah, umur panjang dan ukuran lampu kecil - jenis lampu ini masih dapat digunakan secara
Lampu gas sodium bertekanan rendah (SOX)
100 - 200
8.000 - 10.000
Sangat buruk
- untuk jalan kolektor, lokal, persimpangan, penyeberangan, terowongan, tempat peristirahatan (rest
90; 180
area);
Lampu gas sodium tekanan tinggi (SON)
110
12.000 - 20.000 150; 250; 400
Buruk
- efisiensi sangat tinggi, umur cukup panjang, ukuran lampu besar sehingga sulit untuk mengontrol cahayanya dan cahaya lampu sangat buruk karena warna kuning; - Jenis lampu ini dianjurkan digunakan karena faktor efisiensinya yang sangat tinggi. - Untuk jalan tol, arteri, kolektor, persimpangan besar/luas dan
interchange; - efisiensi tinggi, umur sangat panjang, ukuran lampu kecil, sehingga mudah pengontrolan cahayanya; - Jenis lampu ini sangat baik
2)Rumah lampu penerangan ( lantern) dapat diklasifikasikan menurut tingkat perlindungan terhadap debu/benda dan air. Hal ini dapat diindikasikan dengan istilah IP ( Index of Protection ) atau indek perlindungan, yang memiliki 2(dua) angka, angka pertama menyatakan indek perlindungan terhadap debu/benda, dan angka kedua menyatakan indek perlindungan terhadap air. Sistem IP merupakan penggolongan yang lebih awal terhadap penggunaan peralatan yang tahan hujan dan sebagainya, dan ditandai dengan lambang. Semakin tinggi indek perlindungan (IP), semakin baik standar perlindungannya. Ringkasan pengkodean IP mengikuti Tabel 2 ( A Manual of Road Lighting in Developing ountries ). Pada umumnya, indek perlindungan (IP) yang sering dipakai untuk klasifikasi lampu penerangan adalah : IP 23, IP 24, IP 25, IP 54, IP 55, IP 64, IP 65, dan IP 66. R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
15 Tabel 2 Kode indek perlindungan IP (Index of P rotection) ANGKA PERTAMA
ANGKA KEDUA
(a) Perlindungan terhadap manusia/benda jika bersentuhan (a) Perlindungan rumah lampu jika kontak atau bersentuhan dengan komponen dalam rumah lampu dengan benda cair (b) Perlindungan terhadap rumah lampu jika bersentuhan dengan benda No./Simbol
ingkat perlindungan
No./Simbol
Tanpa perlindungan
(a) Tanpa perlindungan (b) Tanpa perlindungan
0
0
(a) Perlindungan terhadap sentuhan yang tidak disengaja oleh bagian tubuh, seperti tangan. (b) Perlindungan terhadap masuknya benda padat,
1
Tingkat perlindungan
Perlindungan terhadap tetesan air, tetapi tidak Menimbulkan efek yang bahaya dan merusak
1
4.4 Ketentuan pencahayaan dan penempatan 4.4.1 Kualitas pencahayaan 4.4.1.1 Pencahayaan pada ruas jalan Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metoda iluminansi atau luminansi. Meskipun demikian lebih mudah menggunakan metoda iluminansi, karena dapat diukur langsung di permukaan jalan dengan menggunakan alat pengukur kuat cahaya. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis/klasifikasi fungsi jalan ditentukan seperti pada Tabel 3.
Luminansi Jenis/ klasifikasi jalan
Trotoar Jalan lokal : - Primer Jalan kolektor : - Primer
Kuat pencahayaan (Iluminansi) Kemerataan E (Uniformity) ratarata
(lux)
g1
L rata-rata (cd/m2)
Batasan silau
Kemerataan (uniformity) G VD
VI
P r o c u r em en t U n i t
(%)
1-4
0,10
0,10
0,40
0,50
4
20
2-5 2-5
0,10 0,10
0,50 0,50
0,40 0,40
0,50 0,50
4 4
20 20
3-7
0,14
1,00
0,40
0,50
4-5
20
Tabel 3 Kualitas pencahayaan normal
R K S - K O N S T R U K S I
TJ
- Sekunder
3-7
0,14
1,00 1,50 1,50
16
0,40
0,50
4-5
Jalan arteri : 0,50 - 0,70 0,40 5-6 11 - 20 - Primer 0,14 - 0,20 0,50 0,70 0,40 5-6 11 - 20 Sekunder 0,14 - 0,20 Jalan arteri 15 - 20 0,14 - 0,20 1,50 0,40 0,50 - 0,70 5-6 dengan akses kontrol, jalan bebas Jalan 20 - 25 0,40 0,70 layang, simpang 0,20 2,00 6 susun, terowongan Keterangan : g1 : E min/E maks VD : L min/L maks VI : L min/L rata-rata G : Silau (glare) TJ : Batas ambang kesilauan
20 10 - 20 10 - 20 10 - 20
10
4.4.1.2 Pencahayaan pada tempat parkir Kuat pencahayaan pada daerah tempat parkir ditentukan seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Kuat pencahayaan pada daerah tempat parkir Kuat pencahayaan pada tempat parkir terbuka (lux) Untuk tujuan Tingkat kegiatan lingkungan di lokasi Lalu-lintas kendaraan Keselamatan pejalan kaki Rendah 5 2 Sedang 11 6 Tinggi 22 10 Kuat pencahayaan pada tempat parkir tertutup (lux) Daerah Siang hari Malam hari Daerah tempat parkir dan pejalan kaki 54 54 Kegiatan sedang/tinggi 110 54 4.4.1.3 Pencahayaan pada rambu lalu-lintas Batasan kuat pencahayaan (iluminansi) dan luminansi pada rambu-rambu lalu-lintas yang dipasang berdekatan dengan lampu penerangan jalan atau papan reklame ditentukan pada Tabel 5 (AASHTO, 1984), yang bertujuan agar lebih menarik perhatian bagi pengguna jalan.
Tabel 5 Batasan kuat pencahayaan untuk rambu lalu-lintas Daerah sekitar Iluminansi penempatan rambu (Lux) Rendah 108 - 216 Sedang 216 - 432 Tinggi 432 - 864
Luminansi (cd/m2) 24 - 48 48 - 96 96 - 192
4.4.1.4 Pencahayaan pada terowongan 1) Kuat pencahayaan pada terowongan harus cukup dan memberi kenyamanan baik untuk penglihatan siang maupun malam hari. Adapun kriteria penerangan terowongan adalah seperti yang ditentukan pada Tabel 6. 2) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencahayaan terowongan : - Memberikan adaptasi pencahayaan yang baik; - Tingkat kesilauan seminimal mungkin; - Memberikan pantulan yang cukup dan warna yang kontras pada permukaan terowongan; - Memberikan pencahayaan yang jelas rambu-rambu lalu-lintas. R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
Tabel 6 Batasan kuat pencahayaan pada terowongan17 Daerah penempatan (Lux) Jenis/klasifikasi Jalan Komersil Menengah 22 15 Jalan arteri dengan kontrol/ alan bebas hambatan Jalan arteri 15 13 Jalan kolektor 13 10 Jalan local 10 6 Jalan kecil/lorong/gang 4 6
Permukiman 11
11 6 4 4
4.4.2 Rasio kemerataan pencahayaan (uniformity ratio) Rasio maksimum antara kemerataan pencahayaan maksimum dan minimum menurut lokasi penempatan tertentu adalah seperti yang ditentukan pada Tabel 7. Tabel 7 Rasio kemerataan pencahayaan Lokasi penempatan Rasio maksimum Jalur lalu lintas : - di daerah permukiman 6:1 - di daerah komersil/pusat kota 3:1 Jalur pejalan kaki : - di daerah permukiman 10 : 1 - di daerah komersil/pusat kota 4:1 Terowongan 4:1 Tempat-tempat peristirahatan (rest area) 6:1 4.4.3 Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan pada : 1) Nilai efisiensi (Tabel 1); 2) Umur rencana; 3) Kekontrasan permukaan jalan dan obyek.
4.4.4 Penempatan lampu penerangan 1) Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan : a) Kemerataan pencahayaan yang sesuai dengan ketentuan Tabel 6 dan 7; b) Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan; c) Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan, dibanding pada bagian jalan yang lurus; d) Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan kaki. 2) Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan seperti pada Tabel 8. 3) Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus memberikan adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara, sehingga efek kesilauan dan ketidaknyamanan penglihatan dapat dikurangi. Tabel 8 Sistem penempatan lampu penerangan jalan Jenis jalan / jembatan Sistem penempatan lampu yang digunakan - Jalan arteri - Jalan kolektor - Jalan lokal - Persimpangan, simpang susun, ramp - Jembatan - Terowongan
sistem menerus dan parsial. sistem menerus dan parsial. sistem menerus dan parsial. sistem menerus. sistem menerus. sistem menerus bergradasi pada ujung-ujung terowongan.
4 Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari tipe lampu, tinggi lampu, lebar jalan dan tingkat kemerataan pencahayaan dari lampu yang akan digunakan. Jarak antar lampu penerangan secara umum dapat mengikuti batasan seperti pada Tabel 9 (A Manual of Road Lighting in Developing Countries). Dalam tabel tersebut dipisahkan antara dua tipe rumah lampu. Rumah lampu (lantern) tipe A mempunyai penyebaran sorotan cahaya/sinar lebih luas, tipe ini adalah jenis lampu gas sodium R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
bertekanan rendah, sedangkan tipe B mempunyai18sorotan cahaya lebih ringan/kecil, terutama yang langsung ke jalan, yaitu jenis lampu gas merkuri atau sodium bertekanan tinggi.
Tabel 9 Jarak antar tiang lampu penerangan (e) berdasarkan tipikal distribusi pencahayaan dan klasifikasi lampu 1.
Rumah lampu tipe A Jenis Tinggi lampu lampu 4 (m) a 4 32 5 35 6 42 55W SOX 6 42 90W SOX 8 60 90W SOX 8 36 135W SOX 10 46 135W SOX 10 180W SOX 10 180W SOX 10
2. Rumah lampu tipe B Jenis Tinggi lampu lampu (m) 50W SON atau 4 80W MBF/U 5 6 70W SON atau 125WMBF/U 70W SON atau 125WMBF/U
6
100W SON 150W SON atau 250W 100W SON
6 8
5
6
32 35 40 42 60 36 45 -
Lebar jalan ( m ) 7 8 35 33 33 52 31 43 23 35 22
9
32 35 38 38 58 35 45 25 37 -
35 36 36 55 33 44 24 36 -
6
Lebar jalan ( m ) 7 8
9
4
5
31
30
29
28
26
33 48
32 47
32 46
31 44
34
33
32
31
34 31 32 50 30 41 22 33 21
10
11
32 30 30 48 29 40 21 32 20
29 28 46 28 39 20 31 20
10
11
-
-
-
30 43
29 41
28 39
27 37
30
28
26
24
Tingkat pencahayaan
3,5 LUX
6,0 LUX 10,0 LUX 20,0 LUX 30,0 LUX
Tingkat pencahayaan
3,5 LUX
6,0 LUX 48
47
45 48
42 47
40 45
38 43
36 41
34 39 10,0 LUX
6 10
-
-
28
26
23
-
-
-
55 53 50 47 250W SON atau 400W MBF/U 20,0 LUX 10 36 35 33 32 30 28 250W SON atau 400W MBF/U 400W SON 12 39 38 37 36 30,0 LUX Keterangan : - Jarak antar tiang lampu dalam meter. - Rumah lampu (lantern) tipe A mempunyai penyebaran sorotan cahaya/sinar lebih luas. - Rumah lampu (lantern) tipe B mempunyai penyebaran sorotan cahaya lebih ringan/ kecil, terutama yang langsung ke jalan. 4.4.5 Penataan letak lampu penerangan jalan Penataan/pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur seperti pada Tabel 10 dan diilustrasikan pada Lampiran A. Di daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (> 10 meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur setiap arah) perlu dipertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut di atas pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan lampu penerangan jalan direncanakan dan sendiri-sendiri untuk setiap arah lalulintas. R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
Tabel 10 Penataan letak lampu penerangan jalan Tempat Jalan satu arah Jalan dua arah
Persimpangan
19
Penataan / pengaturan letak - di kiri atau kanan jalan; - di kiri dan kanan jalan berselang-seling; - di kiri dan kanan jalan berhadapan; - di bagian tengah / separator jalan. - di bagian tengah / median jalan; - kombinasi antara di kiri dan kanan berhadapan dengan di bagian tengah / median jalan; - katenasi (di bagian tengah jalan dg sistem digantung) - dapat dilakukan dengan menggunakan lampu menara dengan beberapa lampu, umumnya ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan, diluar daerah persimpangan (dalam RUMIJA ataupun dalam RUWASJA)
4.4.6 Penataan letak lampu pada perlintasan kereta api 1) Penataan lampu penerangan jalan pada perlintasan kereta api (KA), apabila kereta api pada perlintasan tersebut beroperasi pada malam hari. 2) Persyaratan kuat pencahayaan yang ditetapkan pada suatu area perlintasan KA 4.4.7 Penataan lampu penerangan terhadap tanaman jalan Dalam penempatan lampu penerangan jalan harus dipertimbangkan terhadap tanaman jalan akan ditanam maupun yang telah ada, sehingga perlu adanya pemangkasan pohon dengan batasan seperti pada Gambar 8 dan Tabel 11. Tabel 11 Tinggi pemangkasan pohon terhadap sudut di bawah cahaya lampu Garis pemangkasan pada sudut _ di bawah cahaya Tinggi pemangkasan pohon (h) lampu 70° H - 0.36 D 75° H - 0.26 D
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
80°
20D H - 0.17
Keterangan : H = tinggi tiang lampu (mounting height) dalam meter D = jarak tiang lampu ke proyeksi jarak terendah tanaman dengan tanah 3.1 Pekerjaan Tanah Taman 1. Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Tanah Taman 2. Mutu Bahan. - Tanah Taman harus terbebas dari Lumpur, Oli, Air 3.2 Pemasangan Kabel NYFGBY 3cx4mm Bahan Konduktor kabel terbuat dari coopper atau alumunium sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan kable mampu menahan tegangan isolasi 500 volt. Kabel yang ditawarkan harus lolos uji dari LMK dan berstandard PLN (SPLN). Kable yang digunakan type Kabel NYFGBY 3cx4mm. Twisted Kabel 4x16 mm.
3.3 Pemasangan Kabel dan Penarikan Bahan Konduktor kabel terbuat dari coopper atau alumunium sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan kable mampu menahan tegangan isolasi 500 volt. Kabel yang ditawarkan harus lolos uji dari LMK dan berstandard PLN (SPLN). Kable yang digunakan type Kabel NYFGBY 3cx4mm. Twisted Kabel 4x16 mm.
3.4 Pemasangan PVC untuk Kable Tanam - Pemasangan kabel PVC harus sesuai dengan gambar kerja dan sesuai spesifikasi dan brstandard nasional. 3.5 Perakitan Panel Penerangan Jalan Umum Panel terbuat dari plat baja tebal 1.5 - 2 mm. Dengan ukuran disesuaikan gambar terdiri dari dari panel hubung bagi dan panel KWH meter sendiri. Panel berisi peralatan / perangkat untuk mengendalikan aliran listrik dan pengaturan waktu penyalaan/mematikan lampu panel di pasang diatas pondasi yang letaknya sesuai dengan gambar dan petunjuk dari pengawas lapangan sehingga dapat melayani seluruh kebutuhan pengaturan ( menyalakan dan mematikan ) dari sekelompok lampu yang dipasang serta memenuhi standart kualitas yang disyartkan. Kontruksi Bok Panel Hubung Bagi ( PHB ) dan APP PLN 1. Panel terbuat dari plate baja yang difinishing dengan powder - warna panel ditetapakn oleh pengunaan barang sebelum pemasangan. 2. Bidang pertemuan antar tutup panel dan body panelnya harus dirancang sedemikian rupa sehingga air hujan tertahan dibidang temu dan mengalir ke bawah secara sempurna. 3. Proses penyambungan antar plate baja harus dilakukan debgab cara spot weiding. 4. Harus tersedia sarana pendukung kabel dan bus baru untuk pentanahan (grounding) yang berfungsi untuk dudukan ujung kable pentanahan. 4. Pada dinding samping harus tersedia lubang ventilasi udara secukupnya. Kontruksi ventilasi sedemikian rupa sehingga tusukan benda logam lurus tidak dapat langsung menyentuh komponen bertegangan. 5. Ukuran Panel sebagaimana sesuai gambar. Ukuran panel harus mampu menampung seluruh komponen control dan KWH meter. 6. Bagian sisi depan terdapat kaca bening dengan luasan secukupnya sehingga memudahkan pembacaan Kwh. 7. KHW meter dilengkapi dengan bok meter untuk penyegelan dan instansi PT.PLN 8. Panel type outdor dilengkapi dengan plat nama MILIK PEMKOT SURABAYA 3.6 Panel Tempat Ballast uk.25 x 15 x 10 untuk lampu sorot 1. Basllast sebagai komponen penting pada system penyalaan lampu pelepasan gas (Gas discharge berfungsi untuk membatasi arus melalui lampu yang dilayani).
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
21 2. Jenis ballast yang digunakan adalah eloektromanetic ballast (inductive ballast) yang berfungsi sebagai pembatas arus. 3. Kontruksi harus sedemikian rupa hingga dapat terkunci pada dudukan komponen dan mudah dirakit / proses penyambungan. 4. Pada tiap ballast harus dilengkapi dengan marking petunjuk wiring, model, arus nominal. 5. Dilengkapi dengan perlindungan terhadap panas berlebih yang dapat mencegah terbakarnya sirkut.
3.7 Instalasi 1 Titik Lampu PJU 3.8 Pemasangan Panel Lampu PJU - 1 Phase 5500 VA Panel terbuat dari plat baja tebal 1.5 - 2 mm. Dengan ukuran disesuaikan gambar terdiri dari dari panel hubung bagi dan panel KWH meter sendiri. Panel berisi peralatan / perangkat untuk mengendalikan aliran listrik dan pengaturan waktu penyalaan/mematikan lampu panel di pasang diatas pondasi yang letaknya sesuai dengan gambar dan petunjuk dari pengawas lapangan sehingga dapat melayani seluruh kebutuhan pengaturan ( menyalakan dan mematikan ) dari sekelompok lampu yang dipasang serta memenuhi standart kualitas yang disyartkan. Kontruksi Bok Panel Hubung Bagi ( PHB ) dan APP PLN 1. Panel terbuat dari plate baja yang difinishing dengan powder - warna panel diteta pakn oleh pengunaan barang sebelum pemasangan. 2. Bidang pertemuan antar tutup panel dan body panelnya harus dirancang sedemikian rupa sehingga air hujan tertahan dibidang temu dan mengalir ke bawah secara sempurna. 3. Proses penyambungan antar plate baja harus dilakukan debgab cara spot weiding. 4. Harus tersedia sarana pendukung kabel dan bus baru untuk pentanahan (grounding) yang berfungsi untuk dudukan ujung kable pentanahan. 4. Pada dinding samping harus tersedia lubang ventilasi udara secukupnya. Kontruksi ventilasi sedemikian rupa sehingga tusukan benda logam lurus tidak dapat langsung menyentuh komponen bertegangan. 5. Ukuran Panel sebagaimana sesuai gambar. Ukuran panel harus mampu menampung seluruh komponen control dan KWH meter. 6. Bagian sisi depan terdapat kaca bening dengan luasan secukupnya sehingga memudahkan pembacaan Kwh. 7. KHW meter dilengkapi dengan bok meter untuk penyegelan dan instansi PT.PLN 8. Panel type outdor dilengkapi dengan plat nama MILIK PEMKOT SURABAYA 3.9 Pemasangan Lampu Natrium 250w/220v Jenis-jenis lampu yang digunakan pada armature lampu penerangan jalan adalah jenis lampu pelepas gas yaitu lampu Natrium 250/220 V tekanan tinggi berbentuk tabung ( High Pressure Sodium Tuble/Hps-T). Daya yang digunakan adalah 150 W. Sistem tegangan Listrik adalah 220 Volt 50 Hz. Faktor data listrik pada rangkaian listrik armanture lampu pada waktu penyalaan mninimal 0.85 (Cos pni : 0.85) Sedangkan frekuensi harmonic ketiga yang ditimpulkan tidak boleh melebihi 21%. Spesifikasi jenis lampu sodium tekanan tinggi (High Pressure sodium Dischrage Lamps) 1. Jenis Lampu Natrium bekerja secara emisi electron dengan media pengantar gas sodium. Cahaya yang dihasilkan adalah kuningan keemasan.dengan temperature warna 2000 kelvin. 2. Efikasi lumen lampu Sodium Sekurang-kurangnya 10 lumen/watt 3. Umur lampu rata-rata (Average Rated Lifetime) minimal adalah 32000 jam 3.10 Pondasi PJU Pekerjaan Beton Berstruktur K-250 (188Kg) Pekerjaan Struktur Beton Pekerjaan Tulangan Umum. Seluruh pekerjaan tulangan yang dilaksanakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi. Harus terdiri dari bahan-bahan yang diperinci disini. Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan tulangan, kecuali ada ketentuan lain dari Direksi untuk pekerjaan tertentu. Material ( Baja Tulangan ) Besi yang dipakai adalah besi Tulangan dengan diameter sesuai dengan yang sisyaratkan, ada pada gambar perncanaan. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, Kontraktor diwajibkan untuk memperlihatkan data katalog tentang sertifikasi besi tulangan yang didapatkan dari supplier. R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
22 Pembengkokan dan Pelaksanaan 1. Semua tulangan di bentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran seperti tercantum dalam gambar dan mengikuti syarat - syarat dalam P.B.I dan diletakkan sesuai dengan gambar dengan memperhatikan selimut beton yang tetap. 2. Tulangan yang mempunyai cacat atau pembengkokan yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh digunakan. Bila terdapat radius tertentu untuk bengkokan atau hook harus dibuat sekeliling paku yang mempunyai diameter empat (4) kali dari tulangan yang akan dibengkok. 3. Kawat baja digunakan untuk mengikat tulangan hendaknya mempunyai diameter tidak lebih kecil dari 1, 6 mm dengan ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam penampung beton Beugelbeugel harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan gambar. Tulangan tidak boleh disokong diatas tulangan baja yang keluar dari permukaan beton, diatas sokongan kayu atau tidak juga diatas agregat kasar 4. Precast mortar spacing block hendaknya digunakan untuk penahan jarak yang tepat terhadap tulangan dan minimum mempunyai kekuatan beton yang akan dicor. 5. Bentuknya harus dibuat sepraktis mungkin dalam penggunaannya. Precast mortar spacing block ini hendaknya dibuat dengan kawat baja dicor bersama-sama, maksudnya untuk mengikatnya pada tulangan. 6. Sebelum digunakan harus direndam dahulu dalam air. Sebelum pengecoran, semua penulangan harus betul-betul bersih dari semua kotoran-kotoran. 7. Penulangan yang ditempatkan pada suatu penampang dari pekerjaan harus disetujui oleh Direksi, sebelum beton dicor pada penampang tersebut. 8. Harap diperhatikan sebelum pengecoran dimulai harus diberikan waktu yang cukup untuk pemeriksaan.
Pekerjaan Bekesting Umum Pekerjaan ini adalah pembuatan begesting-begesting untuk cetakan konstruksi beton. Dan dikerjakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi. Bahan-bahan Kayu Papan / Multipleks Kayu papan atau multipleks yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat dan spesifikasi yang telah ditentukan atau menurut petunjuk Direksi. Pelaksanaan. 1. Begesting-begesting tidak boleh bocor dan cukup untuk mencegah perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga. Permukaan Bekesting harus halus dan rata, tidak boleh melendut. Sambungan-sambungan pada begesting harus diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal. 2. Bout-bout dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalan beton harus diatur sedemikian sehingga bila begesting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan harus berada 4 cm dari permukaan beton. 3. Semua begesting harus dibersihkan sebelum dipergunakan kembali. Pekerjaan harus sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang keropos dan lainlain kerusakan beton. 4. Semua sisipan, deretan paku-paku, celah angker, dan lain-lain harus dibuat didalam beton. 5. Segara sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari begesting, bagian dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air. 6. Tiap-tiap bagian dari begesting, bagian-bagian yang strukturil harus diperiksa oleh Direksi segera sebelum beton dicor pada bagian itu. 7. Pelapisan (coating) ; Sebelum pemasangan besi beton bertulang, begesting yang dipergunakan untuk beton yang tidak perlu diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton. 8. Begesting untuk beton biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya) harus dibasahi air dengan seksama sabagai pengganti minyak segera sebelum dicor. 9. Pembongkaran Begesting ; Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau pembebanan yang melebihi beban rencana dengan adanya pembongkaran begesting pada beton. 10. Pertanggungan jawab atas keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian begesting atau penyangga berada dipihak pemborong. Waktu minimum untuk pembongkaran begesting ; Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran begesting dari bagian - bagian struktur harus ditentukan dari percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum seperti tercantum pada daftar atau sebagai berikut : R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
23
BAGIAN STRUKTUR ■ Sisi balok dan dinding ■ Penyangga pelat lantai ■ Penyangga balok
WAKTU MINIMUM PEMBONGKARAN BEGESTING ( HARI ) 3 21 21
Pekerjaan Beton Umum 1. Semua beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan instalasi pengolahan lumpur tinja yang akan dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk semua maksud yang berhubungan dan sebagaimana diminta oleh Direksi harus diperinci dari bahan-bahan yang diperinci disini dan harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai dengan ketentuanketentuan yang disebut di sini. 2. Setiap syarat dan ketentuan yang tidak termaktub di sini harus sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton N.I.2 P.B.I. 1971. Bahan 1. Semua portland harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam semen portland. 2. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan tentang besi beton. 3. Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortel dan spesi injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-syarat yang sudah diterangkan 4. Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan di depan. Kelas dan Mutu Beton Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia N.I2-P.B.I. 1971, menurut tabel di bawah ini. Tabel Standar Mutu Dan Kelas Beton Mutu dan Kelas Beton Kategori Pengawasan terhadap o bk o’ bm Dari Kls Mutu 2 2 Bangunan Kg/cm Kg/cm Kualitas Agregat Kekuatan Tekanan (tujuan) Pemeriksaan dengan Non I Bo Tidak ada Pengujian Strukturil mata Pemeriksaan dengan II Bl Strukturil Tidak ada Pengujian teliti Pengujian akan Pengujian mendetail K125 125 200 Strukturil dengan analisa diadakan meyakinkan Pengujian akan Pengujian mendetail K175 175 250 Strukturil dengan analisa diadakan meyakinkan Pengujian akan Pengujian mendetail K225 225 300 Strukturil dengan analisa diadakan meyakinkan III
K225
225
300
Strukturil
Pengujian mendetail dengan analisa meyakinkan
Pengujian akan diadakan
Dilakukan pengujian kekuatan tekan beton yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus pada umur 28 hari.
Pencampuran dan Pengecoran Beton. Komposisi/Campuran Beton R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
24 1. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/batu pecah, air seperti yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat/baik. 2. Untuk beton mutu "Bo” campuran yang biasa untuk pekerjaan non struktural dipakai perbandingan dari semen portland, terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh kurang dari 1 : 8. Banyaknya semen untuk tiap m 3 sedikitnya harus 225 kg. 3. Untuk beton mutu K 225, campuran nominal dari semen Portland, pasir dan kerikil/batu pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau banyaknya semen untuk tiap m 3 beton minimum harus sampai 325 kg. 4. Untuk mutu beton lainnya yang lebih tinggi harus dipakai " campuran yang direncanakan" (designed mix). Campuran yang direncanakan diketemukan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan. Banyaknya semen untuk tiap m 3 beton paling tidak harus 325 kg. 5. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II - derajat K.125 dan untuk kelas II- derajat K.175 - beton harus berada dalam batas yang telah ditentukan di atas dan Kontraktor harus memperoleh derajat yang patut apabila perlu akan dites oleh Direksi, dengan mengkombinir ukuran agregat yang proporsionil, agar supaya diperoleh derajat yang sepatutnya. 6. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan. 7. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu banyak. 8. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya) untuk kelas lainlainnya. Pengujian dari beton akan dilakukan oleh Direksi dan perbandingan-perbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan atau penghematan yang dikehendaki, kegairahan bekerja, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas penambahan konpensasi disebabkan perubahan yang demikian.
Perlengkapan Mengaduk Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentukan beton. Perlengkapanperlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan Direksi. Mengaduk 1. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu "Batch Mixer" atau "Portable Continuous Mixer” selama sedikitnya 1 / menit sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m 3, Direksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan. 2. Pencampuran dengan tangan diperkenankan apabila pada lokasi-lokasi tertentu sebuah Portable Mixer tak mungkin dipergunakan menurut pandangan Direksi. Untuk mempermudah pencampuran ini Kontraktor akan membuat beton masif dengan ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan parapet setinggi 10 cm. 3. Penutup saluran dari beton harus dicor pada tempat lain yang berdekatan dengan lokasi, tidak boleh dicor langsung pada saluran. Suhu Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32° Celcius dan tidak kurang dari 4,5° C. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27° C dan 32° C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton melebihi 32° C, sebagai yang ditetapkan oleh Direksi, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan agregat dengan mencampur air dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, mempertahankan suhu beton, untuk dicor pada suhu dibawah 32° C. Cetakan Beton 1. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan ukuran dari R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
2.
3.
4.
5.
6.
25 gambar-gambar yang diusulkan oleh Kontraktor hasil beton yang diinginkan sebagaimana pada dan yang sudah disetujui oleh Direksi. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model yang dikehendaki harus digunakan bila perlu. Cetakan dapat dibuat dari lembaran Plywood, papan yang diserut/ diketam rata dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang sempurna seperti terperinci disini. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki dimanapun juga baik saluran drinase ataupun tutup beton. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu dan harus didalam segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang dikehendaki dan harus berkekuatan dan berkakuan yang tetap pada tempat dan bentuknya selama pembebanan dan berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan beton. Semua percetakan kayu harus diketam rata/digosok dengan kertas pasir untuk menghilangkan tanda-tanda bekas dari cetakan sejauh hal ini dapat dikerjakan. Usaha yang sesuai dan efektif harus dikerahkan dalam pekerjaan cetakan untuk menguatkan pinggiran batas dan ujung lainnya dalam arah yang tepat untuk menghindari terbentuknya pelengkungan-pelengkungan sisi-sisi pinggiran tersebut atau kerusakan-kerusakan permukaan beton yang telah diselesaikan. Semua cetakan yang dibangun harus teguh. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang selesai harus tersedia. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan yang mencegah secara efektif lekatnya beton, semua material untuk melepaskan lekatan harus dipakai hanya setelah disetujui oleh Direksi. Penggunaan minyak cetakan harus berhati- hati untuk kontak dengan besi beton yang mengakibatkan kurangnya daya lekat. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan kuat kedudukannya sehingga tidak ada perubahan atau gerakan lain selama penuangan beton. Penyangga cetakan (perancah) harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan. Pada pekerjaan saluran longsor harus dalam daerah yang kering maka harus dibatasi dengan cofferdam diudik dan di hilir, serta disediakan pompa untuk memompa air rembesan dari cofferdam. Air yang setiap hari mengalir harus dialihkan lewat talang diatas aluran yang akan dibangun.
Pengecoran 1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton, penyokongan dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Direksi. 2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran (cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan lepas. 3. Permukaan-permukaan beton yang lebih dahulu dicor pada mana beton baru akan dicor, permukaan mana telah begitu mengeras sehingga beton baru tidak akan berpadu dengan sempurna, ditentukan disini, sebagai "Construction Joints” (hubungan konstruksi/pelaksana). Permukaan-permukaan Construction Joints harus bersih dan lembab ketika ditutup dengan beton baru atau adukan. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, beton-beton yang mengelupas atau rusak, bahan-bahan asing yang menutupinya. Permukaan-permukaan Construction Joints harus dibersihkan dengan cara-cara yang disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan penyemprotan air dengan tekanan udara segera sebelum pengecoran beton baru. Pembersihan dan pencucian harus dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari pengecoran beton. Semua genangan-genangan air harus dibuang dari permukaan Construction Joints sebelum beton baru dicor. 4. Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump. 5. Beton dicor hanya pada waktu Direksi atau wakilnya yang ditunjuk serta pengawas Kontraktor yang setaraf ada ditempat kerja. Setelah permukaan disiapkan baik-baik, permukaan Construction Joints dimana beton baru akan dicorkan harus dilapisi dengan penutup yang terbuat dari adukan semen (air hasta semen) atau ditutup dengan lapisan spesi/mortar harus mempunyai perbandingan semen dan pasir seperti campuran beton yang bersangkutan kecuali ditentukan lain, demikian juga konsistensinya. 6. Beton harus dicor pada adukan yang baru (fresh). Dalam pengecoran beton pada Construction Joints yang telah terbentuk, penjagaan khusus harus dijalankan untuk menjamin agar beton yang baru menjadi rapat betul dengan permukaan joints (sambungan) dengan Pembobokan dan peralatan dengan memakai alat-alat yang cocok. 7. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan. 8. Beton yang sudah mengeras dalam hal mana pengecoran yang tepat tidak mungkin dijamin harus dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan terbuang semacam itu. Transportasi dari pengadukan R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
26 sehingga memungkinkan pemisahan bahan dan sampai pengecoran beton jangan terlalu jauh pengerasan beton. 9. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan/joints, semua penuangan beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Direksi mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisanlapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi-spesifikasi ini. 10. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian sehingga spesi/ mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau spesi yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Suatu pengecoran tersebut tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai. 11. Ember-ember/bocket beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran pada mana mekanisme pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/ diletakkan dengan alat-alat lainnya dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas. 12. Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan lain dari yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi. 13. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum yang mungkin, sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat pada semua permukaanpermukaan dari cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala, alat penggetar (vibrator) harus dapat menenmbus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak dibawah. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immersion beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 7000 putaran per menit ketika dbenamkan dalam beton.
Pembukaan Cetakan dan Pemeliharaan. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan 1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk dibenahi. Beton yang baru dibuka cetakannya diperlihatkan kepada Direksi untuk dinilai kualitas pengecorannya, beton yang hasilnya banyak keropos sampai tulangan terlihat, maka harus mendapatkan penanganan tersendiri atas petunjuk Direksi. 2. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya; tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 14 hari untuk dek-dek jembatan atau gorong-gorong jalan. Perawatan 1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan disini. Direksi berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan. 2. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera setelah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau caracara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. 3. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud spesifikasispesifikasi air untuk campuran beton. Perlindungan (Protection) Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Direksi. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar-sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dibuat efektif dan secepatnya dilaksanakan sesudah pengecoran beton atau sesudah pembukaan cetakancetakan. Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan 1. Penyempurnaan permukaan-permukaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli dan disaksikan oleh Direksi. Permukaan-permukaan beton akan diuji/ ditest oleh Direksi dimana perlu untuk menentukan apakah ketidakteraturan permukaan berada dalam batas-batas yang ditentukan disini. Ketidakteraturan digolongkan sebagai sekonyong-konyong (abrupt) atau lambat laun (gradual). 2. Offset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan yang salah yang membentuk garis-garis, yang disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau kerusakan lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidakteraturan yang sekonyong-sekonyong (abrupt) dan akan diuji dengan menggunakan pengukuran langsung. Semua ketidakteraturan lainnya dapat dianggap sebagai ketidakteraturan yang gradual dan akan diperiksa dengan teliti oleh Direksi, kalau perlu dengan menggunakan peralatan pengetesan beton. Sebelum menerima pekerjaannya, Kontraktor harus
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
27 dari kerak-kerak dan kotoran yang lainnya. membersihkan semua permukaan yang terbuka
Perbaikan Permukaan Beton 1. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis atau permukaan tidak rata atau keropos, ternyata ada permukaan yang rusak atau keluar dari garis, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini. Ketidaksesuaiannya akan mendapat penilaian tersendiri yang akan diberikan oleh Direksi dan kalau Direksi memerintahkan untuk dibongkar maka beton harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri kecuali bila Direksi memberikan ijinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut. 2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, lubang-lubang baut, ketidakrataan oleh pengaruh sambungan-sambungan cetakan, dan bergeraknya cetakan. Ketidakrataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahat atau dengan alat lain dan seterusnya digosok dengan batu gerinda. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor dan seterusnya disempurnakan. 3. Jika menurut pendapat Direksi Hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunan-bangunan yang akan terlihat sedemikian, sehingga dengan penambalan saja tidak akan menghasilkan sebuah dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi plester), sesuai dengan instruksi dari Direksi. 4. Cacat lubang-lubang tempat cukilan dari sarang kerikil atau keropos kecil yang akan diperbaiki, harus diisi dengan spesi/ mortel tambalan yang kering yang disusun dari satu bagian semen Portland dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan pengisi yang tidak susut, yang disetujui oleh Direksi, dalam jumlah yang diperinci oleh pabrik dan dengan air yang cukup sehingga sesudah bahanbahan spesi dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan dengan alat yang cocok.
3.11 Pemasangan Tiang Oktagonal 6m Hot Dipped Galvanized dengan Flenders Stang ornamen menggunakan pipa besi Galvanish (GIV) 2” kelas medium A.dengan ukuran dengan ukuran disesuaikan gambar ( disesuaikan dengan jarak antar tiang PLN dengan lebar badan jalan) pembengkokan dengan sistem rolo dengan sudut 150, Finishing hot dip galvaniszed. 3.12 Pembuatan dan Pemasangan Terminal Dalam Tiang 1. Tiang harus tanah karat dan tidak mudah kropos. 2. Tiang yang digunakan adalah: - Tiang Oktagonal parabola cabang 2 parabola ( double parabolic). Tinggi 9 meter bahan SPCC standart ASTM. A-36 ketebalan 3mm. Dimensi, bentuk dan ukuran sesuai gambar kerja. Tipe base plate (pemasangan menggunakan angkur). Diproses dengan hot dipped galvaniszed.pabrik pembuat tinga harus telah menerapkan sisitem manajemn mutu.
3.13 Pengecatan Tiang PJU Finishing PJU Dilapisi dengan pengecatan kesleruhan Tiang-tiang PJu
4. PEKERJAAN MEDIAN JALAN 4.1. Grill Manhole (Cover & Frame) Fabrikasi 4.1.1. Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan meliputi pemasangan gird besi saluran. 4.1.2 Bahan-bahan 1. Besi siku 2. Plat besi 3. Besi beton polos dia 4.2. Grill Taman (Cover & Frame) fabrikasi 4.2.1. Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan meliputi pemasangan gird besi saluran.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
4.2.2 Bahan-bahan 1. Besi siku 2. Plat besi 3. Besi beton polos dia
28
4.3. Grill Pelaluan Air (Cover&Frame) Fabrikasi 4.3.1. Lingkup Pekerjaan. Pekerjaan meliputi pemasangan gird besi saluran. 4.3.2 Bahan-bahan 1. Besi siku 2. Plat besi 3. Besi beton polos dia 4.4. Pemasangan Lantai Porcelain Tile Kasar 30x30 cm(Warna Gelap/Terang) 4.5. Pemasangan Lantai Granit Diglasur 20x30 cm (Warna Gelap) Untuk Tuna Netra 4.6. Pemasangan Lantai Ornamen 50x50 cm 4.7. Pas.Curbing Type A Panjang 0.6 m Curbing memakai curbing berdimensi 20.40.60 cm, yang dipasang ditepi pasangan paving atau sebagai pengunci pasangan paving, kwalitas baik minimal K-400 (hasil test laboratorium)
4.8. Spesi 1 PC : 2 Ps t= 3 Cm a. Lingkup Pekerjaan 1. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapainya hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 2. Lingkup pekerjaan ini meliputi seluruh spesi dibawah kanstin yang ditunjukkan dalam gambar dan sesuai dengan pengarahan direksi dilapangan . b. Persyaratan Bahan 1. Semen Portland yang digunakan adalah ex Gresik atau semen Portland lain yang mempunyai mutu terbaik dari satu jenis merk atas persetujuan Konsultan Perencana/Direksi Pengawas dan memenuhi syarat-syarat dalam NI-8. 2. Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14 dan PUBI 1982. 3. Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10. - Campuran (aggregate) untuk plester harus dipilih yang benarbenar bersih dan bebas dari segala mPenghamparan Lapis Aus (AC - WC)am kotoran, harus bersih dan melalui ayakan 1,6 - 2,0 mm. c. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Pekerjaan spesi dilakukan dibawah kanstin setelah terlebih dahulu melakukan galian tanah keras sedalam 8 cm pemasangan. Seluruh spesi pada kanstin dengan aduk campuran 1 PC : 4 pasir. 2. Pasir pasang yang di gunakan harus di ayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti yang dipersyaratkan. 3. Material lain yang tidak terdapat dalam persyaratan di atas tetapi dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus bermutu baik dari jenisnya dan di setujui Direksi . 4. Semen Portland yang di kirim ke proyek lapangan harus dalam keadaan tertutup atau dalam yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan type dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak ada cPenghamparan Lapis Aus (AC - WC)at. 5. Bahan harus disimpan di tempat yang kering, berventilasi baik, terlindung, dan bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup menampung kebutuhan bahan, dan dilindungi sesuai dengan jenisnya seperti yang disyaratkan dari pabrik. 6. Semua bahan sebelum di kerjakan harus ditunjukkan kepada Konsultan MK/Direksi untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan/persyaratan dari pabrik yang bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus diganti dengan material lain yang mutunya sesuai dengan persyaratan tanpa biaya tambahan. 7. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diharuskan memeriksa site/ lapangan yang telah disiapkan apakah sudah memenuhi persyaratan untuk dimulainya pekerjaan. 8. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi, Kontraktor tidak diperkenankan melakukan pekerjaan ditempat tersebut sebelum kelainan/perbedaan diselesaikan.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
29 9. Tebal spesi 3 cm dengan dengan melakukan galian tanah keras terlebih dahulu sedalam 8 cm atau sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar.
4.9. Pasangan Batu Kali Belah 15/20 ( 1 Pc : 4 Ps ) Umum 1. Pekerjaan ini harus mencakup pembangunan dari struktur yang ditunjukan pada gambar atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi. 2. Pekerjaan harus meliputi pengadaan seluruh material, galian, penyiapan pondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan spesifikasi teknik serta memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukan pada gambar atau sebagaimana diperlukan secara tertulis oleh Direksi. 3. Pasangan batu harus digunakan untuk struktur seperti saluran berpenampang persegi di tepi jalan, tembok penahan, gorong-gorong persegi dan tembok kepala goronggorong. Konstruksi pasangan batu ini dimaksud untuk menahan beban luar yang cukup besar. 4. Pekerjaan ini juga mencakup pembuatan lubang suling-suling (untuk drainase) termasuk pengadaan dan pemasangan acuan lubang suling-suling atau pipa dan bahan penyaring. 5. Ukuran/dimensi pasangan, elevasi serta kelandaian sesuai dengan gambar rencana. Bahan - Bahan : • Batu Kali Belah 15/20 cm • Semen PC 50 Kg • Pasir Pasang • Air Bersih Mutu Bahan a. Batu Kali Belah 15/20 cm Batu Kali yang digunakan adalah : 1. Batu yang dari alam atau batu galian yang telah dibelah, kasar, bersih, tahan lama, keras, tahan terhadap pengaruh adara dan air dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud. 2. Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi, batu harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 150 mm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya. 3. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama. b. Semen PC 50 Kg Semen yang digunakan adalah : 1. Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia. 2. Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah menggumpal atau membatu tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan. 3. Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan sedemikian rupa sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil c. Pasir Pasang Pasir Pasang yang dipakai adalah : 1. Pasir tersebut terdiri dari butir —butir yang bersih dari segala kotoran. 2. Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non organic lainya. d. Air Bersih Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda - benda yang mengganggu seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic lainnya. Air yang diketahui dapat diminum juga dapat dipakai. Prosedur Pelaksanaan 1. Penyiapan Adukan Campuran ( Spesi 1 Pc : 4 Ps ) Adukan semen terdiri dari material Semen, Agregat, dan Air a. Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat pencampuradukan yang telah disetujui, hingga campuran telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan dengan konsistensi ( kekentalan ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
b. Adukan dicampur hanya dalam kwantitas 30 yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kemlbali setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan. c. Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus di buang. d. Untuk menghasilkan campuran yang homogen ( merata ), pengadukan harus menggunakan Concrete Mixer / Molen dengan kapasitas 350 l. e. Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 4 Ps, yaitu 1 bagian semen dicampur dengan 3 bagian Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan kontraktor harus membuat kotak takaran dari kayu dengan ukuran yang sama. Pemasangan Batu Kali Belah 15/20 ( 1 Pc : 4 Ps ) • Landasan dari adukan segar paling sedikit 30 mm tebalnya harus dipasang pada pondasi dan disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. • Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapisan dasar dan pada sudut-sudut. • Batu yang dipasang harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus dipasang sejajar. • Peralatan yang cocok harus disediakan utnuk memasang batu yang lebih besar dari yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan. • Batu harus tertanam dengan kuat satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan tebal yang diperlukan dari lapisan yang diukur tegak lurus terhadap lereng. Tambahan aduk mengisi rongga yang ada diantara batu-batu dan harus diakhiri hampir rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak menutupi batunya dengan menggunakan perekat 1 pc : 4 pc. • Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng kearah atas, dan permukaan harus diakhiri segera setelah pengerasan awal dan aduk dengan menyapunya dengan sapu yang kaku. • Lereng yang bersebelahan dengan batu harus diratakan dan dibentuk untuk menjamin pertemuan yang baik dengan pekerjaan pasangan batu sehingga memungkinkan untuk drainase tang tidak menghambat dan mencegah gerusan pada tepi perkerasan. • Pasangan yang dihasilkan harus kokoh / masif ( tidak berongga ), untuk itu semua rongga diantara batu kali harus terisi campuran. • Setiap jarak 20 meter sepanjang saluran dibuatkan celah delatasi tegak dari puncak saluran sampai dasar saluran 4.10. PEKERJAAN PLESTERAN HALUS Tb=1,5 cm Umum
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
31 dari struktur yang ditunjukan pada gambar atau 1. Pekerjaan ini harus mencakup pembangunan seperti yang diperintahkan oleh Direksi. 2. Pekerjaan ini juga mencakup pembuatan benangan 3. Ukuran/dimensi pasangan, elevasi serta kelandaian sesuai dengan gambar rencana.
Bahan - Bahan : • Semen PC 50 Kg • Pasir Pasang • Air Bersih Mutu Bahan. a. Semen PC 50 Kg Semen yang digunakan adalah : 1. Jenis Portland Cement (PC) produksi dalam negeri yang Indonesia. 2. Semen tidak boleh disimpan terlalu lama dan yang telah dipakai dan harus disingkirkan. 3. Penyimpanan harus mengikuti spesifikasi serta diletakkan diperiksa dan diambil
memenuhi persyaratan yang berlaku di menggumpal atau membatu tidak boleh
sedemikian
rupa
sehingga
mudah untuk
b. Pasir Pasang Pasir Pasang yang dipakai adalah : 1. Pasir tersebut terdiri dari butir —butir yang bersih dari segala kotoran. 2. Pasir tersebut tidak mengandung lempung atau unsur organik atau non organic lainya. c. Air Air yang digunakan dalam campuran harus bersih, bebas dari benda - benda yang menggangu seperti minyak, garam, asam, basa, busa, gula atau organic lainnya. Air yang diketahui dapat diminum juga dapat dipakai. Prosedur Pelaksanaan Adukan terdiri dari material Semen, Pasir Pasang, dan Air a. Seluruh material tadi ( kecuali air ), harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam alat pencampuradukan yang telah disetujui, hingga campuran telah berwarna merata, baru sesudahnya air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian hingga guna menghasilkan adukan dengan konsistensi ( kekentalan ) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan. b. Adukan dicampur hanya dalam kwantitas yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan kemlbali setelah waktu tersebut tidak boleh dilakukan. c. Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan harus di buang. d. Sebelum permukaan bidang pasangan batu diplester terlebih dahulu bidang yang akan diplester harus dibersihkan dari segala macam kotoran. Bidang-bidang yang telah bersih kemudian disiram dengan air sampai rata dan jenuh baru kemudian diplester. Plesteran tebal 1,5 cm terdiri dari campuran 1 Pc: 4 Ps dengan menggunakan pasir pasang yang telah diayak . e. Pertemuan bidang plesteran vertikal dan horizontal harus lurus, rata (tidak bergelombang) dan tidak retak. f. Untuk menghasilkan campuran yang homogen (merata), pengadukan harus menggunakan Concrete Mixer / Molen dengan kapasitas 350 l. g. Komposisi Campuran menggunakan 1 Pc : 4 Ps, yaitu 1 bagian semen dicampur dengan 4 bagian Pasir Pasang, dalam pelaksanaan dilapangan kontraktor harus membuat kotak takaran dari kayu dengan ukuran yang sama. h. Pada bagian sudut atas plesteran dibuatkan benangan sepanjang saluran, benangan harus tajam dan lurus serta tidak mudah terkelupas. Tebal plesteran adalah 1.5 cm. 4.12. Pekerjaan Besi Pipa Galvanish 2 Y 2” (Medium) 1. Pipa yang digunakan berukuran 2,5” 2. Pipa Galvanis digunakan sebagai pagar jembatan 4.13. Pekerjaan Sambungan Knee Besi Pipa Galvanish Medium 2,5” 1. Pipa yang digunakan berukuran 2,5”
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
2. Pipa Galvanis digunakan sebagai Sambungan32 pagar jembatan 4.14. Pemasangan Ornamen Batu Kali Ex. Jember
4.15. Pemasangan Ornamen Batu Andesf beralur
5. PEKERJAAN BOX-CULVERT 5.1. Pekerjaan Pengadaan Dan Pemasangan Beton BOX-CULVERT TOP BOTTOM K-400 1. Box Culvert yang dimaksud adalah Box Culvert Precast yang berasal dari pabrikasi Disesuaikan Dengan Penulangan dan pemasangan dilakukan menggunakan Crane 2. Box Culvert menggunakan mutu beton K-400 dengan mutu baja BJTD-40 dan BJTP-32 3. Kontraktor harus memesan untuk pembuatan Box Culvert Precast tersebut pada sebuah pabrik, yang telah disetujui oleh pihak Direksi 4. Mutu, Dimensi serta Detail Box Culvert Precast yang dipesan harus sesuai dengan gambar perencanaan yang sudah disetujui oleh Direksi 5. Syarat diterimanya beton precast, pihak penyedia diwajibkan mengundang pihak pengguna untuk melakukan inspeksi / tinjauan ke produsen melihat tahapan dan pemakaian bahan pabrikasi 6. Bila mutu pabrikasi dibawah / tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka pihak pengguna berhak menolak produk beton precast 7. Kontraktor diharuskan dapat memberikan Jaminan Spesikasi Pemesanan Box Culvert Precast ( yang berisi Job Mix Formula ) serta Surat Dukungan dari Pabrik ( dengan melampirkan analisa harga satuan pabrikasi) yang dikeluarkan oleh Pabrik, kepada Direksi dan Pengawas. 8. Sebelum dipasang pada galian Konstruksi yang sudah disiapkan, Kontraktor harus memastikan bahwa galian Konstruksi tersebut telah diisi dengan Sirtu yang telah dipadatkan. 9. Biaya transportasi Box Culvert Precast yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.
5.2. Pekerjaan Pengadaan & Pemasangan U DITCH & COVER ( K-350 ) 1. Mutu Beton dari U DITCH adalah K-350 2. Pemasangan dilakukan Meng unakan A lat B erat B eg o/Fork lip dan harus sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh produser Pre-Cast U DITCH, Jika kondisi memang tidak memungkingkan untuk menggunakan alat berat, maka pemasangan dilakukan manual oleh tenaga manusia. 3. Kerusakan U DITCH akibat kesalahan prosedur pemasangan, merupakan tanggung jawab kontraktor. Dan kontraktor berkewajiban mengganti U DITCH yang rusak dengan U DITCH yang baru yang mempunyai spesifikasi yang seragam. 4. Sebelum pemasangan U DITCH, landasan U DITCH berupa rabat beton dengan ketebalan Sesuai dengan gambar perencanaan.
5.4. Pengadaan dan Pemasangan Pelat Intrit Tb.120 cm K-350 Fabrikasi 5.5. Pelat Wiremest 1pc:2ps:2,5kr (K.250) Pemakaian Besi 97 Kg 5.6. Pekerjaan Beton Rabat (1pc:3ps:6kr) 5.7. Manhole + Pemasangan
Pekerjaan Struktur Beton Pekerjaan Tulangan Umum. Seluruh pekerjaan tulangan yang dilaksanakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi. Harus terdiri dari bahan-bahan yang diperinci R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
33 disini. Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan tulangan, kecuali ada ketentuan lain dari Direksi untuk pekerjaan tertentu. Material ( Baja Tulangan ) Besi yang dipakai adalah besi Tulangan dengan diameter sesuai dengan yang sisyaratkan, ada pada gambar perncanaan. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, Kontraktor diwajibkan untuk memperlihatkan data katalog tentang sertifikasi besi tulangan yang didapatkan dari supplier.
Pembengkokan dan Pelaksanaan 9. Semua tulangan di bentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran seperti tercantum dalam gambar dan mengikuti syarat - syarat dalam P.B.I dan diletakkan sesuai dengan gambar dengan memperhatikan selimut beton yang tetap. 10. Tulangan yang mempunyai cacat atau pembengkokan yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh digunakan. Bila terdapat radius tertentu untuk bengkokan atau hook harus dibuat sekeliling paku yang mempunyai diameter empat (4) kali dari tulangan yang akan dibengkok. 11. Kawat baja digunakan untuk mengikat tulangan hendaknya mempunyai diameter tidak lebih kecil dari 1, 6 mm dengan ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam penampung beton Beugelbeugel harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan gambar. Tulangan tidak boleh disokong diatas tulangan baja yang keluar dari permukaan beton, diatas sokongan kayu atau tidak juga diatas agregat kasar 12. Precast mortar spacing block hendaknya digunakan untuk penahan jarak yang tepat terhadap tulangan dan minimum mempunyai kekuatan beton yang akan dicor. 13. Bentuknya harus dibuat sepraktis mungkin dalam penggunaannya. Precast mortar spacing block ini hendaknya dibuat dengan kawat baja dicor bersama-sama, maksudnya untuk mengikatnya pada tulangan. 14. Sebelum digunakan harus direndam dahulu dalam air. Sebelum pengecoran, semua penulangan harus betul-betul bersih dari semua kotoran-kotoran. 15. Penulangan yang ditempatkan pada suatu penampang dari pekerjaan harus disetujui oleh Direksi, sebelum beton dicor pada penampang tersebut. 16. Harap diperhatikan sebelum pengecoran dimulai harus diberikan waktu yang cukup untuk pemeriksaan. Pekerjaan Bekesting Umum Pekerjaan ini adalah pembuatan begesting-begesting untuk cetakan konstruksi beton. Dan dikerjakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi. Bahan-bahan Kayu Papan / Multipleks Kayu papan atau multipleks yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat dan spesifikasi yang telah ditentukan atau menurut petunjuk Direksi. Pelaksanaan. 11. Begesting-begesting tidak boleh bocor dan cukup untuk mencegah perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga. Permukaan Bekesting harus halus dan rata, tidak boleh melendut. Sambungan-sambungan pada begesting harus diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal. 12. Bout-bout dan tierod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalan beton harus diatur sedemikian sehingga bila begesting dibongkar kembali, maka semua besi tulangan harus berada 4 cm dari permukaan beton. 13. Semua begesting harus dibersihkan sebelum dipergunakan kembali. Pekerjaan harus sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan adanya beton yang keropos dan lainlain kerusakan beton. 14. Semua sisipan, deretan paku-paku, celah angker, dan lain-lain harus dibuat didalam beton. 15. Segara sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari begesting, bagian dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk air. 16. Tiap-tiap bagian dari begesting, bagian-bagian yang strukturil harus diperiksa oleh Direksi segera sebelum beton dicor pada bagian itu. 17. Pelapisan (coating) ; Sebelum pemasangan besi beton bertulang, begesting yang dipergunakan untuk beton yang tidak perlu diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton. 18. Begesting untuk beton biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya) harus dibasahi air dengan seksama sabagai pengganti minyak segera sebelum dicor. 19. Pembongkaran Begesting ; Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
34 pembebanan yang melebihi beban rencana dengan adanya pembongkaran begesting pada beton. 20. Pertanggungan jawab atas keselamatan pada waktu pembongkaran tiap bagian begesting atau penyangga berada dipihak pemborong. Waktu minimum untuk pembongkaran begesting ; Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran begesting dari bagian - bagian struktur harus ditentukan dari percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum seperti tercantum pada daftar atau sebagai berikut :
BAGIAN STRUKTUR ■ Sisi balok dan dinding ■ Penyangga pelat lantai ■ Penyangga balok
WAKTU MINIMUM PEMBONGKARAN BEGESTING ( HARI ) 3 21 21
Pekerjaan Beton Umum 3. Semua beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan instalasi pengolahan lumpur tinja yang akan dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk semua maksud yang berhubungan dan sebagaimana diminta oleh Direksi harus diperinci dari bahan-bahan yang diperinci disini dan harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai dengan ketentuanketentuan yang disebut di sini. 4. Setiap syarat dan ketentuan yang tidak termaktub di sini harus sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton N.I.2 P.B.I. 1971. Bahan 5. Semua portland harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam semen portland. 6. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan tentang besi beton. 7. Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortel dan spesi injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-syarat yang sudah diterangkan 8. Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan di depan. Kelas dan Mutu Beton Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia N.I2-P.B.I. 1971, menurut tabel di bawah ini. Tabel Standar Mutu Dan Kelas Beton Mutu dan Kelas Beton Kategori Pengawasan terhadap o bk o’ bm Dari Kls Mutu Bangunan Kg/cm2 Kg/cm2 Kualitas Agregat Kekuatan Tekanan (tujuan) Pemeriksaan dengan Non I Bo Tidak ada Pengujian Strukturil mata Pemeriksaan dengan II Bl Strukturil Tidak ada Pengujian teliti Pengujian akan Pengujian mendetail K125 125 200 Strukturil dengan analisa diadakan meyakinkan Pengujian akan Pengujian mendetail K175 175 250 Strukturil dengan analisa diadakan meyakinkan K225 225 300 Strukturil Pengujian mendetail Pengujian akan dengan analisa diadakan meyakinkan Pengujian akan Pengujian mendetail III K225 225 300 Strukturil dengan analisa diadakan meyakinkan Dilakukan pengujian kekuatan tekan beton yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus pada umur 28 hari. R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
35 Pencampuran dan Pengecoran Beton. Komposisi/Campuran Beton 9. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/batu pecah, air seperti yang ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat/baik. 10. Untuk beton mutu "Bo” campuran yang biasa untuk pekerjaan non struktural dipakai perbandingan dari semen portland, terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh kurang dari 1 : 8. Banyaknya semen untuk tiap m 3 sedikitnya harus 225 kg. 11. Untuk beton mutu K 225, campuran nominal dari semen Portland, pasir dan kerikil/batu pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau banyaknya semen untuk tiap m 3 beton minimum harus sampai 325 kg. 12. Untuk mutu beton lainnya yang lebih tinggi harus dipakai " campuran yang direncanakan" (designed mix). Campuran yang direncanakan diketemukan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan. Banyaknya semen untuk tiap m 3 beton paling tidak harus 325 kg. 13. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II - derajat K.125 dan untuk kelas II- derajat K.175 - beton harus berada dalam batas yang telah ditentukan di atas dan Kontraktor harus memperoleh derajat yang patut apabila perlu akan dites oleh Direksi, dengan mengkombinir ukuran agregat yang proporsionil, agar supaya diperoleh derajat yang sepatutnya. 14. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan. 15. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu banyak. 16. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya) untuk kelas lainlainnya. Pengujian dari beton akan dilakukan oleh Direksi dan perbandinganperbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan atau penghematan yang dikehendaki, kegairahan bekerja, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas penambahan konpensasi disebabkan perubahan yang demikian.
Perlengkapan Mengaduk Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentukan beton. Perlengkapanperlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan Direksi. Mengaduk 4. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu "Batch Mixer" atau "Portable Continuous Mixer” selama sedi kitnya 1 / menit sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m 3, Direksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan. 5. Pencampuran dengan tangan diperkenankan apabila pada lokasi-lokasi tertentu sebuah Portable Mixer tak mungkin dipergunakan menurut pandangan Direksi. Untuk mempermudah pencampuran ini Kontraktor akan membuat beton masif dengan ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan parapet setinggi 10 cm. 6. Penutup saluran dari beton harus dicor pada tempat lain yang berdekatan dengan lokasi, tidak boleh dicor langsung pada saluran. Suhu Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32° Celcius dan tidak kurang dari 4,5° C. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27° C dan 32° C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton melebihi 32° C, sebagai yang ditetapkan oleh Direksi, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif, misalnya mendinginkan agregat dengan mencampur air dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, mempertahankan suhu beton, untuk dicor pada suhu dibawah 32° C. R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
36 Cetakan Beton 7. Cetakan haruslah sesuai dengan berbagai bentuk, bidang-bidang, batas-batas dan ukuran dari hasil beton yang diinginkan sebagaimana pada gambar-gambar yang diusulkan oleh Kontraktor dan yang sudah disetujui oleh Direksi. 8. Cetakan untuk mencetak beton dan membuatnya menurut model yang dikehendaki harus digunakan bila perlu. Cetakan dapat dibuat dari lembaran Plywood, papan yang diserut/ diketam rata dan halus, dalam keadaan baik sebagaimana dikehendaki untuk menghasilkan permukaan yang sempurna seperti terperinci disini. 9. Permukaan yang rata dari beton adalah yang dikehendaki dimanapun juga baik saluran drinase ataupun tutup beton. Cetakan untuk permukaan yang demikian dapat dibuat dari kayu dan harus didalam segala hal benar-benar berbentuk dan berukuran yang dikehendaki dan harus berkekuatan dan berkakuan yang tetap pada tempat dan bentuknya selama pembebanan dan berlangsungnya pekerjaan vibrasi pemadatan beton. Semua percetakan kayu harus diketam rata/digosok dengan kertas pasir untuk menghilangkan tanda-tanda bekas dari cetakan sejauh hal ini dapat dikerjakan. Usaha yang sesuai dan efektif harus dikerahkan dalam pekerjaan cetakan untuk menguatkan pinggiran batas dan ujung lainnya dalam arah yang tepat untuk menghindari terbentuknya pelengkungan-pelengkungan sisi-sisi pinggiran tersebut atau kerusakan-kerusakan permukaan beton yang telah diselesaikan. 10. Semua cetakan yang dibangun harus teguh. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang selesai harus tersedia. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus diminyaki dengan minyak yang biasa diperdagangkan yang mencegah secara efektif lekatnya beton, semua material untuk melepaskan lekatan harus dipakai hanya setelah disetujui oleh Direksi. Penggunaan minyak cetakan harus berhati- hati untuk kontak dengan besi beton yang mengakibatkan kurangnya daya lekat. 11. Semua cetakan harus betul-betul teliti dan kuat kedudukannya sehingga tidak ada perubahan atau gerakan lain selama penuangan beton. Penyangga cetakan (perancah) harus bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan. 12. Pada pekerjaan saluran longsor harus dalam daerah yang kering maka harus dibatasi dengan cofferdam diudik dan di hilir, serta disediakan pompa untuk memompa air rembesan dari cofferdam. Air yang setiap hari mengalir harus dialihkan lewat talang diatas aluran yang akan dibangun.
Pengecoran 14. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton, penyokongan dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Direksi. 15. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran (cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan lepas. 16. Permukaan-permukaan beton yang lebih dahulu dicor pada mana beton baru akan dicor, permukaan mana telah begitu mengeras sehingga beton baru tidak akan berpadu dengan sempurna, ditentukan disini, sebagai "Construction Joints” (hubungan konstruksi/pelaksana). Permukaan-permukaan Construction Joints harus bersih dan lembab ketika ditutup dengan beton baru atau adukan. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, beton-beton yang mengelupas atau rusak, bahan-bahan asing yang menutupinya. Permukaan-permukaan Construction Joints harus dibersihkan dengan cara-cara yang disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan penyemprotan air dengan tekanan udara segera sebelum pengecoran beton baru. Pembersihan dan pencucian harus dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari pengecoran beton. Semua genangan-genangan air harus dibuang dari permukaan Construction Joints sebelum beton baru dicor. 17. Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump. 18. Beton dicor hanya pada waktu Direksi atau wakilnya yang ditunjuk serta pengawas Kontraktor yang setaraf ada ditempat kerja. Setelah permukaan disiapkan baik-baik, permukaan Construction Joints dimana beton baru akan dicorkan harus dilapisi dengan penutup yang terbuat dari adukan semen (air hasta semen) atau ditutup dengan lapisan spesi/mortar harus mempunyai perbandingan semen dan pasir seperti campuran beton yang bersangkutan kecuali ditentukan lain, demikian juga konsistensinya. 19. Beton harus dicor pada adukan yang baru (fresh). Dalam pengecoran beton pada Construction Joints yang telah terbentuk, penjagaan khusus harus dijalankan untuk menjamin agar beton yang baru menjadi rapat betul dengan permukaan joints (sambungan) dengan Pembobokan dan peralatan dengan memakai alat-alat yang cocok. 20. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan. R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
37 pengecoran yang tepat tidak mungkin dijamin 21. Beton yang sudah mengeras dalam hal mana harus dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan terbuang semacam itu. Transportasi dari pengadukan sampai pengecoran beton jangan terlalu jauh sehingga memungkinkan pemisahan bahan dan pengerasan beton. 22. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan/joints, semua penuangan beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Direksi mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisanlapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi-spesifikasi ini. 23. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian sehingga spesi/ mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau spesi yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Suatu pengecoran tersebut tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai. 24. Ember-ember/bocket beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran pada mana mekanisme pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m 3 sekali tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/ diletakkan dengan alat-alat lainnya dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas. 25. Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan lain dari yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi. 26. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum yang mungkin, sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat pada semua permukaanpermukaan dari cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala, alat penggetar (vibrator) harus dapat menenmbus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak dibawah. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immersion beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 7000 putaran per menit ketika dbenamkan dalam beton.
Pembukaan Cetakan dan Pemeliharaan. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan 3. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk dibenahi. Beton yang baru dibuka cetakannya diperlihatkan kepada Direksi untuk dinilai kualitas pengecorannya, beton yang hasilnya banyak keropos sampai tulangan terlihat, maka harus mendapatkan penanganan tersendiri atas petunjuk Direksi. 4. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya; tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 14 hari untuk dek-dek jembatan atau gorong-gorong jalan. Perawatan 4. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan disini. Direksi berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan. 5. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera setelah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau caracara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. 6. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud spesifikasispesifikasi air untuk campuran beton. Perlindungan (Protection) Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Direksi. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar-sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dibuat efektif dan secepatnya dilaksanakan sesudah pengecoran beton atau sesudah pembukaan cetakancetakan. Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan 3. Penyempurnaan permukaan-permukaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli dan disaksikan oleh Direksi. Permukaan-permukaan beton akan diuji/ ditest oleh Direksi dimana perlu untuk menentukan apakah ketidakteraturan permukaan berada dalam batas-batas yang ditentukan disini. Ketidakteraturan digolongkan sebagai sekonyong-konyong (abrupt) atau lambat laun (gradual). 4. Offset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan yang salah yang membentuk garis-garis, yang disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau kerusakan lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidakteraturan yang sekonyong-sekonyong (abrupt) dan akan diuji dengan menggunakan pengukuran langsung. Semua ketidakteraturan lainnya dapat dianggap sebagai
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
38 ketidakteraturan yang gradual dan akan diperiksa dengan teliti oleh Direksi, kalau perlu dengan menggunakan peralatan pengetesan beton. Sebelum menerima pekerjaannya, Kontraktor harus membersihkan semua permukaan yang terbuka dari kerak-kerak dan kotoran yang lainnya.
Perbaikan Permukaan Beton 5. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis atau permukaan tidak rata atau keropos, ternyata ada permukaan yang rusak atau keluar dari garis, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini. Ketidaksesuaiannya akan mendapat penilaian tersendiri yang akan diberikan oleh Direksi dan kalau Direksi memerintahkan untuk dibongkar maka beton harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri kecuali bila Direksi memberikan ijinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut. 6. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, lubang-lubang baut, ketidakrataan oleh pengaruh sambungan-sambungan cetakan, dan bergeraknya cetakan. Ketidakrataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahat atau dengan alat lain dan seterusnya digosok dengan batu gerinda. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor dan seterusnya disempurnakan. 7. Jika menurut pendapat Direksi Hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunan-bangunan yang akan terlihat sedemikian, sehingga dengan penambalan saja tidak akan menghasilkan sebuah dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi plester), sesuai dengan instruksi dari Direksi. 8. Cacat lubang-lubang tempat cukilan dari sarang kerikil atau keropos kecil yang akan diperbaiki, harus diisi dengan spesi/ mortel tambalan yang kering yang disusun dari satu bagian semen Portland dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan pengisi yang tidak susut, yang disetujui oleh Direksi, dalam jumlah yang diperinci oleh pabrik dan dengan air yang cukup sehingga sesudah bahanbahan spesi dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan dengan alat yang cocok. 5.9. Lapisan Resap Pengikat dan Lapis Perekat 1. Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal pada permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk penghamparan pelaburan aspal atau lapisan campuran aspal. 2. Lapis Resap Pengikat digunakan pada permukaan yang tidak beraspal,dengan bahan aspal dari jenis aspal semen AC - 10 ( yang kurang lebih ekivalenAspal penetrasi 80/100 ) atau jenis AC - 20 (yang kurang lebih ekivalenAspal penetrasi 60/70 ), mematuhi ASSHTO N226 80, dicairkan dengan minyak tanah. Dipasang hanya pada permukaan yang kering atau sedikit berlembab. 3. Lapis Perekat digunakan pada permukaan yang beraspal,dengan bahan aspal dari jenis aspal semen AC - 10 atau AC - 20 yang memenuhi ASSHTO M226 - 80 , diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal. Dipasang hanya pada permukaan yang benar - benar kering. 4. Pekerjaan Lapisan Resap Pengikat dan Lapis Perekat harus tidak dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Kecuali mendapat persetujuan lain dari Direksi. 5. Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapi dan tampak merata, tanpa lokasi yang tidak tertutup atau beralur atau berlebihan aspalnya. 5.10. Lapis ATB dan AC 1. Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal pada permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk penghamparan pelaburan aspal atau lapisan campuran aspal. 2. Lapis ATB digunakan sebagai lapis pertama pada rekondisi jalan dalam pekerjaan ini ( setelah penghamparan tack coat ), 3. Lapis AC digunakan sebagai lapis kedua pada rekondisi jalan dalam pekerjaan ini (juga sebagai lapisan tas, yang bersentuhan langsung dengan beban yang melintas). 4. Pekerjaan Lapisan ATB dan AC tidak bisa dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Kecuali mendapat persetujuan lain dari Direksi. 5. Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapi dan tampak merata, tanpa lokasi yang tidak tertutup atau beralur atau berlebihan aspalnya.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
39 5.11. Pemasangan Steel Sheet Pile a) Pekerjaan ini dilakukan sebelum pekerjaan box culvert dilaksanakan. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menahan agar tanah di sekitar box culvert tidak longsor. b) Material yang digunakan adalah Besi baja dengan panjang 6 m . c) Turap penahan tanah dipasang pada masing - masing sisi box culvert. d) Apabila dari hasil pemasangan tersebut di atas menurut Direksi hasilnya meragukan misalnya turap miring dan sebagainya maka Kontraktor harus mencabut turap penahan tanah tersebut dan diharuskan melakukan pemasangan ulang. e) Segala kerugian yang ditimbulkan akibat hal tersebut di atas adalah menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
6. PEKERJAAN LAIN - LAIN Yang dimaksud pekerjaan lain-lain adalah pekerjaan yang belum tercantum dalam RKS ini, tetapi masih berhubungan dengan pekerjaan di lapangan yang harus diselesaikan : misalnya pembersihan lokasi / pengembalian sesuatu yang rusak akibat pekerjaan di lapangan Dan Pembongkaran Saluran Lama. Untuk pembentukan dasar saluran dengan meratakan sesuai kemiringan dasar saluran rencana pada permukaan tanah galian saluran 6.1. Mobilisasi dan Demobilisasi Mobilisasi dan Demobilisasi berkaitan dengan proses pengadaan material pre-cast, dan alat berat. Mobilisasi dan Demobilisasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Alat berat yang sudah tidak diperlukan harus segera dikembalikan agar tidak mengganggu aktivitas proyek yang lainnya, ataupun aktivitas warga sekitar proyek. 6.2. Quality Control / Uji Bahan Kontraktor harus melakukan Uji material, pada pekerjaan pelat injak/pelat setempat dengan mutu beton sesuai pada gambar perencanaan. Uji material minimal diambil 1 benda uji. Pengujian bahan dilaksanakan pada laboratorium yang telah disetujui Konsultan Pengawas / Direksi. 6.3. Pekerjaan Pembersihan Lapangan Selama Proyek Berlangsung. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembersihan lingkungan area kerja selama proyek berlangsung termasuk material yang harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi pekerjaan.Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk "Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan 6.4. Dewatering Pada Bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksannakan, areal pekerjaan kadangkadang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada keadaan ini, kontraktor diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut. Pada prinsipnya selama amsa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genangan ataupun rembesan air. Pekerjaan pengeringan yang dimaksud di sini adalah, termasuk sistem drainase lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terutama pada masyarakat dan lingkungan setempat. Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pemilik Pekerjaan tidak diperlukan adanya sistem pengeringan khusus maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pengeringan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban ker, serta sudah harus diperhitungkan termasuk "Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan. Pada jenis pekerjaan yang dipandang oleh Pemilik Pekerjaan memerlukan adanya konstruksi pengertian sifatnya khusus dan memerlukan penanganan tersendiri, maka perhitugan volume dan pembayaran untuk pelakasannaan pekerjaan pengeringan tersebut diatas, diperhitungkan dalam satuan (unit) M’ untuk pekerjaan "coferring” atau "kisdam” dan Lump sum untuk pekerjaan "dewatering”, sedangkan harga satuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai peralatan yang dipergunakan, "Overhead” dan keuntungan Kontraktor.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
40 6.5. Pembuatan Kisdam tinggi 2 m tebal 0.6 m 1. Umum 1. Uraian Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan kadangkadang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada keadaan ini, Kontraktor diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan Konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut. Pada prinsipnya, selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genanan ataupun rembesan air. 2. Bahan Material • Bahan utama dari pembuatan Kisdam ini yakni Bambu Ori dan Gedeg Guling • Bambu Ori yang dipakai berdiameter antara 10 s/d 12 cm dengan panjang 2 meter. • Gedeg yang digunakan harus gedeg yang baru dan bagus,untuk hal ini kontraktor harus mendapat persetujuan dari Pengawas dan Direksi. • Kawat Ikat diameter 4 mm. • Karung glangsing dan tanah pengisi 3. Pelaksanaan Pemasangan Kisdam a. Kisdam dipasang memanjang sepanjang saluran yang akan dikerjakan. b. Jarak titik tanam bambu ori ( sebagai penguat kisdam ) arah melintang sejarak 60 cm, serta arah memanjang sejarak 100 cm. c. Bagian dalam bambu ori dipasang gedeg guling setinggi 2 meter dan diikat dengan kawat pada bambu ori dari dasar saluran, dan bagian dalam tersebut disi tanah yang diambil dari saluran, sehingga air tidak dapat masuk pada area yang akan dikerjakan. Khusus pekerjaan pengerukan lumpur, digunakan kisdam sandbag dengan ukuran tinggi 1,00 - 2 M’
6.6. Pemasangan Trucuk Bambu 0 8-12 - P.2,5 - 3 m a) Pekerjaan ini dilakukan sebelum pekerjaan pasangan batu kali pada jembatan. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung tanah yang ada pada dasar jembatan tersebut sehingga diharapkan daya dukungnya menjadi lebih besar dari keadaan sebelumnya. b) Material yang digunakan adalah Bambu Bongkotan dengan diameter 8-12 cm .Panjang masing - masing bambu 1,5 meter c) Terucuk Bambu dipasang arah pada masing - masing sisi dipasang 2 buah terucuk sejajar, terucuk bambu dipasang sejarak 40 cm arah melintang dan arah memanjang dengan jarak antar terucuk 50 cm . Untuk Pemancangannya adalah sebagai berikut : a. Alat pemancang dipakai Drop Hammer kapasitas 100 kg yang dilengkapi dengan konstruksi kaki tiga dari pipa besi dan katrol dengan ketinggian jatuh 2 meter. b. Trucuk bambu dipancangkan dalam keadaan baik, tidak cacat yang dapat mengurangi kekokohan pekerjaan. c. Apabila pamancangan tidak bisa terbenam seluruhnya (belum sesuai dengan gambar rencana) maka drop hammer diganti dengan yang lebih berat sehingga kedalaman tiang trucuk dapat dipancangkan sesuai dengan gambar rencana.
R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t
41 di atas menurut Direksi hasilnya meragukan d. Apabila dari hasil pemancangan tersebut misalnya tiang trucuk miring, pecah dan sebagainya maka Kontraktor harus mencabut tiang trucuk tersebut dan diharuskan melakukan pemancangan ulang. e. Segala kerugian yang ditimbulkan akibat hal tersebut di atas adalah menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
6.7.
Pembongkaran Jembatan Beton Dengan Pembersihannya Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, alat - alat dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan pembongkaran bangunan lama seperti tertera pada gambar rencana dan juga pembersihan lokasi pembongkaran dari sisa material lama. Pekerjaan bongkaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : c. Pembongkaran harus dilaksanakan secara tertib dan hati-hati sehingga tidak merusak bagian lainnya yang tidak semestinya dibongkar dan tidak membahayakan manusia, baik orang lain, personel yang terlibat dalam pelaksanaan ini maupun pekerjaannya sendiri. d. Semua Material bekas bongkaran diangkut keluar proyek.
6.9 Pekerjaan Pembuatan Screen 6.8.1 Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. 6.8.2 Persyaratan Bahan 1. Bahan : - Besi L 50.50.2,3 mm - Besi Plat Tb.10 mm Alat : - Electrode Baja 20% - Sewa Welding Set (min 5 jam) 2.
6.8.3
Besi yang digunakan harus mempunyai permukaan yang halus, tidak melengkung, rata, datar, dan tidak terdapat cacat cacat lainnya. Syarat-syarat Pelaksanaan 1. Bahan-bahan yang dipergunakan sebelum digunakan terlebih dahulu harus diserahkan contoh- contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari direksi. 2. Pekerjaan dilakukan berdasarkan gambar kerja.
sedikitnya tiga kali, yakni : > Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan ........................................ ( 0 % ) > Selama berlangsungnya pekerjaan............................................... (25-75 %) Photo Dokumentasi Foto-foto yang memperlihatkan kemajuan pekerjaan, ciri-ciri tertentu dari pekerjaan, peralatan atau hal- hal yang menarik perhatian lainnya sehubungan dengan pekerjaan atau lingkungannya harus dibuat > Setelah selesai pekerjaan atau setelah selesai periode Pemeliharaan...(100 %) Foto-foto ini harus dilakukan sedikitnya dari tiga posisi (depan, belakang dan s amping ), serta pada posisi yang sama untuk masing-masing kejadian. Ukuran dari foto-foto tersebut tidak boleh kurang dari 140 x 90 mm dan enam lembar hasil cetakan masing-masing foto (dialbumkan), dengan membubuhkan nomor seri, tanggal pengambilan dan keterangan ringkasnya harus disampaikan kepada Direksi. Semua klise/negatif filmnya harus dinomori, ditempatkan dalam arsip dan disimpan di lokasi dan menjadi Pemberi Proyek. Biaya foto-foto tersebut seperti ditentukan harus ditanggung oleh Kontraktor dan harus dianggap termasuk dalam over head yang disajikan dalam Daftar Pengajuan Biaya.
7. PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA Masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya antara lain: 1. Keamanan dan penjagaan 2. Penyempurnaan dan pemeliharaan. R K S - K O N S T R U K S I P r o c u r em en t U n i t